Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekskresi merupakan proses pembebasan sisa sisa metabolisme dari tubuh. Kelebihan air,
gas, garam-garam dan material organik (termasuk sisa metabolisme) di ekskresikan keluar
tetapi substansi yang untuk fungsi tubuh disimpan. Material yang dikeluarkan ini biasanya
terdapat dalam bentuk terlarut dan ekskresinya melalui suatu proses filterisasi selektif. Alat-
alat tubuh yang berfungsi dalam hal ekskresi secara bersama-sama disebut sistem ekskresi.
Sistem ekresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah tidak
digunakan lagi oleh tubuh. seperti CO2, H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat. Zat
hasil metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan melalui alat ekskresi.
Alat ekskresi yang dimiliki oleh makhluk hidup berbeda-beda. Semakin tinggi tingkatan
mahluk hidup, semakin kompleks alat ekskresinya.
Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme
pengaturan tekanan osmose. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan
konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu
banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel
akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk
membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup. Hal ini penting
dilakukan terutama oleh organisme perairan karena : (a) Harus terjadi keseimbangan antara
substansi tubuh dan lingkungan. (b) Membran sel yang merupakan tempat lewatnya beberapa
substansi yang bergerak cepat. (c) Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh
dan lingkungan.
Dalam proses inti osmoregulasi, terjadi suatu peristiwa osmosis, dimana perpindahan
cairan yang encer ke cairan yang pekat shingga akan tercipta suatu kondisi konsentrasi yang
sama dan disebut dengan isotonis. Isotonis adalah dua macam larutan yang mempunyai
tekanan osmotik sama (isoosmotik) Pada kondisi Osmoregulasi: isotonis adalah tekanan
osmotik dua macam cairan misal: tekanan osmotik antara cairan tubuh dan air laut
(lingkungan hidup hewan).

1
1.2 Rumusan masalah
1) Bagaimana osmoregulasi hewan akuatik dan masalah keseimbangan garam dan air

2) Bagaimana masalah yang di hadapi hewan terresterial

3) Bagaimana sistem ekskresi pada hewan

4) Bagaimana sistem fungsional ginjal vertebrata

5) Bagaimana pembentukan urine

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui osmoregulasi hewan akuatik dan masalah keseimbangan garam
dan air

2) Untuk mengetahui masalah yang di hadapi hewan terresterial

3) Untuk mengetahui sistem ekskresi pada hewan

4) Untuk mengetahui sistem fungsional ginjal vertebrata

5) Untuk mengetahui pembentukan urine

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Osmoregulasi dan ekskresi


Sistem Osmoregulasi ialah sistem pengaturan keseimbangan tekanan osmotik
cairan tubuh (air dan darah) dengan tekanan osmotik habitat (perairan). Tekanan osmotik
adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan
molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses
osmosis). lingkungan hidup hewan dapat berubah-ubah.hewan akan melakukan segala
upaya agar dapat tetap hidup dengan sebaik-baiknya di dalam lingkungan itu. Maka
terjadilah interaksi antara lingkungan dengan hewan.
Beberapa golongan hewan mengubah keadaan internal tubuhnya untuk
menyesuaikan diri dengan lingkunganya.sebagai contoh,hewan-hewan yang tidak
tergolong aves atau mamalia (reptil,amfibi,ikan,dan invertebrata) akan mengubah suhu
tubuhnya untuk di sesuaikan dengan suhu lingkungan.hewan-hewan seperti itu dikenal
sebagai poikiloterm,yang melakukan konformitas terhadap (suhu) lingkunganya.dapat
dikatakan bahwa apabila suhu lingkungan naik,maka suhu tubuh poikiloterm juga
naik,jika suhu lingkungan turun,suhu juga turun.
Hewan yang tergolong aves dan mamalia mamou melakukan regulasi,ialah
mempertahankan suhu tubuhnya (misalnya tetap 37° c atau 40°c) walaupun suhu
lingkungan naik atau turun.hewan-hewan seperti itu di golongkan sebagai
homeoterm=homoioterm.
Konformitas maupun regulasi tidak hanya bersangkutan dengan suhu,melainkan
juga dengan keadaan lingkungan lain,misalnya tekanan osmotik atau konsentrasi
oksigen.konformitas berlangsung apabila keadaan internal hewan mengalami kenaikan
atau penurunan sesuai dengan kenaikan atau penurunan keadaan.
Proses pelepasan zat sisa yang tidak bermanfaat itu (bahkan beracun) di sebut
ekskresi.istilah ini perlu di bedakan dengan eliminasi.ekskresi ialah pelepasan zat-zat sisa

3
yang pernah terdapat di dalam sel.cairan jaringan,atau darah hewan,sedangkan eliminasi
ialah pelepasab sisa-sisa yang tidak diabsorpsi dari saluran pencernaan.
Berdasarkan kemapuannya menjaga tekanan osmotik tubuh, dikenal adanya hewan
osmoregulator dan osmokonformer.

1. Osmokonformer

Osmokonformer merupakan hewan yang tidak mampu mempertahankan tekanan


osmotik di dalam tubuhnya, oleh karena itu hewan harus melakukan berbagai adaptasi
agar dapat bertahan di dalam tempat hidupnya. adaptasi dapat dilakukan sepanjang
perubahan yang terjadi pada lingkungannya tidak terlalu besar dan masih ada dalam
kisaran konsentrasi yang dapat diterimanya. Jika perubahan lingku ngan terlalu besar
maka hewan yang melakukan osmokonfermer tidak dapat bertahan hidup di tempat
tersebut.

2. Osmoregulator

Osmoregulasi adalah organisme yang menjaga osmolaritasnya tanpa tergantung


lingkungan sekitar. Oleh karena kemampuan meregulasi ini maka osmoregulator dapat
hidup di lingkungan air tawar, daratan, serta lautan. Di lingkungan dengan konsentrasi
cairan yang rendah, osmoregulator akan melepaskan cairan berlebihan dan sebaliknya.

2.2 HEWAN AKUATIK DAN MASALAH KESEIMBANGAN GARAM DAN AIR


Sisa nitrogen yang terutama di hasilkan oleh deaminasi asam amino adalh amonia.zat ini
merupakan senyawa sangat beracun,dan tidak ada satupun organisme yang dapat bertahan hidup
jika konsentrasinya di dalam tubuh terlalu tinggi.akan tetapi,apabila terdapat cukup banyak air
molekul amonia yang kecil dan mudah larut itu dengan cepat berdifusi melintasi membran,dan
tidak begitu sukar untuk membuangnya.air itu membuat larutan encer dan bertindak sebagai
sarana untuk membuang amonia dari tubuh serta mengalirkanya menjauh dari sekitar tubuh
hewan tersebut.

4
INVERTEBRATA MARINE
Kebanyakan invertebrata marine ada dalam keseimbangan osmotik (isosmotik) dengan
air laut lingkunganya,dan kebanyakan sel pada hewan multiseluler juga isosmotik terhadap
cairan ekstraselulernya.invertebrata marine itu mempunyai permukaan tubuh yang permeabel
terhadap garam-garam dan air sehingga konsentrasi cairan tubuhnya naik atau turun dalam
konformitas dengan perubahan konsentrasi air laut,karena tidak mampu mengatur tekanan
osmotik cairan tubuhnya,hewan-hewan itu di sebut konformer osmotik atau osmokonformer.
Invertebrata yang hidup di laut terbuka jarang mengalami flektuasi osmotik
lingkungan,karena laut merupakan lingkungan yang sangat stabil.hewan-hewan itu mempunyai
kemampuan amat terbatas untuk bertahan terhadap kemampuan osmotik lingkunganya.apabila di
masukan ke dalam air laut yang di encerkan,hewan-hewan tersebut akan cepat mati,karena sel sel
tubuhnya tidak dapat toleran dengan pengenceran dan tidak dapat berdaya mencegahnya.hewan-
hewan tersebut dapat hidup terbatas pada rentangan salinitas yang sempit dan di sebut
stenohalin.mollusca marine merupakan osmokonformer dengan berbagai tingkatan
stenohalinitas.
Beberapa hewan marine dapat beradaptasi dan mampu hidup wajar dalam lingkungan
yang hipotonik.adaptasi itu dapat bersifat mengelak,seperti kerang yang hanya menutup
cangkangnya sehingga air laut yang encer tidak dapat masuk.hewan-hewan yang dapat
mengatur(meregulasi) konsentrasi osmotik dalam cairan tubuhnya dan menjaga agar konsentrasi
itu konstan.walaupun medium di luarnya mengalami flektuasi.hwan-hewan seperti itudi sebut
sebagai memiliki kemampuan osmoregulasi.
Sejenis kepiting (carcinus)merupakan contoh invertebrata marine yang menunujukan
suatu tingkatan osmoregulasi yang memungkinkan untuk hidup maupun di air laut maupun air
payau.di dalam air laut cairan tubuh kepiting itu dalam keseimbangan osmotik,tetapi dalam air
payau bersifat hipertonik terhadap medium sekitarnya.

5
1) HEWAN AIR TAWAR

Hewan air tawar harus menjaga agar konsentrasi garam dalam cairan tubuhnya selalu
lebih tinggi dari pada air.air masuk ke dalam tubuh hewan secara osmotik,dan garam keluar dari
tubuh dengan difusi.

Ikan air tawar Ikan marine


Darah:diperosmotik terhadap medium Hiposmotik terhadap medium
sedikit minum air banyak minum air
pengeluaran urine banyak, encer pengeluaran urine sedikit, pekat
mempertahankan garam dalam tubuh aktif mengeluarkan garam dari tubuh
Urine:banyak Hiperosmotik terhadap darah
Hipoosmotik terhadap darah Hipoosmotik terhadap medium
Hiperosmotik terhadap medium Keluar dari tubuh lewat:
Garam:masuk tubuh lewat; a.urine
a.makanan b.feaces
b.insang c.insang(ekstrarenal)

Hewan air tawar seperti udang,larva serangga akuatik,dan yang lain juga merupakan
regulator hiperosmotik dan menghadapi resiko yang sama dengan ikan air tawar: hewan-hewan
itu cenderung untuk menerima terlalu banyak air dan mengeluarkan terlalu banyak garam.

6
2) IKAN MARINE

Ikan marine akan mempertahankan konsentrasi garam dalam cairan tubuhnya sekitar
sepertiga dari yang terdapat dalam air laut.jadi ikan marine adalah osmoregulator ialah regulator
hipoosmotik.
ikan bertulang keras yang hidup di laut sekarang adalah keturunan ikan bertulang keras
air tawar yang kembali ke laut sekitar 200 juta tahun yang silam.mungkin,karena keadaan iklim
daratan tidak menguntungkan dan habitat air tawar rusak.

2.3 MASALAH YANG DI HADAPI HEWAN TERRESTERIAL


Masalah yang di hadapi oleh hewan yang hidup di lingkungan akuatik amat sederhana
jika di bandingkan dengan yang di hadapi oleh hewan yang hidup di darat.yang paling berat yang
di hadapi oleh makhluk yang ada di darat ialah kekeringan.air meninggalkan tubuh lewat
penguapan dari permukaan respirasi (paru,trakea),leat pengupan dari permukaan tubuh .lewat
eliminasi dalam feaces dan lewat ekskresi urine.air yang hilang itu harus di ganti agar hewan
dapat tetap hidup.penggantian ini di lakukan dengan jalan minum.memakan makanan yang
mengandung air,dan dengan di hasilkanya air metabolik dalam sel oleh oksidasi nutriea,terutama
karbohidrat.
Ekskresi zat sisa merupakan masalah khusus pada konservasi air.hasil air katabolisme
protein yang terutama adalah amonia,suatu zat yang sangat beracun.ika dapat dengan mudah
mengekskresikan amonia lewat insangnya,karena cukup banyak tersedia air untuk menarik dan
membuangnya.reptil,burung dan serangga yang hidup di darat tidak mempunyai cara yang baik
untuk membuang amonia yang beracun itu,hewan-hewan itu yang mengubah amonia menjadi

7
asam urat,ialah senyawa tak beracun dan hampir tidak larut,ini memungkinkan hewan-hewan
tersebut mengekskresikan urine setengah padat sehingga mengulangi kehilangan air.

2.4 SISTEM EKSKRESI PADA HEWAN


Sistem Ekskresi adalah sukumpalan organ ekskresi yang bekerja pada mahkluk hidup yang
berfungsi untuk mengeluarkan zat sisa atai ekskrit yang merupakan sisa-sia dari proses
metabolesme di dalam tubuh. zat sisa ini tidak memiliki fungsi lagi bagi tubuh dan harus
dikeluarkan dari tubuh. Adapun contoh-contoh dari zat tersebut adalah Karbon dioksida, air
berlebih, Amonia, zat sisa warna Empedu dan asam urat. Sesuai dgn jenis mahluk hidupnya,
sistem ekskresinya sangat bervariasi dalam fungsi dan kompleksitas. Semakin tinggi tingkatan
takson suatu makhluk, umumnya semakin kompleks sistem ekskresinya.

Pada prinsipnya, terdapat beberapa ginjal pada vertebrata, yaitu:


 Pronefros
 Opistonefros
 Mesonefros
 Metanefros

8
A. Sistem Ekskresi Invertebrata

a). Protozoa – Paramecium caudatum

Protozoa, Paramecium caudatum alat ekskresinya : rongga berdenyut (vakuola kontraktil)—


Yaitu melalui kulit secara difusi melalui dinding sel dan osmosis. Disebut vakuola kontraktil
karena dapat membesar & mengecil Selain untuk ekskresi, vakuola kontraktil juga berfungsi
sebagai pengatur tekanan osmosis, sehingga vakuola kontraktil disebut sebagai
osmoregulator (untuk mengatur kadar air dalam sel)

b). Platyhelminthes – Turbellaria

9
c). Annelida – Cacing Tanah

Sistem ekskresi cacing tanah : metanefridium. Setiap segmen tubuh cacing tanah mengandung
sepasang nefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan satu segmen terakhir. Setiap
nefridium terdiri atas 3 bagian :

1. Nefrostoma : corong bersilia yang terdapat pada rongga tubuh semua (pseudoselom)

2. Saluran atau pipa halus yg berliku, disebut duktus ekskretorius. Bagian akhir dari saluran
ini membesar dan ujung akhir saluran ini berakhir pada nefridiopor (lubang nefridia)

3. Nefridiopor : lubang tempat muara sisa metabolisme, terletak pada permukaan ventral
tubuh cacing. Jumlahnya tiap segmen sepasang

d). Serangga – Belalang

Alat ekskresi belalang : pembuluh malpighi. Pembuluh malphigi berupa kumpulan benang
halus berwarna putih kekuningan dengan jumlah banyak dan pengkalnya melekat pada
pangkal dinding susu. Pembuluh ini melekat pada satu tau kedua ujung usus menuju rongga
tubuh ke segala arah. Saat cairan bergerak lewat bagian proksimal pembuluh Malpighi, bahan
yg mengandung nitrogen diendapkan sebagai asam urat, sedangkan air & gram diserap
kembali secara osmosis & transpor aktif. Asam urat & sisa air masuk ke usus halus, & sisa
air diserap lagi, sehingga kotoran serangga berupa butiran-butiran padat mengandung kristal
asam urat. Disamping pembuluh malphigi, serangga juga memiliki sistem trakea untuk
mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi berupa CO2.

10
B. Sistem Ekskresi Vertebrata

a. Pisces – Ikan

Alat ekskresi ikan : sepasang ginjal yg memanjang (opistonefros). Pada beberapa


jenis ikan, saluran ginjal menyatu dengan saluran kelamin yg disebut saluran
urogenital (terletak di belakang anus), sedangkan beberapa jenis ikan lain memiliki
kloaka. Urin dikeluarkan melalui kloaka atau porus urogenitalis

Alat ekskresi ikan:

 Insang mengeluarkan CO2 dan H2O.

 Kulit, kelenjar kulit mengeluarkan lendir air.

b. Amfibi – Katak

Alat ekskresi katak : sepasang ginjal (opistonefros). Zat sisa ayng diambil oleh ginjal
akan disalurkan melalui ureter menuju ke kantong kemih yang merupakan kantong
berdinding tipis yang terbentuk dari tonjolan dinding kloaka. Fungsinya : untuk
menyimpan urin sementara

11
c. Reptil – Kadal

Sistem ekskresi reptil : ginjal, paru-paru, kulit, & kloaka. Kloaka merupakan satu-
satunya lubang untuk mengeluarkan zat-zat hasil metabolisme. Reptil yg hidup di
darat sisa hasil metabolismenya berupa asam urat yang dikeluarkan dalam bentuk
bahan setengah padat berwarna putih

d. Aves – Burung

Alat ekskresi burung : ginjal (metanefros), hati, paru-paru, dan kulit. Saluran ginjal,
saluran kelamin, & saluran pencernaan bermuara pada sebuah lubang yg disebut
kloaka. Saluran ekskresi terdiri dari sepasang ginjal berwarna coklat yang menyatu
dengan saluran kelamin pada bagian akhir usus (kloaka). Burung mengekskresikan
zat berupa asam urat & garam. Kelebihan kelarutan garam akan mengalir ke rongga
hidung dan keluar melalui nares

12
e. Mamalia – Manusia

Alat ekresi pada manusia, yaitu ginjal (ren), hati (hepar), paru-paru (pulmo), dan
kulit. Ginjal menyaring darah menghasilkan urin melalui proses filtrasi, reabsorbsi,
dan augmentasi

2.5 GINJAL VERTEBRATA

2.4.1. STRUKTUR GINJAL


Seperti sistem nefridial cacing tanah,sistem ekskresi vertebrata berkaitan erat
dengan sistem sirkulasi tertutup.apabila sistem sirkulasi yang efisien dapat membawa zat
sisa ke organ ekskresi,maka unit-unit ekskresi fungsional tidak lagi harus tersebar di
seluruh jaringan tubuh seperti yang terdapat pada planaria.dengan tidak adanya
segmentasi internl tubuh,maka tidak di perlukan lagi serangkaian organ ekskresi seperti
yang di jumpai pada cacing tanah.pada cacing tanah vertevrata yang berderajata tinggi
mempunyai organ khusus yang konpak.di sebut ginjal yang di dalamnya terdapat banyak
unit fungsional.
Unit fungsional ginjal vertebrata berderajat tinggi di sebut nefron.setiap nefron
terdiri atas suatu kapsul bowman yang berbentuk bulat seperti mangkok dan fifa nefrik
yang panjang berkelok-kelok.pipa-pipa nefron itu bermuara pada pipa pengumpul,yang
selanjutnya bermuara pada rongga pusat ginjal,ialah pelvia.dari pelvie itu terdapat saluran

13
besar yang keluara dari tiap ginjal dan menuju ke posterior.pada beberapa golongan
hewan (katak,burung dsb) saluran ini bermuara di kloaka yang merupakan ruangan
bersama yang dilalui zat-zat yang berasal dari sistem pencernaan,ekskresi dan
reproduksi.Pada mamalia (yang tidak mempunyai kloaka) saluran terebut yang di sebut
ureter bermuara ke dlam kantung cacing.
Kapiler darah,kapsul,dan pipa nefrik pada nefron erat berhubungan satu sama lain
didalam ginjal vertebrata.zat-zat tidak lagi di ambili dari cairan tubuh pertukaran zat-zat
hampir seluruhnya berlangsung antara kapiler darah dengan nefron.
Darah sampai ginjal lewat arteria renalis ,ialah pembuluh darah pendek yang
menghubungkan aorta langsung dengan ginjal.arteria renalis masuk ke dalam ginjal pada
bagian lekukan tengah,kemudian bercabang cabang menjadi banyak cabang kecil-kecil
yang menjukur melewati bagian dalam ginjal (medula) menuju ke lapisan luar ginjal
(korteks).di korteks ini cabang-cabang lembut arteriola menembus masuk ke dalam
lekukan seperti mangkuk pada dinding kapsul bowman.didalam setiap kapsul,arteriola
bercabang cabang seberkas kapiler yang di sebut glomerulus.

2.6 PEMBENTUKAN URINE


Pada pembentukan urine terdapat tiga proses:ultrafiltrasi,reabsorpsi,dan ekskresi tubular.

2.5.1 Ultrafiltrasi
Pembentukan urine diawali dengan proses yang berlangsung di dalam
glomelurus.glomelurus bertindak sebagai filter mekanik khusus disana filtrat bebas protein yang
mirip plasma di dorog oleh tekanan darah bergerak melintasi dinding kapiler masuk ke alam
ruang kapsul bowman yang penuh cairan.
Tekanan darah dalam kapiler glomerular di perkirakan sebesar 45 mm hg.ini akan di
hambat oleh tekanan osmotik koloid(tang di sebabkan oleh protein plasma).sebesar -25 mm hg.
Pipa nefrik terdiri atas beberapa segmen.segmen pertama,pipa terkelinting
proksimal(proximal convoluted tubule) berjalan berkelok-kelok menuju segmen kedua yang
terbentuk seperti penjepit rambut yang panjang,berdinding tipis,di sebut sosok henle(loop on
henle).sosok ini menjorok masuk ke dalam medula ginjal,kemudian kembali ke korteks dan
bertemu dengan segmen ke tiga,ialah pipa terkelinting distal(distal convoluted tubule). Pipa
terkelinting distal ini di hubungkan oleh suatu pipa penghubung(connecting tubule) yang pendek

14
dengan pipa pengumpul(collecting tubule).pipa pengumpul akan bermuara ke dalam pelvis
ginjal,ialah suatu ruangan yang mengumpulkan urine sebelum di salurkan lewat ureter menuju
kantung kencing.(gmbr 8.10)

2.5.2 Reabsorpsi Tubular


Plasma mengandung beraneka ragam ion dan molekul.semua komponen
plasma(kecuali protein plasma yang terlalu besar untuk dapat melintasi filter glomerular) difilter
dan sebagian besar mengalami reabsorpsi.beberapa zat fital seperti glukosa dan asam amino
seluruhnya mengalami reabsorpsi.zat lain seperti natrium,klorida, dan kebanyakan mineral
mengalami reabsorpsi yang berfariasi,ini berarti beberapa zat di reabsorpsi dengan kuat,yang lain
dengan lemah,tergantung pada kebutuhan tubuh,untuk mengkonservasi setiap mineral.banyak di
antara reabsorpsi ini merupakan transport aktif yang menggunakan energi untuk mentransport zat
yang dari cairan tubular,melintasi sel dan ke dalam darah peritubular yang mengembalikanya
kepada sirkulasi umum.
Untuk kebanyakan zat terdapat batas maksimum jumlah zat yang dapat direabsorpsi,ialah
maksimum transpor untuk zat tersebut,misalnya,biasanya glukosa direabsorpsi seluruhnya oleh
ginjal karena maksimum transport untuk mekanisme reabsorptif glukosa lebih tinggi dari pada
jumlah glukosa yang biasa terdapat di dalam filtrat plasma.
Urutan filtrasi reabsorpsiternyata mempunyai keterbatasan internal dalam
fleksibilitasnya.natrium dan ion-ion lain di reabsorpsi baik di bagian proksimal maupun distal
dari pipa terkelinting.sekitar 85% garam dan air di reabsorbsi di bagian poroksimal.ini adalah
suatu reabsorpsi wajib karena seluruhnya di tentukan oleh proses fisika (tekanan osmotik zat
terlarut) dan tidak dapat terkendalikan oleh fisiologis.

2.5.3 Sekresi Tubular


Selain mereabsorpsi zat dalam jumlah besar dari filtrat plasma,pipa ginjal juga dapat
mensekresikan zat tertentu ke dalam cairan tubular.proses ini merupakan kebalikan dari
reabsorpsi tubular,memungkinkan ginjal meningkatkan konsentrasi zat yang di ekskresikan
misalnya H+ dan K+,obat-obatan dan berbagai zat organik asing.pipa distal merupakan tempat
berlangsungya sebagian besar sekresi tubular.

15
Pada ginjal ikan bertulang keras,reptil dan burung,sekresi tubular merupakan proses yang
lebih berkembang di bandingkan dengan pada ginjal mamalia.ika bertulang keras marine
mensekresikan secara aktif magnesium dan sulfat dalam jumlah besar,yang merupakan hasil
sampingan dari cara hewan itu melakukan osmoregulasi.

C. EKSKRESI AIR
Tekanan osmotik darah di regulasi oleh ginjal.jika pemsukan cairan banyak,ginjal akan
mengekskresikan urine yang encer menahan garam-garam dan mengekskresikan air.kalau
pemasukan caira sedikit,ginjal akan menahan air dengan cara membentuk urine yang
pekat.dalam keadaan sangat kehausan,manusia dapat memperpekat urinenya sampai kira-kira
empat kali konsentrasi osmotik darah.
Penyesuaian akhir konsentrasi urine tidak berlangsung di dalam sosok henle,melainkan di
dalam pipa pegumpul yang berjalan sejajar dengan sosok henle,melainkan di dalam pipa
pengumpul yang berjalan sejajar dengan pipa henle.jika urine bergerak ke bawah di dalam pipa
pengumpul ke daerah yang konsentrasi osmotiknya naik.secara osmotik air akan di tarik dari
urine.jumlah air yang tinggal dan konsentrasi akhir urine tergantung dari permeabilitas dinding
pipa pengumpul.ini di kendalikan hormon yang di kenal sebagai antidiuretic hormone yang di
lepaskan oleh neurohipofisis .lepasnya hormon itu selanjutnya di tentukan oleh reseptor khusus
di dalam otak yang secara terus menerus mengindera tekanan osmotik darah.
Jika tekanan osmotik darah naik,misalnya dalam keadaan kehausan,sekresi ADH
meningkat permeabilitas pipa pengumpul,mungkin dengan memperbesar ukuran pori pada
membran pipa pengumpul itu.hasilnya ialah bahwa air berdifusi keluar dari pipa pengumpul
masuk ke dalam cairan interstisial di sekitarnya ketika air di dalam pipa pengumpul itu melalui
daerah yang hiperosmotik.urine kehilangan air sehingga menjadi lebih pekat.

16
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Sistem ekresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah tidak
digunakan lagi oleh tubuh. seperti CO2, H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat. Zat hasil
metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan melalui alat ekskresi. Alat
ekskresi yang dimiliki oleh makhluk hidup berbeda-beda. Semakin tinggi tingkatan mahluk
hidup, semakin kompleks alat ekskresinya. Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau
kemampuan hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan
lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmose. Proses osmoregulasi diperlukan
karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah
sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit
air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk
membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arsih, Fitri. 2012. Fisiologi Hewan. Padang : UNP Press.


Campbell. 2004. Biologi Jilid Kelima-Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Malang : IKIP Malang.

18

Anda mungkin juga menyukai