Anda di halaman 1dari 29

2.

3 Masalah yang diambil


Perbedaan Mode Regenerasi Dari Sisi Praktis Dan Ekonomis

2.3.1 Latar belakang masalah


Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi manusia, begitu juga
untuk proses dalam PLTU. Air yang digunakan pada proses PLTU sangat dijaga
kualitasnya. Air yang tidak memenuhi standar akan menimbulkan beberapa
masalah yang selalu ditemui pada setiap PLTU, yaitu korosi dan kerak (scalling).
Lebih bahaya lagi jika air yang digunakan untuk air proses adalah air yang
bersumber dari air laut seperti yang diterapkan pada PLTU Paiton unit 3 dan unit
7/8, dikarenakan air laut memiliki konduktivas sebesar 55.000 μS/cm sedangkan
air tawar masih pada 100 hingga 2000 μS/cm, dimana semakin tinggi
kondutivitas menandakan semakin tingginya impurities pada air (Gray, 2004).
Untuk mencegah terjadinya kedua masalah akibat tingginya tingkat impurities
tersebut maka dibutuhkan proses pengolahan air untuk mendapatkan air yang
memiliki kandungan impurities rendah atau bahkan hingga menjadi air yang pure
(murni).
PLTU Paiton unit 3 dan unit 7/8 menggunakan proses cycle chemistry
dimana proses tersebut memanfaatkan air demineralized (atau air demin) hasil
pretreatment untuk mengurangi kadar impurities sehingga konduktivitasnya hanya
sebesar 0.2 μS/cm (mendekati air murni yang memiliki konduktivitas 0.056
μS/cm). Air demin selanjutnya dikonversi menjadi uap (steam) sebagai penggerak
turbin. Uap keluaran turbin yang bertekanan rendah karena sudah kekurangan
energi dikondensasi pada condensor dengan pedingin air laut sehingga uap akan
berubah fase menjadi air. Air tersebut diolah lebih lanjut ke Condensate Polisher
Plant (CPP) pada unit 7/8 dan Condenste Polishing System (CPS) pada unit 3
untuk memurnikan air dengan prinsip ion exchange menggunakan resin anion dan
kation kuat.
Setelah digunakan beberapa waktu, resin kation dan anion kuat tersebut
akan jenuh dan kehabisan kemampuan penukarannya, maka pada saat itulah
dilakukan regenerasi dengan cara penambahan zat kimia. Pada resin kation
regenerasi dilakukan menggunakan asam sulfat (H2SO4) sedangkan pada resin
anion menggunakan sodium hidroksida (NaOH). Setelah regenerasi maka proses

72
penukaran ion siap dilakukan kembali. Jangka waktu atara pasca regenerasi
sampai proses regenerasi kembali disebut sebagai jam operasi. Sebuah sistem ion
exchanger yang memiliki jam beroperasi selama 300 jam misalnya, dapat
beroperasi penuh selama 300 jam sebelum akhirnya mengalami kejenuhan dan
harus diregenerasi.
Regenerasi sendiri terdiri dari 3 jenis mode yaitu low, high, dan
sulphonation. Tiga mode regenerasi ini digunakan berdasarkan perbedaan kualitas
air yang masuk ke dalam condensate polisher. Mode regenerasi low digunakan
saat operasi normal dengan rentang waktu tertentu. Untuk mode high digunakaan
saat conductivity tinggi dengan rentang waktu dua kali lebih lama dari mode low.
Sedangkan mode yang terakhir yaitu mode sulphonation digunakaan saat
tingginya konsentrasi chloride pada resin anion yang bisa diakibatkan karena
adanya kebocoran air laut ke dalam condensor.Sangat disayangkan bahwa unit
cukup sering melakukan regenerasi high dan sulphonation tersebut akibat tidak
sempurnanya proses demineralisasi air dan seringnya terjadi kebocoran pada
condensor. Maka dari itu perlu dianalisa perbedaan mode regenerasi dari sisi
praktis beserta ekonomisnya untuk mengetahui bagaimana dan berapa total biaya
yang digunakan pada mode yang berbeda.

2.3.2 Ruang lingkup


Resin yang digunakan untuk memurnikan kembali air pada Condensate
Polisher lama kelamaan akan mengalami kejenuhan. Apabila resin jenuh dan
tidak dapat mengikat impurities, maka diperlukan regenerasi. Regenerasi
dilakukan dengan penambahan chemical pada resin yang telah ditransfer ke
regeneration vessel dengan tiga mode regenerasi yang berbeda, yaitu mode low,
high, dan sulphonation. Perlu diketahui perbedaan ketiga mode regenerasi pada
sisi praktis dan ekonomisnya.

73
2.4 Tinjauan pustaka
2.4.1 Resin

Gambar 2.39 Resin Penukar Ion


(Sumber : Manual Book Water Treatment System, 2017)

Resin adalah polimer tingkat tinggi yang dihasilkan dari reaksi kimia
antara dua substansi dengan adanya panas atau katalis (Lewis, 2002). Resin
merupakan senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai tingkat yang tinggi yang
mengandung ikatan-ikatan hubungan silang serta gugusan yang mengandung ion-
ion yang dapat ditukarkan. Diameter dari resin biasanya sekitar 0,4-1,2 mm.
Resin mampu menukar beberapa ion-ion pada larutan didalam ikatan
polimernya. Kemampuan ini juga didapatkan pada sistem alami seperti pada tanah
dan sel hidup. Resin sintetik digunakan bukan hanya untuk menjernihkan air,
namun juga termasuk memisahkan beberapa senyawa. Pada penjernihan air,
tujuannya adalah untuk melunakkan air atau untuk menghilangkan kandungan
mineral seluruhnya pada air.Berdasarkan gugus fungsionalnya, resin penukar ion
terbagi menjadi dua yaitu resin penukar kation dan resin penukar anion. Resin
penukar kation mengandung kation yang dapat ditukarkan sedangkan resin
penukar anion mengandung kation yang dapat ditukarkan sedangkan resin
penukar anion mengandung anion yang dapat ditukarkan (Lestari, 2007).

74
Tabel 2.3 Spesifikasi Resin Penukar Ion Jenis Dowex Monosphere
Spesifications Cation Anion

Resin DowexTMMonosphereTM DowexTMMonosphereTM


650C 550A
Type Strong acid cation Type 1 strong base anion
Functional group Sulphonic acid Quarternary amine
Particle density 1,22 g/ml 1,08 g/ml
Total capacity 2,0 eq/l 1,1 eq/l
pH range 0-14 0-14
Maximum 130 oC (265 oF) OH- form: 60 oC (140 oF)
operating Cl- form: 100 oC (212oF)
temperature
Regenerant H2SO4 NaOH
Regenerant 4-10 % 4-8 %
concentration
Sumber : Lenntech, 2017

Proses ion exchange :


a. Kation exchange
Resin kation dalam bentuk asam kuat dapat menghilangkan seluruh
ion positif yang terkandung dalam air sedangkan resin kation dalam
bentuk asam lemah hanya dapat menghilangkan sebagian kesadahan dalam
air yang umumnya kesadahan dalam bentuk alkinitas. Secara sederhana
reaksi pertukaran ion positif dapat dilihat seperti dibawah ini :

75
+ H+

b. Anion exchange
Anion exchange bertujuan untuk menghilangkan ion-ion yang
bermuatan negatif seperti SO42-, Cl-, dan ion negatif lainnya dengan cara
pertukaran dengan ion OH-. Contoh reaksi yang terjadi pada anion
exchanger :

+ H2O

2.4.2 Chemical
2.4.2.1 H2SO4

Gambar 2.40 Bentuk Asam Sulfat (Sumber : Wikipedia)


Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat
ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Produksi dunia
asam sulfat pada tahun 2001 adalah 165 juta ton, dengan nilai perdagangan

76
seharga US$8 juta. Kegunaan utamanya termasuk pemrosesan bijih mineral,
sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak (Lide, 2007).

Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara
alami di bumi oleh karena sifatnya yang higroskopis. Walaupun demikian, asam
sulfat merupakan komponen utama hujan asam, yang terjadi karena oksidasi
sulfur dioksida di atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam sulfit). Sulfur
dioksida adalah produk sampingan utama dari pembakaran bahan bakar seperti
batu bara dan minyak yang mengandung sulfur (belerang). Asam sulfat terbentuk
secara alami melalui oksidasi mineral sulfida, misalnya besi sulfida. Air yang
dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam dan disebut sebagai air asam
tambang..Asam sulfat diproduksi dari belerang, oksigen, dan air melalui proses
kontak (Greenwood and Earnshaw, 1997).

Sifat-sifat asam sulfat yang korosif diperburuk oleh reaksi eksotermiknya


dengan air. Luka bakar akibat asam sulfat berpotensi lebih buruk daripada luka
bakar akibat asam kuat lainnya, hal ini dikarenakan adanya tambahan kerusakan
jaringan dikarenakan dehidrasi dan kerusakan termal sekunder akibat pelepasan
panas oleh reaksi asam sulfat dengan air.Walaupun asam sulfat tidak mudah
terbakar, kontak dengan logam dalam kasus tumpahan asam dapat menyebabkan
pelepasan gas hidrogen. Penyebaran aerosol asam dan gas sulfur dioksida
menambah bahaya kebakaran yang melibatkan asam sulfat(Greenwood and
Earnshaw, 1997).

2.4.2.2 NaOH

Gambar 2.41 Butiran NaOH (Sumber : Bastekin, 2016)


Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, soda api,
atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida

77
terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium
hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia
digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai
basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan
deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam
laboratorium kimia (Heaton, 1996).
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam
bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut
larutan Sorensen. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon
dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas
ketika dilarutkan, karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara
eksotermis. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH
dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam
dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan
meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas (Heaton, 1996).

2.4.3 Condensat Polisher

Gambar 2.42 Condensate Polishing Plant (CPP) di PLTU Paiton Unit 3 (kiri) dan
Condensate Polisher System (CPS) di PLTU Paiton Unit 7/8 (kanan)

Perlu diketahui bahwa Condensate Polisher pada unit 3 dinamakan


Condensate Polisher Plant (CPP) sedangkan pada unit 7 dinamakan Condensate
Polishing System (CPS) yang dimana prosesnya sama namun berbeda dalam

78
penamaannya saja. Condensate Polisher merupakan suatu alat yang berfungsi
sebagai proteksi terakhir terhadap boiler dengan cara memurnikan lagi air demin
(demineralized). Pada Condensate Polisher berisi resin anion dan kation kuat,
dimana air demin akan dilewatkan melalui resin tersebut sehingga terjadi proses
ion exchange dan impurities tertahan menyebabkan nilai cation conductivity air
demin turun hingga ≤0.1 μS/cm.
Pada saat nilai cation conductivity dan kadar natrium lebih dari ≤0.2
μS/cm dan ≤3 ppb maka dapat terdeteksi performa alat yang menurun yang bisa
disebabkan oleh adanya leak atau kebocoran air laut ke dalam proses atau resin
sudah mencapai kondisi exhaust karena sudah berikatan jenuh dengan impurities
sehingga daya ikatnya turun. Jika sudah mengalami masa exhaust dan resin tidak
mampu lagi mengikat impurities, maka perlu untuk dilakukan regenerasi.

2.4.4 Regenerasi

Gambar 2.43 Regeneration Vessels di PLTU Paiton Unit 7/8

79
Gambar 2.44 (Dari Kiri ke Kanan) Resin Storage Vessel /Mix Hold (MH/ RSV),
Anion Regeneration Vessel (ARV), Balance Tank (BT), dan Cation Regeneration
Vessel (RSV)
Proses regenerasi dilakukan jika resin sudah jenuh mengikat impurities
pada air demineralized atau air demin dengan melihat parameter operasi (waktu
300 jam pada unit 7/8 dan throughput atau aliran keluar 318.088 m3 pada unit 3)
dan jika parameter Boiler Water Qualitymelebihi standar.

Tabel 2.4 Boiler Water Quality


Paramete
Item Unit r
TDS Ppb 25
SiO2 Ppb 10
Total Fe Ppb 5
Total
Cu Ppb 2
TSS Ppb 20
C/C μS/cm (at 250C) 0.1
Total
Na Ppb 1

Sumber :Chemist PLTU Paiton Unit 3 dan Unit 7/8, 2017

Suatu reaksi pertukaran ion hanya dapat berlangsung jika bahan penukar
dapat menyediakan hidrogen atau hidroksida untuk menggantikan kation dan
anion dari air mentah. Jika suatu kation dan anion tidak mampu lagi menukar,
kation dan anion tersebut harus dikembalikan kepada keadaan awal atau keadaan
freshmelalui regenerasi. Dikarenakan resin yang digunakan pada condensate
Polisher adalah resin anion kation kuat maka proses regenerasi dilakukan dengan

80
menambahkanasam dan basa kuat. Asam sulfat (H2SO4) ditambahkan pada
regenerasi kation, dan kaustik soda (NaOH) ditambahkan pada regenerasi anion.

Gambar 2.45 Tangki Penyimpanan H2SO4 98% (ungu) dan NaOH 48%
(pink) beserta pompa

Pada PLTU Paiton Unit 3 dan Unit 7/8, resin pada service vessel yang
sudah jenuh akan ditransfer di tempat yang terpisah untuk dilakukan regenerasi,
yaitu ke dalam regeneration vessel yang terletak di sebelah service
vesselcondensate polisher. Setelah itu akan dilakukan proses pemisahan dengan
bantuan air demin dan udara sehingga resin kation dan anion yang sebelumnya
tercampur ini akan terpisah, dimana resin kation akan berada di bawah resin anion
karena masa jenisnya lebih berat.

Proses Regenerasi :
a. Regenerasi kation :
Regenerasi kation dilakukan dengan cara mengganti kembali ion
H+ yang telah jenuh dengan merekasikannya dengan H2SO4.

b. Regenerasi anion :
Regenerasi resin penukar anion sama dengan regenerasi kation,
jika sudah jenuh maka dapat dikembalikan ke keadaan dengan

81
menggunakan alkali. Soda kaustik dipakai sebagai penukar anion dari basa
kuat.

R- Cl- + NaOH R – OH + NaCl


SO4- Na2SO4
2.5 Pembahasan
2..5.1 Dari Sisi Praktis
Pada subab ini akan dibahas lebih lanjut mengenai perbedaan mode
regenerasi secara praktis. Regenerasi dilakukan dengan 90 step panjang untuk
mengkonversi resin yang jenuh menjadi fresh kembali. Pada dasarnya dari 90 step
proses regenerasi dapat di bagi menjadi empat bagian, yaitu proses transfer,
separation, chemical inject, dan completion. Penjelasan lebih lanjut dari empat
bagian ini adalah:

1) Transfer
Pada awalnya, vessel Condensate Polisher yang resinnya sudah
exhausted akan di shutdown dan ditutup aliran inlet dan ouletnya. Pada
bagian ini seluruh resin yang ada pada condensate polisher ditransfer
kedalam Cation Regeneration Vessel (CRV) dengan bantuan aliran air
demin. Setelah vesselCondensate Polisher kosong, maka dilakukan
pemebersihan vessel dengan bantuan air dan udara sebagai pengocok, lalu
diisi air demin sebelum diisi resin yang sudah fresh dari Mix Hold (MH).
Proses ini berlangsung selama 52 menit.

2) Separation
Pada tahap ini, resin yang telah ditransfer keCRV masih dalam
keadaan campur, maka akan dipisahkan dengan cara dialirkan air dari
samping atas dan bawah vessel CRV atau bisa disebut separation wash
selama empat kali sehingga resin akan berpisah dengan sendirinya karena
perbedaan berat jenis. Resin kation yang memiliki berat jenis 1,22 g/ml
akan berada dibawah resin anion yang lebih ringan karena berat jenisnya
hanya 1,08 g/ml.

82
Resin kation dan anion yang terpisah ini akan selalu pada ketinggian
yang sama, dimana terdapat lapisan campuran ditengah kedua lapisan resin
yang disebut separation layer.Separation layer adalah lapisan diantara
kedua lapisan resin yang berfungsi untuk menjadi patokan perbedaan
lapisan resin, dimana di lapisan ini terdapat resin yang masih belum
terpisah dan akan diambil tidak ikut dalam proses regenerasi sehingga
memastikantidak ada resin yang masih tercampur.
Setelah itu air demin yang dialirkan dari bagian tengah tangki di atas
separation layer sehingga hanya lapisan resin anion yang dapat berpindah
ke Anion Regeneration Vessel (ARV). Lalu separation layer didorong oleh
air demin untuk naik kedalam Balance Tank.
Jika proses pemisahan tidak berjalan sempurna, maka akan ada resin
campuran pada lapisan. Resin yang tidak pada tempatnya ini akan
ditambahkan chemical lain yang merupakan kebalikan dari regenerasinya.
Misal resin anion yang seharusnya ditambahkan soda kaustik malah
terkena ditambahkan asam sulfat akan menjadi impurities dan akan
menjadikan resin rusak. Proses ini berlangsung selama 79 menit.

3) Chemical Inject
Pada tahap ini resin yang telah terpisah dimana resin kation tetap
tinggal pada CRV dan resin anion telah tertransfer di ARV. Pada resin
kation akan ditambahkan asam sulfat untuk meregenerasi. Sedangkan pada
resin anion akan ditambahkan natrium hidoksida.
a. Regenerasi kation :

b. Regenerasi anion :

R- Cl- + NaOH R – OH + NaCl

83
SO4- Na2SO4

Perlu diketahui, chemical yang akan dimasukkan ke dalam vessel


regenerasi adalah larutan pekat (H2SO4 98% dan NaOH 46%) yang
nantinya dipertemukan pada pipa dengan air demin sehingga
konsentrasinya turun menjadi 4-10% yang optimalnya dijaga 5%. Untuk
air demin untuk pelarutan NaOH sendiri dipanaskan dahulu pada
preheater pada suhu 550C sebelum dicampurkan, dikarenakan proses
regenerasi pada anion berlangsung optimal pada suhu 550C.Preheater
tersebut juga mengandalkan bantuan steam untuk memanaskan air demin
hingga larutan yang dicampur mencapai suhu 550C.

Gambar 2.46 Hot Water Vessel Untuk Pelarut NaOH

Proses injeksi chemical pada PLTU Paiton Unit 3 dan Unit 7/8
dilakukan dalam waktu yang berbeda, dimana dilakukan proses regenerasi
anion atau inject natrium hidroksida terlebih dahulu. Hal ini dilakukan
karena selain untuk lebih mudah dalam pengawasan selain itu juga
mendahulukan regenerasi resin anion karena perlu ditransfer pada MH
terlebih dahulu pada bagian bawah vessel. Resin anion yang diletakkan
pada bagian bawah vessel nantinya akan mempermudah mixing pada MH
karena berat jenisnya lebih kecil. Jika resin kation yang lebih berat
diletakkan dibawah, maka otomatis susah untuk bergerak ke atas.

84
Pada tahap inilah terjadi perbedaan mode regenerasi. Regenerasi pada
PLTU Paiton Unit 3 dan Unit 7/8 menggunakan salah satu dari tiga mode,
yaitu :
a. Low Mode

Gambar 2.47 Low Mode Regeneration


(Arsip PLTU Paiton Unit 3 dan Unit 7/8)

Pilihan regenerasi mode low ketika Condensate Polisher hanya


beroperasi normal dan tidak ada kebocoran atau kerusakan pada
kondensor. Pada mode ini dilakukan regenerasi anion dan kation dengan
penambahan asam sulfat dan kaustik soda dengan konsentrasi antara 4
hingga 10%. CRV adalah Cation Regeneration Vessel, tempat resin kation
diregenerasi. ARV adalah Ammonia Regeneration Vessel, tempat resin
anion diregenerasi. Sedangkan RSV adalah Resin Storage Vessel, tempat
resin yang sudah diregenerasi atau fresh resin disimpan. RSV juga bisa
disebut Mix Hold (MH).

85
b. High Mode

Gambar 2.48 High Mode Regeneration


(Arsip PLTU Paiton Unit 3 dan Unit 7/8)

High mode dilakukan pada beberapa kondisi yang menyebabkan


tingginya impurities di dalam air demin yang akan masuk ke dalam boiler.
Kondisi-kondisi tersebut misalnya saat unit mengalami Return to Service
(RTS) yaitu setelah unit shutdown dan hendak dinyalakan kembali. Pada
saat unit shutdown, maka akan terjadi akumulasi impurities pada air
sehingga otomatis jumlah impurities yang diikat resin juga naik cukup
tinggi, sehingga perlu regenerasi dengan mode yang lebih kuat daripada
low mode. Perbedaan high mode dengan low mode hanya terletak pada
kuantitasnya saja. Pada high mode dilakukan inject chemical dua kali lebih
banyak atau dilakukan low mode dua kali lebih lama.

86
c. Sulphonation Mode

Gambar 2.49 Sulphonation Mode Regeneration


(Arsip PLTU Paiton Unit 3 dan Unit 7/8)

Jika terjadi kenaikan chloride (Cl-) pada air demin yang biasanya
diakibatkan karena adanya kebocoran atau leak pada condenser, maka
diterapkan sulphonation mode. Pada mode ini, asam sulfat (H 2SO4)
bersamaan dengan kaustik soda (NaOH) akan ditambahkan ke dalam
Anion Regeneration Vessel (ARV). Penambahan asam sulfat tersebut
dikarenakan sulfide (SO42-) dalam asam sulfat lebih efisien dalam
melepaskan chloride (Cl-) pada ikatan resin daripada hydroxide (OH-)
dalam kasutik soda selama regenerasi. Reaksi regenerasi mode sulphonasi
adalah sebagai berikut :
1. R-Cl- + H2SO4 → R-SO42-
2. R-SO42- + NaOH → R-OH-
Setelah sulphonation mode selesai maka akan selalu diikuti dengan
high mode untuk jaga-jaga menghilangkan sulfat yang masih terikat pada
resin sebagai impurities.

87
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada mode low maka akan
dilakukaninject NaOH selama 45 menit dan inject H2SO4 selama50 menit
ditambah persiapannya yaitu total 102 menit. Untuk mode high memakan
waktu inject NaOH selama 106.5 menit dan inject H2SO4 selama 95 menit,
dan persiapannya dengan total 201.5 menit. Untuk mode sulphonation
dilakukan inject H2SO4bersamaan dengan NaOH ke dalam ARV lalu
dilanjutkan dengan mode high dengan total waktu total sulphonation
sendiri 84 menit dan ditambah mode high dan persiapannya maka menjadi
285.5 menit.Jika diruntut maka mode sulphonation adalah mode yang
didahulukan yang selalu diikuti modehigh.

4) Completion
Tahapcompletion merupakan tahap terkahir. Pada tahap ini, resin
yang sudah selesai dilakukan regenerasi akan dimasukkan ke MH.
Sebelum ditransfer, resin akan mengalami Air Scrub atau Crude Scrub.
Pada proses tersebut, resin akan diaduk menggunakan udara dari bawah
vessel untuk menghilangkan impurities pada sela-sela resin yang tidak
terikut pada air pada saat regenerasi. Setelah itu resin baru bisa ditransfer
menuju MH dimana resin anion didahulukan sehingga berada dibawah dan
resin kation berada di atas. Lalu resin akan dicampur menggunakan
bantuan udara dari bawah vessel selama tiga kali dalam waktu tiga menit.
Kemudian separation layer yang ada pada BT dikeluarkan lagi menuju
CRV, menunggu proses regenerawsi selanjutnya. Resin yang sudah
tercampur di MH adalah fresh resin yang siap untuk ditransfer dan dipakai
kembali jika ada resin pada vessel Condensate Polisher yang sudah jenuh.
Waktu total untuk mode low hingga akhir adalah 793.5 menit, mode high
adalah 839 menit, dan mode sulphonation adalah 923 menit.

88
Untuk lebih jelasnya lagi, berikut adalah tabel rincian90 stepregenerasi :

Tabel 2.5 Regeneration Steps


t F
Cycle Step SV CRV ARV MH BT
(mnt) (m3/h)
1 5 27 Fluidize Bed Dwell Dwell Dwell Dwell
Transfer to
2 23 27 Dwell Dwell Dwell
CRV
3 6 Air Discharge Dwell Dwell Dwell
4 3 54 Down Fush Dwell Dwell Dwell
Transfer Exhausted Resin 5 6 27 Up Flush Receive Exhaust Dwell Dwell Dwell
6 1 Air Displace Resin Dwell Dwell Dwell
7 1 54 Down Flush Dwell Dwell Dwell
8 1 27 Up Flush Dwell Dwell Dwell
9 1 Air Displace Dwell Dwell Dwell
10 5 54 Line flush Dwell Dwell Dwell
11
12
Spare 13
14
15
16 10 81 Refill Dwell Dwell Dwell Dwell
Receive
17 25 65 Dwell Dwell Trans to Service Dwell
Resin
Transfer Regenerated Resin 18 2 Drain Down Dwell Dwell Dwell Dwell
19 6 Air Mix 1 Dwell Dwell Dwell Dwell
20 1 Air Mix 2 Dwell Dwell Down Flush Dwell

89
21 1 50 Pack Down Dwell Dwell Trans Heel Dwell
Refill via
22 8 50 Dwell Dwell Line flush Dwell
Mix
23 20 Rinse Dwell Dwell Dwell Dwell
Rinse
24 5 443 Dwell Dwell Dwell Dwell
Recycle
25 1 Return to SB Dwell Dwell Dwell Dwell
26 12 SB Drain Down Dwell Dwell Dwell
27 1 SB Air Scour Dwell Dwell Dwell
Cation Air Scrub (Repeat 45x)
28 1.5 54 SB Rinse Dwell Dwell Dwell
29 1 SB Drain Down Dwell Dwell Dwell
Receive wash
30 6 45 SB Separation Wash 1 Dwell Dwell
water
Receive wash
31 10 15 SB Separation Wash 2 Dwell Dwell
water
Receive wash
32 5 45 SB Separation Wash 3 Dwell Dwell
water
Receive wash
33 10 15 SB Separation Wash 4 Dwell Dwell
water
Resin Inventory Hold 34 1 SB Hold
Anion Resin Anion Resin
Anion Resin Transfer 35 12 36 SB Dwell Dwell
Transfer Receive
36 1 15 SB Slow Wash Dwell Dwell Dwell
Anion Resin Anion Resin
Anion Resin Transfer 37 3 36 SB Dwell Dwell
Transfer Receive
38 6 SB Drain Down 2 Dwell Dwell Dwell
39 1 SB Drain Down 3 Drain Down 1 Dwell Dwell
40 3 SB Air Scrub Drain Down 2 Dwell Dwell

90
41 3 54 SB Rinse Air Scrub Dwell Dwell
42 3 99 SB Fast Wash Rinse Dwell Dwell
43 3 84 SB Rinse Fast Wash Dwell Dwell
44 3 54 SB Dwell Rinse Dwell Dwell
45 6 75 SB Wash/Refill 1 Wash/Refill Dwell Dwell
46 9 70 SB Wash/Refill 2 Refill/Settle Dwell Dwell
47 3 SB Settle Dwell Dwell Dwell
Cation Transfer Interface Layer 1 48 4 25 SB Transfer Layer 1 Dwell Dwell Transfer In
Cation Transfer Interface Layer 2 49 4 40 SB Transfer Layer 2 Dwell Dwell Transfer In
Resin Inventory Hold 50 1 SB Hold
51 1 17.9 SB Dwell Pre-Inject Dwell Dwell
52 40 17.9 SB Dwell Sulphonation Dwell Dwell
Sulphonation Mode
53 13 17.9 SB Dwell Displacement Dwell Dwell
54 30 54 SB Dwell Rinse 1 Dwell Dwell
Anion Caustic Injection (Low 55 7 17.9 SB Dwell Preheat Dwell Dwell
Mode) 56 45 17.9 SB Dwell NaOH inject 1 Dwell Dwell
Anion Caustic Injection (High 57 37.5 17.9 SB Dwell NaOH inject 2 Dwell Dwell
Mode) 58 17 17.9 SB Dwell Hot Displacement Dwell Dwell
Anion Rinse 3 59 20 54 SB Dwell Rinse 3 Dwell Dwell
Anion Rinse 4 60 17 54 SB Dwell Rinse 4 Dwell Dwell
61 5 SB Dwell Drain Dwell Dwell
62 1 SB Dwell Air Scour Dwell Dwell
Anion Air Scrub (repeat 45x)
63 1.5 54 SB Dwell Rinse Dwell Dwell
64 10 30 SB Dwell Refill Dwell Dwell
Anion Transfer Out 65 15 55 SB Dwell Transfer our Anion Transfer In Dwell
66 10 SB Dwell Dwell Dwell Dwell

91
67 5 36 SB Dwell Transfer heel Anion Transfer In Dwell
68 1 54 SB Rinse Dwell Dwell Dwell
69 1 34.6 SB Acid Preinjection Dwell Dwell Dwell
Cation Acid Injection (Low Mode) 70 50 34.6 SB Acid Inject 1 Dwell Dwell Dwell
Cation Acid Injection (High
71 45 34.6 SB Acid Inject 2 Dwell Dwell Dwell
Mode)
Acid
72 20 34.6 SB Dwell Dwell Dwell
Displacement
Cation Rinse 2 73 180 54 SB Rinse 2 Dwell Dwell Dwell
74 6 SB Drain Dwell Dwell Dwell
75 1 SB Air Scour Dwell Dwell Dwell
Cation Air Scrub (repeat 45x)
76 1.5 54 SB Rinse Dwell Dwell Dwell
77 7 45 SB Refill Dwell Dwell Dwell
Cation Transfer Out 78 15 40 SB Transfer Out Dwell Cation Transfer In Dwell
79 10 SB Dwell Dwell Dwell Dwell
80 5 40 SB Transfer heel Dwell Cation Transfer In Dwell
Resin Inventory Hold 81 1 SB Hold Dwell
82 3 SB Dwell Dwell Drain Dwell
83 1 SB Dwell Dwell Air Mix 1 Dwell
84 1 15 SB Dwell Dwell Air Mix 2 Dwell
85 6 SB Dwell Dwell Air Mix 3 Dwell
86 1 35 SB Dwell Dwell Packdown Dwell
87 8 35 SB Dwell Dwell Refill Dwell
88 35 89 SB Dwell Dwell Rinse Dwell
Interface Transfer 89 5 35 SB Balance charge in Dwell Dwell Transfer Out
90 1 SB SB SB Dwell Dwell

92
Keterangan :

SV = Service Vessel

CRV = Cation Regeneration Vessel

ARV = Anion Regeneration Vessel

MH = Mix Holder

BT = Balance Tank

SB = Stand By

93
Gambar 2.50 Regeneration Steps

94
2.5.2 Secara Ekonomis
Pada perbedaan mode regenerasi dari sisi ekonomis dihitung dari jumlah
harga air, asam sulfat, natrium hidroksida yang digunakan berdasarkan data
regenerasi yang telah dilaksanakan.

A. Air

Tabel 2.6 Perhitungan Total Air Tiap Regenerasi(Tanpa Mode)


Step V Air (m3) Step V Air (m3) Step V Air (m3)
1 2.250 33 2.500 66 6.000
2 10.350 35 7.200 67 4.500
4 2.700 36 0.250 68 0.577
5 2.700 37 1.800 69 0.577
7 0.900 41 2.700 72 11.533
8 0.450 42 4.950 73 162.000
10 4.500 43 4.200 76 60.750
16 13.500 44 2.700 77 5.250
17 27.083 45 7.500 78 10.000
21 0.833 46 10.500 80 3.333
22 6.667 48 1.667 84 0.250
24 36.917 49 2.667 86 0.583
28 60.750 59 18.000 87 4.667
30 4.500 62 0.900 88 51.917
31 2.500 63 33.750 89 2.917
32 3.750 64 9.167 Total 615.653 m3

Tabel 2.7 Perhitungan Total Harga Air Tiap Mode Regenerasi


V Air V Total V Total +
Mode Step Total Harga
(m3) (m3) 651.653 m3
56 2.088
Low
57 13.425 44.347 660.000 Rp. 66.000.000,00
Mode
70 28.833
56 2.088
57 13.425
High 58 11.188
86.556 702.209 Rp. 70.220.900,00
Mode 59 5.072
71 25.950
70 28.833
52 0.298
Sulpho 53 11.933
nation 54 3.878 129.665833 745.32 Rp. 74.532.000,00
Mode 55 27.000
56 2.088

95
57 13.425
58 11.188
59 5.072
71 25.950
70 28.833

Perhitungan :
 Total air yang dibutuhkan tiap regenerasi :
o Low Mode = 660 m3
o High Mode =702,209 m3
o Sulphonation Mode = 745,32 m3
 Harga air demineralized adalah Rp. 100.000,00/m3
 Maka, total harga air yang dibutuhkan tiap regenerasi:
o Low Mode = 660 m3 x Rp. 100.000,00/m3 = Rp. 66.000.000,00
o High Mode =702,209 m3 x Rp. 100.000,00/m3 = Rp. 70.220.900,00
o Sulphonation Mode = 745,32 m3 x Rp. 100.000,00/m3 = Rp.
74.532.000,00

B. Chemical

Tabel 2.8 Perhitungan Total Chemical Tiap Mode Regenerasi


Mode Chemical h0(mm) hf (mm) ∆ h(mm) Vtot (L)
Low Mode Caustic 2005 1885 120 545.760
19/3/17 Acid 1624 1426 198 900.504
High Mode Caustic 3813 3587 226 1027.848
(24/2/17) Acid 4303 4018 285 1296.180
1127 1027 100
Sulphonation Caustic 289 1314.372
1027 838 189
Mode
25/2/17 3379 3349 30
Acid 489 2223.972
3349 2890 459

Tabel 2.9 Perhitungan Total Harga Chemical Tiap Mode Regenerasi


Chemica Harga Total Harga
Mode Vtot (L) mtot (kg)
l Chemical Chemical
Caustic 545.760 820.823 Rp6.566.584
Low Mode Rp16.508.14
(19/3/17) 1656.92 8
Acid
900.504 7 Rp9.941.564
High Mode Caustic 1027.848 1545.88 Rp12.367.067 Rp26.676.89
(24/2/17) 3 4

96
2384.97
Acid
1296.180 1 Rp14.309.827
1976.81
Sulphonatio Caustic
1314.372 5 Rp15.814.524 Rp40.367.17
n Mode
4092.10 5
(25/2/17) Acid 2223.972 Rp24.552.651
8

 Diketahui,
o V tangki H2SO4 98% = V tangki NaOH 48% = 21603 L
o h tangki H2SO4 98% = h tangki NaOH 48% = 4750 mm
o ρ H2SO4 98% = 1,84 kg/L
o ρ NaOH 48% =1,504 kg/L
o Harga H2SO4 98% = Rp. 6.000,00/kg
o Harga NaOH 48% = Rp. 8.000,00/kg
 Total chemical yang digunakan diketahui dari ketinggian tangki,
o ∆ h acid = h0acid– hfacid
= 1624 mm – 1426 mm
= 198 mm
 Konversi dari tinggi (h) ke volume (V) dan massa (m) :
o Vacid = ∆ hacid x V tangki / h tangki
=198 mm x 21603 L / 4750 mm
= 900,5 L
o macid = V acid x ρ acid
= 900,5 L x 1.,4 kg/L
= 1656,927kg
 Maka, total harga chemical untuk Low Modeadalah :
Total harga =mtot caustic x harga caustic + mtotacid x harga acid
= 820.823 kg x Rp. 8.000,00/kg + 1656.927 kg x Rp.
6.000,00/kg
= Rp16,508,148

C. Total

Tabel 2.10 Perhitungan Total Harga Tiap Mode Regenerasi


Total Harga
Mode Total Harga Air Harga Total
Chemical
Low Mode
Rp. 66.000.000,00 Rp. 16.508.148,00 Rp. 82.508.148,00
19/3/17
High Mode
Rp. 70.220.900,00 Rp. 26.676.894,00 Rp. 96.897.811,00
(24/2/17)
Sulphonation
Rp. 74.532.000,00 Rp. 40,367,175,00 Rp. 114.899.091,00
Mode 25/2/17

97
Dari perhitungan diatas maka didapatkan harga total untuk regenerasi
mode low adalah Rp. 82.508.148,00, mode high adalahRp. 96.897.811,00, dan
mode sulphonation adalahRp. 114.899.091,00. Maka dari ketiga harga tersebut
bisa diketahui bahwa jika dibandingkan dengan operasi normal atau mode low,
maka mode high akan selisih lebih banyak menggunakan biaya sebesar Rp.
14.389.663,00 dan untuk mode sulphonation sebesarRp. 18.001.280,00. Dengan
dilakukannya mode yang berbeda dan besarnya perbedaan biaya yang digunakan,
maka diperlukan pengawasan yang lebih ketat dalam proses demineralisasi air
yang digunakan untuk steam ada PLTU Paiton Unit 3 dan Unit 7/8 dikarenakan
dapat menambah biaya produksi dan mengurangi keuntungan bagi perusahaan.

98
BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan

a) PLTU Paiton Unit 3 dan 7/8 adalah perusahaan pembangkit listrik yang
menggunakan batubara sebagai bahan baku pemanas air yang akan diubah
menjadi uap superheated untuk menggerakkan turbin yang nantinya akan
menggerakkan rotor pada generator sehingga akan menghasilkan listrik.
Air yang nantinya diubah menjadi uap superheated ini meupakan air laut
yang telah dilewatkan pada serentetan proses demineralisasi seperti Pre-
Treatment, SWRO Treatment, Make Up Demineralizing Treatment, dan
Ion Exchange pada Condensate Polishersehingga menjadi air
demineralized yang konduktivitasnya mendekati air murni, hanya 0.1 μ
S/cm), sehingga mecegah korosi dan kerak pada turbin dan alat-alat lain.
b) Mode regenerasi resin yang jenuh pada Condensate Polisher ada 3, yaitu
mode low, high, dan sulhponation. Perbedaannya adalah mode regenerasi
low digunakan saat operasi normal dengan total waktu 793.5 menit dan
biaya Rp. 82.508.148,00, sedangkan untuk mode high digunakaan saat
start up unit dengan rentang waktu dua kali lebih lama dari mode low
yaitu 793.5 menit dan biaya Rp. 96.897.811,00, dan mode yang terakhir
yaitu mode sulphonation digunakaan saat tingginya konsentrasi chloride
yang diakibatkan oleh kebocoran air laut ke dalam condensor sehingga
perlu menambahkan acid pada resin anion dengan total waktu 923 menit
dan biaya Rp. 114.899.091,00 .

3.2 Saran

Dalam Praktik Kerja lapangan ini waktu yang didapatkan hanya sedikit
sehingga tidak semua unit proses dapat dipelajari secara spesifik. Namun banyak
informasi baru yang bisa didapat selain yang telah dipelajari di perkuliahan.
Sehingga untuk kedepannya diharapkan waktu untuk melakukan PKL
diperpanjang agar ilmu yang diperoleh lebih banyak lagi.

99
DAFTAR PUSTAKA

Abed, dan Dimas, 2013. Laporan Praktek Kerja Industri PT. International Power
Mitsui Operation And Maintenance Indonesia. Politeknik Negeri Malang.

Edi. 2012. Reverse Osmosis. [Online]. Tersedia: http//edisosmosis.blogspot.com.


Diakses pada tanggal 13 Mei 2016

Frayen, Colin. 2002. Boiler Water Treatment Principle And Practice Vol. I:
Boiler Basics and Steam Water Chemistry. Chemical Publishing
Company: United State of America

Greenwood, Norman N.; Earnshaw, A. 1997. Chemistry of the Elements (2nd


ed.), Oxford: Butterworth-Heinemann

Heaton, A. 1996.An Introduction to Industrial Chemistry, 3rd edition, New


York:Blackie.

Kurnia,Esti.2015.Laporan Praktek Kerja Industri PT.IPMOMI. Perbandingan


Performance Membran Hydranautics Dan Torray Pada Sea Water Reverse
Osmosis Train A PLTU Paiton Unit 7/8.Teknik Pertanian Universitas
Brawijaya.Malang.

Lide, D.R. 2007.CRC Handbook of Chemistry and Physics (88th ed.), Boca
Raton, FL: CRC Press, Taylor & Francis,

Manivasakam, N. 2011. Industrial Water Analysis Handbook. Chemical


Publishing Company: United State of America

100

Anda mungkin juga menyukai