Anda di halaman 1dari 6

Anoa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
Untuk kendaraan lapis baja, lihat ANOA.
Anoa
Bubalus depressicornis

Anoa dataran rendah (B.


desdrepassicornis) di Kebun Binatang
Surabaya, Surabaya, Jawa Timur,
Indonesia

Anoa pegunungan (B. quarlesi) di Kebun


Binatang San Diego, California, USA
Data
Waktu kehamilan 9,5 bulan
Status konservasi

Genting
IUCN 3126
Taksonomi
Kerajaan Animalia
Filum Chordata
Kelas Mammalia
Ordo Artiodactyla
Famili Bovidae
Genus Bubalus
Bubalus
Spesies depressicornis

H. Smith, 1827
Distribusi
Endemik Indonesia

Anoa (Bubalus sp.) adalah mamalia terbesar dan endemik yang hidup di daratan Pulau Sulawesi
dan Pulau Buton.[3] Banyak yang menyebut anoa sebagai kerbau kerdil.[4] Anoa merupakan
hewan yang tergolong fauna peralihan.[5] Anoa merupakan mamalia tergolong dalam famili
bovidae yang tersebar hampir di seluruh pulau Sulawesi. Kawasan Wallacea yang terdiri atas
pulau Sulawesi, Maluku, Halmahera, Kepulauan Flores, dan pulaupulau kecil di Nusa Tenggara.
Wilayah ini unik karena banyak memiliki flora dan fauna yang endemik dan merupakan kawasan
peralihan antara benua Asia dan Australia. Salah satu kawasan yang memiliki flora dan fauna
endemik Sulawesi antara lain Kawasan Poso. Anoa (Bubalus sp.) merupakan salah satu satwa
endemik yang dilindungi yang menjadi ciri khas Pulau Sulawesi yang turut mendiami Kawasan
Hutan Lindung Desa Sangginora Kabupaten Poso.[6] Anoa tergolong satwa liar yang langka dan
dilindungi Undang-Undang di Indonesia sejak tahun 1931 dan dipertegas dengan Undang-
Undang No. 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.[7]

Ada dua spesies anoa, yaitu: Anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan Anoa dataran rendah
(Bubalus depressicornis).[8] Kedua spesies ini awalnya banyak perdebatan mengenai status
taksonominya. Namun, penelitian terbaru menggunakan teknik DNA barcode telah
mengungkapkan bahwa kedua jenis anoa adalah spesies yang berbeda.[9] Kedua jenis ini tinggal
dalam hutan yang tidak dijamah manusia.[10] Keduanya juga termasuk jenis yang agresif dan sulit
dijinakkan untuk dijadikan hewan ternak (domestikasi).[8] Kedua jenis ini dibedakan berdasarkan
bentuk tanduk dan ukuran tubuh.[11] Anoa gunung relatif lebih kecil, ekor lebih pendek dan
lembut, serta memiliki tanduk melingkar.[11] Sementara anoa dataran rendah lebih besar, ekor
panjang, berkaki putih, dan memiliki tanduk kasar dengan penampang segitiga.[11]
Konservasi
Secara internasional, hewan ini merupakan hewan yang sangat penting bagi kegiatan konservasi,
di daerah yang dikenal sebagai "Wallacea bioregion" (Conservation International). Sampai saat
ini konservasi anoa difokuskan pada perlindungan terhadap kawasan hutan dan penangkaran.
Hambatan bagia konservasi anoa adalah ketidakpastian status taksonomi dan struktur
populasinya di Pulau Sulawesi.[12] Sejak tahun 1986 hingga 2007, International Union for
Conservation of Nature (IUCN) memasukkan anoa sebagai satwa terancam punah (Endangered
species).[3] Populasi anoa diperkirakan kurang dari 2.500 individu dewasa dengan perkiraan laju
penurunan populasinya di alam selama kurang lebih 14-18 tahun terakhir mencapai 20%.
Berdasarkan peta sebaran anoa ditambah dengan fakta populasinya saat ini di alam, distribusi
anoa di Sulawesi khususnya bagian utara, cenderung mengalami penurunan populasi dengan laju
yang sedikit lebih cepat dibandingkan dengan wilayah lainnya di Sulawesi. Hal ini dibuktikan di
beberapa kawasan konservasi di Sulawesi Utara seperti Cagar Alam (CA) Tangkoko Batuangus,
CA. Gunung Ambang dan CA. Manembo-nembo, anoa telah dinyatakan punah lokal.[13] Dalam
lima tahun terakhir populasi anoa menurun secara drastis.[14] Diperkirakan saat ini terdapat
kurang dari 5000 ekor yang masih bertahan hidup.[15] Anoa sering diburu untuk diambil kulit,
tanduk dan dagingnya.[15]

Morfologi
Bentuk tubuh anoa mirip dengan kerbau atau biasa disebut kerbau cebol. Anoa dataran rendah
atau Bubalus depressicornis memiliki tinggi pundak antara 80–100 cm, sedangkan anoa dataran
tinggi atau Bubalus quarlessi antara 60–75 cm. Deskripsi ini sama dengan yang dinyatakan oleh
Groves (1969) yang menyatakan anoa dataran rendah relatif lebih besar dibandingkan dengan
anoa yang ditemukan di dataran tinggi. Bentuk kepala menyerupai kepala sapi (Bos), kaki dan
kuku menyerupai banteng (Bos sondaicus). Pada kaki bagian depan (metacarpal) berwarna putih
atau mirip sapi bali namun mempunyai garis hitam ke bawah. Tanduk mengarah ke belakang
menyerupai penampang yang bagian dasarnya tidak bulat seperti tanduk sapi melainkan
menyerupai bangun segitiga seperti tanduk kerbau.[16]
Gambar 1. Anoa

Gambar 1. Anoa (Bubalus sp.)

Distribusi dan Populasi Anoa


Perkembangan distribusi anoa berada di wilayah daratan Sulawesi dan Pulau Buton.[16] Saat ini
anoa, baik anoa dataran rendah maupun anoa dataran tinggi sudah tidak memiliki habitat yang
khas lagi.[17] Kadang kala anoa dataran rendah dapat ditemukan juga di dataran tinggi dan
sebaliknya anoa dataran tinggi juga sering dijumpai di daerah-daerah dataran rendah.Populasi
anoa di alam diperkirakan semakin lama semakin menurun.[17] Diperkirakan populasi anoa
kurang dari 2.500 ekor individu dewasa.[18] Penyebab utama penurunan populasi anoa diduga
karena kerusakan pada habitatnya yang disebabkan oleh pengalihan fungsi hutan dan perburuan
liar yang cenderung meningkat sehingga satwa ini semakin sulit untuk dijumpai.[19] Pengelolaan
habitat menjadi sangat penting untuk mendukung populasi yang sehat dan berkembang biak
secara normal. Untuk itu, guna menjamin kelestarian anoa maka perlu dilakukan kajian terhadap
habitat anoa.[20]

Berdasarkan hasil pemantauan di Sulawesi Utara pada akhir abad ke-19 menunjukkan bahwa
Bubalus depressicornis masih mempunyai daerah penyebaran yang luas dari ujung Utara
Sulawesi. Bahkan setengah abad yang lalu Bubalus depressicornis masih dijumpai di dalam
hutan Bolaang Mongondow dan Gorontalo. Kemudian semenjak itu terjadi penurunan yang
sangat drastis, selain karena kerusakan habitat juga akibat.[21] Hasil kesimpulan dari beberapa
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan populasi anoa semakin hari semakin mengalami
penurunan.[21]

Habitat
Anoa merupakan binatang yang spesies terbesarnya di Indonesia. Kekayaan fauna ini
menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang banyak memiliki binatang langka. Anoa
termasuk hewan hutan hujan. Salah satu kebiasaan yang sering dilakukannya adalah
berkubangan di lumpur. Lokasi tempat hidup Anoa jauh dari jangkauan manusia dan menyukai
sumber air permanen.[22] Anoa mempunyai habitat yang spesifik dengan komponen dan sebaran
lokasi yang dapat menunjang kebutuhan pakan dan perilakunya dan pada lokasi yang terbuka
seperti padang rumput, jarang dihuni[23].Habitat anoa berada di hutan tropika dataran, sabana
(savanna), terkadang juga dijumpai di rawa-rawa.[24] Mereka merupakan penghuni hutan yang
hidupnya berpindah-pindah tempat.[24] Apabila menjumpai musuhnya, anoa akan
mempertahankan diri dengan mencebur ke rawa-rawa dan jika terpaksa melawan, mereka akan
menggunakan tanduknya.[24] Berbeda dengan sapi yang lebih suka hidup berkelompok, anoa
hidup semi soliter, yaitu hidup sendiri atau berpasangan dan hanya akan bertemu dengan
kawanannya jika si betina akan melahirkan.[25] Mereka paling aktif pada saat pagi dan sore hari,
ketika udara masih dingin.[25] Karena anoa memiliki kebiasaan mendinginkan tubuh mereka,
karena itulah terkadang mereka suka berendam di lumpur atau air.[25] Anoa memiliki penyebaran
yang sangat terbatas,sedangkan populasi dan habitatnya semakin lama semakin menurun baik
kuantitas maupun kualitasnya.[26] Penurunan populasi terjadi akibat kehilangan habiat karena
perusakan habitat, maupun perburuan yang berlebihan. Dalam keadaan-keadaan demikian
spesies dapat berkurang dengan cepat dan menuju kepunahan, untuk itu perlu adanya upaya
pelestarian yang bertujuan khusus untuk melindungi spesies yang terancam punah.[26] Selain itu
habitat mengalami kerusakan akibat perambahan, perladangan berpindah dan rendahnya sikap
masyarakat terhadap satwa tersebut. Untuk itu perlu adanya upaya konservasi terhadap anoa
sehingga keberadaanya di alam dapat dipertahankan. Hal ini sangat penting terutama untuk
menjaga keseimbangan ekosistem seperti.[27]

Makanan
Anoa termasuk hewan herbivora.[25] Di alam bebas, anoa memakan makanan yang berair
(aquatic feed), seperti pakis, rumput, tunas pohon, buah-buahan yang jatuh, dan jenis umbi-
umbian.[25] Anoa yang berada di dataran rendah (Bubalus depressicornis) terdiri dari beberapa
jenis rumput dan semak serta bagian-bagian lain dari tumbuhan seperti daun (pucuk), buah,
umbi, atau umbut yang umumnya mengandung air. Seperti halnya binatang memamah biak
lainya. Anoa juga memerlukan garam yang diperoleh dengan cara menjilat batu yang
mengandung garam dan mineral di alam.[28] Di dataran tinggi, anoa juga menjilat garam alami
untuk memenuhi kebutuhan mineralnya.[24] Beberapa jenis tumbuhan yang sangat disukai anoa
seperti Alpinia sp., Pinanga caesia, Castanopsis acuminatissima, Dysoxyllum posasiticum,
Litsea densiflora dan Litsea formanii, Areca vestiaria, Calamus sp., Didymochlaena truncatula,
Lithocarpus celebicus dan Litsea densiflora ditemukan di Cagar Alam Pangi Binanga Sulawesi
Tengah. Sedangkan di TN. Lore Lindu ditemukan sebanyak 11 jenis tumbuhan yang disukai oleh
anoa yaitu Areca sp., Zingiber sp., Rubus sp., Begonia sp., Elatostema sp., Nephrolepis sp.,
Cyrtandra sp., Sachharum sp., Kaloma (Palmaceae) dan Padalebo (Urticacea). Jenis
Lithocarpus sp. (Fagaceae), Pinanga sp. (Arecaceae) adalah jenis pakan anoa yang terdapat di
Cagar Alam Morowali. Jenis Castanopsis accuminatissima, Syzigium accumutissimum, Calamus
sp. (Arecaceae) dan Pandanus sp. (Palmae). Jenis-jenis tumbuhan di atas juga dijumpai di Hutan
Lindung Desa Sangginora.[29] Sedangkan jenis pakan lainnya tidak terdapat pada beberapa lokasi
di atas. Hal ini diduga karena anoa beradaptasi dengan vegetasi yang berada di habitatnya. Anoa
mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi untuk mengkonsumsi pakan alternatif.[30]

Pada anoa dalam kondisi penangkaran jenis tanaman yang biasa dimakan oleh Anoa adalah
kangkung, bayam, ubi jalar, daun ketelah pohon, daun kumis kucing, kulit pisang, kedondong,
buah mangga (masih muda), daun nangka, rerumputan dan daun cabe.[31] Anoa sebagai hewan
herbivora lebih bersifat sebagai pemakan semak atau daun (browser) daripada sebagai pemakan
rumput (grazer). Perilaku ini dibuktikan dengan pengamatannya terhadap perilaku makan Anoa
di Kebun Binatang Ragunan yang lebih menyukai mengkonsumsi makanan campuran daripada
makanan tunggal.[32]
Perilaku dan Reproduksi
Anoa memiliki perilaku hidup secara soliter, namun tidak jarang juga dijumpai dalam kawanan
tiga sampai lima ekor. Anoa umumnya hidup di hutan-hutan yang lebat, di dekat aliran air /
sungai, danau, rawarawa, sumber air panas yang mengandung mineral dan di sepanjang pantai.[33]
Setiap tahunnya, induk anoa rata-rata hanya melahirkan satu bayi anoa.[25] Anoa bisa bertahan
hidup sekitar 20 tahun hingga 25 tahun, dan sudah mampu kawin serta berkembang biak pada
umur 2 tahun sampai 3 tahun.[25] Anoa yang sedang terluka, birahi, induk yang baru melahirkan
atau yang sedang menyapih anaknya akan cenderung bersifat agresif dalam setiap kelahiran.[16]
Anoa mencapai dewasa seksual pada umur 3-4 tahun dengan siklus estrus 15-23 hari dengan
periode estrus 2-4 hari dimana puncak estrus.[31] Dalam satu musim melahirkan (Agustus-
Oktober) hanya melahirkan satu anak. Induk anoa betina menjaga anaknya tetapi induk jantan
tidak. Masa sapih biasanya berlangsung antara enam hingga sembilan bulan.[34] Reproduksi anoa
terjadi pada hari ketiga Masa kehamilan sekitar 275 sampai 315 hari, hanya 1 anak[24] Periode
kehamilan terjadi selama 276 hari sampai 315 hari.[25] Bayi anoa yang dilahirkan induknya hanya
satu ekor, dan sangat jarang sekali mereka sampai melahirkan hingga dua ekor bayi anoa.[25] Saat
dilahirkan, bayi anoa memiliki bulu berwarna cokelat keemasan atau kekuningan dan sangat
tebal.[24] Warnanya perlahan akan berubah menjadi lebih gelap seiring dengan pertumbuhannya.
[24]

Anda mungkin juga menyukai