Dosen Pengampu :
Bapak Roni Afriadi, M.Pd
Disusun Oleh:
Semester V/ T. BIO-2/ Kelompok 1
Tamara (0310202027)
M. Reza (0310201030)
Annisa Aulia Nanda (0310202040)
Sri Rahmadani (0310203036)
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keanekaragaman flora dan fauna di
Ayo cari tau!
Indonesia sangat bervariasi dan tersebar luas di
Bagaimana dengan taksonomi,
seluruh pulau dan berbagai provinsi di Indonesia. daerah sebaran, habitat, populasi,
Salah satunya fauna yang dimiliki dan dijadikan makanan, dan konservasi Burung
Beo nias (Gracula religiosa
sebagai ciri khas suatu daerah. Di Indonesia robusta)?
sendiri terdapat 34 provinsi dan masing – masing
daerah memiliki fauna yang menjadikan ciri khas
daerah tersebut. Pertumbuhan fauna tidak lepas
dari pengaruh kondisi alam yang ada. Masing –
masing fauna yang dijadikan sebagai maskot https://www.google.com/url?sa=i&url=http%
3A%2F%2Fsumut.indozone.id%2Ffakta-dan-
atau ciri khas, biasanya diambil karena fauna mitos%2FDNsl3k5%2Finilah-beo-nias-si-
burung-pintar-khas-sumatera-
tersebut adalah hewan endemik wilayah tertentu. Burung merupakan jenis satwa yang
utara&psig=AOvVaw0PLX_AFuA2xVpylgy
T96Ls&ust=1671627724609000&source=ima
paling banyak dijadikan sebagai maskot suatu daerah, dari 34 provinsi 13 diantaranya
ges&cd=vfe&ved=0CBAQjRxqFwoTCNCZn
dmgiPwCFQAAAAAdAAAAABAE
menjadikan burung sebagai ciri khas suatu provinsi. Burung memiliki daya tarik
tersendiri, mulai dari keindahan fisiknya,baik dari bulu, ekor, bentuk tubuh maupun suara
kicauan. Setiap burung memiliki karakteristik dan keunikan yang berbeda – beda.
Keindahan visual yang terdapat pada corak bulu dankemerduan suaranya menjadi salah
satu faktorsemakin berkurangnya burung identitas daerah tertentu untuk diburu dan
dipelihara.
Banyak masyarakat yang tidak mengetahui keberagaman jenis burung yang menjadi
identitas suatu wilayah di Indonesia karenakurangnya informasi yang tersedia. Media
informasi yang ada saat ini dan sumber buku yang mengkaji tentang keberagaman flora
dan fauna masih sangat kurang. Saat ini, penyebaran informasi melalui buku ataupun
media cetak lainnya masih belum mampu memberikan kesadaran pada masyarakat
tentang kepedulian terhadap kelestarian flora yang ada. Oleh karena itu, pentingnya
pengenalan aneka fauna terutama keberagaman burung pada tiap daerah sangat
dibutuhkan, karena hal ini dapat mengedukasi masyarakat. Banyak hal yang dapat
dilakukan dari berbagai pihak baik melalui instansi pendidikan, pemerintah daerah dan
seluruh lapisan masyarakat terkait pemahaman terhadap pelestarian burung yang ada di
Indonesia. Hal tersebut tentunya menjadi tanggung jawabsetiap masyarakat di Indonesia
1
untuk menjaga dan melestarikan keberadaanya. Melihat kondisi tersebut, penulis tertarik
untuk membuat literatur terhadap keberagaman fauna khususnya satwa burung beo Nias.
Burung beo Nias merupakan burung endemik Pulau Sumatera Utara dan mempunyai
keunikan, yaitu terdapat sepasang gelampir cuping yang menyatu di belakang kepala.
Burung ini merupakan burung yang pintar karena bisa menirukan perkataan manusia
maupun burung-burung yang lain
B. Tujuan Penulisan
1. Menganalisis karakteristik dari Beo Nias (Gracula religiosa Robusta)
2. Mengetahui Beo Nias (Gracula religiosa Robusta) berdasarkan daerah sebaran,
habitat, populasi, makanan serta morfologinya
3. Mengetahui konservasi yang telah dilakukan terhadap perkembangan Beo Nias
(Gracula religiosa Robusta) di Indonesia.
4. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pemahaman baru serta
memperdalam pengalaman tentang keanekaragaman di Indonesia khusunya Beo Nias
(Gracula religiosa Robusta) agar dapat di lestarikan secara baik dan benar supaya
tidak terjadi kepunahan.
2
BAB II
ISI
A. Taksonomi Burung Beo Nias (Gracula religiosa robusta)
Beo nias (Gracul robusta) adalah sejenis burung anggota familia Sturnidae (jalak dan
kerabatnya) yang hanya dapat ditemukan di Pulau Nias, Sumatra Utara, Indonesia. Beo
Nias (Gracula religiosa robusta) merupakan jenis burung langka dan endemik yang
dilindungi oleh undang-undang. Penyebaran populasinya sangat terbatas, hanya terdapat
di pulau Nias dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Karena memiliki kepandaian
bersuara, beo Nias sangat disukai oleh masyarakat. Hal ini menyebabkan berlangsungnya
penangkapan beo Nias di dalam secara terus menerus, yang mengakibatkan populasinya
menjadi semakin langka. Dalam rangka upaya pelestariannya, telah dilakukan penelitian
di habitat alamnya (pulau Nias dan pulau Simuk) serta di penangkaran, Fakultas
Kehutanan IPB selama dua tahun untuk mengembangkan populasinya. Aspek penelitian
lapangan meliputi penyebaran dan kelimpahan populasi, analisis habitat, dan
pengembangan populasi. Aspek penelitian di penangkaran meliputi perilaku serta
reproduksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebaran populasi beo Nias telah
3
mengalami penyusutan di pulau Nias, yaitu hanya terdapat di daerah Lahusa, Gomo, dan
Alasa, demikian pula populasinya mengalami penyusutan, dan habitatnya mengalami
gangguan dan tekanan berat. (T hohari,1997)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Sturnidae
Genus : Gracula
Spesies : Gracula religiosa robusta
Sumber : https://alamendah.org/2014/09/06/flora-d
1. Beo Nias memuliki ukuran tubuh yang lebih besar apabila dibandingkan dengan jenis
burung beo lainnya. Selain keunikannya dalam menirukan suara manusia, Beo Nias
juga memiliki bulu berwarna hitam terang mengkilap yang hampir menutupi seluruh
bagian tubuhnya.
2. Paruh burung Beo Nias berbentuk pipih, pendek, dan besar. Hal ini menunjukkan.
bahwa pakan yang digunakan untuk keberlangsungan hidupnya adalah berupa buah
dan biji-bijian. Warna paruhnya terbagi menjadi dua warna yakni warna oranye dan
4
kuning. Paruh Beo Nias berwarna oranye dan ujung paruhnya memiliki warna kuning.
3. Mata burung Beo Nias terlihat gelap mencolok dengan irisan mata berwarna coklat.
Bagian telinga (pia) burung Beo Nias menyatu pada bagian kepala. Telinganya
terlihat seperti jengger dan bergelambir dibagian bawah mata hingga di bagian
belakang kepala. Telinga burung Beo Nias berwarna kuning mencolok.
4. Kaki burung Beo Nias hampir sebesar kaki ayam pada umumnya. Hal ini dikarenakan
Beo Nias memiliki bagian tubuh yang cukup besar dari familinya. Kaki burung ini
atau lebih dikenal dengan ceker memiliki warna kuning agak pucat.
5. Burung Beo Nias saat ini sudah termasuk di dalam kelompok hewan yang dilindungi.
Hal ini dikarenakan keberadaannya di alam liar pada saat ini jarang ditemukan
(langka) bahkan sudah tidak dapat dijumpai lagi. Langkanya burung B Nias ini tidak
terlepas dari perburuan yang dilakukan oleh manusia.
Beo Nias (Gracula religiosa robusta) merupakan satwa liar endemisitas di Pulau Nias
yang keberadaannya saat ini sangat jarang dijumpai pada habitatnya. Beo Nias (Gracula
religiosa robusta) merupakan jenis burung langka dan endemik yang dilindungi oleh
undang-undang. Wilayah persebaran alaminya burung ini merupakan mulai dari Sri
Lanka, India, Himalaya, ke timur hingga Filipina dan pulau Nias, Sumatera Utara,
Indonesia. Burung berparuh kekuningan ini hidup alami alami di Pulau Nias, Sumatera
Utara. Dilihat dari bentuk fisiknya, ukuran tubuhnya lebih besar dari jenis beo lainnya.
5
Selain itu, terdapat gelambir kuning di area leher bagian atas hingga sekitar telinga.
Gelambir inilah yang menjadi ciri utama beo nias. Hidup secara berkelompok atau
berpasangan ini hanya bisa ditemui di Pulau Nias dan sekitarnya, seperti Pulau Babi,
Pulau Simo, Pulau Tuangku dan Pulau Bangkaru. Biasanya burung Beo Nias membuat
sarang mereka di batang pohon tinggi yang berdiri tegak dengan melubanginya. Bersama
kelompoknya, Burung Beo Nias ini sangat suka tinggal di alam terbuka. (Djuwantoko,
2018)
6
hari. Warna telur biru muda dengan bercak-bercak warna coklat dan ungu muda. Ukuran
telur rata-rata 37–26 mm (Anonim, 2017)
7
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P106/Menthk/Setjen/Kum.1/12/2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018
Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
8
Burung beo juga menyukai kacang di habitat aslinya, karena mengandung sarat
dengan proteindan juga. Namun untuk burung beo nias yang dipelihara dapat memberikan
\ memberikan kacang sebagai cemilan, seperti kacang almond, kenari, hazelnut,
makadamia, dan sedikit kacang mete. Anda sebaiknya tidak memberi mereka kacang
tanah. Sebab, kacang tanah sering terkontaminasi aflaktosin, racun jamur yang dapat
menyebabkan kerusakan hati (Takandjandji, Mariana & Matilde Mite, 2008)
9
MuaraJambi. Kemudian Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara, Taman Wisata
Alam Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.
Di luar negeri sendiri juga ada konservasi Beo, namun untuk beonya senidri tidak
dijelaskan secara spesifik jenis apa. Parque Nacional Alejandro de Humboldt adalah
sebuah taman nasional di provinsi Holguín dan Guantánamo, Kuba. Taman ini dinamai
setelah ilmuwan Jerman, Alexander von Humboldt yang mengunjungi pulau tersebut
pada tahun 1800 dan 1801.
Taman ini tertulis sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2001 untuk
ukuran, kisaran ketinggian, litologi kompleks, keragaman bentuk lahan, serta kekayaan
flora dan fauna endemiknya.Sebanyak 16 dari 28 spesies tanaman endemik Kuba
dilindungi di taman ini termasuk fauna seperti Dracaena cubensis dan Podocarpus ekman.
Fauna yang ada di taman ini mencakup berbagai spesies burung beo, kadal, burung
kolibri, Solenodon Kuba langka (endemik), hutia dan siput.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beo nias (Gracul religiosa robusta) adalah sejenis burung anggota
familia Sturnidae (jalak dan kerabatnya) yang hanya dapat ditemukan di Pulau
Nias, Sumatra Utara, Indonesia. Beo Nias (Gracula religiosa robusta) merupakan jenis
burung langka dan endemik yang dilindungi oleh undang-undang. Penyebaran
populasinya sangat terbatas, hanya terdapat di pulau Nias dan beberapa pulau kecil di
sekitarnya. Wilayah persebaran alaminya burung ini merupakan mulai dari Sri Lanka,
India, Himalaya, ke timur hingga Filipina dan pulau Nias, Sumatera Utara, Indonesia.
Burung berparuh kekuningan ini hidup alami alami di Pulau Nias, Sumatera Utara.
Habitat alaminya burung beo Nias (Gracula religiosa robusta) yaitu hidup di hutan-
hutan basah, terutama di bukit-bukit dataran rendah sampai dengan dataran tinggi 1.000
sampai 2.000 di atas permukaan laut. Tempat tinggal atau habitat beo Nias adalah hutan
dan tinggal pada pepohonan yang tinggi. burung beo dapat dikategorikan sebagai hewan
omnivora, Burung beo sangat menyukai buah-buahan Burung beo juga menyukai kacang.
Kacang sarat dengan protein, tetapi juga tinggi lemak. Untuk konservasi beo nias sendiri
telah dilakukan di beberapa daerah di Indonesia seperti Taman Nasional Berbak
Sembilang yang bekerjasama dengan Balai PPHLHK wilayah Sumatera, Balai TN
Berbak Sembilang dan ZSL, di Wilayah Kabupaten MuaraJambi. Kemudian Konservasi
Sumber Daya Alam Sumatera Utara, Taman Wisata Alam Sibolangit, Kabupaten Deli
Serdang.
B. Saran
Pemerintah lebih sigap dalam menangani populasi Beo Nias sampai saat ini sudah
tidak bisa dipastikan secara jelas. Hal ini disebabkan oleh keberadaannya di alam liar
yang sudah langka. Terlebih lagi, data tentang keberadaan hewan langka ini di alam liar
tidak ditemukan secara jelas. Akan tetapi, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Fakultas Kehutanan IPB selama 2 tahun yang tertulis pada AGRIS tahun 2017
menjelaskan bahwa keberadaan Beo Nias yang dulunya ada di Pulau Nias kini hanya
dapat ditemukan pada daerah Alasa, Gomo, dan Lahusa.
11
DAFTAR PUSTAKA
Afridion Rezki & Yofita Sandra. 2022. Beo Nias Dalam Karya Serigrafi. Jurnal UNP. 11(1)
Anonim. (2017). Deskripsi Burung di Indonesia Buku II. Direktorat Perlindungan dan
Pengawetan Alam. Bogor.
Djuwantiki. (2018). Studi Populasi Dan Distribusi Spesies Burung Beo (Gracula religiosa
robusta) Di Kecamatan Lahusa Dan Kecamatan Gomo (Nias-Sumatera Utara). Skripsi
S1 Kehutanan.
https://cites.org/eng/app/index.php
Kristin Widianingtyas & Purwanto. (2018). Burung Identitas Provinsi di Indonesia Sebagai
Subjek dalam seni Kaca. Jurnal Eduarts. 7(1)
M. Thohari. 1997. Population development of Beo Nias (Gracula religiosa robusta) through
in site and ex site methods. (Bogor : IPN (Institut Pertanian Bogor))
Takandjandji, Mariana& Matilde Mite. (2008). Perilaku Burung Beo Alor di Penangkaran
Oilsonbai, Nusa Tenggara Timur. Buletin Plasma Nutfah. 14(1)
12