Anda di halaman 1dari 6

1.

PENERAPAN 4R DI DUNIA INDUSTRI

Reduce artinya mengurangi atau menurunkan jumlah sampah setiap hari. Kegiatan ini
bisa kita lakukan bersama dengan berusaha meminimalisir barang yang kita gunakan,
sehingga sampah yang dihasilkan sedikit, dan memilah sampah rumah tangga berdasarkan
sifat dan jenisnya, misalnya pemisahan sampah organik yang lunak (misalnya: dedaunan)
dengan keras (misalnya: tulang), sampah nonorganik dipisahkan berdasarkan jenis plastik,
kaca, kaleng, besi.
Reusing (penggunaan-ulang) adalah tindakan memanfaatkan-ulang apa adanya
sebagian atau seluruh sampah atau limbah atau barang-barang bekas lainnya untuk
menghasilkan produk/barang lain atau untuk kebutuhan lain yang bermanfaat. Contohnya
adalah memanfaatkan botol bekas kemasan strawberry jam atau peanut butter untuk wadah
pemeliharaan ikan cupang (laga), wadah bumbu dapur, dsb.
Recycling (mendaur-ulang) adalah tindakan mendaur-ulang sebagian atau seluruh
sampah atau limbah untuk menghasilkan produk/barang lain yang lazimnya berbeda bentuk
dan sifatnya dari produk/barang aslinya. Contohnya adalah pendaur-ulangan kertas-kertas
bekas untuk menghasilkan kertas seni (artistic paper) atau kertas koran. Efektivitas
pelaksanaan minimisasi limbah hanya bisa dicapai apabila disertai dengan perubahan pola
pikir masyarakat dalam memperlakukan limbah atau sampah. Peningkatan konsumsi
masyarakat akan suatu produk barang baik dalam ragam maupun jumlah secara alamiah
terjadi apabila taraf hidup masyarakat meningkat. Tantangan terbesar adalah bagaimana
mengubah pola konsumsi masyarakat yang selama bertahuntahun telah terbentuk akibat
pengaruh propaganda barang konsumsi melalui berbagai media massa.
Recovering (mendapatkan-ulang) adalah tindakan memanfaatkan-ulang barang atau
benda yang masih tersisa di dalam limbah terutama limbah industri karena proses
produksi berlangsung kurang efisien, sehingga rendemen (out-turn = nisbah antara volume
produk jadi terhadap volume bahan baku) rendah. Contohnya, sludge dari proses pengolahan
kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) yang dibuang biasanya dimanfaatkan oleh
penduduk sekitar, yaitu dengan cara memisahkan sisa-sisa CPO yang ikut terbuang bersama
substrat limbah cair dan padat, untuk diproses lebih lanjut secara tradisional menjadi olein
(minyak goreng).

Kegiatan minimisasi limbah meliputi :


1.

Pencegahan pencemaran yang dikenal dengan nama in-process recycling and


reuse atau on-site closed-loop. Bahan kimiawi bergerak hanya di dalam produksi
khusus dan tidak akan muncul sebagai limbah. Upaya yang dilakukan pada tahap
ini adalah reduce, reuse dan recycling.

2. Penangulangan Pencemaran yang dikenal dengan nama out-of-process recyling


and reuse atau out-of-loop. Penggunaan kembali bahan atau produk
sampingannya oleh manufacturing (meskipun berada di pabrik yang sama) atau
melalui sebuah fasilitas di luar (off-site-facility) tidak dapat dianggap sebagai
pencegahan pencemaran. Alasannya adalah bahwa pencemaran/limbah telah
terjadi (meskipun bahan atauproduk sampingan di gunakan kembali sebagai
bahan baku yang berharga) dan resikonya untuk pekerja, konsumen dalam
masyarakat dan lingkungan bertambah karena kebutuhan untuk out-of-process
handling, storage, transportation and reuse.
Kegiatan penanggulangan dilakukan setelah kegiatan pencegahan sudah tidak
dimungkinkan lagi. Metode 4 R (reduce, reuse, recycle, recovery) pada dasarnya
ditujukan untuk efisiensi penggunaan materi dan energi, pemisahan ketidakmurnian dari limbah sehingga dapat digunakan kembali dan pemanfaatan kembali
limbah untuk menghasilkan bahan baku sekunder atau memanfaatkan limbah
yang semula dianggap tidak berharga menjadi produk lain.
Berbagai teknologi yang digunakan dalam 4 R antara lain :
1. Absorbsi (penyerapan).
2. Filtrasi (penyaringan).
3. Clarification (klarifikasi), suatu atau kombinasi proses yang tujuan utamanya
untuk mengurangi konsentrasi bahan padat tersuspensi dalam cairan.
4. Segregation, upaya memisahkan suatu limbah (cairan limbah) dari limbah yang
lain untuk tujuan pengolahan tertentu. Cara ini dapat mengurangi beban dan
biaya pengolahan limbah.

5. Reverse Osmose (osmose terbalik) adalah proses pemisahan yang dikendalikan


tekanan membran. Proses RO menggunakan membran semipermeable yang
dapat melewatkan air yang dimurnikan dan menahan garam-garam terlarut.
6. Ion exchange (penukar ion), digunakan untuk merecover drag out dari larutan
pembilas encer.
7. Recovery Nutrient dan Energi 8. Bioteknolog
Dengan makin meningkatnya tuntutan untuk melaksanakan produksi bersih dan
tidak mencemari lingkungan, maka usaha pencegahan timbulnya buangan yang
berbahaya dan beracun sampai ke tingkat minimal merupakan prioritas pertama.
Pertimbangan selanjutnya baru kemungkinan proses daur ulang bahan buangan.
Pertimbangan akhir adalah bagaimana mengolah buangan yang tidak dapat
dihindari pembentukannya. Dalam hal ini, nilai usaha pencegahan lebih
diutamakan dari penanggulangan akibat negatif dari limbah yang terbentuk.
Limbah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi diolah melalui berbagai teknik
pengolahan limbah, seperti teknik pengolahan secara mekanis, kimia, biologi.

2. PENGOLAHAN LIBAH CAIR INDUSTRI


Pengolahan limbah cair industri dapat dibagi menjadi dua, pengolahan menurut
tingkat perlakuan dan pengolahan menurut karakteristiknya.
1. Pengolahan Berdasarkan Tingkat Perlakuan
Menurut tingkatan prosesnya, pengolahan limbah dapat digolongkan menjadi 5
tingkatan. Namun, tidak berarti bahwa semua tingkatan harus dilalui karena pilihan tingkatan
proses tetap bergantung pada kondisi limbah yang diketahui dari hasil pemeriksaan
laboratorium. Dengan mengetahui jenis-jenis parameter dalam limbah, dapat ditetapkan jenis
peralatan yang dibutuhkan. Beriktu beberapa tahap pengolahan air limbah.
a) Prapengolahan (pretreatment)
Pada tahap ini, saringan kasar yang tidak mudah berkarat dan berukuran kurang lebih
30 x 30 cm untuk debit air 100 m2/jam sudah cukup baik. Untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik, saringan dapat dipasang secara seri sebanyak dua atau tiga saringan. Ukuran
messnya (besar lubang kawat tikus) dapat dibandingkan dengan kawat kasa penghalang
nyamuk. Saringan tersebut diperiksa setiap hari untuk mengambil bahan yang terjaring.
Contoh bahan-bahan yang terjaring dapat berupa padatan terapung atau melayang yang ikut
bersama air. Bahan lainnya adalah lapisan minyak dan lemak di atas permukaan air.
b) Pengolahan primer (primary treatment)
Pada tahapan ini dilakukan penyaringan terhadap padatan halus atau zat warna terlarut
maupun tersuspensivyang tidak terjaring pada penyaringan terdahulu. Ada dua metode utama
yang dapat dilakukan yaitu pengolahan secara kimia dan fisika.
Pengolahan secara kimia dilakukan dengan cara mengendapkan bahan padatan melalui
penambahan zat kimia. Reaksi yang terjadi akan menyebabkan berat jenis bahan padatan
menjadi lebih besar daripada air. Tidak semua reaksi dapat berlaku untuk semua senyawa
kimia (terutama senyawa organik). Pengolahan secara fisika dilakukan melalui pengendapan
maupun pengapungan yang ditujukan untuk bahan kasar yang terkandung dalam air limbah.
Pengapungan dilakukan dengan memasukkan udara ke dalam air dan menciptakan
gelembung gas sehingga partikel halus terbawa bersama gelembung ke permukaan air.
Sementara itu, pengendapan (tanpa penambahan bahan kimia) dilakukan dengan
memanfaatkan kolam berukuran tertentu untuk mengendapkan partikel-partikel dari air yang
mengalir di atasnya.
c) Pengolahan sekunder (secondary treatment)

Tahap ini melibatkan proses biologis yang bertujuan untuk menghilangkan bahan
organik melalui proses oksidasi biokimia. Di dalam proses biologis ini, banyak dipergunakan
reaktor lumpur aktif dan trickling filter.
d) Pengolahan tersier (tertiary treatment)
Pengolahan tersier merupakan tahap pengolahan tingkat lanjut yang ditujukan
terutama untuk menghilangkan senyawa organik maupun anorganik. Proses pada tingkat
lanjut ini dilakukan melalui proses fisik (filtrasi, destilasi, pengapungan, pembekuan, dan
lain-lain), proses kimia (absorbsi karbon aktif, pengendapan kimia, pertukaran ion,
elektrokimia, oksidasi dan reduksi), dan proses biologi (pembusukan oleh bakteri dan
nitrifikasi alga).
2. Pengolahan Berdasarkan Karakteristik
Proses pengolahan berdasarkan karakteristik air limbah dapat dilakukan secara :
a. Proses fisik, dapat dilakukan melalui :
Pengahancuran
Perataan air (mis. Mengubah sistem saluran dan membuat kolam)
Penggumpalan (mis. Menggunakan aluminium sulfat dan terrosulfat)
Sedimentasi
Pengapungan
Filtrasi
b. Proses kimia, dapat dilakukan melalui :
Pengendapan dengan bahan kimia
Pengolahan dengan lagoon atau kolam
Netralisasi
Penggumpalan atau koagulasi
Sedimentasi (misalnya dengan discrete setting, floculant setting, dan zone setting)
Oksidasi dan reduksi
Klorinasi
Penghilangan klor (biasanya menggunakan karbon aktif atau natrium sulfat)
Pembuangan fenol
Pembuangan sulfur
c. Proses biologi, dapat dilakukan dengan :
Kolam oksidasi Lumpur aktif (mixed liquid suspended solid, MLSS)

3. SITUS WEB
http://library.usu.ac.id/download/fisip/fisip-yance7.pdf Diunggah pukul 20:40 WIB
http://wahyusylvitria.blogspot.co.id/2010/02/prinsip-6-r-dalam-pengelolaanlimbah.html Diunggah Pukul 20:42 WIB
http://raihanaditya.blogspot.co.id/2013/06/4-langkah-mengelola-danmemanfaatkan.html Diunggah Pukul 20:42 WIB
http://www.caraproses.co/2015/08/pengolahan-limbah-cair-industri.html Diunggah
pukul 20:55 WIB

4. BIODATA MAHASISWA
Nama

: Trijaya Edy Wardana

NIM

: 13314401

Alamat Email : Trijayaedywardana@gmail.com


Kelas

:B

Anda mungkin juga menyukai