Anda di halaman 1dari 13

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA UNTUK MEMBANGUN

KEHIDUPAN BERAGAMA
TUGAS MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen: Dr. Drs. Lamijan, S.H.M.Si
Disusu Oleh:
Siti Neqayatul
Qofisah 202211099

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2022

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar............................................................................................................1

Daftar isi......................................................................................................................2

A.: PENDAHULUAN................................................................................................4

1. Latar Belakang..................................................................................................4
2. Rumusan Masalah:..........................................................................................6

BAB 2 : PEMBAHASAN MASALAH


:...............................................................................7

1. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Beragama................8


2. Pancasila penting sebagai Paradigma Pembangunan
Kehidupan Beragama........................................................................................9
3. Mengaplikasi Pancasila menjadi Paradigma Pembangunan
Kehidupan Beragama.......................................................................................9
4. Pluralisme Agama yang ada di Indonesia........................................................10
5. Solusi konflik Antar Umat Beragama di Indonesia............................................10

BAB 3 : PENUTUP.........................................................................................................11

KESIMPULAN
:...............................................................................................................11

1. SARAN...............................................................................................................12
2. DAFTAR PUSTAKA
:............................................................................................12

2
A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dilihat dari butir-butir Pancasila dapat dikembangkan mengenai Pancasila sebagai

paradigma kehidupan beragama dapat dilihat dari adanya lima sendi utama penyusun

Pancasila atau secara umum merupakan isi Pancasila:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa,

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,

3. Persatuan Indonesia,

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sendi utama Pancasila tersebut tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan)

Undang-undang Dasar 1945. Butir-butir pengamalan Pancasila Kelima asas dalam

Pancasila dijabarkan menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi

pelaksanaan Pancasila. Ini ditetapkan dalam Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang

Ekaprasetia Pancakarsa. Adapun pengembangan butir Pancasila yang menyinggung

mengenai Pancasila sebagai paradigma kehidupan beragama dapat dilihat dari butir

sila ke 1, yang berisikan:

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap

Tuhan Yang Maha Esa.

2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan

agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.

3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk

agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha

Esa.

3
4.membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang

menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Sila pertama

dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Kalimat pada sila pertama ini tidak

lain menggunakan istilah dalam bahasa Sangsekerta ataupun bahasa Pali. Kata

ketuhanan yang berasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan ke- dan –an bermakna

sifat-sifat tuhan. Dengan kata lain ketuhanan berarti sifat-sifat tuhan atau sifat-sifat yang

berhubungan dengan tuhan. Kata Maha berasal dari bahasa Sangsekerta atau Pali yang

bisa berarti mulia atau besar (bukan dalam pengertian bentuk). Kata Maha bukan berarti

sangat. Kata “esa” juga berasal dari bahasa Sangsekerta atau Pali. Kata “esa” bukan

berarti satu atau tunggal dalam jumlah. Kata “esa” berasal dari kata “etad” yang lebih

mengacu pada pengertian keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata “ini”.

Dari penjelasan yang disampaikan di atas dapat di kesimpulan bahwa arti dari

Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah berarti Tuhan Yang Hanya Satu, bukan

mengacu pada suatu individual yang kita sebut Tuhan Yang jumlahnya satu. Tetapi

sesungguhnya Ketuhanan Yang Maha Esa berarti Sifat-sifat Luhur atau Mulia Tuhan

yang mutlak harus ada. Jadi yang ditekankan pada sila pertama dari Pancasila ini

adalah sifat-sifat luhur atau mulia, bukan Tuhannya.

4
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan


Kehidupan Beragama?

2. Bagaimana Mengaplikasikan Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan


Kehidupan Beragama?

3. Bagaimana keadaan Pluralisme dan Kehidupan Beragama di Indonesia saat ini?

4. Bagaimana cara mengatasi atau menyelesaikan konflik atau masalah yang


terjadi di antara umat beragama?

5
C. PEMBAHASAN MASALAH

Pancasila sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama

1. Paradigma Pengembangan
Istilah paradigma awalnya dipergunakan dan berkembang dalam dunia ilmu
pengetahuan, terutama dalam filsafat ilmu pengetahuan. Kata paradigma
(paradigma) mengandung arti model, pola atau contoh. Dalam kamus umum
bahasa Indonesia paradigma diartikan sebagai seperangkat unsur bahasa yang
sebagian bersifat konstan (tetap) dan sebagian berubah-ubah. Paradigma dapat
juga diartikan sebagai suatu gagasan sistem pemikiran (kerangka berfikir).
Menurut Thomas S. Kuhn dalam bukunya yang berjudul The Structure of
Scientific Revolution (1970:49), paradigma adalah asumsi-asumsi teoritis (suatu
sumber nilai), yang merupakan sumber hukum, metode, tatacara penerapan
dalam ilmu tersebut. Sedangkan menurut Drs. Kaelan, MS. Paradigma
berkembang menjadi terminologi yang mengandung konotasi pengertian sumber
nilai kerangka berpikir, orientasi dasar, sumber, asas, serta arah dan tujuan dari
suatu perkembangan, perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu
termasuk dalam bidang pembangunan, reformasi, maupun dalam pendidikan.
Paradigma sebagai alat bantu para ilmuwan dalam merumuskan apa yang harus
dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya dalam menjawab dan
aturan- aturan yang bagaimana yang harus dijalankan dalam mengetahui
persoalan tersebut. Sedangkan kata Pengembangan (Development) menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu proses, cara, perbuatan
mengembangkan atau menjadi/mengarah bertambah sempurna Kata
Pengembangan menunjukkan adanya pertumbuhan, perluasan yang terikat
dengan keadaan yang harus digali dan harus dibangun agar dicapai kemajuan
dimasa yang akan datang. Atas dasar arti kata pembangunan, dapat dipahami
bahwa dalam pembangunan terdapat proses perubahan yang terus menerus
diupayakan untuk meraih kemajuan dan perbaikan untuk mewujudkan tujuan
yang dicita-citakan. Pembangunan adalah usaha manusia untuk memerangi
kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan untuk menuju masyarakat uang
sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan Pengembangan atau
Pembangunan adalah proses perubahan ke arah kondisi yang lebih baik melalui
upaya yang dilakukan secara terencana (Kartasasmita, 1997). Menurut
Sumodiningrat (2001), pembangunan adalah
6
proses natural untuk mewujudkan cita-cita bernegara, yaitu terwujudnya
masyarakat makmur sejahtera secara adil dan merata. Paradigma Pengembangan
adalah suatu model, pola yang merupakan sistem berpikir sebagai upaya
mewujudkan perubahan yang direncanakan sesuai dengan cita-cita kehidupan
masyarakat menuju hari esok yang lebih baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. (Induk Inggit Merdekawati, 2008:26). Pancasila sebagai paradigma,
artinya nilai- nilai dasar Pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka
acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di
Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa
Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional. Secara
lengkap pentingnya dasar Ketuhanan ketika dirumuskan oleh founding fathers
negara kita dapat dibaca pada pidato Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945, ketika
berbicara mengenai dasar negara (philosophische grondslag) yang menyatakan,
“Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi masing-
masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan. Tuhannya sendiri. Yang Kristen
menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa Al Masih, yang Islam menurut
petunjuk Nabi Muhammad saw., orang Budha menjalankan ibadatnya menurut
kitab kitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya ber-Tuhan.
Hendaknya Negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat
menyembah Tuhannya dengan leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan.
Secara kebudayaan yakni dengan tiada “egoisme agama”. Dan hendaknya
Negara Indonesia satu Negara yang bertuhan” (Zoelva, 2012). Dalam hubungan
antara agama Islam dan Pancasila, keduanya dapat berjalan saling menunjang
dan saling mengokohkan. Keduanya tidak bertentangan dan tidak boleh
dipertentangkan. Juga tidak harus dipilih salah satu dengan sekaligus membuang
dan menanggalkan yang lain. Selanjutnya Kiai Achmad Siddiq menyatakan
bahwa salah satu hambatan utama bagi proporsionalisasi ini berwujud hambatan
psikologis, yaitu kecurigaan dan kekhawatiran yang datang dari dua arah (Zada
dan Sjadzili (ed), 2010: 79).
2.. Pancasila penting sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama
Pada saat ini, Indonesia sedang mengalami kemunduran ke arah kehidupan
beragama yang tidak perikemanusiaan. Pancasila memiliki peran untuk
mengembalikan suasana kehidupan beragama yang penuh perdamaian, saling
menghargai dan menghormati, serta saling mencintai sebagai manusia yang
beradab. Pancasila memberikan dasar nilai yang fundamental bagi umat bangsa
7
Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di Negara
Indonesia. Negara memberikan kebebasan kepada warganya untuk memeluk dan
menjalankan agamanya sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya masing –
masing, yang menunjukkan bahwa dalam Negara Indonesia memberikan
kebebasan untuk berkehidupan agama dan menjamin atas demokrasi di bidang
agama karena setiap agama memiliki hak – hak dan dasar masing – masing.

3. Mengaplikasikan Pancasila menjadi paradigma Kehidupan Beragama.

1. Setiap warga Negara Indonesia patut percaya dan berkeyakinan untuk memeluk suatu
agama.

2. Dengan adanya kepercayaan dalam memeluk agama, setiap warga Negara Indonesia
memiliki arah hidup agar ketika melakukan sesuatu selalu ingat kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang mengakibatkan untuk melakukan kehidupan bernegara sesuai dengan
nilai-nilai agama dan nilai-nilai Pancasila.

3. Dalam kehidupan bermasyarakat diharuskan setiap warga Negara Indonesia


mengedepankan nilai toleransi dan saling menghargai antar sesama umat beragama,
tidak satupun membenarkan dan menyalahkan suatu agama.

4. Dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dapat dijadikan tolak ukur dalam


melakukan segala aktivitas beribadah dengan hikmah tanpa adanya diskriminasi dari
agama lainnya
5. Mengandung makna adanya Causa Prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha
Esa.

6. Negara memberi fasilitas bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara
dan mediator ketika terjadi konflik agama. Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia
ini seperti halnya makhluk lain diciptakan oleh penciptaannya. Pencipta itu adalah
Causa Prima yang mempunyai hubungan dengan yang diciptakannya. Manusia sebagai
makhluk yang dicipta wajib menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya.
Dalam konteks bernegara, maka dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila, dengan
sendirinya dijamin kebebasan memeluk agama masing-masing. Sehubungan dengan
agama itu perintah dari Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh
manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, maka untuk menjamin
kebebasan tersebut di dalam alam Pancasila seperti kita alami sekarang ini tidak ada
pemaksaan beragama, atau orang memeluk agama dalam suasana yang bebas, yang

8
mandiri. Oleh

9
karena itu dalam masyarakat Pancasila dengan sendirinya agama dijamin berkembang
dan tumbuh subur dan konsekuensinya diwajibkan adanya toleransi beragama.

4. Pluralisme Agama yang ada di Indonesia.

Pluralisme agama adalah mengakui adanya kemajemukan, keragaman dan Perbedaan,


baik yang prinsip maupun tidak, yang meliputi keberadaan keyakinan atau agama.
Konsekuensi dari pluralitas agama adalahkewajiban untuk mengakui sekaligus
menghormati agama lain, sehingga sikap keagamaan yang perlu dibangun dalam
menghadapi pluralitas agama adalah prinsip kebeebasan dalam memeluk suatu agama.

Pluralitas merupakan realitas hidup manusia dan keberadaannya tidak bisa dianulir.
Untuk membangun perdamaian adanya kesadaran pluralisme agama merupakan hal
yang mutlak.

5. Hal yang harus dilakukan untuk menebarkan kesadaran pluralisme agama


dimasyarakat adalah:

1. Sosialisasi kesadaran pluralisme agama harus ditebarkan pada berbagai elemen yang
ada di masyarakat. Karena persoalan Kurangnya kesadaran pluralisme agama bisa
terdapat pada siapa saja, maka tidak salah ketika masyarakat umum mudah terprovokasi
isu-isu yang bernuansa primordialisme.

2. Melakukan penguatan kesadaran pluralisme agama tidak hanya dalam bentuk formal
yang dilembagakan seperti atas nama Lembaga Kajian, Forum Dialog dan semacamnya,
karena akan menyebabkan tidak longgar bahkan terbatas dalam ruang-ruang tertutup.
Tapi perlu membumi yang bersifat longgar dan dapat berakses ke mana saja.

3. Membuat tema dan program pluralisme agama yang akrab dengan kehidupan
masyarakat dimana kita tinggal jangan bersifat melangit seperti seminar, diskusi yang
dikonsumsi oleh kalangan terbatas, masyarakat luas tidak ikut mengakses. (Hamdan
Farchan, 2005:1).

10
D. PENUTUPAN (Simpulan& Saran)
SIMPULAN

Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan


Ketuhanan Yang Maha Esa yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin
kepada warga negara dan penduduknya untuk memeluk dan untuk beribadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya, sama seperti apa yang telah dijelaskan pada butir-
butir Pancasila. Mengenai paradigma untuk perkembangan kehidupan beragama dapat
dilihat dari Istilah paradigma awalnya dipergunakan dan berkembang dalam dunia ilmu
pengetahuan, terutama dalam filsafat ilmu pengetahuan. Kata paradigma (paradigma)
mengandung arti model, pola atau contoh. Dalam kamus umum bahasa Indonesia
paradigma diartikan sebagai seperangkat unsur bahasa yang sebagian bersifat konstan
(tetap) dan sebagian berubah-ubah. Paradigma dapat juga diartikan sebagai suatu
gagasan sistem pemikiran (kerangka berpikir). Jadi dapat disimpulkan bahwa Pancasila
sebagai paradigma perkembangan kehidupan beragama memiliki makna bahwa
Pancasila dijadikan kerangka dasar, landasan utama untuk menjalankan segala aktivitas
agama di masyarakat. Nilai-Nilai dasar Pancasila dikembangkan dari hakikat manusia
yang menurut Pancasila adalah manusia adalah makhluk monopluralis. Dalam
hubungan antara agama Islam dan Pancasila, keduanya dapat berjalan saling
menunjang dan saling mengokohkan. Keduanya tidak bertentangan dan tidak boleh
dipertentangkan. Juga tidak harus dipilih salah satu dengan sekaligus membuang dan
menanggalkan yang lain. Pentingnya Pancasila pun dapat dilihat dari keadaan pada
saat ini, Indonesia sedang mengalami kemunduran ke arah kehidupan beragama yang
tidak berkemanusiaan. Pancasila memiliki peran untuk mengembalikan suasana
kehidupan beragama yang penuh perdamaian, saling menghargai dan menghormati,
serta saling mencintai sebagai manusia yang beradab. Mengenai kerukunan umat
beragama, kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan
tercipta berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan untuk
memotivasi dan

11
mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan
bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan
hidup di negeri ini.

SARAN

1. Sebagai Negara yang beraneka ragam sudah seharusnya diperlukan sikap


yang baik untuk menjalankan kehidupan beragama sesuai Pancasila dengan
mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

2. Lebih menghargai setiap perbedaan agama yang ada agar terciptanya


masyarakat yang harmonis dan sejahtera.

3. Hendaknya kemauan untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila secara


baik ditumbuhkan dalam diri pribadi manusia Indonesia, ditanamkan dalam
jiwa pemuda Indonesia, lalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat
menjadi insan yang Pancasila.

12
E. DAFTAR PUSTAKA

http://www.pengertianahli.com/2014/03/pengertian-paradigma-apa-itu-
paradigma.html#

https://id.wikipedia.org/wiki/Agama

https://id.wikipedia.org/wiki/Paradigma

http://kbbi.web.id/kembang

www.kompas.com

Kaelan, pendidikan Pancasila, Edisi Reformasi, Paradigma, Yogyakarta, 2000


Oetoyo Oesman, dan Alfian, Pancasila sebagai ideologi dalam berbagai
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Jakarta, 1996.

13

Anda mungkin juga menyukai