BY PLANET HIJAU MAY 19, 2010 AIR MASALAH URBAN SUMUR RESAPAN
sungai bercampur juga dengan air limbah, baik itu skala kecil maupun besar. Tumpang tindih
fungsi atas keberadaan sungai ini jelas membawa banyak permasalahan yang potensial
merusak lingkungan.
Muncul dalam pengelolaan sistem drainase perkotaan adalah integrasi jaringan antar
wilayah/kabupaten. Sebagai sebuah jaringan dan sistem, tidak mungkin bila aliran air
dikelola sendiri-sendiri. Pendimensian saluran, penggunaan sungai secara terpadu, sosialisasi
kepada masyarakat harus dilakukan secara menyeluruh.
Drainase yang meliputi jenis, system, dan permasalahannya:
Drainase merupakan salah satu factor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam
pengolahan banjir (float protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air
pada tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air
tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
a) Jenis jenis drainase :
Menurut sejarah terbentuknya :
1. Drainase alamiah (natural drainage)
Terbentuk secara alamiah , tidak terdapat bangunan penunjang
2. Drainase buatan (artificial drainage)
Dibuat dengan tujuan tertentu, memerlukan bangunan khusus
Menurut letak bangunan :
1. Drainase permukaan tanah (surface drainage)
Suatu system pembuangan air untuk menyalurkan air dipermukaan tanah. Hal ini berguna
untuk mencegah adanya genangan.
2. Drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainage)
Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dibawah tanah.
Pada jenis tanaman tertentu drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian muka air
tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Menurut fungsi :
1. Single purpose
Suatu jenis air buangan : air hujan, limbah domestic, limbah industri dll
2. Multi purpose
Beberapa jenis air buangan tercampur
Menurut kontruksi :
1. Saluran terbuka
2. Saluran tertutup
Untuk air kotor disaluran yang terbentuk di tengah kota.
b) Sistem dan permasalahan drainase
Sistem drainase dibagi menjadi:
1. tersier drainage
2. secondary drainage
3. main drainage
4. sea drainage
Permasalahan drainase:
Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor yang
mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam perencanaan, antara lain :
1. Peningkatan debit
manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan
/penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang,
sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah genangan
4. sea drainage
Permasalahan drainase:
Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor yang
mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam perencanaan, antara lain :
1. Peningkatan debit
manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan
/penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang,
sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.
2. Peningkatan jumlah penduduk
meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, akibat dari pertumbuhan
maupun urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh penambahn
infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatn penduduk juga selalu diikuti oleh
peningkatan limbah, baik limbah cair maupun pada sampah.
3. Amblesan tanah
disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian
kota berada dibawah muka air laut pasang.
4. Penyempitan dan pendangkalan saluran
5. reklamasi
6. limbah sampah dan pasang surut
c) Penanganan drainase perkotaan :
1. Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah
2. Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke drainase dapat dibuang
dengan cepat agar tidak mengendap
3. pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama pembuangan sampah
sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya melanggar drainase.
4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi
lingkungn.
5. Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan,
menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.
LAYAKNYA berondongan peluru, makin hari, makin banyak masalah lingkungan yang terus
memburu kita. Mulai dari sampah, sungai tercemar, banjir bandang dan banyak lagi. Bolehlah
kita sesekali membuka mata bahwa permasalahan lingkungan adalah tanggung jawab
bersama. Kota tempat kita berpijak adalah ruang kehidupan kita bersama. Ruang yang harus
kita rawat siklus kealamiannya. Air menjadi salah satu kata kuncinya. Permasalahan air
adalah permasalahan yang tak kunjung usai. Karena bagaimanapun juga permasalahan
lingkungan bukan permasalahan rekayasa teknis semata tapi juga permasalahan sosial yang
buntutnya adalah soal budaya.
Membahas air berarti tak dapat lepas dari keberadaanya, air di permukaan tanah atau air di
bawah tanah. Berdasar siklus air, air hujan turun ke bumi kemudian meresap di dalam tanah.
Air yang meresap ke dalam tanah ini akan mengalir menuju hilir. Sedangkan air hujan yang
tidak dapat meresap ke dalam tanah, melimpas, menjadi genangan di permukaan atau
mengalir ke sungai. Air sungai mengalir menuju hilir atau bermuara di lautan. Siklus ini akan
terus berulang hingga air dari penguapan laut turun kembali sebagai hujan.
Siklus air alami ini tidak akan menyebabkan permasalahan ketika air tidak diganggu
alirannya. Gangguan ini dapat berupa pembatasan gerak air, pencemaran lingkungan atau
juga pengurangan jumlah air yang meresap ke tanah. Proses alami air ini tentu saja mau
tidak mau harus diganggu. Perkembangan kota, pertambahan jumlah penduduk disertai
dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat menjadi faktor utama penentu proses siklus air.
Drainase dan sanitasi perkotaan menjadi tema yang mendesak untuk dibicarakan karena
memegang fungsi sentral dalam hal pengendalian air. Sistem Drainase berarti sistem
pengatusan atau pengeringan kawasan atas air hujan yang menggenang. Sedangkan sistem
sanitasi berarti sistem pengendali tingkat higienis, kebersihan dan kesehatan air.
Idealnya, pada rencana induk kota, kedua alur sistem ini harus dipisah. Sistem drainase harus
dikembangkan salurannya sendiri, mulai dari air hujan, masuk ke selokan/parit sampai
dengan meresap ke dalam tanah kembali atau mengalir ke sungai dan bermuara di laut. Pun
sistem sanitasi, karena sebagian besar berhubungan dengan limbah, maka perlu diusahakan
saluran yang benar-benar sehat agar nantinya dapat diolah di IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah) dan output-nya memenuhi standar baku air.
Sebagai sistem, penanganan drainase maupun sanitasi tidak dapat dilakukan secara
individual, wilayah per wilayah. Rencana induk kota harus mampu mengintegrasikan
jaringan air mulai dari hulu sampai dengan hilir. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah punya
pengaruh yang besar. Kebijakan ini memayungi prosedur-prosedur standar pengendalian air,
semisal, standar penyambungan saluran air hujan, air limbah, atau juga septictank rumah
tangga. Melalui konsultan teknisnya, pemerintah harus menjadi fasilitator bagi masyarakat.
Begitu juga dengan masyarakat, partisipasi dan sikap proaktif akan menentukan keberhasilan
rencana induk kota.
Modal Alami Yogyakarta, Air Mudah Mengalir
Secara geografis, Propinsi Yogyakarta membentang dari batas utara Gunung Merapi sampai
dengan batas selatan Samudra Indonesia. Topografi Yogyakarta membentang dari kontur
tanah tinggi ke rendah. Untuk pengaliran air, kondisi ini jelas menguntungkan dan tidak
membutuhkan rekayasa bangunan sipil yang istimewa. Selain itu, Yogyakarta juga memiliki 3
sungai utama yang membelah wilayah perkotaan. Sungai-sungai tersebut adalah Winongo di
sisi barat, Code di sisi tengah dan Gajah Wong di sisi timur. Keunikan alami lainnya, jenis
tanah di Yogyakarta adalah tanah berpasir, hal ini karena adanya keberadaan gunung
vulkanik. Dengan tanah berpasir, air yang menggenang lebih mudah meresapnya.
Yogya juga memiliki beberapa mata air di sisi utara kota. Modal ini ditambah lagi dengan
konsep tradisional masyarakat pinggir sungai dalam memelihara konservasi air. Konsep ini
biasa disebut dengan Mbelik. Mbelik adalah sisi pinggir sungai yang menghasilkan mata air
kecil dari resapan tanah atau pepohonan. Masyarakat biasanya membatasi daerah ini dengan
gundukan tanah atau semen. Daerah tetesan air dicekungi agar air menggenang dan dapat
digunakan.
Lewat paparan ini, jelas sudah bahwa sebenarnya Yogyakarta merupakan daerah yang serba
kecukupan dan tidak rumit pengelolaan airnya. Masalah drainase dan sanitasi muncul ketika
manusia tidak lagi bijaksana menjaga ekosistem. Konsep-konsep tradisional ini diganti ke
konsep modern yang setengah hati. Sementara penduduk bertambah banyak, rencana induk
kota kurang tersosialisasi kepada masyarakat. Sebaliknya, respon masyarakat terhadap
kebijakan kota juga ragu-ragu.
Banyak hal yang menjadi permasalahan dan kendala dalam sistem drainase perkotaan.
Masalah yang pertama yaitu, masalah teknis konsep drainase perkotaan kita. Air hujan yang
turun ke permukaan tanah masih dibuang secepat-cepatnya ke sungai. Air hujan yang turun
tidak diberi kesempatan untuk meresap sebagai cadangan air tanah. Akibatnya tanah tak
punya cadangan air, muka air tanah turun, kekeringan melanda. Sementara itu, sungai tidak
lagi mengalirkan air bersih. Air sungai bercampur juga dengan air limbah, baik itu skala kecil
maupun besar. Tumpang tindih fungsi atas keberadaan sungai ini jelas membawa banyak
permasalahan yang potensial merusak lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya pembagian
fungsi sungai secara jelas. Saluran drainase dan sanitasi harus terpisah. Masing-masing perlu
solusi yang konkret.
Masyarakat dan pemerintah perlu bersinergi dan peduli pada lingkungannya.Untuk sistem
drainase, pembuatan sumur resapan dan kolam konservasi adalah solusinya, baik itu secara
pribadi (per bangunan) atau massal. Pemerintah saat ini sedang giat dalam usaha membangun
embung. Embung ini diharapkan mampu menampung air hujan yang turun agar tidak
langsung terbuang. Usaha ini perlu didukung masyarakat agar masalah pemeliharaannya
dapat berlangsung.
Sementara itu, sungguh sulit untuk menggalakkan pembuatan sumur resapan pribadi. Saat ini
kebanyakan permukiman dan bangunan tidak membuat sumur peresapan, padahal menurut
IMB (Ijin Mendirikan Bangunan), setiap bangunan harus memilikinya, ketentuan ini
tercantum dalam Perda No. 4 tahun 1988. Jadi, seharusnya air hujan yang mengalir/melimpas
dari bangunan turun ke tanah, diresapkan lewat sumur resapan, lalu baru sisanya dibuang ke
SAH (Saluran Air Hujan).
Memang sulit untuk mulai menggalakkan pembuatan sumur resapan, kondisi ini disebabkan
juga oleh keterbatasan lahan di kota. Padahal, setelah dikulik lebih lanjut, ternyata sumur
resapan merupakan warisan teknologi tradisional, sebagaimana diungkapkan dalam sebuah
leaflet sosialisasi sumur resapan milik Bapedalda (Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah), Sumur peresapan air hujan, secara konsep sistem ini merupakan
teknologi nenek moyang yang diekpresikan dengan 'tabu' menimbun sumur yang oleh suatu
sebab tidak berfungsi lagi dan pada umumnya dimanfaatkan untuk menampung air hujan dari
halaman di sekitarnya. Begitulah kebiasaan-kebiasaan masyarakat di pedesaan dengan
membuat lubang-lubang di halaman yang secara teknis dapat di terjemahkan sebagai
retarding basin (kolam penunda aliran air-red) dan sekaligus berfungsi sebagai artificial
recharge (pengisi air buatan-red).
Usaha pembuatan sumur resapan ini harus mulai digalakkan sejak saat ini. Sebuah desa di
sebelah utara kota Yogya telah menggunakan teknologi tradisional sumur resapan ini. Lewat
berbagai modifikasi, warga desa wisata Tanjung, Sleman, telah berhasil membangun 20
sumur resapan. Pembuatan sumur resapan ini dibantu oleh lembaga GGWRM (Good
Government in Water Resources Management), Uni Eropa. Akhir November 2004, kita akan
merampungkan 20 sumur baru lagi bantuan dari Bapedalda, jadi akhir Desember kita sudah
punya 20 sumur resapan, ungkap Jamhadi, ketua umum desa wisata Tanjung.
Prinsip sumur resapan yang diterapkan di desa Tanjung sebenarnya sederhana. Pertama, kita
butuh lahan ukuran 2 X 2 m. Di areal itu digali, dimasuki buis beton ke dalam, diberi tutup
semen, di sebelah tumpukan buis beton tadi diberi bak kontrol semen ukuran 0,7 X 0,7 m,
bak itu diberi tutup juga. Di samping bak kontrol, ditanam grass block di permukaan tanah,
diberi rumput sebagai penyaring, ucap Sutoyo, salah seorang warga desa tanjung. Cara
kerjanya, air hujan turun dari tritisan rumah, menuju grass block, tersaring, kemudian masuk
ke bak kontrol dan akhirnya masuk ke buis tadi dan meresap ke dalam tanah, tambahnya.
Teknologi tradisional nan murah di desa Tanjung ini seharusnya mampu menjadi
pembelajaran bagi desa-desa lain. Lewat gotong-royong warga, kita juga bisa menyelamatkan
lingkungan dari tempat kita berpijak. Tanpa disadari, air yang diresapkan warga desa Tanjung
ini, nantinya akan memperbaiki siklus air kota secara keseluruhan. Mengesankan.
Permasalahan kedua yang muncul dalam pengelolaan sistem drainase perkotaan adalah
integrasi jaringan antar wilayah/kabupaten. Sebagai sebuah jaringan dan sistem, tidak
mungkin bila aliran air dikelola sendiri-sendiri. Pendimensian saluran, penggunaan sungai
secara terpadu, sosialisasi kepada masyarakat harus dilakukan secara menyeluruh. Sebagai
contoh, saluran drainase di Jalan Parangtritis di sebelah utara dan selatan Ring Road. Area
saluran ini terletak di dua wilayah administrasi yang berbeda, sebelah Utara wewenang
Kodya Yogyakarta, sedangkan selatan wewenang kabupaten Bantul. Tidak mungkin Kodya
hanya menangani wilayahnya saja dan tidak bertanggung jawab atas aliran air ke Bantul.
Oleh karena itu dibutuhkan perbaikan saluran-saluran di masing-masing wilayah dan juga
kerjasama yang terpadu.
Seperti diungkapkan Ir. Toto Subroto, Kepala Sub Dinas Prasarana Pengairan dan Drainase
Kota Yogyakarta, Dinas Prasarana Kota Yogyakarta saat ini sedang melaksanakan berbagai
perubahan saluran drainase. Pada tahun anggaran lalu, Dinas Prasarana Kota sudah mencoba
tersendiri, yaitu IPAL (Instalasi Pengolahan Air limbah). Melalui IPAL, warga kota bisa
merasa nyaman karena tak perlu lagi membuang air kotor secara sembarangan. IPAL ini tidak
hanya diperuntukkan bagi limbah rumah tangga, tetapi juga bagi sentra industri-industri, baik
kecil atau besar. Jika konsep ini tercapai, wah, berarti tak perlu khawatir lagi air sehari-hari
kita akan tercemar. Kini pertanyaannya, apakah konsep ini mampu berjalan di alur yang kita
inginkan?
Sistem sanitasi selalu terkait dengan masalah limbah dan saluran air kotor. Sebagai kota
dengan segudang predikat, praktis Yogyakarta menyangga berbagai keberagaman aktivitas
manusia sebagai penghasil limbah. Mulai dari limbah rumah tangga (mandi, kakus, mencuci
atau memasak), perkantoran, sekolah, universitas, hotel, rumah makan, mall, sampai dengan
industri skala kecil dan besar. Dari data monitoring kami, industri yang tercatat di Yogya
sejumlah 932, kegiatan pelayanan kesehatan (rumah sakit, laboratorium kesehatan, balai
kesehatan dll) sejumlah 197, kegiatan jasa/pariwisata, khususnya hotel 231. Data ini masih
kami kembangkan lagi karena masih banyak yang belum tercatat. Masih banyak kegiatankegiatan lain yang belum terdeteksi seperti usaha bengkel dan salon misalnya. Ini
membuktikan eksplorasi sumber daya air yang luar biasa, sedangkan upaya pengembalian
keseimbangan air bersih masih kecil, baik itu air permukaan ataupun air tanah, jelas Ir.
Endro Waluyo, Kepala Sub Bidang Pengendalian Pencemaran Bapedalda.
Endro menambahkan, saat ini mayoritas universitas-universitas di Yogya pun juga masih
belum memiliki IPAL dan sumur peresapan sendiri. Padahal dengan daerah gedung yang luas
ditambah dengan adanya laboratorium, pengolahan air mandiri mutlak diperlukan.
Di Yogyakarta, saluran limbah cair dari perkotaan sebagian besar dialirkan ke IPAL Sewon,
Bantul. Sedangkan sisanya, saluran-saluran air kotor masih tetap mengandalkan sungai dan
septictank yang non kedap air. Sungai-sungai dijadikan tempat pelarian, akibatnya, sungai
tidak lagi bersih dan ini memperburuk siklus air secara alamiah. Beban kota masih ditambah
lagi dengan air tanah kota yang tak lagi sehat, septictank non kedap air mengakibatkan
merembesnya limbah dan bercampur dengan air tanah. Limbah berjabat tangan dengan air
tanah yang sehari-hari kita perlukan.
Agar perkotaan kita tetap sehat, masalah-masalah sanitasi harus menjadi perhatian serius
pemerintah beserta dengan warganya. Jogjaku Bersih harus menjadi slogan yang mampu
diwujudkan. Hal ini senada dengan penjelasan Pieter Lawoasal, Kepala Seksi Pemantauan
dan Pemulihan KPDL (Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan), Kami (KPDL-red)
sekarang ini baru fokus ke IPAL komunal/domestik yang dirancang untuk menjaga air sungai
dan air tanah yang ada di Yogya, khususnya untuk masyarakat yang ada di pinggir sungai.
Bagi Pieter, penting untuk menyadarkan masyarakat yang bermukim di pinggiran sungaisungai karena cukup banyak warga yang membuang limbah langsung ke sungai tanpa diolah
terlebih dahulu. Maka dari itu, perlu antisipasi seperti pembuatan septictank. Masih banyak
pula masyarakat yang maaf mekong (mepe bokong, buang kakus sambil jongkok-red) di
sungai, ujar Pieter tersenyum.
Menanggapi fenomena lingkungan yang cukup meresahkan ini, KPDL telah berinisiatif untuk
membangun IPAL-IPAL komunal di berbagai tempat di Yogyakarta. IPAL komunal ini dibuat
dengan tujuan agar masyarakat sadar dan turut terlibat dalam hal kepedulian lingkungan.
Selain itu, IPAL komunal memang lebih murah dan ringkas daripada membuat septictank
pribadi. Diharapkan, pembuatan IPAL-IPAL ini mampu menjadi pilot project bagi daerahdaerah lainnya juga. Karena ini pilot project, jadi untuk mencapai kesempurnaan pembuatan
IPAL membutuhkan waktu yang cukup lama. Sejak tahun 2000, kami sudah mulai buat IPAL
di beberapa lokasi, tapi hasilnya tidak memuaskan, baru tahun 2003-2004 ini mulai baik, jadi
membutuhkan waktu sekitar 3-4 tahun untuk mencapai yang lebih baik, ujar Pieter. Pieter
juga menambahkan bahwa IPAL komunal yang dibuat ini dapat digunakan untuk skala 50100 keluarga, dengan harapan agar setelah dibuang ke sungai, air sudah memenuhi baku mutu
standar SK Gubernur nomor 214 tentang baku mutu air sungai.
Cara yang digunakan KPDL dalam membuat IPAL Komunal pun tidak semata-mata
membangun sepihak. Masyarakat dilibatkan bersama-sama. Pemerintah yang memberi
dana, konsultan, dan memberi contoh bentuk, sedangkan yang melaksanakan adalah
masyarakat setempat. Dananya pun dikelola oleh mereka, sehingga kekurangan yang ada
ditanggung oleh masyarakat sebagai pengelola. Bahkan pernah pembuatan IPAL ini, 50 %
dananya dari masyarakat daerah itu sendiri. Bagi pemerintah, ini merupakan partisipasi dari
masyarakat yang sangat besar, ucap Pieter bersemangat. Pemerintah tetap memberi
konsultan yang membantu, tapi tanggung jawab pembangunan diberikan penuh kepada
masyarakat. Pieter juga memberi kebebasan apabila masyarakat merasa tidak membutuhkan
atau merasa kurang sreg (yakin-red) dengan konsultan teknis dari pemerintah, masyarakat
tidak perlu memakai jasa konsultan tersebut.
Beberapa IPAL komunal yang telah dibantu oleh KPDL antara lain di daerah Serangan,
Patangpuluhan, Bumijo, Pringgan (Kotagede), Tegalrejo dan di Rusunawa (Rumah Susun
Sewa Sederhana) dekat Hotel Melia.
Mengenai teknis perancangan, Pieter menjelaskan bahwa IPAL komunal yang dibuat ini
berbeda dengan septictank pada umumnya. IPAL yang dibuat, sengaja dirancang kedap air,
agar air limbah jangan meresap ke dalam tanah. Jadi nantinya, limbah yang dibuang dapat
disedot kembali, atau diolah sebagai pupuk.
Soal olah-mengolah limbah, warga Prawirodirjan bahkan telah memulai usaha kreatif ini. Di
RT 7, 8, 9 di Prawirodirjan ini, kami mengolah limbah rumah tangga menjadi pupuk. Anakanak muda banyak yang terlibat. Bukan itu saja, bahkan fasilitas MCK (Mandi, Cuci, Kakus)
komunal kami juga akan dibuat proyek biogas. Belum pasti kapan, tapi yang jelas, nantinya
limbah ini dapat digunakan untuk menghasilkan panas/api, sehingga ada semacam dapur
bersama di kampung ini, jelas Suhayatmojo, Sekretaris Kelurahan Prawirodirjan. Melalui
contoh usaha kreatif ini, masyarakat dapat mulai untuk minimal peduli dengan lingkungan
desanya sendiri. Yang dibuang sayang, usaha ini pantas ditumbuhkembangkan.
26 Agustus 2008 20:48
Anonim mengatakan...
JENIS DRAINASE DAN PERMASALAHANNYA
1. Drainase yang meliputi jenis, system, dan permasalahannya:
Drainase merupakan salah satu factor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam
pengolahan banjir (float protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air
pada tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air
Permasalahan drainase:
Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor yang
mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam perencanaan, antara lain :
1. Peningkatan debit
manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan
/penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang,
sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.
2. Peningkatan jumlah penduduk
meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, akibat dari pertumbuhan
maupun urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh penambahn
infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatn penduduk juga selalu diikuti oleh
peningkatan limbah, baik limbah cair maupun pada sampah.
3. Amblesan tanah
disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian
kota berada dibawah muka air laut pasang.
4. Penyempitan dan pendangkalan saluran
5. reklamasi
6. limbah sampah dan pasang surut
c) Penanganan drainase perkotaan :
1. Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah
2. Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke drainase dapat dibuang
dengan cepat agar tidak mengendap
3. pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama pembuangan sampah
sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya melanggar drainase.
4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi
lingkungn.
5. Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan,
menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.
tertentu,direncanakan adanya pipa nol yang diposisikan dibawah badan jalan untuk
mengalirkan air dari saluran.
b. Drainase Lapangan Terbang
Drainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan pada draibase area run way dan
shoulder karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi , maka analisis
kapasitas / debit hujan memepergunakan formola drainase muka tanah atau surface drainage.
Kemiringan keadan melintang untuk runway umumnya lebih kecil atau samadengan 1,50 % ,
kemiringan shoulder ditentukan antara 2,50 % sampai 5 %.Kemiringan kea rah memanjang
ditentukan sebesar lebih kecil atau sama dengan 0,10 % ,ketentuan dari FAA. Amerika
Serikat , genangan air di permukaan runway maksimum 14 cm, dan harus segera dialirkan.
Di sekeliling pelabuhan udara terutama di sekeliling runway dan shoulder , harus ada saluran
terbuka untuk drainase mengalirkan air (Interception ditch) dari sis luar lapangan terbang.
c. Drainase Lapangan Olahraga
Drainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air hujan pada
lapisan tanah, tidak run of pada muka tanah (sub surface drainage) tidak boleh terjadi
genangan dan tidak boleh tererosi.Kemiringan lapangan harus lebih kecil atau sama dengan
0,007. Rumput di lapangan sepakbola harus tumbuh dan terpelihara dengan baik. Batas antara
keliling lapangan sepakbola dengan lapangan jalur atletik harus ada collector drain.
LAYAKNYA berondongan peluru, makin hari, makin banyak masalah lingkungan yang terus
memburu kita. Mulai dari sampah, sungai tercemar, banjir bandang dan banyak lagi. Bolehlah
kita sesekali membuka mata bahwa permasalahan lingkungan adalah tanggung jawab
bersama. Kota tempat kita berpijak adalah ruang kehidupan kita bersama. Ruang yang harus
kita rawat siklus kealamiannya. Air menjadi salah satu kata kuncinya. Permasalahan air
adalah permasalahan yang tak kunjung usai. Karena bagaimanapun juga permasalahan
lingkungan bukan permasalahan rekayasa teknis semata tapi juga permasalahan sosial yang
buntutnya adalah soal budaya.
Membahas air berarti tak dapat lepas dari keberadaanya, air di permukaan tanah atau air di
bawah tanah. Berdasar siklus air, air hujan turun ke bumi kemudian meresap di dalam tanah.
Air yang meresap ke dalam tanah ini akan mengalir menuju hilir. Sedangkan air hujan yang
tidak dapat meresap ke dalam tanah, melimpas, menjadi genangan di permukaan atau
mengalir ke sungai. Air sungai mengalir menuju hilir atau bermuara di lautan. Siklus ini akan
terus berulang hingga air dari penguapan laut turun kembali sebagai hujan.
Siklus air alami ini tidak akan menyebabkan permasalahan ketika air tidak diganggu
alirannya. Gangguan ini dapat berupa pembatasan gerak air, pencemaran lingkungan atau
juga pengurangan jumlah air yang meresap ke tanah. Proses alami air ini tentu saja mau
tidak mau harus diganggu. Perkembangan kota, pertambahan jumlah penduduk disertai
dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat menjadi faktor utama penentu proses siklus air.
Drainase dan sanitasi perkotaan menjadi tema yang mendesak untuk dibicarakan karena
memegang fungsi sentral dalam hal pengendalian air. Sistem Drainase berarti sistem
pengatusan atau pengeringan kawasan atas air hujan yang menggenang. Sedangkan sistem
sanitasi berarti sistem pengendali tingkat higienis, kebersihan dan kesehatan air.
Idealnya, pada rencana induk kota, kedua alur sistem ini harus dipisah. Sistem drainase harus
dikembangkan salurannya sendiri, mulai dari air hujan, masuk ke selokan/parit sampai
dengan meresap ke dalam tanah kembali atau mengalir ke sungai dan bermuara di laut. Pun
sistem sanitasi, karena sebagian besar berhubungan dengan limbah, maka perlu diusahakan
saluran yang benar-benar sehat agar nantinya dapat diolah di IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah) dan output-nya memenuhi standar baku air.
Sebagai sistem, penanganan drainase maupun sanitasi tidak dapat dilakukan secara
individual, wilayah per wilayah. Rencana induk kota harus mampu mengintegrasikan
jaringan air mulai dari hulu sampai dengan hilir. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah punya
pengaruh yang besar. Kebijakan ini memayungi prosedur-prosedur standar pengendalian air,
semisal, standar penyambungan saluran air hujan, air limbah, atau juga septictank rumah
tangga. Melalui konsultan teknisnya, pemerintah harus menjadi fasilitator bagi masyarakat.
Begitu juga dengan masyarakat, partisipasi dan sikap proaktif akan menentukan keberhasilan
rencana induk kota.
Modal Alami Yogyakarta, Air Mudah Mengalir
Secara geografis, Propinsi Yogyakarta membent
Abstract
Sistem Drainase Perkotaan yang Berwawasan Lingkungan (SDPBL) dengan prinsip dasar mengendalikan
kelebihan air permukaan sedemikian rupa sehingga air limpasan dapat mengalir secara terkendali dan
lebih banyak mendapat kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Sumur Resapan sebagai alternatif
konstruksi imbuhan infiltrasi air hujan ke dalam tanah diharapkan mampu memecahkan problem defisit
air pada masa yang akan datang untuk pulau Jawa dan Madura.
Kata Kunci : sumur resapan.
http://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/PROSIDING_SNST_FT/article/view/
255
kini menjadi tempat hunian. Kondisi ini akhirnya akan meningkatkan volume air permukaan yang masuk ke
saluran drainase dan sungai. Hal ini dapat dilihat dari air yang meluap dari saluran drainase, baik di perkotaan
maupun di permukiman, yang menimbulkan genangan air atau bahkan banjir. Hal itu terjadi karena selama ini
drainase difungsikan untuk mengalirkan air hujan yang berupa limpasan (run-off) secepat-cepatnya ke penerima
air/badan air terdekat
Untuk mengatasi permasalahan infrastruktur tersebut diperlukan sistem drainase yang berwawasan lingkungan
dengan prinsip dasar mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga dapat dialirkan secara terkendali dan
lebih banyak memiliki kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Hal ini dimaksudkan agar konservasi air
tanah dapat berlangsung dengan baik dan dimensi struktur bangunan sarana drainase dapat lebih efisien.
Menurut Dr. Ing. Ir. Agus Maryono dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, pengelolaan drainase secara
terpadu berwawasan lingkungan merupakan rangkaian usaha dari sumber (hulu) sampai muara (hilir) untuk
membuang/mengalirkan hujan kelebihan melalui saluran drainase dan atau sungai ke badan air (pantai/laut,
danau, situ, waduk, dan bozem) dengan waktu seoptimal mungkin sehingga tidak menyebabkan terjadinya
masalah kesehatan dan banjir di dataran banjir yang dilalui oleh saluran dan atau sungai tersebut (akibat
kenaikan debit puncak dan pemendekan waktu mencapai debit puncak). Berbeda dengan prinsip lama, yaitu
mengalirkan limpasan air hujan ke badan air penerima secepatnya, drainase berwawasan lingkungan bekerja
dengan
berupaya
memperlambat
aliran
limpasan
air
hujan.
Prinsipnya, air hujan yang jatuh ditahan dulu agar lebih banyak yang meresap ke dalam tanah melalui bangunan
resapan, baik buatan maupun alamiah seperti kolam tandon, sumur-sumur resapan, biopori, dan lain-lain. Hal ini
dilakukan mengingat semakin minimnya persediaan air tanah dan tingginya tingkat pengambilan air.
Pengembangan prasarana dan sarana drainase berwawasan lingkungan ditujukan untuk mengelola limpasan
permukaan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan sesuai dengan kaidah konservasi
dan keseimbangan lingkungan. Konsep inilah yang ingin mengubah paradigma lama dalam pembangunan
drainase
khususnya
di
perkotaan.
Pelestarian prasarana dan sarana drainase mandiri berbasis masyarakat sangat bergantung pada kemauan dan
kemampuan masyarakat dalam mengoperasikan, memanfaatkan, dan memelihara prasarana dan sarana yang
ada. Secara umum aspek yang perlu diperhatikan dalam pelestarian adalah pengelolaan prasarana dan sarana
serta penyuluhan dan pedoman pemeliharaan yang mengedepankan partisipasi masyarakat. Masyakarat dapat
berperan dan berpartisipasi dalam setiap tahapan perencanaan, pembangunan, operasional dan pemeliharaan
sistem
jaringan
drainase
melalui
beberapa
tahap,
antara
lain:
1. Tahap Survei dan Investigasi : masyarakat dapat memberikan informasi calon lokasi yang akan dibangun
dan kondisi setempat seperti kelayakan dari segi teknis dan ekonomi.
2. Tahap Perencanaan : masyarakat dapat ikut serta dalam persetujuan, kesepakatan dan penggunaan dari
perencanaan
yang
telah
dibuat.
3. Tahap Pembebasan Lahan : masyarakat memberi kemudahan dan memperlancar proses pembebasan
lahan
apabila
lahan
masyarakat
terkena
dampak
pembangunan.
4. Tahap Pembangunan : masyarakat dapat ikut serta dalam pengawasan dan terlibat dalam pelaksanaan
sesuai
dengan
kapasitas
dan
kemampuan.
5. Tahap Operasi dan Pemeliharaan : masyarakat ikut serta aktif dalam pemeliharan dan pengoperasian,
melaporkan
jika
ada
kerusakan.
6. Tahap Monitoring dan Evaluasi : masyarakat dapat memberikan data yang benar dan nyata sesuai dengan
kondisi eksisting di lapangan terkait segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek serta
dampak
yang
ditimbulkannya.
Cara paling efektif agar drainase berwawasan lingkungan ini dapat berkelanjutan adalah peran serta masyarakat
untuk ikut aktif di dalam penerapan pelestarian air tanah karena jika persediaan air tanah habis, merekalah yang
paling merasakan akibatnya. Masyarakat dapat berperan aktif untuk ikut menabung air melalui kolam tandon
penampung air hujan, berupa reservoir bawah tanah maupun dengan tangki penampung yang berfungsi
menampung dan mengalirkan air hujan yang jatuh dari permukaan tanah, bangunan, juga atap rumah.
Sumur
Resapan,
Solusi
Termurah
Sumur resapan adalah salah satu solusi murah dan cepat untuk masalah banjir. Umumnya sumur resapan
berbentuk bundar dengan diameter minimal 1 meter. Lubang galian sebelah atas sampai lapisan tanah relatif
keras dan bersemen agar dilindungi dengan bidang penahanan longsoran dinding sumur (bisa dari bambu,
pasangan bata, base beton atau drum). Kedalaman sumur resapan relatif tergantung kondisi formasi batuan dan
muka air tanah. Untuk daerah yang muka air tanahnya dalam, kedalaman sumur resapan dapat dibuat hingga
mencapai
5
meter.
Idealnya dalam perencanaan drainase di suatu wilayah perlu direncanakan adanya sumur resapan sehingga
dimensi saluran drainase dapat lebih diminimalkan. Untuk hasil yang lebih maksimal, penggunaan sumur
resapan dapat divariasikan dengan bangunan drainase lainnya seperti kolam resapan. Upaya ini akan
berdampak
besar
bila
semua
masyarakat
sadar
dan
mau
menerapkannya.
Peran sumur resapan tentu tidak akan berarti bila hanya beberapa rumah yang menerapkannya. Bayangkan, bila
setiap rumah memiliki sumur resapan yang masing-masing mampu meresapkan air hujan sejumlah satu meter
kubik dan satu kawasan terdapat sepuluh ribu rumah maka akan didapatkan sepuluh ribu meter kubik air yang
dapat meresap ke tanah. Kawasan tersebut dapat mengurangi limpasan permukaan yang akan membebani
saluran drainase di hilir dan mampu mengurangi masalah kekeringan pada musim kemarau karena pada musim
penghujan, mereka telah menabung air.
http://pustaka.pu.go.id/new/artikel-detail.asp?id=331
permasalahan baru khususnya terkait perubahan iklim dan mitigasi bencana, muncul
paradigma baru yaitu menahan dan meresapkan air sebanyak mungkin ke tanah melalui
sumur
resapan,
kolam
retensi,
ataupun
yang
lainnya.
Salah satu konsep yang sesuai dengan paradigma baru tersebut adalah konsep
Ekodrainase, yaitu suatu konsep pengelolaan saluran drainase secara terpadu dan
berwawasan lingkungan. Konsep inilah yang dikembangkan baik didunia Pendidikan
ataupun Pemerintah saat ini demi mewujudkan Drainase perkotaan yang berwawasan
lingkungan. Secara garis besar konsep ini menjadikan prasarana drainase di wilayah kota
berfungsi sebagai pengelola/pengendali air permukaan (limpasan air hujan) sehingga tidak
menimbulkan masalah genangan, banjir, dan kekeringan bagi masyarakat serta bermanfaat
bagi kelestarian lingkungan hidup.
Dalam konsep ekodrainase, air hujan tidak secepatnya dialirkan menuju sungai namun
diresapkan atau ditampung terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun
sumur resapan dan kolam retensi. Selain itu, konsep ekodrainase juga dapat dilaksanakan
secara terintegrasi dengan penanganan sampah dan air limbah yang bertujuan memulihkan
dan meningkatkan kualitas air saluran drainase perkotaan dari pencemaran yang
disebabkan oleh sampah atau air limbah yang masuk ke dalam saluran drainase. Beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan kualitas air yaitu pemasangan trash
rack di saluran drainase, proses bioremediasi, serta kegiatan 3R (reduce, reuse, dan
recycle) dan SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat) di daerah tangkapan drainase.
Pengelolaan drainase berwawasan lingkungan harus dilakukan secara terpadu mulai dari
bagian hulu, tengah, dan hilir. Dengan berubahnya paradigma ini diharapkan kita tidak lagi
menganggap air sebagai ancaman atau bencana tetapi sebagai anugerah yang perlu
dikelola dan dilestarikan dengan baik demi kelangsungan hidup generasi penerus kita. Perlu
diingat bahwa alam ini bukan warisan nenek moyang tapi merupakan titipan untuk
anak cucu kita kelak.
http://alizaka.blogspot.com/2014/05/ekodrainase-konsep-drainaseberwawasan.html
.
PENGERTIAN
DRAINASE.
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam
perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Berikut beberapa
pengertian
drainase
:
Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan
sebagai serangkaian bangunan airyang berfungsi untuk mengurangi dan/atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat
difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol
kualitas
air
tanah
dalam
kaitannya
dengan
salinitas.
Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada
suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh
kelebihan
air
tersebut.
(Suhardjono
1948:1)
Dalam konsep drainase konvensional, seluruh air hujan yang jatuh ke di suatu
wilayah harus secepat-cepatnya dibuang ke sungai dan seterusnya mengalir ke laut.
Jika hal ini dilakukan pada semua kawasan, akan memunculkan berbagai masalah,
baik di daerah hulu, tengah, maupun hilir. Dan ternyata, bahwa konsep drainase
konvensional ini di Indonesia tidak hanya dipakai untuk men-drain areal
permukiman, namun digunakan secara menyeluruh termasuk untuk men-drain
kawasan pedesaan, lahan pertanian dan perkebunan, kawasan olahraga, wisata, dan
lain
sebagainya.
Drainase konvensional untuk permukiman atau perkotaan dibuat dengan cara
membuat saluran-saluran lurus terpendek menuju sungai guna mengatuskan
kawasan tersebut secepatnya.Seluruh air hujan diupayakan sesegera mungkin
mengalir langsung ke sungai terdekat. Pada areal pertanian dan perkebunan
biasanya dibangun saluran drainase air hujan menyusuri lembah memotong garis
kontur dengan kemiringan terjal. Pada saat hujan, saluran drainase ini berfungsi
mengatuskan kawasan pertanian dan perkebunan dan langsung dialirkan ke sungai.
Demikian juga di areal wisata dan olahraga, semua saluran drainase didesain
sedemikian rupa sehingga air mengalir secepatnya ke sungai terdekat. Orang sama
sekali tidak berpikir apa yang akan terjadi di bagian hilir, jika semua air hujan
dialirkan secepat-cepatnya ke sungai tanpa diupayakan agar air mempunyai waktu
cukup
untuk
meresap
ke
dalam
tanah.
Dampak dari pemakaian konsep drainase konvensional tersebut dapat kita lihat
sekarang ini, yaitu kekeringan yang terjadi di mana-mana, juga banjir, longsor, dan
pelumpuran.
Termasuk juga surutnya sungai-sungai di luar Jawa saat ini, hingga menyebabkan
transportasi sungai sangat selalu terganggu. Tentu saja ada sebab-sebab selain
drainase, misalnya, penggundulan hutan, namun kesalahan konsep drainase yang
kita pakai sekarang ini merupakan penyumbang bencana kekeringan, banjir, dan
longsor
yang
cukup
signifikan.
Kesalahan konsep drainase konvensional yang paling pokok adalah filosofi
membuang air genangan secepat-cepatnya ke sungai. Dengan demikian, sungaisungai akan menerima beban yang melampaui kapasitasnya, sehingga meluap atau
terjadi banjir, contoh, banjir-banjir di Jakarta, Semarang, Bandung, Riau, Samarinda,
dan lain-lain. Demikian juga mengalirkan air secepatnya berarti pengatusan kawasan
atau menurunkan kesempatan bagi air untuk meresap ke dalam tanah. Dengan
demikian, cadangan air tanah akan berkurang, kekeringan di musim kemarau akan
terjadi. Dalam konteks inilah pemahaman bahwa banjir dan kekeringan merupakan
dua fenomena yang saling memperparah secara susul-menyusul dapat dengan
mudah dimengerti. Sangat ironis bahwa semakin baik drainase konvensional di suatu
kawasan aliran sungai, maka kejadian banjir di musim hujan dan kekeringan di
musim
kemarau
akan
semakin
intensif
silih
berganti.
Dampak selanjutnya adalah kerusakan ekosistem, perubahan iklim mikro dan makro
disertai tanah longsor di berbagai tempat yang disebabkan oleh fluktuasi kandungan
air
tanah
musim
kering
dan
musim
basah
yang
sangat
tinggi.
JIKA kesalahan konsep dan implementasi drainase yang selama ini kita lakukan ini
tidak diadakan revisi, usaha apa pun yang kita lakukan untuk menanggulangi banjir,
kekeringan lahan, dan longsor, akan sia-sia. Dalam tulisan ini akan diketengahkan
konsep drainase baru yang biasa disebut drainase ramah lingkungan atau
ekodrainase yang sekarang ini sedang menjadi konsep utama di dunia internasional
dan merupakan implementasi pemahaman baru konsep ekohidraulik dalam bidang
drainase.
Drainase ramah lingkungan didefinisikan sebagai upaya mengelola air kelebihan
dengan cara sebesar-besarnya diresapkan ke dalam tanah secara alamiah atau
mengalirkan ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas sungai sebelumnya.
Dalam drainase ramah lingkungan, justru air kelebihan pada musim hujan harus
dikelola sedemikian sehingga tidak mengalir secepatnya ke sungai. Namun
diusahakan meresap ke dalam tanah, guna meningkatkan kandungan air tanah
untuk cadangan pada musim kemarau. Konsep ini sifatnya mutlak di daerah beriklim
tropis dengan perbedaan musim hujan dan kemarau yang ekstrem seperti di
Indonesia.
Berikut ini diketengahkan beberapa metode drainase ramah lingkungan yang dapat
dipakai di Indonesia, di antaranya adalah metode kolam konservasi, metode sumur
resapan, metode river side polder, dan metode pengembangan ereal perlindungan
air tanah (ground water protection area). Metode kolam konservasi dilakukan dengan
membuat kolam-kolam air, baik di perkotaan, permukiman, pertanian, atau
perkebunan. Kolam konservasi ini dibuat untuk menampung air hujan terlebih
dahulu, diresapkan dan sisanya dapat dialirkan ke sungai secara perlahan-lahan.
Kolam konservasi dapat dibuat dengan memanfaatkan daerah-daerah dengan
topografi rendah, daerah-daerah bekas galian pasir atau galian material lainnya,
atau secara ekstra dibuat dengan menggali suatu areal atau bagian tertentu. Kolam
konservasi juga sangat menguntungkan jika dikaitkan dengan kebutuhan rekreasi
masyarakat. Misalnya pada pembangunan real estat, pemerintah dapat mewajibkan
pengelola real estat untuk membangun kolam konservasi air hujan di lokasi
4. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.
C.
SISTEM
DRAINASE.
Drainase merupakan salah satu factor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam
pengolahan banjir (float protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan
suplai air pada tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol
kualitas
air
tanah
dalam
kaitannya
dengan
salinitas.
a)
Jenis
jenis
drainase
:
Menurut
sejarah
terbentuknya
:
1.
Drainase
alamiah
(natural
drainage)
Terbentuk
secara
alamiah
,
tidak
terdapat
bangunan
penunjang
2.
Drainase
buatan
(artificial
drainage)
Dibuat
dengan
tujuan
tertentu,
memerlukan
bangunan
khusus
Menurut
letak
bangunan
:
1.
Drainase
permukaan
tanah
(surface
drainage)
Suatu system pembuangan air untuk menyalurkan air dipermukaan tanah. Hal ini
berguna
untuk
mencegah
adanya
genangan.
2.
Drainase
bawah
permukaan
tanah
(subsurface
drainage)
Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dibawah tanah.
Pada jenis tanaman tertentu drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian
muka
air
tanah
sehingga
tanaman
dapat
tumbuh
dengan
baik.
Menurut
fungsi
:
1.
Single
purpose
Suatu jenis air buangan : air hujan, limbah domestic, limbah industri dll
2.
Multi
purpose
Beberapa
jenis
air
buangan
tercampur
1.
2.
Untuk
Menurut
air
kotor
Saluran
Saluran
disaluran
yang
kontruksi
terbentuk
di
:
terbuka
tertutup
tengah
kota.
b)
Sistem
dan
permasalahan
drainase
Sistem
drainase
dibagi
menjadi:
1.
tersier
drainage
2.
secondary
drainage
3.
main
drainage
4.
sea
drainage
Permasalahan
drainase:
Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor yang
mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam perencanaan, antara lain :
1.
Peningkatan
debit
manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan
/penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi
berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan
terjadilah
genangan.
2.
Peningkatan
jumlah
penduduk
meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, akibat dari
pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh
4.
Pipa
besi
Diameter 24-800mm, panjangnya 6000mm, lengkap dengan artting. Disambung
dengan las, biasanya digunakan untuk pipa gas, instalasi air minum (diatas
permukaan
tanah).
5.
Pipa
asbes
Diameter 25-80 cm, panjangnya 600cm dismbung dengan lem dan mortar khusus.
Digunakan
untuk
instalasi
air
bersih
atau
instalasi
air
buangan.
F.
PENERAPAN
SISTEM
DRAINASE.
a.
Drainase
Jalan
Raya
Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota.Umumnya di perkotaan
dan luar perkotaan,drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase muka tanah
(Surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu
jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaiman diluar perkotaan, ada juga saluran
drainase muka tanah tidak tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas saluran rata
dengan muka jalan sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase jalan raya pi
perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka jalan .Air masuk ke
saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat berupa inflet tegak ataupun inflet
horizontal.
Untuk jalan raya yang lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan
jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran akan terdapat pada
sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan arah lebar jalan kea
rah median jalan maka saluran akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan
tidak lurus ,menikung, maka kemiringan jalan satu arah , tidak dua arah seperti jalan
yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini menyebabkan saluran
hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang rendah. Untuk menyalurkan air pada
saluran ini pada jarak tertentu,direncanakan adanya pipa nol yang diposisikan
dibawah
badan
jalan
untuk
mengalirkan
air
dari
saluran.
b.
Drainase
Lapangan
Terbang
Drainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan pada draibase area run way
dan shoulder karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi , maka
analisis kapasitas / debit hujan memepergunakan formola drainase muka tanah atau
surface
drainage.
Kemiringan keadan melintang untuk runway umumnya lebih kecil atau samadengan
1,50 % , kemiringan shoulder ditentukan antara 2,50 % sampai 5 %.Kemiringan kea
rah memanjang ditentukan sebesar lebih kecil atau sama dengan 0,10 % ,ketentuan
dari FAA. Amerika Serikat , genangan air di permukaan runway maksimum 14 cm,
dan
harus
segera
dialirkan.
Di sekeliling pelabuhan udara terutama di sekeliling runway dan shoulder , harus ada
saluran terbuka untuk drainase mengalirkan air (Interception ditch) dari sis luar
lapangan
terbang.
c.
Drainase
Lapangan
Olahraga
Drainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air
hujan pada lapisan tanah, tidak run of pada muka tanah (sub surface drainage) tidak
boleh terjadi genangan dan tidak boleh tererosi.Kemiringan lapangan harus lebih
kecil atau sama dengan 0,007. Rumput di lapangan sepakbola harus tumbuh dan
terpelihara dengan baik. Batas antara keliling lapangan sepakbola dengan lapangan
jalur
atletik
harus
ada
collector
drain.
H.
PRINSIP
DRAINASE
YANG
BAIK.
1. Bahan yang digunakan harus mempunyai ketahanan dan kekuatan yang cukup
2. Diameter pipa harus sesuai dengan kebutuhan dan jangan lebih kecil dari:
Diameter
100
mm
untuk
penyaluran
air
tanah.
Diameter
75
mm
untuk
penyaluran
air
permukaan.
3. Pada tiap-tiap pertemuan dan perubahan kemiringan pipa saluran harus dibuat
lubang
control
untuk
pembersihan
endapan
sampah.
4.
Pipa
saluran
harus
dipasang
lurus
dan
sependek
mungkin.
5. Pipa saluran harus dipasang dalam suatu kesatuan miring agar air dapat mengalir
dengan
lancer
dan
akan
terjaga
kebersihan
dari
pipa
itu
sendiri.
6.
Saluran
air
masuk
harus
diberi
kran.
7. Pertemuan pipa saluan tidak boleh tegak lurus satu sama lain.
I.
SISTEM
DRAINASE
YANG
EFEKTIF
DAN
EFISIEN
1. Pengumpulan dan penyaluran air permukaan melalui saluran samping (slide
ditch).
2.
Pembangunan
melalui
gorong-gorong
ke
saluran
alamiah.
3.
Dainase
bawah
tanah
bila
diperlukan.
4. Saluran pencegat untuk mengalirkan air permukaan dari daerah luar yang
mengalir
kea
rah
jalan.
5. Pengalihan-pengalihan untuk menjamin air mengalir ke gorong-gorong.
6. Pengendalian daya erosi air permukaan dengan cara pemasangan batu bata
saluran
tebing
serta
pemasangan
gebalan
rumput.
7. Pemeriksaan yang teratur terhadap setiap unsur dari system drainase.
8.
Pemeliharaan
dan
perbaikan
(bila
diperlukan).
JOB
TES
1
PERKOLASI
1.
Tujuan
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui kemampuan tanah dalam menyerap air
2.
Dasar
Teori
Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah
dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat
aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah
permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
waktu perkolasi adalah: waktu dalam satuan menit yang diperlukan oleh air, waktu
turun sedalam 2,54 cm (1 inchi). Hasil waktu perkolasi dinyatakan dalam menit/inchi.
Dengan kesimpulan bahwa makin lama waktu perkolasi, makin luas tanah peresapan
yang diperlukan. Hubungan waktu perkolasi dengan luas tanah absorbsi dinyatakan
dengan dalil sebagai berikut: Makin lama waktu perkolasi makin luas tanah absorbsi
yang
diperlukan
3.
Alat
dan
Bahan
a.
b.
c.
d.
Linggis
Meteran
Air
Ranting
4.
Langkah
Kerja
1)
Tentukan
lokasi,
di
2
tempat
yang
berbeda
2)
Gali
tanah
sedalam
30cm,
diameter
10cm
3)
Urug
dengan
pasir,
tebalnya
5cm
4)
Tandai
dalam
galian
tanah
setiap
2,54cm
dengan
ranting
5)
Isi
penuh
lubang
galian
trersebut
dengan
air
6) Amati dan catat waktu yang dibutuhkan pori pori tanah tersebut untuk menyerap
air
5.
Lubang
Ranting
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Waktu
6.
a.
Sulit
7.
a.
Gali
Data
Tes
lubang
Ranting
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
ke
1
ke
Waktu
00:00:22.49
00:00:57.10
00:02:52.26
00:03:59.41
00:07:32.00
00:10:25.32
00:19:09.85
00:26:41.16
00:36:36.96
00:51:10.09
perkolasi
untuk
membuat
dengan
lubang
perlahan
yang
agar
ke
ke
Perkolasi
2
Waktu
00:00:15.47
00:00:29.51
00:00:57.77
00:01:26.90
00:02:38.58
00:03:26.80
00:06:57.34
00:16:48.23
00:39:43.74
01:31:50.35
=
Permasalahan
berbentuk
tabung.
Solusi
bentuknya
presisi.
JOB
STAKE
2
DUGA
OUT/PAPAN
1.
Tujuan
Setelah
melakukan
job
ini
mahasiswa
diharapkan:
a.
dapat
membuat
patok
dan
as
galian
dengan
baik.
b.
dapat
membuat
kemiringan
tanah
sesuai
dengan
rencana.
c. dapat memahami dan mengaplikasikan pembuatan system drainase.
2.
Dasar
teori
Stake out/papan duga adalah salah satu konstruksi sederhana dan bersifat
sementara yang dipakai atau berfungsi untuk pedoman suatu pekerjaan konstruksi
yang digunakan untuk menentukan as dari konstruksi yang dikerjakan, menentukan
letak konstruksi tersebut, menentukan elevasi setiap titik dan menentukan
kedalaman
sebuah
galian.
Fungsi
stake
out:
a.
menentukan
letak
saluran
yang
akan
dibuat
b.
menentukan
as
saluran
c.
menentukan
jarak
dari
as
ke
as
d.
menentukan
elevasi
setiap
titik
pada
saluran
e.
menentukan
kedalaman
galian
f.
menentukan
kemiringan
suatu
saluran
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Alat
dan
roll
selang
palu
palu
Bahan
meteran
meter
benang
cangkul/pacul
gerobak
air
waterpass
besi
godam
j.
k.
l.
m.
n.
4.
a.
b.
c.
d.
boning
paku
papan
kasau
sekop
rod
Langkah
Kerja
amati gambar kerja serta instruksi dari instruktur.
tentukan
lokasi
pekerjaan.
siapkan
alat
dan
bahan
yang
dibutuhkan
membuat
saluran
Saluran
Induk
- Ukur lokasi pekerjaan menggunakan roll meter, kemudian beri tanda dengan kasau
untuk ukuran keseluruhan saluran yaitu 10m dan beri tanda untuk pembuatan
saluran
anak.
Ukur
1,5m
dari
kasau
sebagai
tempat
stake
out.
- Tandai stake out dengan selang air untuk mendapatkan kemiringan yang sama.
- Buat beda tinggi/kemiringan saluran induk sebesar 3% dari panjang keseluruhan
saluran
induk.
Pasang
papan
stake
out
sesuai
tanda
beda
tinggi.
- Tarik benang yang telah diberi pemberat untuk kelurusan saluran dan kemiringan
saluran.
Saluran
anak
- Buat saluran anak pada jarak setiap 2m pada saluran induk, dengan panjang
masing-masing
saluran
anak
2m.
- Buat saluran anak dengan sudut 45 dari saluran induk. Jika pada sudut 45 saluran
terhalang oleh pohon atau objek lain sudutnya dapat diubah sesuai dengan
keinginan
(30).
- Membuat beda tinggi saluran anak sebesar 2% dan disesuaikan dengan saluran
induk.
Membuat
galian
- Buat lebar galian sesuai rencana, dan beri tanda pada tanah yang akan digali
dengan
kapur.
Lepas
benang
untuk
memudahkan
penggalian.
Lakukan
penggalioan
sesuai
dengan
tanda
yang
telah
dibuat.
- Untuk mengecek ketinggian/kedalaman galian gunakan boning rod yang telah
dibuat
sesuai
dengan
kedalaman
yang
telah
direncanakan.
e. setelah galian selesai dibuat dan sesuai dengan rencana, maka pekerjaan telah
selesai
f.
bersihkan
lokasi
dan
alat-alat
yang
digunakan.
pelajari
dan
5.
6.
a.
b.
c.
Gambar
Hal
yang
perlu
selalu
menggunakan
pakaian
kerja
menggunakan
alat
pelindung
diri
sesuai
pusatkan
perhatian
pada
Kerja
diperhatikan
lengkap.
kebutuhan.
pekerjaan.
d.
e.
f.
g.
7.
a.
b.
c.
d.
e.
ikuti
petunjuk
instruktur
dengan
disiplin
dalam
mengikuti
pekerjaan
sesuai
diperlukan
kerjasama
tim
yang
baik.
bekerja.
prosedur.
baik.
Permasalahan
kemiringan
saluran
sulit
ditentukan/tidak
sesuai
terjadi
penyimpangan
pada
saluran
anak
dan
induk
keadaan
tanah
yang
kurang
baik
menyulitkan
penggalian
keadaan
cuaca
yang
buruk
sering
menghambat
pekerjaan.
kondisi
bahan
sudah
banyak
yang
rusak/kurang
baik.
8.
Solusi
a. buatlah sebuah acuan yang baik untuk dijadikan patokan pada saat pembentukan
sudut
untuk
saluran
anak
agar
kemiringan
sudutnya
sesuai.
b. gunakan selalu boning rod sampai pekerjaan penggalian selesai.
c. sebelum melakukan pekerjaan sebaiknya melakukan perencanaan sesuai dengan
kondisi lapangan. Apabila masih juga terdapat kesulitan lakukan saja pekerjaan
semaksimal
mungkin.
d.
pilih
bahan
yang
bagus
agar
memudahkan
pekerjaan.
JOB
SALURAN
1.
a.
b.
mengetahui
mengetahui
DAN
BAK
3
KONTROL
Tujuan
bentuk
dan
fungsi
saluran
dan
bak
control.
kebutuhan
bahan
dan
alat
yang
diperlukan.
c.
d.
membuat
memahami
saluran
aplikasi
sesuai
dengan
pembuatan
gambar
saluran
kerja.
drainase.
2.
Dasar
Teori
Drainase dalam merupakan proses pembuangan air dimana keadaan air lebih berada
disuatu kedalaman profil tanah dan proses pembuangan air tersebut berupa system
pangaliran
atau
system
pembuangan.
Pada drainase dalam disertai dengan penbuatan bak control disetiap pertemuan
saluran induk dengan saluran anak. Bak control tersebut berfungsi sebagai tempat
pemeliharaan, pemeriksaan, pembersihan endapan/kotoran. Bak control diletakkan
pada: percabangan pipa, perubahan kemiringan saluran, perubahan diameter pipa
salurandan
pada
saluran
lurus
100m/350
500
feet.
Selain bak control ada juga bak penampung yang berfungsi sebagai bak control
sekaligus sumur resapanpada poros dinding dan tempat sampah tertampung.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
Alat
dan
Roll
Sendok
Palu
Palu
batu
pipa
kotak
Bahan
Meteran
meter
Cangkul/pacul
Sekop
spesi
Gerobak
Ember
besi/martil
godam
Waterpass
Selang
papan
kasau
paku
benang
bata
air
pasir
kapur
beton
adukan
troli
pengki
4.
langkah
Kerja
a.
pelajari
gambar
kerja
terlebih
dahulu.
b.
Menyiapkan
alat
dan
bahan
yang
diperlukan
c. Masukan pipa beton ke dalam galian lalu beri tanda sebagai acuan membuat bak
control
yang
sesuai
dengan
rencana.
d. Buat pasangan batu bata untuk dinding bak control yang berhubungan dengan
saluran
anak
setinggi
2
pasangan
batu
bata.
e. Membuat pondasi pada ujung pipa baik pada saluran anak dan saluran induk.
f. Setelah pondasi terpasang, letakan pipa saluran anak dan saluran induk di atas
pasangan batu bata pada bak control di salah satu ujungnya, serta di atas pondasi di
ujung
pipa
lainnya.
g. Kemudian pasang pasangan batu bata pada saluran induk, bak control dan bak
penampung
agar
saling
terkunci.
h. Setelah semua selesai, beri rolag pada setiap sambungan antar pipa agar tidak
terjadi
kebocoran
ketika
saluran
dialirkan
air.
i. Urug sisi samping saluran. Pada saluran terbuka, urugan dilakukan sampai batas
atas
agar
bagian
atas
dapat
dibuat
pasangan
bata.
j. Setelah semua pekerjaan selesai,rapikan dan bersihkan semua alat yang
digunakan.
5.
Gambar
Kerja
6.
Hal
Yang
Harus
Diperhatikan
a. Keselamatan pekerja, pekerja diwajibkan menggunakan pakaian kerja lengkap
yang
sesuai
dengan
prosedur
kerja.
b.
Disiplin
dalam
waktu
dan
pekerjaan.
c.
Mengikuti
arahan
instruktur
dengan
baik
dan
benar.
d.
Kerjasama
tim
yang
solid
7.
a.
b.
c.
Sulit
dalam
meluruskan
Kemiringan
elevasi
susunan
Sulit
dalam
mengangkat
dan
batu
pipa
Permasalahan
melandaikan
saluran.
bata
tidak
sesuai.
beton
karena
berat.
8.
Solusi
a.
Hilangkan
ganjalan-ganjalan
yang
ada
di
bawah
saluran.
b. Copot pasangan bata yang paling atas dan pasang kembali dengan mengontrol
menggunakan
waterpass.
c. Gunakan bamboo/kasau lalu masukan ke lubang pipa saluran kemudian diangkat,
agar
jika
pipa
beton
jatuh
tidak
menimpa
kaki
anda.
JOB
TURAP
1.
Tujuan
a)
Dapat
mengetahui
kebutuhan
bahan
yang
diperlukan.
b)
Dapat
mengetahui
dan
menggunakan
alat
sesuai
fungsinya
c)
Dapat
memahami
fungsi
turap.
d) Dapat membuat, menganalisa, dan mengatasi masalah dalam pekerjaan turap.
2.
Dasar
Teori
Turap adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk menstabilkan kondisi tanah
tertentu pada umumnya dipasang pada daerah tebing yang labil. Jenis konstruksi
antara lain pasangan batu dengan mortar, pasangan batu kosong, beton, kayu dan
sebaginya.
Fungsi
turap:
a)
Untuk
menahan
tebing/tepi
galian
agar
tidak
longsor.
b) Untuk menahan air tanah bila galian tanah berair/muka air tanah tinggi.
c)
Untuk
keselamatan
pekerja
pada
saat
penggalian.
Turap
digunakan
pada:
a)
Tanah
yang
mudah
longsor
b)
Galian
yang
berbentuk
tegak
lurus
c)
Tanah
yang
muka
air
tanahnya
tinggi
d)
Daerah
sekitar
galian
padat
e)
Daerah
lokasi
galian
yang
sempit
f)
Galian
tanah
yang
kedalamannya
1,5m
Macam-macam
turap:
a) Turap terbuka, yitu turap yang pemasangannya tidak rapat dan digunakan untuk
tanah
yang
tidak
mudah
longsor.
b) Turap tertutup, yaitu turap yang pemasanganya rapat dan digunakan untuk tanah
yang
mudah
longsor.
Turap
memiliki
beberapa
jenis
antara
lain:
a) Dinding turap kayu, biasa digunakan pada bangunan yang tidak permanen,
seperti bangunan perancah untuk penggalian pondasi dan sebagainya. Penggunaan
materi kayu untuk dinding turap memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya
yaitu bahannya mudah dicari. Kerugiannya adalah masa pakai material ini relative
pendek,
serta
diperlukannya
teknik
pengawetan.
b) Dinding turap beton, biasa digunakan pada bangunan permanen atau pada detail-
Alat
dan
Boning
U
Pipa
Kotak
Selang
Palu
Palu
Gergaji
mesin
Papan
Kawat
Bahan
Meteran
Pacul/cangkul
Sekop
rod
Pengki
head
galvanis
Ember
adukan
air
Waterpass
besi/martil
godam
Troli
manual
Catut
2/20
Balok
Paku
bendrat
Benang
4.
Langkah
Kerja
a) Pelajari dan amati gambar kerja serta instruksi dari instruktur.
b)
Menyiapkan
alat
dan
bahan
yang
dibutuhkan.
c)
Nelihat
lokasi
pekerjaan.
d) Memasang 2 buah balok melintang, balok tersebut digunakan sebagai alat bantu
untuk
menggantungkan
balok
lain
pada
posisi
memanjang.
e) Pasang 2 buah balok memanjang pada kedua sisi dinding galian. Dan ikat
menggunakan
kawat
bendrat.
f)
Pasang
papan
pada
sisi
galian.
g) Pasang pipa galvanis yang dikombinasikan dengan U Head pada bagian melintang
mengikutio balok yang awal. Pasang pipa galvanis tersebut pada balok memanjang
untuk
mengunci.
h) Periksa kembali apakah pemasangan pipa galvanis tersebut sudah aman
i)
Rapikan
dan
bersihkan
alat-alat
yang
digunakan.
5.
Gambar
Kerja
Metal
sheet
piles
6.
Hal
Yang
Harus
Diperhatikan
e. Keselamatan pekerja, pekerja diwajibkan menggunakan pakaian kerja lengkap
yang
sesuai
dengan
prosedur
kerja.
f.
Disiplin
dalam
waktu
dan
pekerjaan.
g.
Mengikuti
arahan
instruktur
dengan
baik
dan
benar.
h.
Kerjasama
tim
yang
solid
7.
Permasalahan
a) Dinding galian tidak lurus sehingga ketika turap dipasang ada bagian yang tidak
terkena
turap.
b)
Pipa
galvanis
terlalu
pendek.
8.
Solusi
a) Pasang saja turap tegak lurus sesuai dengan dinding paling bawah dan lakukan
urugan
pada
bagian
atas.
b)
Tambahkan
batu
bata
pada
U
Head,
sehingga
bias
tercapai.
JOB
PEMASANGAN
1.
a)
b)
c)
2.
Dapat
Dapat
5
GORONG-GORONG
mengetahui
cara
memecahkan
masalah
Bekerja
sama
Tujuan
pemasangan
gorong-gorong.
yang
ada
selama
praktek.
sebagai
tim.
Dasar
Teori
Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran
irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya saluran), di
bawah jalan, atau jalan kereta api. Gorong-gorong juga digunakan sebagai jembatan
ukuran kecil, digunakan untuk mengalirkan sungai kecil atau sebagai bagian
drainase
ataupun
selokan
jalan.
Gorong-gorong dapat dibuat dari berbagai jenis material dapat dari baja, polyvinyl
chlorida
(PVC)
atau
dari
beton.
a) Gorong-gorong baja, Gorong-gorong baja biasanya menggunakan Corrugated
Steel Pipe, kalau diterjemahkan secara bebas berarti Pipa Baja Bergelombang.
Gorong gorong baja ini terutama dari jenis Multi Plate Pipe telah menjadi alternative
penggantikan jembatan kayu dan box culvert beton , hal ini disebabkan gorong
gorong baja memiliki beberapa keuntungan dibanding dengan penggunaan kayu
ataupun beton, diantara keuntungan tersebut antara lain: Harga murah, Waktu
pengerjaan cepat, nstalasi yang mudah, tidak memerlukan tenaga ahli khusus,
Memiliki umur pakai yang panjang (bisa sampai 25 tahun), Mudah dalam
pengangkutan, Bisa dipindahkan dari satu titik ke titik lainnya apabila sudah tidak
digunakan.
b) Gorong-gorong PVC, Gorong-gorong PVC biasanya digunakan untuk gorong-gorong
dengan
ukuran
kecil.
c) Gorong-gorong beton, Gorong-gorong beton disebut juga culvert box adalah
gorong-gorong cor di pabrik (precast) ataupun dicor ditempat, dimensi tergantung
kepada debit air yang akan dialirkan melalui gorong-gorong. Gorong-gorong yang
dicor di pabrik dapat utuh dengan bentuk profil bulat atau persegi ataupun
trapesium,
ataupun
modular
yang
terpisah
atas
dengan
bawah.
Fungsi
gorong-gorong:
a)
Sebagai
tempat
mengalirnya
air
di
bawah
permukaan
tanah.
b) Sebagai dinding penahan air agar mengalir pada lintasan yang dibentuk.
c)
untuk
menahan
beban
yang
ada
di
atasnya.
Factor
yang
mempengaruhi
lebar
diameter
gorong-gorong:
a)
debit
aliran
air
yang
direncanakana
akan
mengalir.
b)
Fungsi
gorong-gorong
itu
sendiri.
c) Beban yang akan diterima oleh gorong-gorong yang akan melintas di atasnya.]
3.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
Alat
dan
Sendok
Kait
Bahan
Cangkul/pacul
Ember
spesi
Sekop
Pengki
besi
Tripode
Katrol
Rantai
Gorong-gorong
Batubata
Pasir
Kapur
n)
o)
p)
q)
r)
s)
Air
Benang
Paku
Papan
Kasau
Balok
4.
Langkah
Kerja
a)
Pelajari
gambar
kerja
dan
arahan
dari
instruktur.
b)
Siapkan
alat
dan
bahan
yang
akan
digunakan.
c)
Membuat
as
untuk
pekerjaan
gorong-gorong
dan
elevasi.
d)
Membuat
kemiringan
tanah
sesuai
elevasi.
e)
Membuat
pondasi
sebagai
landasan
gorong-gorong.
f) Memasang tripode untuk menurunkan gorong-gorong. Pastikan tripode telah
berdiri dengan kokoh, beri pasak dari kasau untuk menahan tripode agar tidak
terbenam
ke
dalam
tanah
ketika
menerima
beban
gorong-gorong.
g)
Pasang
katrol
dan
rantai
pada
tripode.
h) Mendekatkan gorong-gorong pada sisi galian yang dipasangi tripode.
i) Melilitkan rantai pada gorong-gorong, kemudian ikat/kencangkan rantai tersebutd
dan beri pengunci yang terbuat dari tulangan yang di bengkokan.
j)
Kaitkan
rantai
pada
katrol.
k)
Mengangkat
gorong-gorong
dengan
katrol
sampai
menggantung
l) Menurunkan gorong-gorong sampai dasar galian, kemudian lepas rantainya
m) Memasang rolag pada sambungan gorong-gorong agar tidak bocor ketik dialiri air.
n)
Setelah
selesai
rapikan
dan
bersihkan
alat.
5.
Gambar
Kerja
6.
Hal
Yang
Harus
Diperhatikan
a)
Hati-hati
dalam
memindahkan
dan
mengankat
gorong-gorong.
b) Utamakan kesalamatan dengan menggunakan alat keselamatan yang sesuai
dengan
prosedur.
c)
Kerjasama
tim
harus
solid.
d)
Elevasi
saluran
harus
sama.
7.
Permasalahan
a) Biasanya pengerjaan gorong gorong tersebut dilakukan tepat dibawah jalan, maka
otomatis
pekerjaan
itu
menghambat
lalu
lintas
b)
Susah
dalam
penurunan
gorong-gorong
ke
lokasi.
8.
a)
b)
c)
Solusi
Lakukan
pekerjaan
pada
saat
lalu
lintas
sepi
(malam
hari).
Gunakan tripode, namun harus hati-hati agar tidak terjadi kecelakaan.
Kerjasama
tim
harus
kompak
dan
solid.
KESIMPULAN:
1. Dengan tes perkolasi kita dapat mengetahui kemampuan tanah dalam menyerap
air.
2. Dalam pembuatan stake out/papan duga harus tepat, karena akan menjadi acuan
untuk
pekerjaan
selanjutnya.
3. Jenis-jenis pipa yang dapat digunakan untuk drainase antara lain: Pipa Tanah Liat
Biasa, Pipa Tanah Liat Diblasin, Pipa PVC, Pipa besi dan Pipa asbes.
4. Agar tidak terjadi kebocoran pada saat pipa di aliri air, maka setiap sambungan
pipa
harus
dibuat
rolag.
5. Pemberian pasir pada dasar galian dimaksudkan untuk menyeragamkan gaya
pada
tanah
yang
diakibatkan
oleh
beban
saluran
itu
sendiri.
6. Bak control berfungsi sebagai tempat pemeliharaan, pemeriksaan, pembersihan
endapan/kotoran.
7. Berdasarkan bahannya turap memiliki 3 jenis, yaitu turap kayu, turap beton, dan
turap
baja.
8. Gorong-gorong dapat dibuat dari berbagai jenis material dapat dari baja, polyvinyl
chlorida
(PVC)
atau
dari
beton.
9.
Dalam
pekerjaan
kita
harus
mengutamakan
keselamatan.
10. Kerjasama tim mutlak diperlukan agar pekerjaan selesai sesuai dengan
keinginan.
SARAN:
1. Baca dan pahami baik-baik teori atau langkah kerja dengan baik.
2.
Rencanakan
dulu
apa
yang
ingin
dikerjakan.
3.
Utamakan
kesalamatan
ketika
di
lapangan.
4. Hati-hati ketika mengangkat, memindahkan atau menaruh pipa saluran baik
saluran
drainase
ataupun
gorong-gorong.
5.
Hati-hati
dalam
menggunakan
alat.
6.
Selalu
cek
elevasi
saluran
dengan
boning
rod.
7.
Dengarkan
penjelasan
dari
instruktur
dengan
seksama.
8. Kerjasama tim harus kompak dan solid.
http://thierry-handry.blogspot.com/2010/07/laporan-drainase.html
bisa
menggunakan Memanen
Air
Hujan
Dengan
Biopori atau
bisa
menggunakan Memanen Air Hujan Dengan Membangun Embung atau Waduk Kecil
2. Sistem Drainase Ramah Lingkungan (eko-drainase)
Mengelola air kelebihan dengan cara sebesar-besarnya diresapkan ke dalam tanah
secara alamiah atau mengalirkan ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas
sungai sebelumnya.
Akibat dari sistem ini adalah :
Single purpose
Multi purpose
Akibat dari sistem drainase yang buruk adalah timbulnya genangan air yang dapat
menimbulkan beberapa masalah. Ada beberapa penyebab terjadinya genangan
antara lain :
1. Dimensi saluran yang tidak sesuai.
2. Perubahan tata guna lahan yang menyebabkan terjadinya peningkatan debit banjir
di suatu daerah aliran sistem drainase.
3. Elevasi saluran tidak memadai.
4. Lokasi merupakan daerah cekungan.
5. Lokasi merupakan tempat retensi air yang diubah fungsinya misalnya menjadi
permukiman. Ketika berfungsi sebagai tempat retensi (parkir alir) dan belum dihuni
adanya genangan tidak menjadi masalah. Problem timbul ketika daerah tersebut
dihuni.
6. Tanggul kurang tinggi.
7. Kapasitas tampungan kurang besar.
8. Dimensi gorong-gorong terlalu kecil sehingga aliran balik.
9. Adanya penyempitan saluran.
10. Tersumbat saluran oleh endapan, sedimentasi atau timbunan sampah
1.
lingkungan.Seperti yang kita tahu dimana Konstruksi merupakan salah satu sektor
yang berperan penting di dalam perubahan iklim dan lingkungan.
Summarecon Bekasi akan menjadi ikon kawasan hunian dan komersial terbaik di
Bekasi. Dikembangkan di atas lahan seluas 240 hektar, Summarecon Bekasi mulai
dibangun pada november 2010 dengan konsep hunian yang berwawasan
lingkungan.
Jika saja semakin banyak Pembangunan yang tidak memperdulikan aspek
lingkungan, akan semakin banyak dampak negatif yang ditimbulkan.Sebagai contoh
pembangunan Gedung,Mall maupun pabrik dengan merelakan hutan untuk ditebang
sampai habis, pada akhirnya hutan yang difungsikan sebagai pencegah banjir lama
kelamaan akan benar-benar habis, air tidak bisa lagi diserap baik oleh tanah
maupun tumbuhan.
Sumber:
http://rekayasalingkungan-dodie-efriyandi.blogspot.com/2013/06/pembangunanberwawasan-lingkungan.html
http://meiladypratama.blogspot.com/2014/06/drainase-perkotaan-yangberwawasan.html