Anda di halaman 1dari 8

Pemanfaatan Limbah Pabrik Semen Guna Mengurangi Pencemaran

Lingkungan

(Utilization of Cement Plant Waste to Reduce Environmental Pollution)

Dimas Falah Kusuma Leksono1 * , Miranda Indah Pangesti1 , Rafi Hidayat1


1
Prodi Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Politeknik Negeri Cilacap, Jalan
Dr.Soetomo No.1, Kota Cilacap, kode pos 53212

*
Dimas Falah Kusuma Leksono. No Tel: 085641524539. Email: dimas.f.k.l@gmail.com.

Abstrak

Limbah merupakan material sisa bahan buangan yang tidak digunakan lagi dari hasil suatu
kegiatan yang terjadi dimasyarakat. Limbah dapat berupa tumpukan barang bekas, sisa kotoran
hewan, tanaman atau sayuran. Hampir semua kegiatan manusia akan menghasilkan limbah dan
jumlahnya semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Hari Rabu, 16 Oktober 2019
membuat PPT Limbah Pabrik Semen dengan menggunakan laptop dan membuat Siklus Limbah
Pabrik Semen. Sebagian limbah pabrik semen dapat dimanfaatkan. Antara lain, Fly Ash, Bottom Ash,
Drum bekas, dan CO2.

Kata kunci: Limbah, Fly Ash, Bottom Ash, Drum bekas, dan CO 2.

Abstract

Waste is waste material that is not used anymore from the results of an activity that
occurs in the community. Waste can be in the form of piles of used goods, animal waste,
plants or vegetables. Almost all human activities will produce waste and the amount will
increase along with population growth. Wednesday, October 16, 2019 made a PPT of
Cement Plant Waste using a laptop and made a Cement of Cement Plant Waste. Some of the
cement factory waste can be utilized. Among other things, Fly Ash, Bottom Ash, used drums,
and CO2.
Keywords: Waste, Fly Ash, Bottom Ash, used drums, and CO2.

1. PENDAHULUAN
Limbah merupakan material sisa bahan buangan yang tidak digunakan lagi dari hasil
suatu kegiatan yang terjadi dimasyarakat. Limbah dapat berupa tumpukan barang bekas,
sisa kotoran hewan, tanaman atau sayuran. Hampir semua kegiatan manusia akan
menghasilkan limbah dan jumlahnya semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan
penduduk. Berdasarkan jenisnya, limbah dapat dibedakan menurut sumbernya, jenis
senyawanya, dan wujudnya.
1. Pengelompokkan limbah berdasarkan sumbernya:
a. Limbah domestik (rumah tangga). Limbah domestik adalah limbah yang berasal
dari kegiatan permukiman penduduk (rumah tangga) dan kegiatan usaha.
b. Limbah industri. Limbah industri merupakan sisa atau buangan dari hasil proses
industri.
c. Limbah pertanian. Limbah pertanian berasal dari daerah atau kegiatan pertanian
maupun perkebunan.
d. Limbah pertambangan. Limbah pertambangan berasal dari kegiatan
pertambangan. Jenis limbah yang dihasilkan merupakan material hasil tambang
seperti logam dan batuan.
e. Limbah pariwisata. Limbah pariwisata dihasilkan dari sarana transportasi yang
membuang limbahnya ke udara, dan adanya tumpahan minyak atau oli yang
dibuang oleh kapal atau perahu motor didaerah wisata bahari.
f. Limbah medis. Limbah medis merupakan hasil buangan dari suatu aktivitas
medis. Limbah medis harus segera diolah setelah dihasilkan atau dapat disimpan
terlebih dahulu jika tidak dapat langsung diolah. Penyimpanan limbah medis
tidak boleh tercampur dengan limbah non-medis.
2. Pengelompokkan limbah berdasarkan jenis senyawanya:
a. Limbah organik. Limbah organik merupakan limbah yang berasal dari makhluk
hidup dan bersifat mudah membusuk/terurai.
b. Limbah anorganik. Limbah anorganik adalah segala macam limbah yang sifatnya
tidak dapat atau sulit terurai.
c. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Limbah B3 merupakan limbah yang
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan, membahayakan
lingkungan, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup
lainnya.
3. Pengelompokkan limbah berdasarkan wujudnya:
a. Limbah padat. Limbah padat atau bisa disebut sampah merupakan limbah yang
berupa barang-barang atau bahan-bahan buangan rumah tangga atau pabrik yang
tidak terpakai dalam bentuk padat.
b. Limbah cair. Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang
berwujud cair.
c. Limbah gas. Limbah gas yang berada di udara terdiri dari macam-macam senyawa
kimia. Misalnya karbonmonoksida, karbondioksida, nitrogen oksida, sulfur
dioksida, asam klorida, amonia, metan dan klorin.

2. METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Lokasi Pembuatan.


Hari Rabu, 16 Oktober 2019, Lokasi Pembuatan Kampus Politeknik Negeri Cilacap.
2.2 Alat dan Bahan Bahan Penelitian
Laptop.
2.3 Prosedur Pembuatan
1. Membuat PPT Limbah pabrik semen dengan menggunakan laptop.
2. Membuat Siklus Limbah pabrik semen.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Macam-Macam Limbah Pabrik Semen

No Limbah
1. Fly Ash
2. Bottom Ash
3. Drum bekas
4. Primary Sluage
5. Digested Sluage
6. NO2
7. CO2
8. N2

Pemanfaatan Limbah Pabrik Semen

1. Fly Ash
“Penggunaan Limbah Bubur Kertas Dan Fly Ash Pada Batako”
Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak yang terbuat dari
pasir, semen portland dan air yang ukurannya hampir sama dengan batu bata. Ditinjau
dari karakteristiknya, batako tergolong cukup berat sehingga untuk proses
pemasangan sebagai konstruksi dinding memerlukan tenaga yang cukup kuat dan
waktu yang lama. Inovasi perbaikan yang dilakukan yaitu pembuatan bata beton
ringan dengan cara mensubsitusi atau mencampur material penyusun batako dengan
bahan yang ringan. Penelitian ini memanfaatkan bahan-bahan bekas yang dapat
didaur ulang seperti kertas bekas dan limbah fly ash untuk memproduksi batako.
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental. Limbah bubur kertas koran
yang diberikan sebanyak 10%, 20%, 30%, 40%, 50% dari volume pasir dan
digunakan pula fly ash sebanyak 10% dari berat semen dengan perbandingan
campuran 1 PC : 7 PS dengan f.a.s 0,6, pengujian dilakukan pada umur 28 dan 56
hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa batako limbah kertas dengan bahan tambah
fly ash 10% masuk ke dalam kategori batako ringan karena memiliki berat volume
diantara 1000- 2000 kg/m3 atau 1-2 gr/cm3. Kuat tekan tertinggi terdapat pada variasi
50% dengan umur 56 hari yaitu sebesar 47,0474 Kgf/cm 2 lebih tinggi dari batako
normal yang hanya memiliki kuat tekan sebesar 34,0582 Kgf/cm2. Batako limbah
kertas ini tergolong ke dalam batako dengan mutu A2 memenuhi syarat PUBI 1982,
kuat desak minimum untuk batako yang tidak memikul beban, dinding penyekat serta
konstruksi lainnya yang selalu terlindung dari cuaca luar, hanya permukaan
dinding/konstruksi dari batako tersebut boleh di plester. Hasil penyerapan air tertinggi
pada batako limbah kertas dengan pozzolan fly ash 10% sebesar 22% lebih tinggi dari
batako normal, namun serapan air yang terjadi masih memenuhi standar yang
ditetapkan oleh PUBI 1982.
Metode : Proses pembuatan bubur kertas diawali dengan merobek-robek kertas
menjadi kecil dan direndam dalam air selama 24 jam dengan perbandingan kertas dan
air sebesar 1 : 2. Selanjutnya kertas di hancurkan menggunakan blender selama 1-2
menit kemudian bubur kertas diperas dan dijemur. Pengeringan dilakukan selama 8 –
12 jam pada cuaca yang terik ataupun menggunakan oven selama 1 – 5 jam dengan
suhu 70 - 80°C hingga tercapai keadaan kering oven. Kemudian bubur kertas
dipemeriksa ini besarnya serapan air yang dapat diserap. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui tingkat serapan air yang akan berpengaruh pada saat pembuatan
batako, dimana akan terlihat apakah terdapat kebutuhan air tambahan untuk
memenuhi kebutuhan air sebagai pereaksi semen. ringan. Karena bahan susunnya
sangat ringan maka dalam pelaksanaan substitusi tidak memakai ukuran berat
melainkan volume, karena selisih berat jenis yang terlampau jauh (bj semen 3,15
gr/cm3 dan bj bubur kertas 0,34 gr/cm3). Cara pembauatan batako, campuran dibuat
berdasarkan mix design yang telah dikoreksi kebutuhan airnya, campuran disiapkan
dan ditimbang sesuai dengan variasi yang direncanakan untuk setiap adukan.
Kemudian bahan-bahan tersebut dimasukkan ke tempat pengadukan (molen) dituang
satu persatu dan diputar hingga adukan menjadi rata atau homogen. Untuk agregat
kertas sendiri, sebelum dimasukkan ke dalam molen terlebih dahulu dibuat kembali
menjadi bubur kertas agar pada saat penambahan air nantinya adukan tersebut tidak
terlalu banyak menggunakan air. Setelah adukannya homogen maka ditambahkan air
sedikit demi sedikit sampai keadaan adukan jika diremas akan menggumpal dan tidak
menempel pada tangan atau hancur berserakan. Karena air yang digunakan pada
pencampuran tidak semuanya terpakai atau sesuai dengan f.a.s rencana, maka air yang
sisa ditimbang agar dapat diperoleh f.a.s terkoreksi tiap – tiap adukannya. Setelah itu
adukan tersebut dituangkan ke dalam cetakan. Pada proses penuangan adukan,
dilakukan pemadatan adukan dengan cara ditekan atau dipukul dengan tongkat besi
agar didapatkan hasil yang padat dan rapat.

2. Bottom Ash
“Pemanfaatan Bottom Ash Sebagai Agregat Buatan”
PLTU yang menggunakan bahan bakar batu bara antara lain adalah PLTU
Suralaya, Jawa Barat dan PLTU Paiton, Jawa Timur. Berdasarkan pernyataan Edy
Mulyadi tahun 2011 bahwa PLTU Paiton unit 7 dan 8, Jawa Timur membutuhkan
sekitar 14.000 ton batu bara/ hari untuk memenuhi 30 % kebutuhan listrik pulau Jawa
dan Bali, sehingga diperkirakan kebutuhan batu bara mencapai 5.000.000 ton/tahun
dan dibutuhkan area pembuangan seluas 34,3 Ha untuk menampung seluruh limbah
yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh pihak PLTU Paiton, 2 %
dari berat batu bara yang dibakar menjadi limbah padat terdiri dari 80% fly ash dan 20
% bottom ash (Mulyadi, 2011). Sisa pembakaran batu bara terdiri dari fly ash dan
bottom ash. Fly ash dalam konteks ini adalah abu yang beterbangan di atas tungku
pembakaran batubara. Bottom ash merupakan hasil pembakaran batu bara yang
mengendap di tungku pembakaran batu bara. Agregat buatan didapatkan dari proses
kimia atau fisika dari beberapa material sehingga menghasilkan suatu material baru
yang bentuk ataupun sifatnya menyerupai agregat alami. Penelitian yang telah
dilakukan oleh Sivakumar dan Gomathi (2012) menggunakan fly ash yang dibentuk
menyerupai pellet, membuktikan bahwa fly ash yang dibentuk pellet dapat menjadi
efektif dalam beton, baik sebagai agregat pengisi dan pengganti agregat halus. Hal
yang berbeda dilakukan oleh Arumugam, Ilangovan, Manohar (2012) yang
menggiling bottom ash hingga halus sebelum dicampurkan ke dalam agregat buatan
dan ada pula penelitian yang dilakukan oleh Jeong (2009) yang melakukan
pencampuran fly ash dan bottom ash, dibentuk ke dalam cetakan dan dikeringkan
dengan suhu tinggi (10500 C– 11500 C) selama 15 – 45 menit hingga menjadi agregat
buatan. Penelitian ini mencoba memanfaatkan limbah bottom ash sebanyak mungkin
agar keberadaannya tidak mengganggu lingkungan, dengan cara membuat agregat
buatan dari campuran bottom ash dan fly ash dibentuk menjadi butiran kecil yang
diselimuti oleh campuran semen dan fly ash guna meredam sifat bottom ash yang
menyerap air. Pengeringan dilakukan dalam suhu kamar. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Sivakumar, Gomathi (2012), Arumugam, Ilangovan, Manohar (2012),
Jeong (2009), bottom ash dan fly ash digunakan secara terpisah dengan perlakuan
khusus, yaitu bottom ash digiling hingga halus. Kalau pun dilakukan secara bersama –
sama yaitu campuran bottom ash dan fly ash yang dibuat untuk agregat buatan akan
dikeringkan dengan suhu tinggi.
Bottom ash memiliki ukuran yang lebih besar daripada pasir sehingga, apabila
bottom ash digunakan dalam jumlah besar akan mengakibatkan semakin banyak
rongga, sehingga air dapat dengan mudah masuk ke dalam agregat buatan.

3. Drum Bekas
“Pemanfaatan Drum Bekas Sebagai Bahan Pembuatan Perabot Multifungsi”
Perancangan perabot multifungsi dari limbah drum bekas oli dilakukan
melalui eksplorasi terhadap limbah industri berupa drum, dilanjutkan penyusunan
konsep hingga pembuatan bentuk prototipe. Perancangan ini dilakukan dengan tujuan
memanfaatkan potensi dari limbah drum yang sangat banyak dan digunakan agar
menjadi solusi pengolahan limbah. Khususnya limbah anorganik menjadi barang yang
mempunyai nilai lebih baik.Material yang dimiliki limbah drum berupa plat besi
berukuran 0,8 sampai 0,9 milimeter dikombinasikan dengan limbah kayu palet. Jenis
kayu dari limbah palet yaitu kayu pinus, selain memiliki tekstur yang indah kayu
pinus tergolong jenis kayu solid. Metode yang digunakan pada proses desain
perancangan perabot multifungsi dari limbah drum dan kayu pallet terdapat beberapa
tahap, pertama yaitu tahap eksplorasi mencakup menggali informasi dari
permasalahan dilanjutkan dengan mengumpulkan data-data potensial bahan. Tahap
kedua adalah perancanagan meliputi tahap ide perancangan dan membuat sket
alternatif, desain dan gambar kerja. Tahap terakhir yaitu perwujudan meliputi
pembuatan konstruksi, pemasangan kayu dan finishing berupa pelapisan clear.
Perancangan perabot multifungsi didasarkan pada beberapa aspek yang meliputi
aspek fungsional, ergonomi dan keindahan dengan mempertimbangkan asas kesatuan,
keseimbangan dan keteraturan. Perancangan ini dilakukan dengan membuat desain
sesuai dengan dimensi pada drum berdasarkan anthropometry sehingga dapat
digunakan dengan aman dan nyaman. Perancangan ini menghasilkan 1 kursi, 1
Tempat tidur 1 meja 2 rak barang 1 meja televisi.

4. CO2
“Pemanfaatan Emisi Gas Co2 Untuk Budidaya Spirulina Platensis Dalam Upaya
Penurunan Gas Rumah Kaca (Grk).”
Gas CO2 emisi boiler merupakan salahsatu Gas Rumah Kaca (GRK) harus
diminimisasi emisinya ke atmosfir. Pada saat ini emisi boiler dibuang ke atmosfir
belum termanfaatkan. Percobaan budi daya Spirulina platensis skala laboratorium
dengan penambahan gas CO2 emisi boiler telah dilakukan. Emisi CO2 boiler berbahan
bakar batubara industri kertas berbahan baku kertas bekas digunakan dalam percobaan
ini. Gas CO2 emisi boiler ditambahkan ke dalam media tumbuh Spirulina platensis
dengan laju alir 250 – 750 mL/menit. Pertumbuhan biomassa Spirulina platensis, suhu
dan pH selama percobaan diamati. Kadar protein, lemak, serat, abu dan asam amino
Spirulina platensis hasil panen di analisa. Hasil menunjukan bahwa gas CO 2 emisi
boiler berbahan bakar batubara industri kertas dapat dimanfaatkan untuk budidaya
Spirulina platensis. Kadar biomassa Spirulina platensis sebesar 222 mg/L dapat
dicapai dengan penambahan gas CO2 emisi boiler dengan laju 750 ml/menit.
Biomassa Spirulina platensis mengandung protein 35,97%, lemak kasar 2,16%, serat
kasar 5,75%, kadar air 9,80%, dan kadar abu 13,55%. Spirulina platensis juga
mengandung asam amino, Natrium dan Kalsium tetapi tidak mengandung logam berat
Cd. Oleh karena itu Spirulina platensis berpotensi digunakan sebagai bahan pakan
ternak. Pemanfaatan gas CO2 emisi boiler pada budidaya Spirulina platensis dapat
menurunkan Gas Rumah Kaca (GRK).
Metode : Percobaan dilakukan dengan sistem batch dalam reaktor terbuat dari kaca
berukuran panjang 39 cm, lebar 29 cm dan tinggi 39 cm. Reaktor ditempatkan dalam
bangunan yang atapnya tembus cahaya sinar matahari dengan rata-rata intensitas
cahaya sekitar 4.000–5.000 lux selama pencahayaan 12 jam. Ke dalam reaktor
diisikan air media kultur sebanyak 18 L dan bibit mikroalga Spirulina platensis
sebanyak 2 L. Urea dan KH2PO4 masing-masing ditambahkan ke dalam reaktor
sebanyak 0,05 g/l dan 0,05 g/l. Emisi boiler dialirkan ke dalam reaktor menggunakan
pompa dosis melalui diffuser dengan laju alir 250, selama 17 menit setiap hari.
Penambahan gas CO2 murni dengan laju alir 250 ml/menit selama 17 menit setiap hari
juga dilakukan yang digunakan sebagai kontrol. Foto rangkaian percobaan budidaya
Spirulina platensis dapat dilihat pada Gambar 1. Selama percobaan parameter pH dan
temperatur diukur, dan pertumbuhan biomassa Spirulina platensis di analisa dengan
metoda gravimetri. pH diukur menggunakan pH meter sebelum dan sesudah
penambahan gas CO2 baik dari emisi boiler maupun dari gas CO2 murni. Pada tahap
akhir, Spirulina platensis dipanen dengan cara disaring menggunakan jaring plankton.
Biomassa Spirulina platensis basah kemudian dikeringkan dengan panas sinar
matahari. Biomassa Spirulina platensis hasil panen dianalisa proksimat di
laboratorium Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran dan kandungan asam
amino di laboratorium PT. Saraswanti Indo Genetech, Bogor.

Tabel 2. Penyajian Siklus

CO2
Bottom Ash
Pemanfaatan Emisi Gas Co2 Untuk
Budidaya Spirulina Platensis

Pemanfaatan Bottom Ash


Sebagai Agregat Buatan
Pabrik Penggunaan Limbah Bubur
Kertas Dan Fly Ash Pada
Semen
Batako
Pemanfaatan Drum Bekas
Sebagai Bahan Pembuatan
Perabot Multifungsi

Drum Bekas Fly Ash

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Sebagian limbah pabrik semen dapat dimanfaatkan. Antara lain, Fly Ash, Bottom
Ash, Drum bekas, dan CO2.
2. Pabrik sement menghasilkan beberapa limbah yang di hasilkan salah satunya yang
sudah di ketahui , Fly Ash, Bottom Ash, Drum bekas, dan CO2.
3. Dari hasil pembahasan limbah dari pabrik aspal juga masih bisa di manfaatkan
menjadi beberapa barang yang berdaya jual
Saran
1. Sebaiknya limbah pabrik semen dapat dimanfaatkan dengan baik sesuai dengan
pembahasan yang telah dibahas.
2. Limbah dari pabrik sement lebih baik di setorkan pada orang yang bisa mengolahnya
menjadi barang yang bisa di jual kembali
3. Masih ada beberapa limbah sement yang masih kurang di olah lagi, lebih baik di
bentuk anggota untuk memanfatkan limbah tersebut

5. UCAPAN TERIMA KASIH


Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga jurnal ini dapat terselesaikan. Tak lupa pula
penulis mengirimkan shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang
telah membawa umat Islam ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
Jurnal yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Pabrik Semen Guna Mengurangi
Pencemaran Lingkungan” merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Praktik Ekologi Industri. Terwujudnya jurnal ini tidak lepas dari partisipasi dan
bantuan dari dosen pembimbing dan teman-teman. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
jurnal ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf bila
ada kesalahan dalam penulisan jurnal ini. Kritik dan saran penulis hargai demi
penyempurnaan penulisan serupa dimasa yang akan datang. Besar harapan penulis,
semoga jurnal ini dapat bermanfaat dan dapat bernilai positif bagi semua pihak yang
membutuhkan.

6. DAFTAR PUSTAKA

Tim Penulis PS, 1997, Penanganan dan Pengelolaan Sampah, Surabaya, Niaga
Swadaya.
Munir, Misbaqul. (2008). Pemanfaatan fly ash abu batu bara untuk hollow block yang
bermutu dan aman bagi lingkungan. Semarang.
Beneman, J.R. & Hughes, E. 1997. Biological Fossil CO2 Mitigation. Energy
Conversion. Management 38: S467–S473.

Maidayani, 2009, Pengaruh Aditif Lateks Dan Komposisi Terhadap Karakteristik


Beton Dengan Menggunakan Limbah Padat (Sludge) Industri Kertas,
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Simbolon T., 2009, Pembuatan dan Karakterisasi Batako Ringan yang Terbuat Dari
Styrofoam – Semen, Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Anda mungkin juga menyukai