Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN EKOLOGI INDUSTRI AIR LIMBAH,

PT. PERTAMINA (PERSERO) CILACAP

Disusun Oleh :

Aldino Tri Nugroho

180307026

PROGRAM STUDI

TEKNIK PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK NEGERI CILACAP

2019
I. DASAR TEORI

Gambar 1. PT. PERTAMINA (PERSERO) CILACAP

Sejak didirikan pada 10 desember 1957, Pertamina menyelenggarakan usaha


minyak dan gas bumi disektor hulu hingga hilir. Merupakan salah satu dari 7 jajaran unit
pengolahan di tanah air, yang memiliki kapasitas produksi terbesar yakni 348.000
barrel/hari, dan terlengkap fasilitasnya. Kilang ini bernilai strategis karena memasok 34%
kebutuhan BBM nasional atau 60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa.
Selain itu kilang ini merupakan satu-satunya kilang di tanah air saat ini yang
memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur di tanah air.
Kilang di PT PERTAMINA (PERSERO) Refinery Unit IV Cilacap terdiri atas:

Kilang Minyak I
Kilang Minyak I dibangun tahun 1974 dengan kapasitas semula 100.000 barel /
hari. Kilang Minyak I ini dimulai sejak diresmikan Presiden RI tanggal 24 Agustus 1976.
Sejalan dengan peningkatan kebutuhan konsumen, tahun 1998/1999 Peningkatan
kapasitas melalui proyek Debottlenecking sehingga menjadi 118.000 barel / hari. Kilang
ini dirancang untuk memproses bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, dengan
tujuan selain mendapatkan BBM sekaligus untuk mendapatkan produk NBM yaitu bahan
dasar minyak pelumas dan aspal. Mengolah minyak dari Timur Tengah agar dapat
menghasilkan bahan dasar pelumas dan aspal, mengingat karakter minyak dari dalam
negeri tidak cukup ekonomis untuk diproduksi.

Kilang Minyak II
Sementara Kilang Minyak II ini dibangun tahun 1981, dengan pertimbangan
untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri yang terus meningkat. Kilang yang mulai
beroperasi 4 Agustus 1983 setelah diresmikan Presiden RI, memiliki kapasitas awal
200.000 barel / hari. Kemudian dipertimbangkan peningkatan kebutuhan BBM ditanah
udara, dibahas dengan peningkatan kapasitas (debottlenecking) pada tahun 1998/1999,
kapasitasnya juga meningkat menjadi 230.000 barel / hari. Kilang ini mengolah minyak
"koktail" yaitu minyak campuran, tidak hanya dari dalam negeri juga di impor dari luar
negeri.

Kilang Paraxylene
Kilang Paraxylene Cilacap dibangun tahun 1988 dan beropersi setelah diresmikan
oleh Presiden RI tanggal 20 Desember 1990. Kilang ini memproduksi produk NBM dan
Petrokimia. Pertimbangan pembangunan Kilang ini didasarkan atas pertimbangan:
1. Tersedianya bahan baku Naptha yang cukup dari Kilang Minyak II Cilacap.
2. Adanya sarana pendukung berupa tangki dan utilitas.
3. Disamping peluang terbukanya pasar baik di dalam maupun di luar negeri.

Tabel 1. Sejarah Kilag RU IV Cilacap

TAHUN PROYEK TUJUAN


1974-1976 Midle East Crude Memenuhi kebutuhan BBM
& Lube Base dalam negeri
FOC I = 100 MBSD

LOC I = 800.000 Ton/Tahun

Asphalt = 245.000
Ton/Tahun

Utilities & OFFsite


1981-1983 Domestic Crude Memenuhi kebutuhan
BBM, LPG, Lube Base dan
FOC II = 200 MBSD Asphalt dalam negeri

LOC 1 = 175.000
Ton/Tahun

Asphalt = 550.000
Ton/Tahun

Utilities & OFFsite


1988-1990 Naphta dari FOC II Memenuhi Kebutuhan
Paraxylene & Benzene
Paraxylene = 270.000 dalam negeri dan luar
Ton/Tahun negeri

Benzene = 120.000
Ton/Tahun
1996-1998 Debottlenecking/Proyek Memenuhi kebutuhan
peningkatan kapasitas (FOC BBM, LPG, Lube Base dan
I = 188 MBSD, FOC II = Asphalt dalam negeri
230 MBSD)

Lube Base = 480.000


Ton/Tahun
2001-2005 Sulfur Recovery Unit Recovery LPG dan
memenuhi baku mutu
LPG = 400 Ton/Tahun limbah udara (SOX)

Sulfur = 70 Ton/Tahun
2011-2015 Instalasi Pengolahan Air Meningkatkan Batu Mutu
Limbah (IPAL) Limbah Cair, Peningkatan
Yield Valuable Product
RFCC (62 MBSD) seperti HOMC, LPG dan
Propylene serta
LPG Sweetening : 1.500 meningkatkan Complexity
PSD Index kilang RU IV

RRU : 430 TPD

Gasolie Hydrotreating : 38
MBSD

Utilities & Offside


2016-on going Proyek Langit Biru Cilacap Meningkatkan Kualitas
(PLBC) BBM menjadi EURO 4

TITIK PANTAU PT PERTAMINA (PERSERO)

a. Ada 10 titik pantau yang tersebar berupa Air limbah, Drainase Air Limbah
Domestik.
b. 41 titik pantau Cerobong yang berupa emisi ( termasuk 2 CEMs ).
c. 15 titik pantau berupa limbah ambien.
d. 15 titik pantau kebisingan.
KONFIGURASI KILANG

Gambar 2. FOC I, LOC I,II,III


Gambar 3. FOC III PARAXYLENE

II. PROSES

Gambar 4. Instalasi Pengolahan Air Limbah

Gambar 5. Proses Pengolahan Air Limbah


1. Proses awal karakteristik limbah cair dari Desalter FOC I/II dengan limbah cair
dari SWS FOC I/II masuk ke dalam equalization tank lalu dihomogenisasi.
2. Limbah cair masuk ke dalam Dissolved Air Floatation yang berfungsi untuk
menyisihkan suspended solid yang mengandung minyak dari limbah cair dengan
cara mengangkat partikel kecil yang tidak dapat mengendap secara gravitasi.
Minyak yang telah disishkan akan di tamping ke dalam Oil Storage Tank
kemudian ke Stop Tank. Limbah cair yang berasal dari Desalter FOC I/II masuk
terlebih dahulu ke dalam API Separator kemudian masuk ke dalam pengental
pasir untuk pemisahan lumpur mikroorganisme dari zona lumpur API Separator
dengan fisik (menggunakan perbedaan densitas), lalu masuk ke CPI Separator
untuk memisahkan Free Oil dalam air limbah secara gravitasi.
3. Limbah cair masuk ke dalam Aeration Tank untuk dilakukan penyisihan polutan
organik dalam limbah cair.
4. Limbah cair masuk ke dalam Sedimentation Tank untuk memisahkan lumpur aktif
dari efluen aerasi, kemudian limbah cair masuk ke dalam penanampungan (Clean
Water Tank) sebagai tempat ekualisasi aliran dan tekanan untuk disalurkan
menuju tanki berikutnya atau kebutuhan lain.
5. Selain masuk ke dalam penampungan, limbah cair ada yang masuk ke dalam
Sludge Thickener dan Belt Filter Press untuk mengurangi kadar air lumpur
dengan meningkatkan kadar solid lumpur tersebut, sehingga dapat mengurangi
volume lumpur yang akan diolah.

III. PENANGANAN LIMBAH


Terdapat 81 titik pantau dalam penanagan limbah, yaitu 10 titik pantau air limbah,
drainase, dan air limbah domestik. 41 titik pantau emisi (termasuk CEMs). 15 titik pantau
ambien. 15 titik pantau kebisingan.
Teori dan proses dalam penanaganan limbah yang diaplikasikan oleh Pertamina
RU IV Cilacap adalah metode pengolahan secara fisika, kimia, dan biologi, atau
kombinasi dari ketiga metode tersebut untuk mengatasi pencemaran.
a. Proses Fisika
 Proses awal dalam tahapan pengolahan.
 Proses pemisahan minyak dan solid dari air limbah secara fisik (gravity).
b. Proses Kimia
 Proses untuk menghilangkan parikel-partikel yang tidak mudah mengendap
(koloid, logam-logam berat, senyawa fosfor, dan senyawa organik beracun).
 Melibatkan bahan kimia seperti koagulan, flokuan, serta netralisan untuk
menetralkan zat kimia berbahaya dalam air limbah.
c. Proses Biologis
 Proses biologi merupakan proses akhir dalam pengolahan limbah.
Proses untuk mengolah kandungan organik dalam air limbah dengan bantuan
senyawa mikrobiologi.
IV. DAFTAR PUSTAKA

https://www.pertamina.com/id/refinery-unit-iv-cilacap
< Selasa, 14 Janurari 2020

http://sofeanissaa.blogspot.com/2015/05/
< Selasa, 14 Januari 2020

Anda mungkin juga menyukai