Anda di halaman 1dari 3

Mengenal Salamander, Hewan Amfibi yang Mirip Kadal

1. Salamander bukan kadal

Meski sekilas terlihat mirip, salamander berbeda dengan kadal. Perbedaan


utamanya tentu saja adalah bahwa salamander tergolong amfibi, sedangkan kadal adalah
reptil. Tapi selain itu masih ada perbedaan lain. Kadal bernapas dengan paru-paru. Sedangkan
salamander terdiri dari berbagai spesies yang alat pernapasannya pun berbeda-beda. Ada
yang bernapas dengan paru-paru, ada yang bernapas dengan insang, dan bahkan ada yang
bernapas dengan kulit karena gak punya paru-paru atau insang. Perbedaan lain adalah kadal
memiliki 4 kaki, sedangkan salamander ada yang memiliki 4 kaki dan ada juga yang cuma
punya 2 kaki. Kulit kadal bersisik, sedangkan kulit salamander licin dan lembab. Dan satu
lagi, gak seperti kadal yang bisa hidup di tempat kering, salamander harus hidup di tempat
yang dekat sumber air.

2. Mereka mengalami metamorfosis seperti katak


Sebagai hewan amfibi, katak mengalami daur hidup metamorfosis. Mereka terlahir
dari telur sebagai berudu, lalu tumbuh menjadi katak berekor dan akhirnya katak dewasa.
Nah, apakah salamander juga mengalami metamorfosis seperti itu? Tentu saja. Salamander
menetas dari telur menjadi larva yang hidup di air. Dalam bahasa inggris, larva salamander
disebut eft, yang lalu akan menumbuhkan kaki dan akhirnya menjadi salamander dewasa.
Seperti disebutkan tadi, salamader dewasa gak selalu bernapas dengan paru-paru. Ada juga
yang masih tetap bernapas dengan insang atau bahkan kulit.

3. Ada yang sangat besar dan ada yang sangat kecil

Karena spesies salamander sangat beragam, ukurannya pun beragam. Salamander


Jepang raksasa adalah spesies amfibi terbesar di dunia. Ukurannya bisa mencapai 1,8 meter
dan beratnya bisa sampai 63 kg! Sedangkan salamander terkecil adalah spesies salamander
pigmi yang panjangnya hanya mencapai 1,7 cm.

4. Salamander bisa jadi indikator pencemaran lingkungan

Salamander termasuk ke dalam "spesies indikator", yaitu spesies hewan yang bisa
menjadi indikator pencemaran lingkungan. Sebabnya adalah salamander sangat sensitif
terhadap pencemaran lingkungan, termasuk polusi air, tanah, dan udara. Artinya, jika ada
salamander yang hidup di suatu wilayah, maka wilayah tersebut bisa dikatakan aman dari
polusi. Sebaliknya jika populasi salamander di suatu wilayah mulai berkurang, maka bisa
disimpulkan bahwa tingkat pencemaran di wilayah tersebut tergolong buruk. Kenapa bisa
begitu? Karena amfibi seperti salamander umumnya bisa bernapas melalui kulit. Karena
itulah pencemaran udara maupun air akan langsung terasa saat mereka bernapas dan
menyebabkan mereka pergi dari wilayah yang tercemar. Selain salamander, keberadaan katak
pun bisa jadi indikator serupa.

5. Bisa menumbuhkan anggota tubuh yang hilang

sciencesource.com

Beberapa spesies kadal, cicak, dan tokek diketahui bisa memutuskan ekor mereka
dengan sengaja saat terancam dan menumbuhkannya kembali. Keren ya? Tapi sayangnya
mereka punya kelemahan. Ekor baru yang mereka tumbuhkan gak sama dan lebih lemah
daripada ekor yang asli. Salamander juga punya kemampuan serupa, tapi jauh lebih baik dari
kadal. Mereka bisa menumbuhkan ekor yang sama persis dengan ekor yang lama. Dan lebih
hebatnya lagi, salamander gak cuma mampu menumbuhkan ekor, tapi juga kaki! Ya, bagi
salamander kehilangan 4 kaki pun gak masalah, karena bakal tumbuh lagi persis seperti
semula! Saat ini ilmuwan tengah mempelajari lebih dalam soal regenerasi salamander dan
mencari cara agar regenerasi serupa bisa diterapkan kepada manusia. Wah, jika seandainya
tercapai, tentu itu kabar baik bagi orang-orang yang kehilangan anggota tubuh mereka ya.

Anda mungkin juga menyukai