Anda di halaman 1dari 20

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Burung kakatua merupakan burung yang banyak disukai karena memiliki


bulu jambul atau mahkota yang sangat indah dan bervariasi di ubun-ubun
kepalanya, serta suara lengkingan yang sangat nyaring. Kekhasan keindahan bulu
dan suaranya ini, menyebabkan burung kakatua ini banyak diburu orang untuk
diperdagangkan, sehingga ancaman laju laju kepunahannya pun meningkat dari
waktu ke waktu. Salah satu anak jenis (sub-species) dari burung kakatua adalah
kakatua-kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea sulphurea) yang diketahui
sebagai salah satu burung yang banyak diburu, akibatnya populasinya terancam
kepunahan. (PHPA, LIPI & BII Program 1998).
Dalam tiga dekade terakhir, menurut IUCN semakin banyak satwa
Indonesia yang masuk ke dalam daftar terancam punah. Selain itu, banyak pula
yang dimasukkan ke dalam daftar Appendiks CITES, salah satunya adalah
Kakatua Sumba. Burung ini merupakan burung paruh bengkok yang terancam
punah akibat perdagangan dan degradasi habitat (PHPA/LIPI/Birdlife IP, 1998).
Sebagai satwa endemik yang terancam punah Kakatua sumba memiliki
keistimewaan dibandingkan burung-burung lainnya, selain bentuk dan warna
bulunya yang indah, kelebihan lain terletak pada jambul dan kepintarannya. Untuk
menjaga kelestariannya upaya konservasi perlu dilakukan baik secara in situ
maupun eks situ. Oleh karena itu kajian pengenalan jenis secara lengkap
diperlukan sebagai landasan awal perencanaan manajemen konservasi Kakatua
Sumba.
Beternak burung jenis paruh bengkok seperti kakatua, bayan atau nuri,
ternyata tidak sesusah dibilang orang. Asalkan peternak memahami betul karakter
burung tersebut, maka segalanya akan menjadi mudah. Seperti yang dilakukan PT
Anak Burung Bali Tropikana (ABBT) yang beralamat d Jalan Dangin Puri Banjar
Apuan Singapadu Gianyar Bali, ratusan jenis burung paruh bengkok dengan
mudah dikembangbiakkan.
I.2. Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis, penyebaran dan morfologi burung kakatua.
2. Untuk mengetahui cara membedakan burung kakatua jantan dan betina.
3. Untuk mengetahui cara beternak/budidaya burung kakatua.

I.3. Manfaat
Makalah ini diharap kan dapat memberikan manfaat:
1. Penulis dan penbaca dapat mengetahui jenis-jenis, penyebaran dan
morfologi burung kakatua.
2. Penulis dan penbaca dapat mengetahui cara membedakan burung kakatua
jantan dan betina.
3. Penulis dan penbaca mengetahui cara beternak/budidaya burung kakatua.
II. PEMBAHASAN

II.1. Jenis, Penyebaran Dan Morfologi Burung KakaTua.


Di indonesia terdapat beberapa jenis burung kakak tua diantaranya yaitu:
1. Cacatua alba (Kakatua putih besar jambul putih)

Burung kakatua alba berasal dari Maluku Utara


Morfologi :
Ukuran tubuh burung sekitar 46 cm dan berat badannya sekitar 550 gram
cincin mata biru dan pucat. Bulu putih dan jambul publik yang putih besar seperti
payung yang indah di atas kepalanya akan terbuka. Di bawah warna kuning sayap
dan ekor warna, paruh hitam, kaki abu-abu. Mata di burung jantan, coklat, zat
coklat gelap pada burung - merah (tapi tidak permanen hukum) dan hitam pada
burung muda.
2. Cacatua galerita (Kakatua putih besar jambul kuning)

Penyebarannya meliputi daerah Kepulauan Maluku, Irian Jaya sampai Australia


Morfologi :
Ukuran tubuh jenis kakatua ini berkisar 3052 cm. Bulu tubuhnya
berwarna putih dengan jambul berwama kuning. Warna kuning juga terdapat di
bawah sayap dan ekor. Lingkaran mata berwarna biru pucat atau putih, tergantung
ras kakatuanya. Ukuran tubuh yang relatif besar dan adanya jambul yang
berwarna kuning menjadi ciri khas dari jenis kakatua ini
3. Cacatua Goffini (Kakatua rawa)

Disebut kakatua tanimbar karena burung ini hanya terdapat di P. Tanimbar,


Maluku dan sekitarnya, yaitu P. Yamdena, Larat, dan Selara.
Morfologi :
Panjang tubuh kakatua tanimbar sekitar 32 cm. Bulu dan jambul-nya
berwarna putih. Demikian juga kelopak matanya berwarna putih kebiruan dan lore
(bulu di atas paruh) berwarna merah muda.
Status Populasi :
Populasi kakatua tanimbar di alam diperkirakan lebih dari 200.000 ekor.
Pengikisan populasi diakibatkan oleh deforestasi dan penangkapan, baik untuk
diperdagangkan maupun dianggap sebagai hama perkebunan jagung. Jenis
kakatua ini dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999.

4. Cacatua Sanguinea

Morfologi :
Ukuran tubuhnya 38 cm. Bulu tubuh dan jambulnya berwarna putih. Kelopak
matanya agak lebar dan berwarna biru.
Kakatua jenis ini mempunyai 2 anak jenis yaitu Cacatua sanguinea
sanguinea yang penyebarannya di sekitar Australia bagian timur, barat laut dan
utara dan Cacatua sanguinea normantoni yang tersebar di sekitar Irian Jaya
bagian selatan, Australia bagian utara dan Queensland.

5. Cacatua moluccensis (Kakatua Seram )

Endemik jenis ini terdapat di Maluku. P. seram, ambon, Haruku dan Sapura.
Morfologi :
Panjang tubuh 46-52 cm. jambul merah bangbang tua. Bagian bawah dan
sayap waktu terbang berwarna merah jambu bangbang tua; ekor bawah jingga
kuning dan merah jambu bangbang tua.
Status Populasi dan habitat :
Kakatua maluku hidup di dataran rendah antara 1001.200 m dpl di
daerah hutan primer dataran rendah. Populasinya terus menurun dan saat ini
jumlahnya diperkirakan tinggal sekitar 8.000 ekor saja. Salah satu sebab
penurunan populasi karena perdagangan yang pernah mencapai 5.000 ekor per
tahun pada 19811985. Kini jenis ini menjadi rentan dan dimasukkan ke dalam
apendiks ICITES. Jenis ini dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7
Tahun 1999.

6. Probosciger aterrimus (Kakatua Raja)


Penyebarannya Diseluruh dataran rendah P. papua, kelompok pulau papua
barat, Kep. Aru, P. yapen, P.sariba, dan p. Misima, dari ketinggian permukaan laut
sampai 750 m (jarang sampai 1300 m). terdapat juga diAustralia utara
Morfologi :
Ukuran tubuhnya 51-70 cm. kakatua yang besar berjambul hitam,
denganbercak merah pipi, terbang perlahan. Paruh sangat besar, panjang, sayap
dan ekor membundar, terbang tiba-tiba, dan jambulnya yang ternagkat tinggi
membedakannya dengan semua jenis lainnya di P. Papua. Betina paruhnya lebih
kecil. Cara terbang lurus dan mendatar dengn beberapa kepakan perlahan,
kemudian melayang pendek.

7. Cacatua sulphurea (Kakatua putih kecil jambul kuning)

Morfologi :
Panjang tubuh 34 cm. Bulu tubuhnya berwarna putih sedangkan
jambulnya berwarna kuning atau jingga, tergantung anak jenisnya.

Jenis ini mempunyai 6 ras atau anak jenis yaitu :


1. Cacatua sulphurea sulphurea : Penyebarannya di sekitar P. Sulawesi dan
P. Butung.
2. Cacatua sulphurea occidentalis : Penyebarannya di P. Lombok, P.
Sumbawa dan P. Flores.
3. Cacatua sulphurea jampeana : Penyebarannya di sekitar P. Jampea.
4. Cacatua sulphurea abbotti : Penyebarannya di P. Solombo Besar.
5. Cacatua sulphurea parvula: Penyebarannya di sekitar P. Timor.
6. Cacatua sulphurea citrinocristata : Penyebarannya di P. Sumba.

Morfologi Umum Burung Kakatua


Lidah kakatua berbentuk kubus yang permukaannya halus. Ciri khas yang
membedakan burung kakatua dengan burung lain adalah bulu jambul atau
mahkota di ubun-ubun kepalanya. Bulu jambul ini dapat ditegakkan jika burung
kakatua merasa terkejut, gembira atau ketakutan. Warna bulu jambul sangat
bervariasi. Warna putih pada kakatua putih besar jambul putih (Cacatua alba),
warna kuning pada kakatua putih besar jambul kuning (Cacatua galerita) dan
kakatua putih kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea), warna jingga pada
kakatua putih kecil jambul jingga (Cacatua sulphurea citrinocristata), warna
merah muda pada kakatua maluku (Cacatua moluccensis) dan warna hitam pada
kakatua raja (Probosciger aterrimus).
Bentuk jambulnya cukup bervariasi juga. Berbentuk payung mengembang
pada kakatua putih besar jambul putih, berbentuk rumbai-rumbai pada kakatua
raja, berbentuk kucir pada kakatua putih besar jambul kuning dan kakatua putih
kecil jambul kuning.
Burung ini mempunyai paruh yang bengkok dan kuat sehingga sering disebut
juga burung paruh bengkok. Bentuk kakinya juga mempunyai susunan jari kaki
yang bersilangan. Susunan jari kakinya yaitu dua jari mengarah ke depan dan dua
jari mengarah ke belakang. Dengan begitu burung kakatua dapat memegang,
menggenggam dan memanjat. Lidahnya menyerupai kubus, bersifat lentur
sehingga lidahnya dapat meraba-raba pakan yang sedang dimakannya.
Keistimewaan lainnya adalah adanya bedak di bulu tubuhnya untuk
melindungi bulunya dari air.

Karakteristik Kakatua
Burung kakatua adalah binatang yang luarbiasa setia,bulu mereka sangat
lembut dan mereka indah. Yang terpenting , mereka sangat pintar dan burung yang
selalu ingin tau. Burung kakatua senang pamer diri dan membuat tingkah lucu
dengan membentangkan sayapnya, kepalanya naik turun ,menari dan berteriak.
Mereka sangat aktif dan selalu ingin tau mengenali lingkungan sekitarnya. Burung
kakatua yang bahagia menghabiskan waktunya dengan pertunjukan atau
memeriksa dan memainkan bonekanya atau mainan yag diberikan dalam
kandangnya.
Kakatua di duga burung yang hidup paling lama dari jenis parrot lainnya
seperti contoh jenis greater sulphur-crested mempunyai hidup hampir 100th.
Sangat susah untuk menjelaskan umur dari kakatua, bagaimanapun kakatua yang
muda mempunyai paruh lebih lembut dan pucat warnanya dan bulu burung yg
lebih pucat, sementara burung yang tua mempunyai paruh yang lebih gelap dan
punya striations dan bulu burung sudah penuh dengan warna

II.2. Perbedaan Kakatua Jantan dan Betina


Dari beberapa spesies kelopak matanya yg betina akan berwarna merah ke
coklat setelah 2 tahun. Ini membantu untuk menentuka jenis kelamin dari burung
tersebut. Warna mata tidak nyata dalam beberapa spesies. Dalam kasus ini jenis
untuk mengetahui jenis kelamin harus dengan penyelidikan ilmu kedokteran.
endoscopy, dapat dilaksanakan dengan bantuan dokter hewan atau dari test dna
nya, biasanya sample darah atau beberapa helai bulu burung dikirim untuk
diperiksan dalam laboratorium
II.3. Dasar Hukum Dan Kebijakan
Kegiatan penangkaran burung didasarkan kepada Peraturan Pemerintah
(PP) No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, serta PP
No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Kegiatan
penangkaran dan koleksi sebagaimana diatur dalam PP 8 Tahun 1999 merupakan
bagian dari upaya pemanfaatan jenis flora-fauna liar dengan tujuan agar dapat
didayagunakan secara lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pemanfaatan jenis flora-fauna liar dilakukan dengan mengendalikan
pendaya- gunaan jenis flora-fauna atau bagian-bagiannya serta hasil daripadanya
dengan tetap menjaga keanekaragaman jenis dan keseimbangan ekosistem.
Selanjutnya, kegiatan penangkaran burung dapat dilakukan di setiap daerah
dengan memperhatikan kondisi populasi, habitat, dan tingkat ancaman kepu-
nahannya. Kegiatan penangkaran burung sekaligus koleksinya juga merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam
pembangunan konservasi sumber daya alam.

Hal ini merupakan implikasi dari berlakunya UU No. 32 Tahun 2004


tentang Pemerintahan Daerah, di mana sebelumnya ber- dasarkan PP No. 25
Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai
Daerah Otonom dan Undang Undang (UU) No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah yang lama, kewenangan konservasi sumber daya alam
masih menjadi otoritas Pemerintah Pusat. Undang Undang No. 32 Tahun 2004
mengisyaratkan bahwa perijinan dan pemanfaatan sumber daya alam dilakukan
bersama-sama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Berdasarkan PP
No. 7 Tahun 1999, kegiatan koleksi dan penangkaran burung di daerah merupakan
bagian dari pengelolaan di luar habitat (ex situ) dengan maksud untuk
menyelamatkan sumber daya genetik dan populasi jenis satwa burung.

Kegiatan tersebut meliputi pula pemeliharaan, perkembang-biakan, serta


penelitian dan pengembangannya.Kegiatan pemeliharaan burung (sebagai bagian
dari kekayaan jenis flora- fauna) di luar habitat wajib memenuhi syarat:
memenuhi standar kesehatan satwa burung; menyediakan tempat yang cukup luas,
aman dan nyaman; serta mempunyai dan mempekerjakan tenaga ahli dalam
bidang medis dan pemeliharaan.
Kegiatan pengembangbiakan jenis satwa burung dilaksanakan untuk
pengembangan populasi di alam agar tidak punah. Kegiatan pengembangbiakan
jenis di luar habitatnya wajib memenuhi syarat: menjaga kemurnian jenis,
menjaga keanekaragaman genetik, melakukan penandaan dan sertifikasi, dan
membuat buku daftar silsilah (studbook). Sementara itu, kegiatan penelitian dan
pengembangan jenis satwa burung di luar habitatnya dilakukan sebagai upaya
untuk menunjang tetap terjaganya keadaan genetik dan ketersediaan sumber daya
jenis satwa tersebut secara lestari. Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui
pengkajian terhadap aspek-aspek biologis dan ekologis baik dalam bentuk
penelitian dasar, terapan maupun ujicoba.

Pengelolaan penangkaran burung ini harus ditangani oleh suatu lembaga


konservasi yang tata cara dan institusinya diatur oleh pemerintah (dalam hal ini
oleh Menteri Kehutanan). Lembaga konservasi yang dimaksud dalam PP No. 7
Tahun 1999 ini di antaranya dapat berbentuk: Kebun Binatang, Musium Zoologi,
Taman Satwa Khusus, dan Pusat Latihan Satwa Khusus.

Lembaga konservasi tersebut memiliki fungsi utama yaitu


pengembangbiakan dan atau penyelamatan satwa burung dengan tetap
mempertahankan kemurnian jenisnya. Selain mempunyai fungsi utama tersebut,
lembaga konservasi juga berfungsi sebagai tempat pendidikan, peragaan dan
penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan.

Dalam rangka menjalankan fungsinya, lembaga konservasi dapat


memperoleh satwa burung, baik yang dilindungi maupun tidak dilindungi,
melalui: pengambilan atau penangkaran dari alam; hasil sitaan; tukar menukar;
atau pembelian untuk jenis-jenis yang tidak dilindungi.

Sementara itu, kegiatan koleksi satwa burung (termasuk pula flora-fauna


lainnya) untuk tujuan peragaan sebagaimana diatur dalam PP 8 Tahun 1999, selain
oleh lembaga konservasi, juga dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan
formal. Peragaan yang dilakukan oleh orang atau badan di luar lembaga yang
disebutkan sebelumnya harus dengan izin Menteri Kehutanan.
Burung Kakatua Kecil Jambul Kuning termasuk satwa liar yang dilindungi
undang-undang, sebagaimana tertuang dalam Lampiran PP No. 7 Tahun 1999, dan
ada kententuan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 bahwa:

1. Barangsiapa dengan Sengaja menangkap, melukai, membunuh, menyimpan,


memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi
dalam keadaan hidup; (Pasal 21 ayat (2) huruf a), diancam dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2));

2. Barang Siapa Dengan Sengaja menyimpan, memiliki, memelihara,


mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati
(Pasal 21 ayat (2) huruf b), diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40
ayat (2));

3. Dengan Sengaja memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau


bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari
bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke
tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; (Pasal 21 ayat (2) huruf d), diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2)

II.4. Budidaya Burung Kakatua


Pemeliharaan burung tidak hanya menitik-beratkan pada obyek burung
saja, tetapi juga harus mempertimbangkan kesiapan lingkungan. Lingkungan yang
dimaksud di sini adalah lingkungan biologi (habitat hidup burung) dan lingkungan
fisik (seperti kandang). Kesiapan lingkungan dimaksudkan agar burung-
burung yang akan dipelihara dapat beradaptasi dengan baik dan cepat, terutama
untuk jenis-jenis yang membutuhkan lindungan.
II.4.1. Lingkungan Biologis

Lingkungan pemeliharaan yang sudah terdapat tumbuhan (baik yang


ditanam maupun tumbuh alami) dengan populasi, kerapatan dan arsitektur tajuk
yang mendekati habitat alami, akan menciptakan iklim mikro dan suasana yang
teduh. Umumnya, burung kakatua jambul kuning membutuhkan lingkungan alami
agar dapat hidup dan berkembang biak dengan baik. Keberadaan jenis tumbuhan
yang secara alami digunakan sebagai sebagai tempat berteduh dan sumber pakan,
merupakan lingkungan yang baik bagi burung. Hal ini akan mengundang burung-
burung liar lainnya untuk datang dan menimbulkan suasana alami yang
akan memudahkan adaptasi burung-burung yang akan dipelihara.

Beberapa karakteristik tumbuhan yang cocok dan dapat dipelihara untuk


menyiapkan lingkungan alami adalah:

- buahnya dapat dijadikan sumber pakan burung

- berbuah sepanjang tahun

- memiliki percabangan horisontal

- tajuk tidak harus selalu tinggi dan juga tidak harus selalu lebat (terutama untuk
pengaturan cahaya matahari) dan

- bukan jenis tumbuhan berduri tajam, mengeluarkan getah lengket, atau beracun.

Jenis-jenis tumbuhan yang yang dibutuhkan untuk lingkungan burung


kakatua adalah jenis tumbuhan yang memuliki buah seperti biji-bijian, kacang dan
aneka buah-buahan.

II.4.2. Lingkungan Fisik

Setelah persiapan lingkungan biologi dilakukan, maka pembangunan fisik


kandang burung dan sarana pendukung lainnya dapat dilaksanakan.

Persiapan lingkungan biologi dapat pula dilakukan bersamaan dengan


lingkungan fisiknya. Namun demikian, penempatan burung ke dalam
kandang tidak boleh dilakukan bersamaan karena belum siapnya lingkungan
buatan yang akan menjadi bagian habitat hidup burung. Demikian pula bila
kandang terlalu lama disiapkan sebelum masuknya burung, maka dikhawatirkan
kondisi kandang sudah mulai rusak (seperti berkarat, robek atau putus kawatnya).

Untuk mengatasi hal tersebut, jenis bahan kandang harus tahan karat dan
tidak mudah putus. Kawat ram harus kuat, berdiameter lebih dari 2 mm, dan
ukuran diameter lubang ram tidak lebih besar dari ukuran burung kakatua jambul
kuning. Selain itu, pemeliharaan kandang harus dilakukan secara rutin dan
seksama walaupun belum ada burungnya. Beberapa hal yang harus dilakukan
secara periodik diantaranya adalah membersihkan serasah daun yang menempel di
kawat, memotong cabang atau ranting pohon yang dikhawatirkan akan menembus
lubang kawat.

II.4.3. Perkandangan
A. Letak

sangkar sebisa mungkin dekat dengan jalan yang sering dilewati oleh
keluarga agar setiap saan kita dapat mengawasinya. Tempatkan sangkar setinggi
mata kita memandang dan jangan terkena sinar matahari langsung.

B. Ukuran

Minimal sangkar untuk kakatua kecil adalah 70X70X100 cm. Sangkar yg


besar dan nyaman harus berukuran 100x100x200cm. Tenggeran berukuran (26-
30mm) untuk kakatua kecil dan (35-45 mm) untuk kakatua yg besar.

C. Material

Sangkar harus terbuat dari jeruji yang keras dan kuat, jangan lupa untuk
memberi snap lock.

Tenggeran terbuat dari ranting pohon buah sangat baik dan pemeliharaan
dengan ukuran yang bermacam2 untuk latihan kaki dan seperti mengasah paruh
dan memuntulkan kuku. Tempat makan dan minum harus terbuat dari keramik
atau stanless steel agar tidak mengkarat.

D. Perawatan Kandang

Perawatan kandang yg paling dasar termasuk dalam membersihkan tempat air


dan wadah makanan setiap hari dan membersihkan debu sayap dari jeruji dan
tenggeran.

Seminggu 2 kali mengganti bagian bawah nampan/baki dan menganti alas


yang kotor. Setiap minggu harus membersihkan seluruh tenggeran dan mainan yg
kotor.

Setiap bulan harus membersihkan seluruh bagian kandang. Pembersihan besar


besaran dan penyemprotan desinfektan keseluruh kandang dan flight harus selesai
setahun 2 kali, mengganti semuanya yg perlu agar menjadi lebih baik. Seperti
wadah yang kusam,mainan,tanggeran dan pasir untuk alas.

Gambar: kandang burung kakatua


Gambar: model sarang buatan burung kakatua

II.4.4. Pakan

Makanan yang sesuai untuk kakatua adalah biji-bijian, buah-buahan,


serangga dan larva. Diet pada kakatua adalah makanan basic biji-bijian hookbill
dengan suplemet tambahan sprouted seeds dan semua buah-buahan yang kecil dan
sayuran yang aman untuk burung seperti apel.pir,plum,raisons,jeruk,pisang,peach,
wortel,brokoli,kacang panjang,chickweed,dandelions dan lainnya.

Jangan berikan alpukat karena itu racun bagi burung. Kadang kadang
makanan protein dapat diberikan seperti cottage cheese, bits of cheese, telur
matang ,canned dog food dan cooked meat bones. Tetap jauhi dari bumbu
penyedap,daging pembuat kegemukan. Vitamin dan mineral bukan kebutuhan
penting yang diberikan langsung saat diet dan ketika stress. Karena mereka
menghancurkan calcium blocks, calcium harus dihancurkan dan ditaburkan dalam
makanannya seminggu sekali.

II.4.5. Perawatan Burung


A. Mandi

Memandikan burung kakatua sebaiknya dilakukan dengan pancuran


/berendam seminggu sekali untuk mengumpulkan debu pada sayap dan agar bulu
burung punya bentuk yang bagus. Pancuran dapat lebih bagus bila dibantu dengan
tangan yang menahan semprotan air atau selang yang diberikan spray head yang
bagus dan air yg hangat kuku. Mangkuk untuk berendam /wadah keramik
berukuran 12-14inc atau (30-35cm) dapat ditempatkan pada bawah kandang atau
tinggi /jarak dari lantai 39inc atau 1 meter apabila punya kandang burung yang
besar.

B. Kuku/Cakar

Paruh dan cakar butuh di tumpulkan agar mereka tidak merusak ketika
memanjat dan mengigit. Banyak macam tipe perches yg tersedia untuk tetap
menjaga kuku tumpul, tapi mereka tetap butuh di tumpulkan apabila telah
tumbuh.

C. Memberikan wing clipping pada burung jantan

Wing clipping adalah metode pengguntingan bulu terbang utama pada kedua
sayap burung. Hal ini bisa diterapkan hanya pada kakatua jantan, dengan tujuan
memperlambat gerakan burung saat sifat agresifnya muncul. Dengan demikian,
burung betina yang tidak menjalani wing clipping akan memiliki waktu untuk
melarikan diri.
Metode wing clipping tidak menyakiti burung, karena hanya memotong
sebagian bulusayap yang digunakan untuk terbang jauh / tinggi. Metode ini
bahkan lazim digunakan penangkar burung paruh bengkok di mancanegara, dalam
rangka menjinakkan atau melatih burung parrot seperti parkit, nuri, cockatiel,
lovebird dan lainnya.
Gambar: Metode wing clipping pada burung paruh bengkok

II.4.6. Reproduksi

Seperti dijelaskan sebelumnya, kakatua jantan bisa meledak amarahnya


ketika ia sudah siap kawin, sementara betina menolak diajak kawin dan terus
berlari menjauhinya. Hal ini biasanya karena induk betina sedang dalam birahi
rendah. Agar pasangan induk berada dalam kondisi birahi yang sama, yaitu
sedang-optimal, disarankan untuk menggunakan BirdMature, produk Om Kicau
khusus untuk burung indukan.
Selain bisa mengoptimalkan kondisi birahi, BirdMature sekaligus dapat
meningkatkan fertilitas (kesuburan telur), daya tetas (persentase telur yang
menetas), dan anakan yang menetas menjadi lebih sehat dan memiliki
pertumbuhan bagus.

II.4.7. Perawatan Pinyik


Penanganan anak burung atau piyik dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara
yaitu dengan penanganan secara alami dan hand rearing. Penanganan secara alami
adalah proses penanganan dengan membiarkan piyik dipelihara oleh induknya,
sedangkan hand rearing adalah proses penanganan piyik dengan cara memisahkan
atau mengambil burung dari induknya untuk kemudian dipelihara dan dibesarkan
oleh penangkar secara lebih intensif sampai burung bisa dianggap mandiri.
Pada cara hand rearing, piyik sebaiknya diambil/dipisahkan dari induknya
pada saat mata piyik belum terbuka. Selanjutnya piyik dimasukkan ke dalam box
yang telah tersedia. Apabila kondisi piyik telah dianggap cukup
kuat, pemeliharaan piyik selanjutnya dipindahkan pada sangkar burung.

Berdasarkan pengalaman, pemeliharaan piyik melalui hand rearing


memberi keuntungan apabila ditinjau dari aspek reproduksi. Adanya pemisahan
anak burung dari induknya dapat memberikan kesempatan kepada induk betina
untuk lebih cepat bertelur kembali. Umumnya induk betina akan bertelur kembali
pada 2- 3 minggu setelah pemisahan. Di samping itu, persen hidup piyik yang
dipelihara dengan cara ini lebih tinggi dibandingkan apabila piyik dipelihara
secara alami oleh induknya.

Walaupun memberikan kemungkinan keberhasilan hidup anak piyik yang


lebih tinggi, hand rearing membutuhkan waktu cukup banyak dan ketelatenan,
sehingga kurang praktis terutama apabila kegiatan penangkaran melibatkan
pasangan burung dalam jumlah relatif banyak. Oleh karena itu, sebaiknya piyik-
piyik dibiarkan dipelihara oleh induknya secara alami.

Keberhasilan hidup piyik yang dipelihara induknya secara alami dapat


ditingkatkan dengan bertambah-nya pengalaman penangkar dalam menangani
piyik yang dipelihara induknya. Hand rearing dapat dipertimbangkan untuk
diterapkan apabila kondisi lingkungan tidak mendukung kelangsungan hidup dan
pertumbuhan piyik seperti:

a. Pada piyik yang dihasilkan oleh induk burung yang baru pertama kali
menghasilkan piyik, mengingat pada kondisi ini induk burung belum
berpengalaman memelihara anaknya dan cenderung mematuk piyik yang
ditetaskannya.
b. Apabila induk burung dalam keadaan sakit atau mati.
III. PENUTUP
III.1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan
penangkaran yang berhasil meningkatkan populasi suatu jenis burung akan sangat
bermanfaat bagi kelestarian jenis tersebut dan juga jenis lainnya secara tidak
langsung. Selain untuk re-stocking ke habitat alam, hasil penangkaran tersebut
juga dapat dimanfaatkan sesuai peraturan yang berlaku.

III.2. Saran
Saran yang dapat penulis berikan yaitu diharapkan kegiatan perburuan di
habitat alam dapat dikurangi dan dihentikan. Sebagai gantinya, pemenuhan
permintaan terhadap burung sebagai hewan pelihara (pet) yang terus meningkat
sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan budaya masyarakat,
akan dapat disuplay dari hasil penangkaran.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/251169768/Beternak-Burung-Kakak-Tua

https://www.scribd.com/doc/57274166/kakatua

Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 21


Yayasan Titian

Anda mungkin juga menyukai