Anda di halaman 1dari 2

stilah ‘amfibi’ berasal dari bahasa Yunani, yakni “amphi” yang berarti rangkap dan “bios” yang

berarti kehidupan. Sehingga, secara harfiah ini berarti kehidupan rangkap atau dalam hal ini
hidup di dua alam (air dan darat). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), amfibi
adalah jenis hewan berdarah dingin yang bisa hidup di darat dan di air. Namun, tidak semua
hewan amfibi benar-benar hidup di dua tempat. Beberapa jenis hewan memiliki kecenderungan
untuk hidup di satu tempat antara air atau darat. Yang pasti, saat hidup di darat pun jenis hewan
amfibi tidak bisa jauh dari air. Karena itu sebagian besar hewan amfibi akan tinggal di tempat
lembap, seperti rawa dan hutan hujan tropis. Baca juga: Amfibi: Ciri-ciri dan Klasifikasinya
Hewan amfibi termasuk kelompok hewan bertulang belakang atau vertebrata. Hewan yang
tergolong kelas Amphibia ini hidupnya bergantung pada suhu lingkungan. Ini karena mereka
tidak bisa melakukan proses metabolisme untuk mendapatkan panas. Oleh karena itu, amfibi
mendapatkan energi dengan mengambil sumber panas dari lingkungan sekitarnya. Kondisi ini
membuatnya termasuk jenis hewan berdarah dingin atau poikiloterm. Populasi amfibi di
Indonesia merupakan yang terbesar di dunia dengan total 392 spesies yang tersebar di berbagai
daerah. Setidaknya sekitar 176 spesies di dalamnya merupakan amfibi endemik Indonesia. Baca
juga: Poikiloterm: Hewan Berdarah Dingin Ciri-ciri hewan amfibi Hewan yang masuk ke dalam
kelas Amphibia memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan hewan lain. Berikut
merupakan ciri-ciri hewan amfibi: Hewan berdarah dingin Memiliki kulit yang halus hingga
kasar dan banyak kelenjar Kulit cenderung berlendir Jantung terdiri dari tiga ruang, satu
ventrikel dan dua atrium Bereproduksi dengan bertelur serta pembuahan eksternal Telur
terbungkus gelatin atau lendir Mengalami proses metamorfosis sempurna Hewan tetrapoda atau
berkaki empat Alat pernapasan berbeda saat masih larva dan dewasa Mata berlapis selaput atau
membran niktitans untuk menyelam Biasanya seekor amfibi akan bertelur di tempat dengan
kelembaban tinggi. Telurnya kemudian akan menetas menjadi larva atau berudu yang bernapas
menggunakan insang. Seiring pertumbuhannya, alat pernapasan ini akan berubah menjadi kulit
dan paru-paru ketika dewasa. Baca juga: Fertilisasi Internal dan Fertilisasi Eksternal Jenis-jenis
hewan amfibi Golongan hewan amfibi terbagi lagi menjadi tiga kelompok kecil, yaitu ordo
anura, caudata, dan gymnophiona. Berikut penjelasannya: Anura Ordo anura merujuk pada
kodok atau katak yang ciri utamanya adalah bertubuh pendek, lidah terbelah dua, mata menonjol,
bisa melompat, serta tidak memiliki ekor. Ada sekitar 351 spesies kodok dan katak yang
teridentifikasi di Indonesia. Caudata Ordo caudata atau salamander yang bukan hewan endemik
dari negara kita. Spesies salamander ada yang bernapas menggunakan paru-paru, insang, atau
bahkan kulit. Tubuhnya cenderung berlendir untuk menjaga kelembaban kulit ketika berada di
daratan. Gymnophiona Ordo gymnophiona berupa hewan sesilia yang mirip cacing besar atau
ular. Kelompok hewan ini tergolong langka karena hanya bisa kamu temukan di kedalaman
hutan serta daerah sungai atau rawa. Baca juga: Perbedaan Sistem Pernapasan Berudu dan Katak
Dewasa Ordo amfibi ini juga memiliki kemampuan menggali di tanah yang gembur hingga
berlumpur berkat kepalanya yang keras. Sistem pernapasan pada amfibi Hewan amfibi memiliki
dua sistem pernapasan yaitu insang dan paru-paru. Beberapa jenis lain juga bisa bernapas
menggunakan kulitnya. Contohnya katak yang saat menetas memiliki insang untuk bernafas,
namun setelah dewasa beralih menjadi paru-paru. Adapun, ada juga hewan amfibi yang memiliki
kemampuan menahan napas yang baik sehingga bisa bertahan di dalam air dalam waktu lama.

Anda mungkin juga menyukai