Anda di halaman 1dari 26

Isra Mi’raj Apa, Bagaimana,

dan Hikmahnya
Apa itu Isra?
Isra’ artinya perjalanan dari Masjidil Haram menuju
Masjidil Aqsa pada malam hari. Hal ini sesuai ayat:
‫ُس ْب َح َن َّل َأ ْس َر ى َع ْب َل ْي اًل َن ْل َم ْس ْل َح َر َل‬
‫ِب ِد ِه ِم ا ِج ِد َآ ا اِم ِإ ى‬ ‫ا ا ِذ ي‬
‫اْل َم ْس ِج ِد اَأْلْق َص ى اَّل ِذ ي َب اَر ْك َن ا َح ْو َل ُه ِل ُن َيُه ِم ْن َي اِت َن ا ِإ َّن ُه ُه َو‬
‫ِر‬
‫الَّس ِم يُع اْل َب ِص يُر‬
Maha suci Allah, yang telah memperjalankan
hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil
Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami
berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)
kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar
lagi Maha mengetahui.

(QS. Al Isra, 17: 1)


Apa itu Mi’raj?

Mi’raj artinya perjalanan naiknya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dari Masjidil Al Aqsa ke
Sidratul Muntaha di langit ke tujuh. Hal ini sesuai dengan ayat:
‫) َم ا َز اَغ‬16( ‫) ْذ َي ْغ َش ى ال ْد َر َة َم ا َي ْغ َش ى‬15( ‫) ْن َد َه ا َج َّن ُة اْل َم ْأ َو ى‬14( ‫) ْن َد ْد َر اْل ُم ْنَت َه ى‬13( ‫َو َل َق ْد َر َآ ُه َنْز َل ًة ُأْخ َر ى‬
‫ِّس‬ ‫ْل ُكِإ‬ ‫َآ‬ ‫ِع‬ ‫ِة‬ ‫ِس‬ ‫ْل‬ ‫ِع‬
‫َي‬ ‫ْن‬ ‫َأ‬ ‫ْد‬ ‫َق‬ ‫َل‬ ‫َغ‬ ‫َط‬
)18( ‫) ى ِم اِت ِّب ِه ا‬17( ‫ا َبَص ُر َو َم ا ى‬
‫ى‬ ‫َر‬ ‫ْب‬ ‫َر‬ ‫َر‬
Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu
yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat
Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. penglihatannya
(Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.
Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling
besar.

(QS. An-Najm, 53: 13-18)


Tidak ada kesepakatan para ulama hadits dan para
sejarawan muslim tentang kapan peristiwa ini terjadi,
ada yang menyebutnya Rajab, Rabiul Akhir, dan
Ramadhan atau Syawal. (Imam Ibnu Hajar, Fathul
Bari, 7/242-243)

Imam Ibnu Hazm mengatakan terjadinya pada bulan


Kapan Rajab, di tahun kedua belas kenabian. Sementara
Imam Al Hafizh Abdul Ghani Al Maqdisi mengatakan
Terjadinya? terjadinya pada malam 27 Rajab. (Al Quran Al Karim
wa Tafsiruhu, 5/429)

Imam Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, bahwa


banyak ulama yang melemahkan pendapat bahwa
peristiwa Isra terjadi pada bulan Rajab, sedangkan
Ibrahim Al Harbi dan lainnya mengatakan itu terjadi
pada Rabi'ul Awal. (Ibid Hal. 95).
Kejadian-kejadian Sebelum Isra Mi’raj

1. Tahun 614 M/8 H, pasca peristiwa seruan dakwah di bukit Shafa, orang-orang Quraisy
mulai menampakkan penentangan kepada dakwah Islam: ancaman, olok-olok, ejekan,
iming-iming, memutuskan kekeluargaan, persekusi, menyiksa pengikut nabi, pressure
kepada Abu Thalib.
2. Sebagian pengikut Islam hijrah ke Habasyah (Ethiopia) dua kali: 614 M/8 SH dan 616
M/6 SH
3. Tahun 617 M/5 SH, Bani Hasyim dan Bani Muthalib diboikot.
4. Tahun 619 M/3 SH, Abu Thalib wafat pada bulan Rajab dan Khadijah wafat pada bulan
Ramadhan.
5. Tahun 620 M/2 SH, Rasulullah berdakwah ke Thaif, namun mendapat penolakan.
620 M/2 SH:
Peristiwa Isra Mi’raj
Pada malam Isra’ itu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bermalam bersama dengan
pamannya, Hamzah bin Abdul
Muththalib, anak pamannya,
Ja’far bin Abi Thalib, di rumah
Ummu Hani’ bin Abi Thalib.
Jibril mendatanginya melewati atap
rumah, turun dan mengambil
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, membawanya ke masjidil
haram kemudian
membaringkannya, membelah
dadanya, dari bawah leher sampai
ke bawah perutnya, mengeluarkan
hatinya, membersihkannya dengan
air zam-zam, kemudian
memenuhinya dengan iman dan
hikmah, lalu mengembalikannya
dan tidak ada lagi bekas belahan,
dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam sama sekali tidak merasakan
sakit.
(Fathul Bari, Juz 4, hal. 203)
Bagaimana Terjadinya?
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
“Aku telah didatangi Buraq. Yaitu seekor binatang
yang berwarna putih, lebih besar dari keledai
tetapi lebih kecil dari bighal. Ia merendahkan
tubuhnya sehingga perut buraq tersebut
mencapai ujungnya.”
Kejadian dalam Isra’

Dari Makkah, Rasulullah mengendarai Buraq, kendaraan


berwarna putih, lebih besar dari keledai, lebih kecil dari bighal,
sangat cepat, jangkauan kaki depannya sejauh pandangan
matanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengendarainya didampingi Malaikat Jibril, lalu Buraq itu pergi
ke Baitul Maqdis.
Di Baitul Maqdis Rasulullah bertemu dengan Ibrahim, Musa, dan
Isa alaihimassalam bersama dengan sejumlah para nabi yang
telah berkumpul untuk menyambutnya. Malaikat Jibril
membawa beliau ke depan, lalu mengimami shalat dua rakaat.
Kemudian keluar dari masjid dan Jibril membawa dua gelas –satu
berisi khamr dan satunya berisi susu- lalu nabi memilih susu, dan
Jibril berkata: “Engkau telah memilih yang fitrah, engkau telah
memilih tanda Islam dan istiqamah.”
Kejadian Mi’raj

• Perjalanan isra’ diteruskan dengan perjalanan mi’raj. Nabi naik


bersama Malaikat Jibril, ke langit dunia, kemudian ke langit
berikutnya. Setiap penghuni langit menyambutnya, para nabi yang
ada di setiap langit memberikan salam kepadanya.
• Adam di langit pertama; Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakariya di
langit kedua; Idris di langit keempat; Harun di langit keempat;
Musa di langit keenam; dan Ibrahim di langit ketujuh. Kemudian
setelah melintasi mereka sehingga sampailah di langit ke tujuh,
dan melihat Sidratul Muntaha di sana.
• Di sinilah berhenti ilmunya para malaikat. Di sinilah Malaikat Jibril
berhenti, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maju
melewatinya sehingga dekat dengan Allah Ta’ala. Tidak ada yang
pernah melintasinya selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
• Pada malam itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat
Jibril dalam bentuk aslinya.
Pada malam itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pun melihat Baitul Ma’mur, surga dan neraka;
Allah wajibkan shalat lima puluh waktu, kemudian
diringankan sampai lima waktu sebagai salah satu
bentuk rahmat dan kelembutan Allah Ta’ala kepada
hamba-Nya.
Menerima
Perintah Shalat
“Ketika beliau menaikinya dengan perintah Allah, maka
sidratul muntaha berubah. Tidak seorang pun dari makhluk
Allah yang mampu menggambarkan keindahannya karena
indahnya. Lalu Allah memberikan wahyu kepada beliau
dengan mewajibkan shalat lima puluh waktu sehari semalam.
Lalu aku turun dan bertemu Nabi Musa Alaihissalam, dia
bertanya, ‘Apakah yang telah difardukan oleh Tuhanmu
kepada umatmu? ‘ Beliau bersabda: “Shalat lima puluh
waktu’. Nabi Musa berkata, ‘Kembalilah kepada Tuhanmu,
mintalah keringanan karena umatmu tidak akan mampu
melaksanakannya. Aku pernah mencoba Bani Israel dan
menguji mereka’.
Beliau bersabda: “Aku kembali kepada Tuhan seraya berkata, ‘Wahai Tuhanku,
berilah keringanan kepada umatku’. Lalu Allah subhanahu wata’ala.
mengurangkan lima waktu shalat dari beliau’. Lalu aku kembali kepada Nabi
Musa dan berkata, ‘Allah telah mengurangkan lima waktu shalat dariku’. Nabi
Musa berkata, ‘Umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Kembalilah
kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi’. Beliau bersabda: “Aku masih saja
bolak-balik antara Tuhanku dan Nabi Musa, sehingga Allah berfirman: ‘Wahai
Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan lima waktu sehari semalam. Setiap
shalat fardu dilipatgandakan dengan sepuluh kali lipat. Maka itulah lima puluh
shalat fardu. Begitu juga barangsiapa yang berniat, untuk melakukan kebaikan
tetapi tidak melakukanya, niscaya akan dicatat baginya satu kebaikan. Jika dia
melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya
barangsiapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak
melakukannya, niscaya tidak dicatat baginya sesuatu pun. Lalu jika dia
mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya’.
Aku turun hingga sampai
kepada Nabi Musa, lalu aku
memberitahu kepadanya.
Dia masih saja berkata,
‘Kembalilah kepada
Tuhanmu, mintalah
keringanan’. Aku menjawab,
‘Aku terlalu banyak
berulang-ulang kembali
kepada Tuhanku, sehingga
menyebabkanku malu
kepada-Nya’.”
(HR. Muslim No. 234)
Mayoritas Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini bahwa
perjalanan Isra Mi’raj yang dialami Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam adalah ruh dan jasad sekaligus. Hal ini
berdasarkan nash ayat:

‫ْس‬ ‫َم‬ ‫ُس ْب َح َن َّل َأ ْس َر َع ْب َل ْي اًل َن ْل َم ْس ْل َح َر َل ْل‬


‫ا ا ِذ ي ى ِب ِد ِه َأْلْق ِم ا ِج ِد ا اِم ِإ ى ا ِج ِد‬
Apakah Ruh ‫ا َص ى‬
saja, ataukah Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya
pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha
Ruh dan Jasad (QS. Al Isra: 1)

sekaligus? Kata bi’abdihi – hamba-Nya, menunjukkan perjalanan


tersebut adalah ruh dan jasad sekaligus, sebab seseorang
dikatakan ‘abdu (hamba) jika terdapat unsur keduanya.
Inilah pendapat Ibnu Abbas, Jabir, Anas, Khudzaifah, Umar, Abu Hurairah, Malik bin
Sha`sha`ah, Abu Habbah Al Badriyyi, Ibnu Mas`ud, Dhahak, Said bin Jubair, Qatadah,
Ibnu Musayyib, Ibnu Syihab, Ibnu Zaid, Al Hasan, Ibrahim, Masruq, Mujahid, Ikrimah,
Ibnu Juraij, dengan dalil ucapan Aisyah dan pendapat para ulama ahli fiqh Muta`akhirin ,
para ahli hadits, para ahli bahasa, dan para ahli tafsir.
Hikmah Isra
Mi’raj
Ujian Keimanan
atas Kekuasaan Allah
Sebagian orang dahulu dan sekarang, tidak
mempercayai kejadian ini. Mereka memandang
dengan akal semata, bahwa mustahil manusia
mengalami ini dalam waktu semalam saja. Di
tambah lagi berbagai kisah tentang berjumpanya
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan
para nabi sebelumnya di masing-masing lapisan
langit, serta pemandangan tentang surga dan
neraka.
Ada pun bagi seorang mu’min amat meyakini
wallahu ‘ala kulli syai’in qadiir, Allah Maha
Berkuasa atas segala sesuatu. Jika saja ada
peristiwa yang lebih besar dan lebih “tidak masuk
akal” dari Isra’ Mi’raj, nisacaya bagi seorang
mu’min tetap akan meyakininya. Sebab, hal-hal
seperti adalah peristiwa yang sangat mudah bagi
Allah Ta’ala untuk menjadikannya.
‫‪Sebagian Orang Menjadi Murtad‬‬
‫‪Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,‬‬
‫ُأ ْس َي ِب الَّن ِب صلى هللا عليه وسلم ِإ َل ى َب ْي ِت اْل َم ْق ِد ‪ُ ،‬ث َّم َج اَء ِم ْن َل ْي َل ِت ِه ‪َ ،‬ف َح َّد َث ُهْم‬
‫ًد‬ ‫ُق‬ ‫ُن‬ ‫َال‬ ‫ْح‬ ‫َن‬ ‫ِس‬
‫َن‬ ‫َل‬ ‫َق‬ ‫َف‬ ‫ْق‬ ‫َو َع َال َم َب ْي ْل‬ ‫ِّي‬ ‫ِر‬
‫َم‬
‫ا ِب ا‬ ‫َّم‬ ‫َح‬ ‫ُم‬ ‫ِّد‬ ‫َص‬ ‫ُن‬ ‫ٌس‬ ‫ْم‬ ‫َو‬ ‫َم‬
‫ِب ِس يِر ِه ‪ِ ،‬ب ِة ِت ا ِد ِس ‪ِ ،‬ب ِع يِر ِه ‪ ،‬ا ا ‪:‬‬ ‫َم‬
‫َي ُق وُل ! َف اْر َت ُّد وا ُكَّف اًر ا‪َ ،‬ف َض َرَب ُهللا َأ ْع َن اَق ُهْم َم َع َأ ي َج ْه‬
‫ِب ٍل‬
‫‪(HR. An-Nasa’i dan Abu Ya’la, berkata Husain bin Salim: isnadnya‬‬
‫‪shahih).‬‬
‫‪Ujian Keimanan atas Kerasulan Nabi‬‬
‫‪Muhammad‬‬
‫‪Lihatlah yang dilakukan Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu ‘Anhu tentang peristiwa ini.‬‬
‫َّمَلا ُأ ْس َي الَّن َص َّل ى الَّل ُه َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َل ى اَمْلْس ِد اَأل ْق َص ى َأ ْص َب َح َي َت َح َّد ُث الَّن اُس َذ ِل َك ‪َ ،‬ف اْر َت َّد َن اٌس‬
‫َك‬ ‫َص‬ ‫َك‬ ‫َل‬ ‫َه‬‫ِب‬ ‫ُل‬ ‫َق‬ ‫َف‬ ‫ْنُه‬ ‫َع‬ ‫ُه‬ ‫َّل‬ ‫ْك‬ ‫َب‬ ‫َأ‬ ‫ِج‬ ‫َل‬ ‫َك‬ ‫ِإ‬
‫َذ‬ ‫َعْو‬ ‫َس‬ ‫َو‬ ‫ُه‬ ‫ُق‬ ‫َّد‬ ‫َص‬ ‫َو‬ ‫ِّي‬ ‫ِب‬ ‫ُن‬ ‫َم‬ ‫ِب‬ ‫َّم ْن َك ُنِر‬
‫َل ِف ي اِح ِب ؟‬ ‫ْل‬ ‫ُل ‪ ،‬ا وا ‪:‬‬ ‫َي‬ ‫َر‬
‫ا ِب ِل ِإ ى ِب ي َأٍر ِض ال‬ ‫و ‪،‬‬ ‫ِه‬ ‫ا َأ وا آُأ وا‬ ‫ِم‬
‫َق‬ ‫َن‬ ‫َك‬ ‫ْن‬ ‫َق‬ ‫َن‬ ‫َق‬ ‫َك‬
‫ْس َي ِه ي ال ْي ى َب ْي ِت ا ِد ‪ ،‬اَل ‪َ :‬و اَل ِل ؟ ا وا ‪َ :‬ع ْم ‪ ،‬اَل ‪ِ :‬ئ ا اَل‬ ‫َذ‬ ‫َق‬ ‫َق‬ ‫ْق‬ ‫َمْل‬ ‫َل‬ ‫َّل‬ ‫ِب‬ ‫َّنُه‬ ‫َي ْز ُع ُم‬
‫َق‬ ‫َح‬ ‫ُيْص‬ ‫ْن‬ ‫َأ‬ ‫َق‬ ‫َج‬ ‫َو‬ ‫ْق‬ ‫َمْل‬ ‫ْي‬ ‫َب‬ ‫َل‬ ‫َلَة‬ ‫َّل‬ ‫ِس‬‫َه‬ ‫َذ‬ ‫َّنُه‬ ‫َأ‬ ‫ُه‬ ‫ُق‬ ‫َص‬ ‫ِإ‬ ‫ُت‬ ‫َو‬ ‫ِل‬ ‫ُل‬ ‫ِف‬
‫َق‬ ‫َذ َك َل َق ْد َص ِرَد َق ِب‬
‫َل‬
‫ِب ؟ َأا ‪:‬‬ ‫َل‬ ‫ْب‬ ‫َء‬ ‫ُأ ال ِإ ى ِت ا ِد ِس ‪َ ،‬أ ا‬ ‫ْي‬ ‫َب‬ ‫ِّد‬ ‫‪ ،‬ا وا َأ‪:‬‬
‫ُغ ْد َو ْو َر ْو َح َف َذ َك ُس َي ُب َب ْك‬ ‫َخ‬ ‫ُه‬ ‫ُق‬ ‫َك‬ ‫َذ‬ ‫ُد‬ ‫ُه‬ ‫ُه‬ ‫ُق‬ ‫ُأل‬ ‫ِل‬ ‫َن‬
‫َم‬ ‫َّس‬ ‫َب‬ ‫َص‬ ‫ْن‬ ‫َع‬ ‫ْب‬ ‫َو‬ ‫َم‬ ‫َص‬ ‫ْم‬ ‫َع‬
‫ِّم و ٍر‬ ‫ٍة ‪ِ ،‬ل ِل‬ ‫ِم ِل ‪ِّ :‬د ِب ِر ال اِء ِف ي ٍة‬
‫ال يَق‬
‫‪ِ ،‬إ ِّن ي ِّد ِب ا‬
‫ِّص ِّد‬
‫)‪(Tafsir Ibnu Katsir, Juz 5, hal. 26, 38; Ad-Dalail, Juz 2, hal. 106; dan Musnad Ahmad‬‬
Keagungan Ibadah Shalat

Shalat adalah ibadah yang diperintahkan ketika Rasulullah ke langit,


sementara ibadah lain diperintahkan ketika Rasulillah di bumi. Shalat
merupakan “mi’raj”-nya orang-orang mukmin di dunia.
Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata:
‫ ُث ّم ُن ِق َص ْت‬، ‫َخ ْم ِس يَن‬ ‫ُف َض ْت َع َل ى الّن ّي صلى هللا عليه وسلم َل ْي َل َة ُأ ْس َي ِه الَص لَو اُت‬
‫ُد ّن َال ِرّد ُل ِب‬ ‫ِر َل َخ ِب‬
‫َو ِإ ّن َل ِك َه ِذ ِه اْل َخ ْم‬ ‫ّي‬ ‫َد‬ ‫َل‬ ‫ُل‬ ‫ْو‬ ‫َق‬ ‫ْل‬ ‫ُي‬ ‫ُه‬ ‫ُن‬ ‫ُث‬ ‫ًا‬
‫ ِإ َب ا‬: ‫ يا محم‬: ‫ ّم وِد َي‬، ‫َح ّت ى ُج ِع ْت ْم س‬
‫ِس‬ ‫ِب‬
. ‫َخ ْم سيَن‬
Telah difardhukan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam shalat“
pada malam beliau diisra`kan 50 shalat. Kemudian dikurangi hingga
tinggal 5 shalat saja. Lalu diserukan, “Wahai Muhammad, perkataan
itu tidak akan tergantikan. Dan dengan lima shalat ini sama bagi mu
”.dengan 50 kali shalat

)HR. At Tirmidzi(
Keutamaan Masjidil Haram dan
Masjidil Aqsha

Abu Dzar Radhiallahu ‘Anhu bertanya kepada Rasulullah


Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
‫َي ا َر ُس وَل الَّل َأ ُّي َم ْس ُو َع ي اَأْل ْر َأ َّو َل َق اَل اْل َم ْس ُد اْل َح َر اُم َق اَل‬
‫ِج‬ ‫ِض‬ ‫ِه ْل ِج ٍد ِضَأْلْق ِف‬
‫ُق ْل ُت ُث َّم َأ ٌّي َق اَل ا َم ْس ُد ا َص ى ُت َك ْم َك اَن َب ْي َن ُهَم ا َق اَل ْر َب ُع وَن َس َن ًة‬
‫َأ‬ ‫ْل‬ ‫ُق‬
‫ِج‬
Wahai Rasulullah, masjid apa yang dibangun pertama kali di “
muka bumi?” Beliau menjawab: “Masjidil Haram.” Aku (Abu Dzar)
berkata: “lalu apa lagi?” Beliau menjawab: “Masjidi Aqsha.” Aku
bertanya lagi: “berapa lama jarak keduanya?” Beliau menjawab:
”.“empat puluh tahun

)HR. Bukhari No. 3186, Muslim No. 520(


Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda:

Tiga Masjid ‫َص‬ ‫َأْلْق‬ ‫ْس‬ ‫َم‬ ‫َو‬ ‫َر‬ ‫َح‬ ‫اَل ُت َش ُّد َح ُل اَّل َل َثاَل َث َم َس َد َم ْس َه َذ َو َم ْس ْل‬
‫الِّر ا ِإ ِإ ى ِة اِج ِج ِد ي ا ِج ِد ا اِم ِج ِد ا ى‬
Utama "Janganlah kalian bersusah payah melakukan perjalanan jauh, kecuali ke tiga
Masjid. Yaitu Masjidku ini (Masjid Nabawi di Madinah), Masjidil Haram (di
Makkah) dan Masjid Al Aqsa (di Yerusalem)." ( HR Muslim )
M. Indra Kurniawan
(Khadimud Da’wah [Pelayan] di
Forum Dakwah dan Tarbiyah
Islamiyah)
https://risalah.id

Anda mungkin juga menyukai