Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH UREA FORMALDEHIDA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah bahan kontruksi dan korosi

Disusun Oleh :

1. Bahy Wibowo (5213412003)


2. Fitriyatun Nurjannah (5213412006)
3. Alfini Kusuma Dewi (5213412025)
4. Desy Putri Nawangsari (5213412032)
5. Dyan Sulys Tyaningsih` (5213412035)

TEKNIK KIMIA S1

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan alam, Nabi Muhammad SAW.
Makalah berjudul ”Resin Urea Formaldehid” ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Bahan Kontruksi dan Korosi. Pada penyusunan makalah ini, penyusun
banyak mendapat bantuan, saran dan motivasi dari berbagai pihak sehingga laporan ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun sebagai acuan dalam pembuatan makalah yang lainnya. Semoga amal baik yang
telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan laporan ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca.

Semarang, Juni 2013

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

2.1. LATAR BELAKANG


A. Polimer dan Monomer
a. Polimer
Molekul besar (makromolekul) yang terbangun oleh susunan unit ulangan
kimia yang kecil, sederhana dan terikat oleh ikatan kovalen. Unit ulangan ini biasanya
setara atau hampir setara dengan monomer yaitu bahan awal dari polimer.

b. Monomer
Zat yang dapat dikonversi menjadi suatu polimer. Untuk contoh, etilena
adalah monomer yang dapat dipolimerisasi menjadi polietilena (lihat reaksi berikut).
Asam amino termasuk monomer juga, yang dapat dipolimerisasi menjadi polipeptida
dengan pelepasan air.

Sumber polimer dibagi dua yaitu alami contohnya Pati, Selulosa, Protein, Lipid,
Asam Nukleat, dsb dan Sintetik contohnya Polietilena, Polivinil Klorida, dsb. Cara
Pembuatan dibagi menjadi dua proses yaitu Polimer Adisi dan Polimer Kondensasi.
Polimerisasi Adisi, Monomer mengadisi monomer lain sehingga produk polimer
mengandung semua atom yang ada pada monomer awal. Polimerisasi Kondensasi,
Sebagian dari molekul monomer tidak termasuk dalam polimer akhir. Polimer
memiliki 2 Reaksi terhadap Kalor yaitu Polimer Termoplastik Bila dipanaskan
melunak dan dapat dibentuk dengan bantuan tekanan dan Polimer Termoset Dapat
dilebur dalam pembuatannya tapi menjadi keras selamanya tidak melunak dan tidak
dapat dicetak ulang. Contoh polimer termoset ialah :

B. Resin Phenol
Merupakan resin sintetik yang dibuat dengan mereaksikan phenol dengan
formaldehida, wujud nya keras, kuat, awet dan dapat dicetak pada berbegai
kondisi.Bahan ini mempunyai daya tahan panas dan air yang baik dan dapat diberi
macam-macam warna,sering digunakan sebagai bahan pelapis dan laminating,
pengikat batu gerinda, pengikat logam atau gelas, dapat dicetak menjadi kotak,
isolator listrik, tutup botol dan tangkai pisau.
C. Resin Amino
2 jenis resin amino, yakni: formaldehida urea dan formaldehida melamin.
Formaldehida melamin : banyak di pasarkan dalam bentuk serbuk, untuk kemudian di
cetak, sedangkan bila bentuk cair (larutan), untuk digunakan sebagai perekat.Untuk
meningkatkan sifat mekanik dan listrik, maka pada melamin ditambahkan bahan
pengisi,sehingga dapat juga digunakan untuk membuat sendok-garpu, bagian
busi, tombol-tombol dan alat cukur.
Formaldehida urea : Resin urea, dapat dicetak tekan, memiliki permukaan yang
keras dan mempunyai nilai dielektrik yang tinggi dan dapat diberi berbagai warna.
Produk yang dihasilkan dari resin urea adalah: peralatan listrik, kancing, dll. Kedua
jenis resin ini banyak juga digunakan untuk mencegah berkerut dan kusut nya kain
katun dan untuk mencegah menyusutnya kayu.
D. Resin Furan
Resin ini berasal dari hasil pengolahan limbah pertanian, seperti: tongkol jagung
dan biji kapas. Warna produk nya agak tua, tahan air dan mempunyai sifat-sifat listrik
yang baik.
E. Resin Epoksida
Resin jenis ini banyak dipakai untuk keperluan: pengecoran, pelapisan, protektor
alat-alat listrik, campuran cat dan sebagai adhesif (perekat/lem).Karena alasan resin ini
tahan terhadap aus dan beban kejut, maka sering juga digunakan untuk membuat
cetakan tekan (metalurgi serbuk), panel sirkuit listrik, tangki dan jig.
F. Resin Silikon Polimer dengan silikon sebagai bahan dasar
Mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan bahan dasar plastik (atom karbon)
lain nya. Sifat-sifat spesifik nya adalah: stabilitas (tahan terhadap suhu tinggi), kedap
air, oleh karena itu sering digunakan untuk membuat: minyak gemuk (fat),
resin, perekat dan karet sintetis. Contoh polimer termoplastik ialah Selulosa yang
dibuat dari serat kapas dan kayu, namun sangat kuat dan ulet serta dapat diberi ber-
bagai warna.
2.2. PENGERTIAN RESIN
Resin adalah suatu campuran yang kompleks dari ekskret tumbu-tumbuhan dan
insekta, biasanya berbentuk padat dan amorf dan merupakan hasil terakhir dari
metabolisme dan dibentuk dari ruang-ruang skizogen dan skizolisigen. Secara fisis,
resin ini biasanya keras, transparan plastis dan pada pemanasan menjadi lembek.
Secara kimiawi, resin adalah campuran yang kompleks dari asam-asam resinat,
alkohol resinat, resinotannol, ester-ester dan resene-resene. Bebas dari zat lemas dan
mengandung sedikit oksigen karena mengandung zat karbon dalam kadar tinggi, maka
kalau dibakar menghasilkan angus.
Ada juga yang menganggap bahwa resin terdiri dari zat-zat terpenoid, yang
dengan jalan adisi dengan air menjadi dammar dan fitosterin sifatny tidak larut dalam
air, sebagian larut dalam alcohol, larut dalam eter, aseton, petroleum eter, kloroform,
dan lain-lain. Apabila resin-resin dipisahkan dan dimurnikan, biasanya dibentuk dalam
zat padat yang getas dan amorf, yang kalau dipanaskan akan menjadi lembek dan akan
habis terbakar. Resin ini juga tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol dan
pelarut organic lainnya. Isi dari resin pada umumnya adalah asam-asam resinat dan
alkohol-alkohol resinat

2.3. UREA DAN FORMALIN


Urea adalah senyawa turunan dari asam karboksilat yang mengikat gugus
amida.Urea disintesis di industri dari amonia dan karbon dioksida untuk digunakan
sebagai bahan dalam sintesa polimer, obat – obatan, sumber nitrogen non-protein bagi
ternak ruminansia dan untuk pupuk nitrogen .
Formalin adalah gas yang mudah terbakar, tidak berwarna, gas beracun dengan
bau yang menusuk dan menyesakkan. Formalin biasa digunakan sebagai desinfektan
dan pengawet untuk spesimen hayati. Resin urea formaldehid adalah hasil polimerisasi
kondensasi urea dengan formaldehid. Resin ini termasuk dalam kelas resin
thermosetting yang mempunyai sifat tahan terhadap asam ,basa , tidak dapat melarut
dan tidak dapat meleleh. Karena sifat-sifat tersebut, aplikasi resin urea-formaldehid
yang sangat luas sehingga industri urea-formaldehid berkembang pesat. Contoh
industri yang menggunakan industri formaldehid adalah laminating, coating, tekstil
resin finishing.
2.4. RUMUSAN MASALAH
1.4.1 Apa yang dimaksud dengan resin urea formaldehid?
1.4.2 Bagaimana proses pembuatan Resin Urea Formaldehid?
1.4.3 Apa saja yang mempengaruhi reaksi Urea-Formaldehid?
1.4.4 Bagaimana pencetakan Resin Urea- Formaldehid?
1.4.5 Apa saja kegunaan Resin Urea-Formaldehid?
1.4.6 Apa saja dampak Resin Urea-formaldehid?
1.4.7 Bagaimana penanggulangan limbah polimer Resin Urea-formaldehid?

2.5. TUJUAN
1.5.1 Untuk mengetahui apa itu resin urea-formaldehid.
1.5.2 Untuk mengetahui proses pembuatan resin urea-formaldehid
1.5.3 Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi urea-formaldehid.
1.5.4 Untuk mengetahui bagaimana pencetakan resin urea formaldehid.
1.5.5 Untuk mengetahui kegunaan resin urea-formaldehid.
1.5.6 Untuk mengetahui dampak resin urea-formaldehid.
1.5.7 Untuk mengetahui penanggulangan limbah polimer resin urea-formaldehid.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. RESIN UREA FORMALDEHID


Resin urea-formaldehid adalah salah satu contoh polimer yang merupakan
hasil kondensasi urea dengan formaldehid. Urea-formaldehid (dikenal juga sebagai
urea-metanal) adalah suatu resin atau plastik thermosetting yang terbuat dari urea dan
formaldehid yang dipanaskan dalam suasana basa lembut seperti amoniak atau piridin.
Thermosetting merupakan jenis plastik yang tidak dapat didaur ulang karena plastik
jenis ini akan langsung mengeras dan menjadi arang jika dipanaskan.
Sifat fisik
• Memiliki sifat tidak dapat meleleh
• Absorpsi air yang rendah
• Dapat dicetak tekan atau transfer
• Memiliki permukaan yang keras
• Dapat diberi berbagai jenis warna
Sifat mekanik
• Massa jenis 1,47-1,52 (g/cm3)
• Kekuatan tarik 4,2-9,1 (kgf/mm2)
• Perpanjangan 0,4-1,0%
• Ketahanan panas 750C
Sifat kimia
• thermosetting
• Tidak larut dalam pelarut apapun
• Kenaikan temperatur dapat menurunkan berat molekul (Mr) resin urea-
formaldehid. Hal tersebut dikarenakan adanya pembentukan pusat-pusat aktif
yang baru, sehingga memperkecil ukuran molekul resin.
• Resin urea formaldehid lebih buruk dari pada resin fenol, resin melamin, dsb
yaitu dalam hal ketahanan air, kestabilan dimensi, dan ketahanan terhadap
penuaan, sehingga sifat-sifat tersebut diperbaiki dengan penambahan bahan
lain atau diproses menjadi kopolimer dengan fenol, melamin, dsb.
2.2. PEMBUATAN RESIN UREA-FORMALDEHID
a) Sintesis amonia dari karbondioksida
Amonia dan karbondioksida (reaktan) dicampurkan pada tekanan tinggi
menghasilkan ammonium karbamat. Amonium karbamat selanjutnya dipekatkan pada
evaporator vakum menghasilkan urea. Urea yang dihasilkan dari hasil reaksi akan
dipisahkan menggunakan evaporator. Evaporator bekerja dengan prinsip destilasi, yatu
berdasarkan perbedaan titik didih. Komponen yang akan dipisahkan adalah urea dari
air yang melarutkannya. Air akan terpisahkan menuju labu lan karena titik didihnya
yang lebih rendah dari urea, yaitu 100oC sedangkan urea 132,7oC. Prinsip kerja :
Evaporator berfungsi untuk mengurangi bahkan menghilangkan kadar air dari suatu
zat cair, sehingga didapat zat cair yang lebih pekat, berkonsentrasi tinggi, dan lebih
murni. Dalam hal ini zat yang menjadi lebih murni dan pekat adalah urea.
b) Kondensasi urea dengan formaldehyd
Reaksi urea-formaldehid merupakan reaksi kondensasi antara urea dengan
formaldehid. Pada umumnya reaksi menggunakan katalis hidroksida alkali dan kondisi
reaksi dijaga tetap pada pH 8-9 agar tidak terjadi reaksi Cannizaro, yaitu reaksi
diproporsionasi formaldehid menjadi alkohol dan asam karboksilat. Untuk menjaga
agar pH tetap maka dilakukan penambahan ammonia sebagai buffer ke dalam
campuran. Reaksi ini secara umum berlangsung dalam 3 tahap yakni metilolasi,
propagasi (kondensasi), dan proses curing.
1. Tahap Metilolasi, yaitu adisi formaldehid pada gugus amino dan amida dari
urea, dan menghasilkan metilol urea. Urea dan formaldehid direaksikan dengan
ditambahkannya katalis basa. Basa yang digunakan dapat berupa barium
hidroksida ataupun kalium hidroksida. Dari reaksi tsbt diperoleh monomer atau
yang disebut mono-metilol dan dimetilol. Monometilol adalah hasil reaksi
penggabungan antara 1 molekul urea dengan 1 molekul formaldehid,
sedangkan dimetilol adalah hasil reaksi penggabungan 2 molekul formaldehid
dan 1 molekul urea. Baik mono-metilol urea maupun dimetilol urea larut dalam
air sehingga reaksi pembentukannya dilakukan dalam fasa pelarut air.
2. Tahap Propagansi (kondensasi), yaitu reaksi kondensasi dari monomer-
monomer mono dan dimetilol urea membentuk rantai polimer yang lurus.
Kondensasi lanjutan ini akan menghasilkan jembatan metilen antara dua
molekul urea.
3. Tahap Curring, yaitu proses terakhir yang dipengaruhi oleh katalis, panas dan
tekanan tinggi. Pada proses ini, ketika kondensasi tetap berlangsung, polimer
membentuk rangkaian 3 dimensi yang sangat kompleks dan menjadi resin
thermosetting. Temperatur curing dilakukan pada sekitar temperatur 120
Celcius dan pH < 5.

2.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI UREA-FORMALDEHID


1. Katalis
Penggunaan katalis pada suatu reaksi akan meningkatkan laju reaksi tersebut.
Begitu juga yang terjadi pada reaksi urea-formaldehid ini. Laju reaksinya akan
meningkat jika digunakan katalis. Katalis yang digunakan pada percobaan ini adalah
NH4OH karena reaksi ini berlangsung pada kondisi basa.
2. Temperatur
Kenaikan temperatur selalu mengakibatkan peningkatan laju suatu reaksi.
Namun, kenaikan temperatur ini dapat mempengaruhi jumlah produk yang terbentuk,
bergantung pada jenis reaksi tersebut (eksoterm atau endoterm). Oleh karena itu,
diperlukan suatu optimasi untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Kenaikan temperatur juga dapat menurunkan berat molekul (Mr) resin urea-
formaldehid. Hal tersebut dikarenakan adanya pembentukan pusat-pusat aktif yang
baru, sehingga memperkecil ukuran molekul resin.
Temperatur reaksi tidak boleh melebihi titik lelehnya karena dimetilol urea
yang terjadi akan kehilangan air dan formaldehid. Menurut Kadowaki dan Hasimoto
temperatur optimum reaksi adalah 85oC. Sedangkan titik lelehnya menurut De Chesne
adalah 150 oC. Dan menurut Einhorn adalah 126 oC. Kenaikan temperatur akan
mempercepat laju reaksi, hal ini dapat ditunjukkan dengan persamaan Arrhenius yaitu

K = A e-Ea/RT
Kemurnian zat umpan

3. Zat umpan
Zat umpan yang digunakan harus murni karena adanya zat pengotor
dikhawatirkan akan mempengaruhi terbentuknya polimer atau terjadinya reaksi
samping .
4. Waktu Reaksi
Jumlah dan sifat produk yang dihasilkan dari suatu reaksi juga dipengaruhi
oleh waktu reaksi. Makin lama waktu reaksi, jumlah produk yang dihasilkan makin
banyak akibatnya, resin yang dihasilkan akan berkadar tinggi dan memiliki Mr tinggi.
Pembuatan resin urea – formaldehid skala laboratorium dapat dilakukan
dengan langkah kerja sebagai berikut:
Reaksi kondensasi ini dilakukan dalam sebuah labu berleher yang dilengkapi
kondensor ohm meter, termometer, agitator. Kondensor berfungsi mengembunkan air
yang menguap selama proses polimerisasi. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat
tercapainya kesetimbangan reaksi. Agitator berfungsi membuat larutan tetap homogen
selama proses berlangsung.
Kerugian penggunaan urea-formaldehid sebagai resin dibandingkan polimer
lain adalah resistensinya terhadap kadar air (moisture) apalagi jika dikombinasikan
dengan panas. Kondisi ini dapat menyebabkan reaksi balik dan melepaskan monomer
– monomer yang belum sempurna bereaksi membentuk polimer. Monomer ini
biasanya beracun misalnya formaldehid yang dapat menyebabkan kanker. Oleh sebab
itu, ada baiknya bila kita akan menggunakan peralatan makan yang terbuat dari bahan
polimer, sebaiknya peralatan tersebut direndam dahulu dengan air panas dengan tujuan
agar monomer – monomer yang belum sempurna bereaksi terlepas pada air rendaman.

2.4. PENCETAKAN RESIN UREA-FORMALDEHID


a. Cetak Tekan
Prinsip cetak tekan dibambarkan pada gambar di bawah ini. Sejumlah bahan
dimasukan dalam cetakan logam yang telah dipanaskan terlebih dahulu. Pada waktu
cetakan ditutup, bahan yang telah lunak tertekan sehingga mengalir mengisi rongga
cetakan. Bahan yang digunakan dapat berbentuk serbuk atau tablet prabentuk.
Tekanan yang lazim digunakan berkisar antara 0,7 sampai 55 Mpa, tergantung pada
bahan yang digunakan dan bentuk produk. Suhunya berkisaran antara 120 hingga
205˚C. Panas sangat penting bagi resin termosetting, karena pertama-tama diperlukan
untuk plastisasi, kemudian untuk polimerisasi atau untuk pengerasan. Serbuk perlu
dipanaskan secara merata, suatu hal yang cukup sulit karena daya hantar panas bahan
tidak baik.
Beberapa jenis bahan diolah dengan penekanan, akan tetapi siklus pemanasan
dan pendinginan cetakan yang cepat akan menimbulkan kesulitan. Produk mungkin
cacat sewaktu dikeluarkan bila pendinginan cetakan tidak sempurna.
Ada bermacam jenis mesin pres hidrolik, mulai dari yang dikendalikan dengan
tangan sampai kepada jenis otomatik. Fungsi dari pres adalah memberikan tekanan
dan panas yang cukup sekaligus sehingga terjadi plastisasi yang sempurna dari bahan.
Panas yang diperlukan dapat dialirkan melalui pelat pemanas, atau langsung ke
cetakan dan berasal dari uap, cairan yang dipanaskan, listrik atau berfrekuensi tinggi.

b. Cetak Transfer
Pada proses cetak transfer, serbuk termosetting atau benda prabentuk
diletakkan pada tempat tersendiri atau alam ruang tekanan di atas rongga cetakan,
seperti tampak pada gambar di bawah ini. Di sini bahan mengalami plastisasi akibat
panas dan tekanan dan diinjeksikan ke dalam rongga cetakan, sebagai cairan panas, di
sini bahan tersebut kemudian mengalami pengerasan. Waktu reaksi pengerasan untuk
cetak-transfer lebih singkat dibandingkan proses cetak-tekan.
Waktu pengisian pun lebih singkat karena digunakan bahan pembentuk yang
lebih besar yang dapat dipanaskan lebih cepat. Proses ini sangat cocok untuk membuat
bagian-bagian yang memerlukan sisipan logam yang kecil, karena bahan plastik yang
panas memasuki rongga cetakan secara bertahap tanpa tekanan yang tinggi. Bentuk
yang rumit dan bentuk dengan variasi penampang yang besar dapat juga dihasilkan
dengan cara cetak transfer. Keterbatasan dari proses ini ialah: kehilangan bahan dalam
saluran pengalir, spru dan harga cetakan yang lebih mahal dibandingkan dengan
cetakan pada proses cetak-tekan.

2.5. CARA INJEKSI BAHAN TERMOSET


Bahan termosett dalam batas-batas tertentu dapat dibentuk dengan cara cetak-
jet. Setelah dimodifikasi mesin cetak-injeksi untuk bahan termoplastik, dapat diubah
untuk keprluan cetak jet. Nosel, yang merupakan bahan terpenting dari mesin harus
dapat dipanaskan dan didinginkan selama siklus injeksi. Mula-mula resin dipanaskan
dalam silinder yang mengelilingi penekanan, sampai lunak namun belum
terpolimerisasi. Pada waktu penekan menekan resin melalui nosel ke dalam cetakan,
terjadi panas tambahan. Pada saat cetakan penuh, nosel didinginkan dengan cepat
dengan mengalirkan air untuk mencegah polimerisasi bahan yang tersisa.
Mesin ulir umpan balik kini mulai digantikan dengan mesin cetak-jet. Bahan
masuk, (di bawah pengaruh gravitasi), sementara didorong oleh ulir yang berputar,
bahan sekaligus dipanaskan. Pada waktu ulir berputar, bahan terplastisasi di muka ulir,
dan masih terhalang oleh plunyer sampai terkumpul sejumlah bahan tertentu. Plunyer
kemudian turun, dan ulir memaksa bahan memasuki ruang transfer. Bahan kemudian
ditekan memasuki rongga cetakan.

2.6. KEGUNAAN RESIN UREA-FORMALDEHID


1. Bahan ini digunakan untuk barang-barang kecil yang digunakan sehari-hari
seperti pelindung cahaya, soket, alat-alat listrik, kancing, tutup wadah, kotak,
baki, dan mangkuk.
2. Salah satu jenis resin yang digunakan sebagai bahan perekat dan pelapis kayu
atau kertas.
3. Resin ini digunakan untuk mencegah berkerut dan kusutnya kain katundan
untuk mencegah menyusutnya kayu.
4. Digunakan untuk laminating.
5. Karena resin ini sangat terang warnanya dan sehingga lebih cocok untuk
pemakaian dekoratif. Contohnya : Counter berwarna cerah dan taplak-taplak
dibuat dengan kertas yang diimpregnasi resin urea, serta kayu lapis interior
dekoratif biasanya menempel dengan resin urea karena resin fenol yang
berwarna gelap bisa menandai lapisan pernisnya. Akan tetapi, kayu lapis
eksterior merekat dengan damar fenol karena mempunyai ketahanan cuaca
yang lebih baik.
6. Dalam bidang koting, resin urea-formaldehid kadangkala dipadukan dengan
alkyd baking enemels untuk memperbaiki kekerasan.
7. Resin urea dipergunakan untuk memberikan ketahanan crease dan shrink
kepada produk melalui reaksi-reaksi ikat silang.
8. Aplikasi utama lainnya dari polimer urea-formaldehid adalah dalam
menginsulasi busa. Hal ini biasanya difabrikasi on-site dengan peralatan
pembusaan yang portable. Bahan-bahannya mencakup resin, surfaktan untuk
menstabilkan busa, katalis (biasanya asam fosfat), dan udara bertekanan.
Surfaktan dan katalis biasanya dicampur terlebih dahulu. Ketiga komponen
tersebut (resin, surfaktan plus katalis, dan udara) kemudian dipompakan secara
terpisah ke dalam wadahnya untuk diisikan. Busa terbentuk dalam beberapa
menit dan mengeras secara sempurna dalam sehari. Telah banyak kontroversi
di sekitar pemakaian busa urea-formaldehid untuk menginsulasi rumah karena
aspek-aspek kesehatan yang timbul dari lepasnya uap formaldehida.

2.7. DAMPAK RESIN UREA FORMALDEHID


2.7.1. Dampak terhadap tubuh
Resin urea formaldehid ini memiliki resistensi yang rendah terhadap air
dan kondisi yang panas. Kondisi ini dapat menyebabkan reaksi balik dan
melepaskan monomer – monomer yang belum sempurnya bereaksi membentuk
polimer. Monomer ini biasanya dilepaskan dalam bentuk formaldehid atau
formalin.
Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum,
bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi
jadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi
pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya.
Apabila bahan yang menggunakan resin urea formaldehid terpapar
panas, maka resin urea ini akan melepaskan molekul formaldehid. Formaldehid
dalam suhu ruangan ditemukan dalam bentuk gas. Apabila kadar di udara lebih
dari 0.1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi kepala
dan membran mukosa, yang menyebabkan keluar air mata, pusing, tengorokan
serasa terbakar, serta kegerahan.
Iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluar air
mata, pusing, teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan
Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh
protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang
percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam
hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai
pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila
formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam
bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup
yang terpapar zat tersebut.
2.7.2. Dampak terhadap lingkungan
Resin ini termasuk kedalam golongan polimer thermosetting sehingga
tahan terhadap panas. Penanggulangan bahan ini tidak dapat dilakukan secara
sederhana. Karena bahan ini jika rusak tidak dapat dibentuk kembali, maka hal
yang dapat dilakukan adalah :
 Membuatnya menjadi barang baru (recycle)
 Dibakar dengan suhu pemanasan yang sangat tinggi, yaitu
menggunakan insenerator ( suhu 800-1000oC)

2.8. PENANGGULANGAN LIMBAH POLIMER RESIN UREA-FORMALDEHID


2.8.1. Insenerator skala kecil
Alat yang digunakan untuk melakukan pembakaran polimer ini adalah
insenerator. Insenerator dapat membakar dan mengubah limbah hingga yang
tersisa hanya abu dan gasnya saja. Insenerator akan membakar polimer ini
dengan suhu sangat tinggi, yaitu 800-1000oC.

2.8.2. Insenerator skala besar


Gas hasil pembakaran polimer tersebut masih mengandung zat
berbahaya, maka untuk meminimalisirnya dilakukan proses pengolahan
lanjutan, yaitu dengna kondensasi. Kondensasi merupakan satu metoda untuk
mengubah gas menjadi zat cair. Hasil dari kondensasi ini (cairan) akan
mengandung za berbahaya lebih sedikit dari limbah dalam bentuk gasnya.
Setelah cair, limbah tersebut dapat diolah atau difiltrasi untuk menjadi air
pemakaian luar (bukan untuk konsumsi makhluk hidup) atau dapat langsung
dibuang ke lingkungan.
BAB 3
PENUTUP
3.1. SIMPULAN
1) Resin urea-formaldehid adalah salah satu contoh polimer yang merupakan
hasil kondensasi urea dengan formaldehid dimana Urea-formaldehid (dikenal
juga sebagai urea-metanal) adalah suatu resin atau plastik thermosetting yang
terbuat dari urea dan formaldehid yang dipanaskan dalam suasana basa lembut
seperti amoniak atau piridin.
2) Proses pembuatan resin urea-formaldehid dibagi menjadi dua, yaitu : Sintesis
amonia dari karbondioksida (Amonia dan karbondioksida (reaktan)
dicampurkan pada tekanan tinggi menghasilkan ammonium karbamat.
Amonium karbamat selanjutnya dipekatkan pada evaporator vakum
menghasilkan urea ) dan Kondensasi urea dengan formaldehyd (Reaksi urea-
formaldehid merupakan reaksi kondensasi antara urea dengan formaldehid).
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pembutan resin urea-
formaldehida adalah katalis, temperatur, zat umpan dan waktu reaksi.
4) Pecetakan resin formaldehida dapat dilakukan dengan cara cetak tekan dan
cetak tansfer.
5) Kegunaan resin urea-formaldehid salah satunya yaitu digunakan untuk barang-
barang kecil yang digunakan sehari-hari.
6) Resin urea formaldehida memiliki banyak kegunaan selain itu juga memiliki
dampak yang sangat berbahaya bagi tubuh dan terhadap lingkungan sekitar.
7) Penanggulangan limbah resin urea formaldehida yaitu dapat dilakukan dengan
Insenerator skala kecil dan Insenerator skala besar yang proses pengolahannya
dilanjutkan dengan proses kondensasi.
3.2 SARAN
1) Kami harapkan kepada pembaca setelah membaca makalah ini, agar dapat
memahami apa itu resin urea formaldehida dan mengetahui dampak yang akan
muncul ketika resin urea formaldehida diaplikasikan ke masyarat.
2) Kami harapkan kepada pembaca setelah membaca makalah ini, agar dapat
memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan
makalah ini.
3) Kami harapkan kepada pembaca, setelah membaca makalah ini, ikut serta
dalam mengurangi pemakaian resin urea formaldehida yang termasuk dalam
polimer sehingga mencegah semakin banyaknya limbah dari resin urea
formaldehida yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/20977114/Urea-Formaldehid Diakses pada hari Jum’at 7 Juni


2013 pukul 18.50 WIB

http://che.ft-untirta.ac.id/download-center/category/1-operasi-teknik-
kimia?download=109%3Amodul-polimerisasi-revisi Diakses pada hari Jum’at 7 Juni 2013
pukul 19.45 WIB

http://eprints.unipa.ac.id/437/1/Susim,Benyamin_Perekat%20Urea%20Formaldehida(UF)
%20pd%20Papan%20Laminasi%20Kayu%20Resak.pdf.pdf Diakses pada hari Jum’at 7
Juni 2013 pukul 19.48 WIB

http://id.wikipedia.org/wiki/Resin_Urea-Formaldehid Diakses pada hari Jum’at 7 Juni


2013 pukul 19.52 WIB

http://taritania.blogspot.com/2012/01/makalah-resin-fenol-urea-formaldehid.html Diakses
pada hari Jum’at 7 Juni 2013 pukul 19.50 WIB

Anda mungkin juga menyukai