Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

Pembelajaran Biologi Berbasis Potensi Daerah

REFLEKSI
HASIL PRESENTASI
Kelompok 2
Kurikulum Berbasis Potensi Daerah
(Burung Enggang)

Dosen Pengampu Prof. Dr. Makrina Tindangen, M.Pd

DI SUSUN OLEH :
RANU TRI ANTOKO
1905018013

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2021
1. Materi presentasi dan diskusi materi Burung Enggang
A. Identifikasi dan Morfologi Enggang
Enggang, Rangkong, Julang, Kangkareng (bahasa Inggris: Hornbill) adalah
sejenis burung yang mempunyai paruh berbentuk tanduk sapi tetapi tanpa lingkaran.
Biasanya paruhnya itu berwarna terang. Nama ilmiahnya "Buceros" merujuk pada
bentuk paruh, dan memiliki arti "tanduk sapi" dalam Bahasa Yunani.
Burung Enggang tergolong dalam familia Bucerotidae yang termasuk 57
spesies. Makanannya terutama buah-buahan juga kadal, kelelawar, tikus, ular dan
berbagai jenis serangga..
Jenis -jenis burung enggang
1. Rangkok Gading
Rangkong Gading, burung sangat besar dengan bulu ekor bagian tengah
memanjang. Dari ujung paruh sampai ujung ekor, panjangnya mencapai 190 cm
dengan bentang sayapnya 90 cm dan berat tubuh 3 kg. Dengan ciri khas yakni
kulit leher tanpa bulu berwarna merah pada jantan dan putih kebiruan pada
betina. Kemudian memiliki paruh simetris dan meruncing pada bagian ujungnya. 
2. Karangkeng Sulawesi
Karena berukuran kecil ± 53 cm, Kangkareng Sulawesi sering disebut sebagai
Kangkareng Kerdil. Tubuhnya berwarna hitam, sementara ekor dan
punggungnya bersemu hijau. Pada individu jantan, muka dan tenggorokan
berwarna kuning, sedangkan pada individu betina, muka dan tenggorokannya
berwarna hitam.
3. Julang Sulawesi
Sebagai burung besar, Julang Sulawesi memiliki panjang tubuh 70-80 cm
dengan berat mencapai 2,36-2,5 kg pada individu jantan. Tubuh dan sayapnya
berwarna hitam, sedangkan bagian atasnya berwarna kemilau hijau metalik.
Bagian ekor berwarna putih, sementara kakinya berwarna hitam. Individu jantan
mempunyai balung yang tinggi dan berkerut dengan warna merah-coklat serta
mahkota dan belakang kepalanya berwarna merah bata-coklat. Kulit kantung tiup
di bawah rahang berwarna biru gelap, dengan garis hitam menembus tepi
bawah. Selain itu, mata individu jantan berwarna oranye-merah. Sedangkan
pada individu betina, paruh berwarna kuning dengan kerutan oranye kecoklatan
di pangkal rahang.

4. Julang Sumba
Panjang tubuh 21,7 inci (55 cm); belum ada informasi yang tersedia mengenai
berat tubuhnya. Ciri khas Julang Sumba antara lain bertubuh kecil dan berwarna
hitam, dengan ekor panjang seluruhnya berwarna hitam. Kepala dan leher
berwarna merah bata dengan kulit tenggorokan berwarna biru, balung bergerigi
dan paruh kuning pucat.
Tingkah laku Julang Sumba tidak mempertahankan atau menandai wilayah
jelajahnya, tetapi mungkin ada pengecualian pada bagian hutan tertentu

5. Enggang Jambul
Ciri yang paling mudah dikenali dari Enggang Jambul adalah memiliki bulu-bulu
berwarna putih yang terangkat di atas kepalanya dan mengarah kedepan; seperti
jambul, baik pada jantan maupun betina. Panjang tubuhnya sekitar 75-80 cm.
Warna punggung hitam, sayap berwarna hitam dan putih bagian ujung, serta kaki
berwarna hitam dan paruh berwarna abu-abu. Enggang jantan dan betina dapat
dibedakan dari warna lehernya; betina berwarna hitam, sementara jantan
berwarna putih. Ketika mereka terancam, mereka akan membentangkan sayap
dan bulu ekor, sambil menggerakan paruhnya naik turun

6. Enggang Papan
Enggang Papan memiliki panjang tubuh 95-105 cm dan berat 2,1-3,4 kg.
Balungnya berwarna kuning tua, berbentuk gepeng melebar dan cekung ke atas
dengan ujung bercabang. Paruhnya cukup berat dan panjang, dengan rahang
atas berwarna kuning tua, sedangkan pangkal rahang bawah berwarna putih dan
ujungnya kuning. Mereka memiliki warna bulu dominan hitam; wajah, punggung,
dada bagian bawah dan sayap. Bulu berwarna putih dapat dijumpai pada bagian
mahkota, leher, dada bagian atas, perut, paha dan ekor. Sedangkan bulu
dadanya berwarna putih dengan gradasi warna kuning.

7. Enggang Cula
Enggang Cula mempunyai ciri khas berupa warna tubuh yang hitam; kepala,
punggung, sayap dan dada. Namun, bagian perut dan paha berwarna putih.
Bagian ekor yang juga berwarna putih, terdapat garis hitam lebar melintang di
bagian tengahnya. Burung ini tergolong besar dengan panjang tubuh 80-90 cm.
Paruhnya berwarna kuning berpangkal merah. Di atas paruh, terdapat balung
besar berwarna sama, dengan bentuk silinder melengkung ke atas.

Rangkong, enggang, kangkareng atau julang merupakan penamaan umum di


Indonesia untuk keluarga burung dalam famili Bucerotidae. Penelitian sistematika
enggang berdasarkan DNA inti dan DNA mitokondria menunjukkan bahwa posisi
rangkong gading di antara anggota Bucerotidae berada dalam clade
(cluster/klaster) Rhinoplax (Gonzalez et al., 2013). Klaster Rhinoplax terdiri atas
empat jenis, yaitu Rangkong Gading (Rhinoplax vigil), Enggang cula (Buceros
rhinoceros), Enggang Papan (Buceros bicornis), dan Northern Rufous Hornbill
(Buceros hydrocorax). Northern Rufous Hornbill hanya terdapat di Filipina, Burung
Enggang mudah dikenali dari ciri khas tubuhnya, berupa paruh yang besar-
melengkung, panjang dan ringan. Terdapat pula struktur tambahan di bagian
atas paruh; balung atau casque yang hanya dimiliki oleh Enggang. Namun,
setiap jenis memiliki perbedaan warna bulu, bentuk, ukuran, dan warna
balungnya. Balung yang terbentuk sebagian besar memiliki struktur berongga
yang diperkirakan berfungsi sebagai ruang dengung suara. Tetapi pada jenis
Rangkong Gading, mempunyai balungnya lebih kompak dan padat.

B. Fakta Unik
1. Rangkong Gading adalah jenis yang menduduki posisi satu tahap menuju
punah
2. Semua jenis rangkong di Asia merupakan pemakan beragam buah
(Frugivorous) dan hewan-hewan kecil yang proporsinya dapat disesuaikan
pada musim berbiak
3. Keberadaan enggang di alam sepenuhnya bergantung pada kondisi hutan

C. Tindakan selanjutnya setelah mengetahui konsep dan fakta


1. Penyusunan strategi dan rencana aksi konservasi rangkong gading adalah
untuk menjamin kelangsungan hidup jangka panjang rangkong gading
2. Upaya untuk memaksimalkan perlindungan terhadap populasi yang cukup
besar ini diprioritaskan berdasarkan viabilitas jangka panjang, keunikan
taksonomi dan ekologi
3. Melakukan pengelolaan habitat yang dapat dilakukan dengan melanjutkan
pengelolaan kawasan konservasi yang sudah ada dan melakukan
pengelolaan terhadap populasi-populasi rangkong gading yang berada di luar
kawasan konservasi dengan mengikutsertakan semua pemangku
kepentingan yang terkait
4. Meningkatkan jumlah penelitian dan monitoring untuk mendukung konservasi
rangkong gading
5. Mengembangkan dan mendorong terciptanya kawasan perlindungan (di luar
KSA dan KPA) berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, tata ruang
wilayah, status hukum, dan kearifan masyarakat
6. Mengembangkan kemitraan para pihak di tingkat nasional dan internasional
untuk pengelolaan rangkong gading dengan pemangku kepentingan.
7. Meningkatkan peran dan pemberdayaan masyarakat dalam konservasi
rangkong gading. Melalui pendidikan yang dirancang dalam kurikulum
Berbasis potensi daerah

Anda mungkin juga menyukai