7.2.4.1 Umum
Karbon aktif terdiri dari 2 jenis yaitu bubuk (powder) dan granular. Ukuran
bubuk di bawah 200 mesh dan granular 3,5 - 30 mesh. Bentuk karbon aktif lain
adalah bentuk silindris ukuran 2 – 4 mm.
Carbon aktif dengan ukuran diameter pori-pori 0 – 100 nm disebut mikro pores,
sedangkan antara 100 – 10.000 disebut makro pores. Luas permukaan pori-pori
sebesar 600 - 1.800 m2/g. Luas permukaan yang besar memungkinkan dapat
bersifat sebagai adsorbent/penyerap.
Nilai iodine number (IN) adalah bilangan oksidasi yang menyatakan tingkat
kinerja karbon aktif. Nilai IN karbon aktif berkisar 400 - 1200. Nilai 400
mempunyai kinerja rendah sedangkan nilai IN 1200 mempunyai kinerja baik
sekali. Nilai iodine number yang sama untuk bahan yang berbeda akan
memberikan kinerja yang berbeda. Nilai IN bahan batubara jauh lebih baik.
Air Masuk
Distributor
Filter
Proces
s
Carbon Active
Air Keluar
Penurunan polutan berupa ion garam anorganik dan logam dilakukan dalam proses
pertukaran ion untuk menarik ion tersebut oleh suatu media yang mempunyai
kemampuan menarik ion. Penukar ion bisa berasal dari zeolit tapi yang banyak
diaplikasikan adalah resin organik.
Regenerasi resin jenuh dilakukan dengan cara mengalirkan asam kuat atau basa kuat
agar dapat bertukar dengan ion limbah yang menempel resin, sehingga resin kembali
seperti semula. Kelemahan sistem ini adalah dibutuhkan bahan kimia untuk regenerasi
dan sisa air regenerasi harus diolah lebih lanjut.
(1) Resin Pertukaran Ion (Ion Exchange Resin)
Resin terdiri dari dua jenis, yaitu resin penukar kation (cationic exchanger resin)
dan resin penukar anion (anionic exchanger resin).
1. Reaksi Resin Pertukaran Ion
Pertukaran ion baik yang bersifat asam maupun basa dapat terjadi dengan
mudah. Reaksinya sebagai berikut:
Dalam prakteknya, volume resin yang digunakan lebih besar dari desain,
biasanya kapasitas terpasang diasumsikan akan mampu untuk 50 % sampai 80
%nya. Nilai ini sesuai dengan breakthrough point dan breakthrough capacity
yang dipergunakan dalam perencanaan.
telah ada sejak 25 tahun yang lalu dan saat ini proses tersebut telah mengalami
perkembangan yang pesat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan teknologi membrane adalah:
Tekanan
Daya listrik
Suhu
Gradien konsentrasi
Kombinasi lebih dari satu driving force
Proses membran menggunakan tekanan dan tenaga listrik telah umum digunakan untuk
proses pengolahan air minum dan buangan. Proses membran yang paling umum adalah
proses yang dijalankan dengan tekanan, dimana tekanan di dalam dan di luar membrane
berbeda.
Berdasarkan ukuran pori membrane, membran dapat dibagi menjadi empat tipe:
1. Reverse osmosis (RO)
2. Nanofiltration (NF)
3. Ultrafiltration (UF)
4. Microfiltration (MF)
Reverse osmosis merupakan proses filtrasi paling baik yang dapat menyisihkan partikel
berukuran 1Ao sampai 10Ao, sedangkan ultrafiltrasi mampu menyisihkan partikel
berukuran 10Ao sampai 1000Ao. Mikrofiltrasi dapat menyisihkan bakteri dan
pseudomonas.
Air yang akan diolah membran harus dilakukan pengolahan pendahuluan agar tidak
mengganggu kinerja alat dan merusak membran. Tabel 7.16 memperlihatkan materi
yang dapat dipisahkan oleh proses membrane, sedangkan Tabel 7.17. mencantumkan
teknologi pemisahan dengan membran untuk pengolahan air buangan.
.
Tabel 7.16 Ukuran Materi yang Dapat Dipisahkan Membran
Materi yang Dipisahkan Perkiraan Proses
ukuran (nm)
Ion 1-20 Difusi atau reverse
osmosis
Organik terlarut 5-200 Difusi
koloidal 200-10.000 Aliran berpori
Materi koloid & partikulat 75.000 Aliran berpori
Tabel 7.17 Teknologi Pemisahan dengan Membran untuk Pengolahan Air Buangan
Parameter MF UF NF RO Penguapan *
Pemisahan TSS Sangat Tidak praktis Tidak praktis Tidak praktis Tidak cocok
baik
Pemisahan zat Tidak Sempurna Sangat baik Sangat baik Baik
organic terlarut cocok
Pemisahan Volatile Tidak Buruk Cukup Cukup-baik Sangat baik
Organic Carbon cocok
(VOC)
Pemisahan zat Tidak Tidak cocok Baik untuk Sangat baik Tidak cocok
anorganik terlarut cocok garam (pemisahan
inorganik 90-99%)
terlarut
Efek tekanan Tidak ada Kecil Signifikan High Tidak ada
osmosis
Batasan konsentrasi total solid total organic sampai sampai Tidak cocok
sampai sampai 50% dengan 15% dengan 15%
5%
Kualitas Permeate Sangat Sangat baik Baik Sangat baik Sangat baik
baik
Tekanan Kerja 1-3 bars 3-7 bars 5-10 bars 15-70 bars <25% dari
proses
Biaya capital 0.15-1.5 0.15-1.85 0.15-1.5 0.15-1.5 1.85-4.00
($/gallon per hari)
Biaya operasi 0.15-1.10 0.15-0.80 0.20-0.80 0.25-0.80 0.80-1.30
($/1000 liter input)
* sebagai pembanding
murni atau encer ke cairan yang pekat lewat membrane semipermiabel menandakan
adanya perbedaan tekanan osmosis.
Fenomena tersebut membuat para ahli berpifir terbalik, bagaimana memisahkan cairan
murni dari komponen lainnya. Dengan penambahan tekanan di larutan pekat, ternyata
cairan murni dapat melalui membrane semipermiabel yang merupakan kebalikan proses
osmosis. Atas dasar tersebut teknologi ini disebut reverse osmosis (osmosis terbalik).
Sebagaimana Gambar 7.40, pada gambar paling kiri, ke dalam tabung yang dipisahkan
oleh membrane semipermiable ditempatkan air murni di sisi kiri dan cairan garam pekat
(konsentrasi tinggi) disisi lain. Meski ketinggian cairannya sama, air murni akan
mengalir ke cairan yang pekat dengan sendirinya melalui membrane semipermeabel
sampai mencapai titik kesetimbangan (equilibrium). Dengan demikian terjadi beda
ketinggian cairan (gambar tengah). Perbedaan ketinggian ini dinamakan tekanan
osmosis. Apabila dikenakan tekanan pada cairan konsentrat, maka air murni akan
kembali mengalir melalui membrane semipermiable (gambar kanan). Sedangkan bahan
yang membuat konsentrat tidak bisa melalui membrane semipermiable. Dengan
demikian terdapat dua keluaran dari proses reverse osmosis yaitu permeate sebagai
cairan hasil olahan dan konsentrat sebagai reject. Reject bisa sebagai waste tetapi bisa
juga sebagai bahan untuk produk. Kecepatan permeate (permeation flow) adalah sekitar
0,5 sampai 1,0 m3/m2.jam. Reject water yang dihasilkan antara 30 sampai 40 %.
Kriteria unjuk kerja membran bisa dilihat dari derajat impermeabilitas, yaitu seberapa
baik membran menolak aliran dari larutan pekat, dan dari derajat permeabilitasnya,
yaitu berapa mudahnya material murni melalui aliran menembus membran. Membran
selulosa asetat merupakan bahan membran yang baik dari segi impermeabilitas dan
permeabilitasnya. Bahan membrane lain yaitu etyl-cellulose, polyvinyl alcohol, dan
methyl polymetharcylate.
Gambar 7.43 dan gambar 7.44 memperlihatkan modul tunggal dan modul rangkaian
sistem tubular revesrse osmosis.
Gambar 7.45 menggambarkan serangkaian pengolahan awal air sebelum melalui proses
reverse-osmosis.
Jika membrane kotor karena adanya material-material yang tidak bisa lewat akan
menyebabkan penyumbatan membrane. Oleh karena itu perlu pembersihan
menggunakan larutan pembersih yang khusus (asam). Bahan ini bisa melarutkan
kotoran tetapi tidak merusak membrane. Proses pencucian dilakukan dengan
mensirkulasi larutan pencuci ke membrane selama kurang lebih 45 menit.
(3) Ultrafiltrasi
Cara kerja ultrafiltrasi mirip dengan proses revesrse-osmosis, yaitu pemisahan partikel
berdasarkan ukurannya dengan menggunakan tekanan pada membrane berpori. Ukuran
pori membrane ultrafiltrasi lebih besar yaitu berdiameter 0,1 - 1 µm. Yang membedakan
adalah jenis membrane dan tekanan yang digunakan. Bahan membrane ultrafiltrasi
terbuat dari polyamide, polysulfone, selulosa, keramik, gelas berpori. Kecepatan hasil
permeate (permeation flow) berkisar 1,0 - 10 m3/m2.jam. Pembersihan membrane
dilakukan dengan larutan caustic soda, sodium hypochlorite, atau asam sulfat.
Ultrafiltrasi lebih banyak dipakai karena mudah digunakan sebagai mikrofiltrasi dan
tidak sesensitif reverse-osmosis. Pemanfaataanya mencakup pengolahan air limbah di
industri pulp dan kertas, air limbah domestik, filtrasi MLSS di tangki aerasi.
(1) Umum
Perairan yang banyak mengandung unsur nitrogen dan phospor ditandai dengan
pertumbuhan ganggang seperti lumut dan eceng gondok. Padahal nitrogen dan
phosphor banyak sekali diproduksi sehari-hari baik terbawa sebagai komponen
limbah domestik maupun limbah industri. Agar ekosistem dapat terjaga dengan
baik maka perlu dilakukan pengolahan terhadap unsur nitrogen dan phosphor.
a. Proses Nitrifikasi
Proses nitrifikasi dan denitrifikasi tidak dapat dipisahkan dalam siklus nitrogen.
Nitrogen akan dihasilkan secara berlebihan karena dalam air limbah domestik
total nitrogen sekitar 15 – sampai 20 % dari nilai BOD. Belum lagi yang
dihasilkan oleh industri. Nitrogen dalam air limbah bisa dalam bentuk organic
nitrogen atau dalam bentuk ammonia. Oksidasi ammonia menjadi oksida nitrogen
terjadi dalam dua tahap dan dilakukan oleh dua jenis mikroorganisme yaitu
Nitrosomonas dan Nitrobacter sesuai dengan reaksi:
Dari reaksi diatas dapat dilihat bahwa kebutuhan oksigen 4,6 kali dari ammonia
nitrogen yang dioksidasi. Asam (H+) yang dihasilkan akan menurunkan alkalinitas
sebesar 7,1 mg/L untuk setiap mg/L ammonia nitrogen yang dioksidasi. Jika
kandungan alkalinitas cukup maka pengaruh produksi H + tidak akan menurunkan
pH. Tetapi jika alkalinitas terbatas, maka setiap terjadi nitrifikasi akan
menurunkan pH. Oleh karena itu ke dalam bak aerasi diperlukan penambahan
basa, seperti kapur.
b. Proses Denitrifikasi.
Pada kondisi adanya nitrat tapi oksigen tidak ada disebut kondisi anoxic. Tetapi
jika kondisi nitrat dan oksigen tidak ada maka disebut kondisi anaerobic (septic).
Kondisi anoxic sangat diperlukan untuk proses denitrifikasi. Pada kondisi ini
nitrat merupakan sumber oksigen bagi mikroorganisme pengurai BOD. Respirasi
nitrat disebut proses denitrifikasi karena nitrat pada akhirnya diubah menjadi gas
nitrogen.
Pada reaksi di atas glukosa sebagai sumber organik. Dari reaksi di atas didapat:
untuk setiap mg NO3-N yang didenitrifikasi setara dengan 2,9 mg oksigen.
Alkali diproduksi selama proses denitrifikasi yang setara dengan 3,6 mg/L
untuk setiap mg/L NO3-N yang didenitrifikasi.
Bahan organik yang sering dipakai diproses denitrifikasi adalah methanol, asam
asetat atau BOD yang ada dalam air limbah.
Senyawa phosphor di dalam air sukar larut, sehingga dapat dipisahkan secara
koagulasi dengan menambahkan logam. Garam alkali yang ditambahkan biasanya
calsium chloride, aluminium chloride, besi klorida. Penghilangkan phosphor
dengan cara ini dapat berdiri sendiri atau dapat pula digabungkan dengan proses
Lumpur aktif dengan cara memasukkan koagulan ke dalam bak Lumpur aktif.
Pemisahan dilakukan di bak sedimentasi sebagai endapan dan dikeluarkan
bersama excess sludge. Gambaran reaksi:
Pada metode Phostrip pemisahan phosphor dalam lumpur aktif dilakukan secara
gabungan secara biologi dan koagulasi. Phosphor dikeluarkan pada saat kondisi
anaerobik, kemudian endapan phosphate yang terbentuk dikoagulasi dititik return
active sludgenya. Sebagian return active sludge dikembalikan ke bak aerasi dan
sebagian lagi masuk ke kolam pengendap phosphat.