OLEH:
Sinta R Pardosi
NIM: 237030008
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dalam tulisan ini harapannya dapat memberikan informasi tentang
persebaran, status keberaadaan dan konservasi dari Bekantan di Kalimantan Selatan.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.2 Persebaran dan Populasi Bekantan di Suaka MargaSatwa Kuala Lupak Kalsel
Jumlah individu bekantan yang teramati secara langsung pada konsentrasi di tapak
referensi dan tapak model 1 berkisar antara 77-158 individu dengan rata-rata 103,67 individu.
Lebarnya selang jumlah individu bekantan disebabkan karena adanya individu yang tidak
teramati pada saat pengamatan di hari yang berbeda. Dugaan populasi pada areal 195 ha adalah
139 ± 43 individu, dengan kepadatan populasi 0,81 individu/ha atau 81 individu/km2 pada
kondisi vegetasi yang mengalami hambatan regenerasi dengan kerapatan tegakan. Berikut
struktuk populasi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi populasi kelompok bekantan di SM Kuala Lupak
3.2. Status Konservasi Bekantan menurut IUCN
Bekantan (Nasalis larvatus Wurmb.) adalah satwa primata langka dan dilindungi. Status
konservasi bekantan menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature & Natural
Resources) adalah terancam punah (endangered species) (Boonratana et al., 2020), selain itu
jenis ini juga masuk dalam Apendiks I CITES (Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna & Flora) (CITES, 2017). Perlindungan bekantan di
Indonesia sudah dimulai sejak zaman kolonial dengan adanya Peraturan Perlindungan Binatang
Liar (Dierenbeschermings Ordonnantie) tahun 1931 (Atmoko, 2016). Selanjutnya pemerintah
Indonesia memperkuat status perlindungan yang sudah ada melalui Peraturan Pemerintah Nomor
7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, yang lampirannya telah
diperbarui melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 Tahun
2018.
3.3. Upaya Konservasi Bekantan di Kalimantan
Satu aspek penting dalam upaya konservasi adalah memperhatikan kesedian pakan.
Pakan merupakan salah satu kaidah utama dalam mempelajari habitat satwa liar. Keberadaan
pakan yang akan menjamin keberadaan satwa tersebut di suatu lokasi. Tingkat kecukupan pakan
juga sangat berpengaruh terhadap populasi satwa dan menjadi indikator kesehatan habitat satwa
tersebut. Satwa memilih pakan yang tersedia di lapangan. Beberapa pakan lebih dipilih dan
disukai dibanding pakan lain walaupun ketersediaannya sama (Indriyanto, 2006; Harahab, 2010;
Jaelani and Ni’mah, 2019).
Berkenaan dengan ketersediaan pakan bagi Bekantan maka mangrove yang ditanam
harus berjenis mangrove rumbia (Sonneratia Caseolaris). Di Kalimantan Selatan khususnya
Pulau Curiak di Kabupaten Barito Kuala konservasi Bekantan dilakukan melalui model
konservasi insitu. Konservasi insitu merupakan upaya konservasi pada habitat asli dan masih
terdapat populasi bekantan, seperti pada wilayah taman nasional, cagar alam, hutan lindung,
sanctuary, dan suaka margasatwa. Dengan menjaga tanaman mangrove rambai, maka kita
berkontribusi dalam menjaga pakan Bekantan. Demikian, bisa dipastikan bahwa Bekantan tidak
kekurangan pakan untuk tumbuh dan berkembang di Pulau Curiak (Soendjoto, 2011; Ajidayanti
and Abbas, 2019).
Hasil penelitian Javied et al (2022) menyatakan bahwa dapat dilakukan pengembangan
ekowisata berbasis konservasi bekantan. Ekowisata berbasis konservasi bekantan adalah wisata
berkelanjutan dengan menjadikan konservasi satwa langka yaitu bekantan sebagai atraksi dengan
tujuan menjadikannya sebagai wadah edukasi yang memberikan pemahaman konservasi
bekantan. Permasalahan arsitektural yang diangkat adalah bagaimana rancangan kawasan
ekowisata berbasis konservasi bekantan yang edukatif dan meminimalkan dampak kerusakan
serta gangguan pada lingkungan setempat.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Bekantan (Nasalis larvatus Wurmb, 1781) adalah jenis satwa primata endemik Borneo, yang
sebarannya meliputi tiga negara yakni: Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Habitat
bekantan bervariasi, yaitu di hutan mangrove, rawa gambut, hutan tepi sungai, hutan
Dipterocarpaceae, hutan kerangas, hutan rawa gelam, hutan karet dan hutan bukit
kapur/karst.
2. Status konservasi bekantan menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature
& Natural Resources) adalah terancam punah (endangered species), selain itu jenis ini juga
masuk dalam Apendiks I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species
of Wild Fauna & Flora) (CITES, 2017).
3. Upaya konservasi dengan dilakukannya relokasi perbaikan habitat untuk ketersediann
pangan dari Bekantan. Keberadaan pakan yang akan menjamin keberadaan satwa tersebut di
suatu lokasi. Tingkat kecukupan pakan juga sangat berpengaruh terhadap populasi satwa dan
menjadi indikator kesehatan habitat satwa tersebut.
3.2. Saran
Penelitian tentang populasi, persebaran dan upaya konservasi bekantan di Kalimantan
Selatan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Perlu adannya kesadaran bukan hanya dari
pemerintah untuk menjaga keberadaan dari salah satu hewan endemic maupun mascot dari di
Kalimantan Selatan Ini. Selain itu,dari berbagai hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan
untuk menjadi sumber informasi dan dasar untuk menjadi kerja sama dengan masyarakat terkait
untuk mengatasi kepunahan dari hewan ini..
DAFTAR PUSTAKA
Atmoko T. (2015). Habitat dan penyebaran bekantan di Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Di
dalam: Alikodra HS, Bismark M, Sondjoto MA, editor. Perjuangan Melawan Kepunahan.
Bogor: IPB Press. hlm. 119–140.
Atmoko T. (2016). State of the art penelitian dan upaya konservasi bekantan (Nasalis larvatus)
di Kalimantan. Di dalam: Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Balitek KSDA. Balai
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek
KSDA). hlm. 49–66.
Atmoko T , Mardiastuti A, Bismark M, Prasetyo L, and Iskandar E. (2021). The Population and
Distribution of Proboscis Monkey (Nasalis larvatus) in Berau Delta. Jurnal Penelitian
Kehutanan Wallacea. 10(1), 11-23.
Bismark M, Iskandar S. (2002). Kajian total populasi dan struktur sosial bekantan (Nasalis
larvatus Wurmb.) di Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur. Bul. Penelit. Hutan.
631:17–29.
CITES Appendices I, II and III. Conv. Int. Trade Endanger. Species Wild Fauna Flora.(4
October). Tersedia pada: www.cites.org
IUCN. (2014). IUCN Red list of threatened animals. Switzerland: IUCN, Gland.
Roos C, Boonratana R, Supriatna J, Fellowes JR, Groves CP, Nash SD, Rylands AB,
Mittermeier RA. (2014). An update taxonomy and conservation status review of asian
primates. Asian Primates J. 4(1):1–38. SSN 1979-1631.
Sebastian AC. (2000). Proboscis monkey in Danau Sentarum National Park. Borneo Res. Bull.
31:359–371.
Suwarto, Prasetyo LB, Kartono AP. (2016). Kesesuaian habitat bekantan (Nasalis larvatus
Wurmb, 1781) di hutan mangrove Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur. Bonorowo
Wetl. 6(1):12–25.