Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

Pembelajaran Biologi Berbasis Potensi Daerah

REFLEKSI
HASIL PRESENTASI
Kelompok 3
Kurikulum Berbasis Potensi Daerah
(Bekantan)

Dosen Pengampu Prof. Dr. Makrina Tindangen, M.Pd

DI SUSUN OLEH :
RANU TRI ANTOKO
1905018013

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2021
1. Materi presentasi dan diskusi materi Bekantan
A. Deskripsi Bekantan
Bekantan (nama ilmiah: Nasalis larvatus) adalah jenis monyet berhidung
panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua
spesies dalam genus Nasalis. Bekantan merupakan hewan endemik pulau Kalimantan
yang tersebar di hutan bakau, rawa dan hutan pantai. Ciri utama yang membedakan
bekantan dari monyet lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan
di spesies jantan. Ordo primata dibagi ke dalam tiga subordo yaitu Prosimii, Tarsioidea
dan Anthropoidea yang masing-masing memiliki ciri-ciri tertentu. Anthropoidea memiliki
tiga super famili yaitu Ceboidea, Cercopithecoidea dan Hominoidea. Bekantan
merupakan primata endemik pulau Kalimantan Bekantan jantan berukuran lebih besar
dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Monyet
betina berukuran 60 cm dengan berat 12 kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar,
sebagai hasil dari kebiasaan mengonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan biji-
bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada
waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan jadi
membuncit. Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup
dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 monyet. Sistem sosial
bekantan pada dasarnya adalah one-male group, yaitu satu kelompok terdiri dari satu
jantan dewasa, beberapa betina dewasa dan anak-anaknya.
B. Populasi dan habitat bekantan
Sofian Iskandar, seorang peneliti bekantan, mengatakan bahwa populasi
bekantan menurun drastis sebanyak 90 persen dalam 20 tahun terakhir. Habitatnya di
kawasan hutan mangrove juga turut mengalami penurunan sebanyak 3,1 persen setiap
tahun.
Sedangkan menurut Supriatna dkk (2004), populasi bekantan pada tahun 1994
berada di angka 114.000 individu dan tersisa sekitar 15.000 individu pada tahun 2004.
Laju kehilangan habitat bekantan sebesar 3,49 persen per tahun, tidak hanya di luar
kawasan konservasi, namun juga di dalam area konservasi.
Habitat dan populasi bekantan banyak mengalami kerusakan dan penurunan.
Kerusakan habitat lebih cepat terjadi pada habitat bekantan yang berada di tepi sungai.
Hal itu dikarenakan kawasan hutan di tepi sungai mudah dijangkau dan dialih fungsikan
menjadi areal permukiman, tambak, maupun areal pertanian. Luas kawasan yang
menjadi habitat bekantan pada awalnya diperkirakan 29.500 km2, namun 40%
diantaranya sudah berubah fungsi dan hanya 4.1% saja yang berada di kawasan
konservasi populasi bekantan dinyatakan terancam punah karena wilayah sebaran yang
terbatas, hanya di Borneo, serta tingkat gangguan habitat yang sangat tinggi karena
konversi lahan hutan, perambahan hutan, penebangan hutan, dan perburuan satwa.
Menurut Mc. Neely et al. (1990), luas habitat bekantan telah berkurang sebanyak 40%,
yakni dari 29.500 km2 menjadi sekitar 17.700 km2. Bekantan merupakan satwa
endemic Borneo yang dilindungi berdasarkan Undang- Undang No. 5 Tahun 1990
tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Selama 36-40 tahun
terakhir telah terjadi penurunan populasi sebesar 50-80%. Bekantan tersebar dan
endemik di hutan bakau, hutan rawa gambut dan hutan di sekitar sungai Borneo.
C. Fakta
1. populasi bekantan menurun drastis sebanyak 90 persen dalam 20 tahun terakhir
2. Alih fungsi lahan menjadi pertambangan dan perkebunan, perburuan liar dan
kebakaran hutan merupakan beberapa penyebab primata endemic Borneo ini
perlu segera mendapatkan konservasi.
3. Bekantan tidak dapat hidup dilingkungan yang rusak
4. Bekantan merupakan satwa yang memiliki tingkat stress yang tinggi terhadap
lingkungan termasuk pencemaran lingkungan dan suara industri. Hal ini
mempengaruhi dalam reproduksi dan penurunan populasi bekantan.
D. Sikap mahasiswa setelah mendapatkan pemaparan tentang kondisi Bekantan
1) Membuat hutan konservasi insitu dan exitu untuk bekantan
2) Tidak melakukan perburuan liar
3) Mengatur dan mempertegas aktivitas alih fungsi lahan yang dapat mengancam
habitat asli bekantan
4) Penanaman pohon bakau dikawasan hutan habitat asli bekantan
5) Melakukan aksi sosialisasi untuk meningkatkan perhatian publik terhadap
kelestarian
6) bekantan yang diharapkan masyarakat dapat melaporkan aktivitas perburuan liar
ke polisi atau mengembalikan bekantan yang berkeliaran di pemukiman warga
ke instansi terkait
7) Meningkatkan peran dan pemberdayaan masyarakat dalam konservasi
rangkong gading, Melalui pendidikan yang dirancang dalam kurikulum Berbasis
potensi daerah

Anda mungkin juga menyukai