Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

SISTEMATIKA HEWAN VERTEBRATA

KELAS AVES

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistematika Hewan Vertebrata

diampu oleh Magdalena Putri Nugrahani,N.Sc

Oleh:

Heba Tri Rofina Putri (52172126)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

BANYUWANGI

2019
A. Waktu
Hari/tanggal : Selasa, 29 Oktober 2019
Waktu : 09.30 - 12.00 WIB
Tempat : Laboratorium UNTAG Banyuwangi

B. Tujuan

Mengenal dan mempelajari karakter, cici-ciri penting serta anggota kelas Aves

C. Dasar Teori

Kelas Aves adalah kelas hewan vertebrata yang berdarah panas denganmemiliki bulu dan
sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggotagerak belakang beradaptasi untuk
berjalan, berenang dan bertengger. Mulut sudahtermodifikasi menjadi paruh, punya kantong
hawa, jantung terdiri dari empatruang, rahang bawah tidak mempunyai gigi karena gigi-giginya
telah menghilangyang digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk dan berkembang biak dengan
bertelur.

Kelas ini dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber makanan, hewanternak, hobi dalam
peliharaan. Dalam bidang industri bulunya dapatdimanfaatkan contohnya baju, hiasan dinding,
dan lainnya (Mukayat, 1990).Aves memiliki ciri-ciri sebagai berikut: adanya bulu yang
menutupitubhnya, anggota gerak depan sudah termodifikasi menjadi sayap, anggota gerak
belakang teradaptasi untuk berjalan, berenan dan bertengger, pada tungkaiterdapat sisik, rahang
bawah tidak mempunyai gigi, mulut termodifikasi menjadi paruh, jantung terdiri dari empat
ruang, mempunyai kantong udara atau kantongyang berperan dalam membantu sistem
pernapasan terutama pada saat terbang, berkembang biak dengan bertelur.

Ada beberapa cara yang dilakukan untukmengenali kelas aves ini di antaranya yaitu
menentukan ukuran dapat dilakukndengan membandingkan ukuran burung yang telah dikenal
umumya, bentuk burung tersebut gemuk, langsing, sayap pendek dan membulat atau panjang
danmeruncing, dan cara yang tidak kalah pentingnya dalam mengidentifikasi burungadalah
dengan mengenali suaranya (Priyono, 2011).Anggota kelas aves memiliki kemampuan adaptasi
yang tinggi terhadaplingkungannya, sehingga hewan ini mampu bertahan dan berkembang biak
padasuatu tempat. Struktur dan fisiologi burung diadaptasikan dalam berbagai carauntuk
penerbangan yang efisien. Yang paling utama di antara semuanya adalah sayap.

Meskipun sekarang sayap itu memungkinkan burung untuk terbang jauhmencari


makanan yang cocok dan berlimpah, mungkin saja sayap itu dahulutimbul sebagai adaptasi yang
membantu hewan ini lolos dari pemangsanya.(Kimball, 1999).Kelas aves memiliki kemajuan
bila dibandingkan dengan kelas-kelas yangmendahuluinya dalam hal: Tubuh mempunyai
penutup yang bersifat isolasi.Darah vena dan arteri terpisah secara sempurna dalam sirkulasi
pada jantung.Pengaturan suhu tubuh. Rata-rata metabolisme aves tinggi. Mempunyaikemampuan
untuk terbang. Suaranya berkembang dengan baik. Menjaga anaknyadengan baik dan cara
khusus (Jasin, 1992).Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata
lain.Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dariepidermal
tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik.

Secara embriologis buluaves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat
menutupi epidermis.Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus
yangmerupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu
menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermismembentuk lapisan penyusun
rusuk bulu. Sentral kuncup bulu mempunyai bagianepidermis yang lunak dan mengandung
pembuluh darah sebagai pembawa zat-zatmakanan dan proses pengeringan pada perkembangan
selanjutnya (Jasin, 1992).

D. Bahan

1.Lonchura maja

2. Columba livia (burung dara)

3. Gallus domesticus (ayam)

4. Anas acuta (bebek)

5. Burung gereja/Burung bondol

6. Burung kutilang/Burung trocokan

E. Pelaksanaan Kegiatan Praktikum

1. Gambar spesimen pengamatan yang telah disediakan

a Lonchura maja (burung pipit)

b. Columba livia (burung dara)

c Gallus domesticus (ayam)

d Anas acuta (bebek)

2. Gambar bulu aves dan bagian-bagiannya

3. Gambar tipe paruh setiap spesimen pengamatan


4. Gambar tipe kaki setiap spesimen pengamatan

5. Beri keterangan setiap gambar yang dibuat

6. Buat klasifikasi tiap spesimen yang dihadapi

F. Hasil dan Pembahasan

1. Burung kutilang

Burung kutilang memiliki daerah persebaran yang lumayan luas dari mulai wilayah
selatan Tiongkok hingga menuju daerah Asia tenggara dan termasuk juga wilayah Jawa dan Bali.
Walau daerah persebarannya memang luas burung kutilang tidak memiliki jenis yang banyak.
Habitat burung kutilang sendiri kerap di ditemukan di hutan dan biasanya menggerombol dengan
burung trucukan, bahkan kedua burung tersebut kerap di kaitkan mungkin bisa saja kedua burung
tersebut bisa menghasilkan keturunan namun sangat tidak mungkin karena berbeda jenis
tentunya. Burung kutilang memiliki karakter yang sangat bersahabat dengan burung lainnya dan
jika dipelihara juga mudah untuk di rawat, mudah dijinakan serta mudah beradapatasi dengan
lingkungan sekitar.

Burung ini biasanya hidup berkelompok dengan jumlah kelompok nya 5-10 burung, pada
saat berkelompok juga tidak hanya saat bertengger namun pada saat mencari makanan juga
mereka terbang berkelompok. Burung kutilang jantan sangat mudah dikenali yaitu dari segi
bentuk kepalanya yang memiliki ukuran besar. Memiliki jambul yang lebih tinggi dan lebih
tegak serta memiliki suara ngekek yang panjang.
Memiliki warna bulu dibawah ekor yang berawarna orange dan sangat terang warnanya.
Burung kutilang betina memiliki postur tubuh yang lumayan kecil dibandingkan dengan burung
kutilang jantan. Bentuk kepalanya juga agak minimalis. Suara kicauan dari burung kutilang
betina juga berbeda tidak keras dan suaranya terputus -putus berbeda dengan burung kutilang
jantan yang dapat ngekek panjang.

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Passeriformes

Famili : Pycnonotidae

Genus : Pycnonotus

Spesies : P. aurigaster

Nama binomial

Pycnonotus aurigaster

(Vieillot, 1818)

Hasil yang telah kami peroleh setelah melakukan pengamatan :

1. Warna tubuh :

a. Paruh : abu-abu kehitaman

b. Abdomen : -dorsal :coklat

- ventral :putih Abu-Abu

c. Tunggir : abu-abu

d. Ekor : hitam

e. Kaki : hitam keabu-abuan

f. Kepala : dorsal berwarna hitam, ventral putih keabu-abuan dan lateral hitam putih.

2. Bulu semi plukan

3. Tipe jari runcing


4. Tipe paruh probing

5. Ukuran kepala 5 cm, abdomen 11,5cm, ekor 8cm, tungkai 7,5cm, sayap 13cm

6. Bentuk ekor rata

Primories : 11

Secondaris : 9

2. Burung gereja

Burung ini tidak hanya terdapat di atap gereja, tetapi juga di atap-atap bangunan dan di
pepohonan yang rindang. Burung ini dapat hidup di mana saja dan banyak terbang bebas di alam
terbuka. Jika di perkotaan, ia dengan bebas bertengger di tepi jalan, di pepohonan taman kota, di
atap bangunan tinggi, tidur di cabang pohon dan mencari makan di rerumputan. Bahkan, burung
ini sering diperlakukan sebagai ‘hama’ yang harus dibasmi karena dinilai dapat merusak atap
bangunan. Sedangkan di pedesaan, burung mungil ini hidup di perkebunan, terbang melintas di
persawahan dan semua tempat yang nyaman baginya. Burung gereja memiliki ciri-ciri tubuh
yang mudah dikenali. Di antaranya sebagai berikut:

Memiliki warna kecokelatan di bagian atas kepalanya. Ukuran tubuhnya mini, sekitar 10-
13 centimeter. Suaranya monoton. Namun, saat memperebutkan burung betina, si jantan akan
mengeluarkan kicauan yang ramai dan melengking untuk menarik perhatian. Burung betina dan
jantan memiliki bentuk yang nyaris sama.
Sedangkan anaknya memiliki warna kecoklatan di bagian dada dan perut dengan warna
yang lebih pucat dibandingkan induknya. Tubuh burung jantan lebih besar daripada burung
gereja betina. Warna yang jantan juga lebih tua. Bola mata berwarna kecoklatan dengan paruh
berwarna keabuan. Kaki berwarna coklat. Terdapat warna hitam dan putih di bagian pipi. Burung
dewasa memiliki warna kuning tua dan beberapa di antaranya putih keabuan di bagian bawah
sampai ekor.

Hidup berkoloni saat mencari makan atau saat beristirahat.

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Passeriformes

Famili : Passeridae

Genus : Passer

Spesies : P. montanus

Nama binomial

Passer montanus

(Linnaeus, 1758)

Hasil yang telah kami peroleh setelah melakukan pengamatan :

1. Warna paruh hitam, abdomen dorsal coklat kehitaman, ventral putih kekuningan, tunggir
berwarna coklat, ekor coklat, kaki putih kekuningan, bagian kepala ventral hitam dan putih,
lateral putih, dorsal coklat.

2. Bulu badan semipulmae.

3. Tipe jari Anisodacty

4. Tipe paruh :

5. Ukuran tubuh kepala 3cm, abdomen 5cm, tungkai 6,5cm, sayap 7cm.

6. Bentuk ekor rata

Primeriet 8, dan secondaris 10.


3. Bebek

Bebek adalah burung akuatik yang memilliki ukuran badan lebih kecil dari angsa. Bebek
bisa hidup di darat maupun di air, akan tetapi bebek akan lebih banyak di temukan di perairan air
tawar. Bebek kadang-kadang disamakan dengan beberapa burung air yang lain yang mempunyai
bentuk serupa dengannya. Seperti loon grebe, gallinule, coot dan masih banyak lagi. Beberapa
jenis bebek juga biasa melakukan kawin silang, namun hasilnya cenderung tidak stabil.

Bebek memiliki tubuh berlekuk, lebar dan memiliki leher yang relative panjang.
Paruhnya berbentuk lebar yang mengandung lamellae untuk menyaring makanan. Tetapi pada
jenis bebek penangkap ikan, mempunyai paruh lebih panjang dan lebih kuat.

Bebek memakan berbagai macam makanan seperti rumput, cacing, ikan, serangga,
tanaman air dan lain-lain. Untuk jenis bebek penyelam dan bebek laut mereka mencari makan di
dalam air. Untuk memudahkan mereka menyelam, mereka mempunyai massa yang lebih besar
dari bebek jenis lain.

Kingdom :Animalia

Filum :Chordata

Kelas :Aves

Ordo :Anseriformes

Famili :Anatidae

Genus :Anas / Cairina

Spesies :Anas platyrhynchos;also Cairina moschata

Subspesies:A. p. domesticus
Hasil yang telah kami peroleh setelah melakukan pengamatan :

1. Bebek warna paruh hitam, abdomen dorsal berwarna coklat, ventral berwarna coklat tua,
lateral coklat .

2. Bentuk ekor pendek

3. Bulu sayap plume (lengkap)

4. Tipe jari atau cakar totipalmati (keempat jari ditambahi selaput halus untuk berenang

5. Tipe paro filtering.

6. Ukuran kepala 14,5 cm, abdomen 27cm, ekor 87cm, tungkai 18cm, sayap 29 cm.

4. Burung emprit

Burung-burung bondol memiliki bentuk dan ukuran tubuh yang kurang lebih serupa,
kecil namun tegap, berparuh pendek-tebal, berekor relatif pendek. Panjang tubuh umumnya
sekitar 10–12 cm. Warna bulunya merupakan kombinasi antara coklat, hitam dan putih, serupa
saja di antara burung jantan dan betina; burung-burung muda berwarna lebih pucat atau suram.

Penyebaran dan Habitat : Burung ini tersebar di Semenanjung Malaya, Jawa, Sumatera,
Bali, Sulawesi, Thailand dan juga Vietnam selatan. Dikenalkan di Jepang (Okinawa dan Osaka).
Di Sumatera dan termasuk pulau-pulau yang ada di sekitarnya, di Jawa dan Bali burung ini sudah
sangat terkenal dan tersebar luas sampai pada ketinggian 1.500 m.dpl. Ke biasaan burung pipit
sering terdapat pada rawa-rawa dan sawah terutama pada saat musim panen padi.

Burung emprit haji ini mampu bertelur hingga 4 – 5 butir terkadang sampai 6 butir,
telurnya berwarna putih yang terletak di sarang khas bondol berbentuk bulat, terbuat dari rumput
yang pada bagian atasnya bolong sebagai pintu keluar masuknya sang induk

Kingdom :Animalia

Filum :Chordata

Kelas :Aves

Ordo :Passeriformes

Famili :Estrildidae

Genus :Lonchura

Spesies :L. maja

Nama binomial

Lonchura maja

(Linnaeus, 1766)

Hasil yang telah kami peroleh setelah melakukan pengamatan :

1. Warna paruh hitam bagian atas dan putih bagian bawah, abdomen kecoklatan, ventral
kekuninga, tungir warnanya hitam, ekor hitam, kaki keabu-abuan, kepala bagin dorsal coklat,
ventral hitam, lateral coklat.

2. Bulu semi plum.

3. Bentuk ekor pendek.

4. Tipe paruh cracting seed.

5. Ukuran kepala 2,5cm, abdomen 5cm, ekor 2cm, tungkai 6cm, sayap 7cm.

6. Bentuk ekor pendek

Primeries p1-p10 (10)

Secondaris S1-S9 (9).


5. Ayam

Ayam peliharaan berasal dari domestikasi ayam hutan merah (ayam bangkiwa, Gallus
gallus) yang hidup di India. Namun demikian, pengujian molekular menunjukkan kemungkinan
sumbangan plasma nutfah dari G. sonneratii, karena ayam hutan merah tidak memiliki sifat kulit
warna kuning yang menjadi salah satu ciri ayam peliharaan.

Ayam menunjukkan perbedaan morfologi di antara kedua tipe kelamin (dimorfisme


seksual). Ayam jantan (jago, rooster) lebih atraktif, berukuran lebih besar, memiliki jalu panjang,
berjengger lebih besar, dan bulu ekornya panjang menjuntai. Ayam betina (babon, hen) relatif
kecil, berukuran kecil, jalu pendek atau nyaris tidak kelihatan, berjengger kecil, dan bulu ekor
pendek. Perkelaminan ini diatur oleh sistem hormon. Apabila terjadi gangguan pada fungsi
fisiologi tubuhnya, ayam betina dapat berganti kelamin menjadi jantan karena ayam dewasa
masih memiliki ovotestis yang dorman dan sewaktu-waktu dapat aktif. Sebagai hewan
peliharaan, ayam mampu mengikuti ke mana manusia membawanya.

Hewan ini sangat adaptif dan dapat dikatakan bisa hidup di sembarang tempat, asalkan
tersedia makanan baginya. Karena kebanyakan ayam peliharaan sudah kehilangan kemampuan
terbang yang baik, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di tanah atau kadang-kadang di
pohon. Ayam berukuran kecil kadang-kadang dimangsa oleh unggas pemangsa, seperti elang.

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae

Genus : Gallus

Spesies : G. gallus

Subspesies : G. g. domesticus

Nama trinomial

Gallus gallus domesticus

(Linnaeus, 1758)

Hasil yang telah kami peroleh setelah melakukan pengamatan :

1. Warna tubuh : paruh putih, kepala bahkan abdomen dorsal putih, ventral putih, tungir hitam,
tungkai putih,

2. Bulsemiplumae semiplumae

3. Tipe cakar syndactyl

4. Ikut kepala 6,5cm, sayap 21cm, abdomen 17cm, ekor 8cm, tungkai 16cm, sayap 21cm

5. Bentuk ekor bulat

Primories 10

Secondaris 16

6 burung dara
Reproduksi merpati, mulai berkembang biak pada usia enam bulan, tercatat berkembang
biak sepanjang tahun, dan diketahui bersifat monogami, sarang dibuat dengan material ranting-
ranting yang disusun kasar dan agak datar (ditempatkan di ceruk-ceruk tebing atau lubang-
lubang ventilasi gedung), dengan 1-2 butir telur berwarna putih, dan dierami oleh kedua induk
selama 17-19 hari, dengan masa asuh piyik sekitar 30 hari.

Makanan terutama berupa biji-bijian, tetapi akan sangat bervariasi sesuai dengan kondisi
habitat yang ditempati – ada informasi bahwa beberapa kelompok merpati juga memakan
serangga.

Usia burung merpati antara 3-6 tahun, dan dapat mencapai 15 tahun – bergantung pada
banyak faktor dan campur-tangan manusia.

Predasi, di alam tidak terlalu banyak, tapi ancaman pemangsa terutama dari beberapa
jenis burung elang dan kucing.

Kemampuan terbang, tercatat pada ketinggian 6.000 kaki atau lebih, dengan kecepatan
terbang rata-rata 77,6 km/jam (ada yang mencapai 92,5 km/jam).

Jarak tempuh dalam penerbangan rata-rata 600-700 mil/hari, dengan penerbangan terjauh
tercatat selama 55 hari, antara Afrika-Inggris yang berjarak sekitar 7.000 km.

Merpati menentukan arah dengan mendeteksi dan merasakan medan magnet bumi atau
menggunakan matahari sebagai panduan arah – dari hasil penelitian diketahui bahwa merpati
juga menggunakan gelombang frekuensi rendah dan bahkan seismik untuk menemukan ‘jalan
pulang’.

Merpati minum dengan cara menghirup air dan memanfaatkan paruhnya sebagai sedotan
tanpa mengangkat kepala – berbeda dengan burung lain, yang umumnya selalu mendongakkan
kepala/menegakkan leher ketika menelan air.

Merpati dapat melihat dan membedakan warna – dan bahkan dapat melihat sinar
ultraviolet, bagian dari spektrum yang tidak dapat dideteksi oleh mata manusia – sehingga
merpati cukup sering dimanfaatkan dalam misi pencarian karena indranya yang unik dan
pandangan mata yang sangat baik.

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Columbiformes
Famili : Columbidae

Genus : Columba

Spesies : C. livia

Nama binomial

Columba livia

Gmelin, 1789

Hasil yang telah kami peroleh setelah melakukan pengamatan :

1. Paruh hitam, abdomen dorsal abu-abu kehitaman, ventral abu-abu, tungir dekat ekor warna
abu-abu kehitaman, kaki merah tua, kepala bagian dorsal abu-abu tua, ventral abu-abu tua, lateral
abu-abu tua

2. Tipe jari syndactyl.

3. Tipe paruh Cracking seeds.

4. Ukuran kepala 8,5cm, abdomen 16cm, ekor 12,5cm, tungkai 10,5,sayap 29cm.

5. Bentuk bulu siplume, bulu sayap lengkap, bulu ekor lengkap.

6. Sayap secondaris 13, sayap primaries 10.

DAFTAR PUSTAKA

Jasin, Maskoeri. Zoologi Vertebrata,Jakarta: Sinar Wijaya, 1992.

Kimball, J,W. Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta: Erlangga, 1999.

Mukayat, Djarubito. Zoologi Vertebrata. Jakarta: Erlangga, 1990.

https://alihamdan.id/burung-pipit/

Anda mungkin juga menyukai