Anda di halaman 1dari 7

BIOLOGI UDANG GALAH ( 

Macrobracium rosenbergii )

            Udang galah sering juga dinamakan udang warang, udang satang atau conggah

sedangkan dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama “giant fresh water prawn”. Semua

jenis udang air tawar termasuk dalam familia palaemonidae dan udang galah adalah salah satu

jenis dari familia tersebut yang merupakan jenis terbesar.

1.    Klasifikasi

Menurut Ali (2009), klasifikasi udang galah (Macrobrachium rosenbergii) adalah sebagai


berikut :

Kingdom                : Animalia

Filum                     : Artrhopoda

Subfilum                : Crustacea

Kelas                     : Malascostraca

Subkelas               : Eumalacostraca

Superordo             : Eucarida

Ordo                      : Decapoda

Subordo                : Pleocyemata

Infraordo               : Caridea

Superfamili            : Palaemonoidea

Famili                    : Palaemonidae

Subfamili               : Palaemoninae

Genus                   : Macrobrachium                          

Spesies                 : Macrobrachium rosenbergii (De Man, 1879)          


2. Morfologi

            Udang galah merupakan salah satu jenis udang air tawar dari

margaMacrobrachium yang paling banyak dikenal karena memiliki ukuran tubuh yang

besar.Udang galah dewasa pada umumnya memiliki panjang tubuh 25-32 cm dan beratnya

100-300 gram/ekor. Tubuh tersebut terdiri atas ruas-ruas yang ditutupi oleh kulit keras yang

tersusun dari zat kitin yang kaku sehingga kulit udang tidak dapat mengikuti pertumbuhan

tubuhnya sehingga setiap periode tertentu udang akan melepaskan kulitnya (moulting) untuk

diganti dengan kulit yang baru (Khairuman dan Amri, 2004).

Udang ini mempunyai dua habitat dalam siklus hidupnya.  Udang tersebut tumbuh dan

menjadi dewasa pada perairan tawar, namun pada fase larva hidup di air payau.  Pada fase

larva akan mengalami sebelas kali pergantian kulit (moulting) yang diikuti dengan perubahan

struktur morfologi, hingga akhirnya bermetamorfosis menjadi juwana (juvenil). Sifat-sifat larva

yang umum adalah planktonis, aktif berenang dan tertarik oleh sinar tetapi menjauhi sinar

matahari yang terlalu kuat.  Cenderung berkelompok pada fase larva dan akan semakin

menyebar dan individual serta bentik dengan bertambah umur.  Di alam larva udang galah

hidup pada salinitas 5-10 permil.

Menurut Ali (2009), di Indonesia spesies Macrobrachium rosenbergii  dikenal dengan

sebutan udang galah. Badan udang terdiri atas 3 bagian, yaitu kepala dan dada(cephalothorax),

badan yang bersegmen-segmen (abdomen), serta ekor (uropoda). Cephalothorax di bungkus

oleh kulit keras. Di bagian depan kepala, terdapat suatu lempengan karapas yang bergerigi,

disebut rostrum. Pada rostrum bagian atas, terdapat duri 11-13 buah dan di bagian

bawah rostrum 8-14 buah. Pada bagian cephalothorax juga terdapat lima pasang kaki jalan.

Pada udang jantan sepasang “kaki jalan kedua” tumbuh panjang dan cukup besar menyerupai

galah. Panjangnya dapat mencapai 1,5 kali panjang badannya. Pada udang betina, kaki
tersebut relative kecil agak melebar dan membentuk ruang untuk mengerami telur

(broodchamber). Kaki renang udang galah terdapat dibagian bawah abdomen, jumlahnya lima

pasang. Selain untuk berenang, kaki renang pada udang betina juga berfungsi sebagai tempat

menempelkan telur-telur.

Bagian abdomen terdiri atas lima ruas. Setiap ruas dilengkapi sepasang kaki renang

(pleiopoda). Kaki renang pada udang betina agak melebar dan membentuk ruang untuk

mengerami telurnya (broodchamber). Sementara itu, uropoda merupakan ruas terakhir dari ruas

tubuh yang kaki renangnya berfungsi sebagai pengayuh atau yang biasa disebut dengan ekor

kipas. Uropoda  terdiri atas bagian luar (eksopoda), bagian dalam (endopoda),dan bagian ujung

yang meruncing (telson) (Khairuman dan Amri, 2004).

            Menurut Khairuman dan Amri (2004), udang galah memiliki ciri khusus, sehingga dapat

dibedakan dari udang air tawar lainnya, yaitu sebagai berikut :

a).   Rostrum udang galah panjang, langsing dan bagian pangkalnya bengkok. Gerigi pada rostrum

tersusun rata. Jumlah gerigi bagian atas 12–15, sementara jumlah gerigi bagian bawah 10–14.

b).   Tutup insangnya memiliki garis luar mendatar, terutama udang galah yang masih muda.

c).   Kulit penutup tubuh pada ruas kedua terletak di atas ruas pertama dan ketiga.

d).   Pada udang galah jantan terdapat sepasang kaki jalan yang panjang.

e).   Tubuh udang galah berwarna biru kehijauan.

Menurut Hadie dan Supriatna (1985), secara morfologis dan anatomis udang jantan

dapat dibedakan dengan yang betina sebagai berikut:

a.      Udang jantan : dapat mencapai ukuran yang lebih besar daripada udang betina. Pasangan kaki

jalan yang kedua tumbuh sangat besar dan kuat, bahkan sampai 1,5 x panjang total badannya.

Bagian perut lebih ramping, ukuran pleuron lebih pendek. Alat kelamin terletak pada basis

pasangan kaki jalan kelima, dimana pasangan kaki ini terlihat lebih rapat dan lunak. Appendix
masculine terletak pada pasangan kaki renang kedua yang merupakan cabang ketiga dari kaki

renang tersebut.

b.      Udang betina : ukuran tubuh biasanya lebih kecil daripada udang jantan. Pasangan kaki jalan

kedua tetap tumbuh lebih besar, namun tidak begitu besar dan kuat seperti pada udang jantan.

Bagian perut tumbuh melebar, pleuron memanjang sehingga ruangan pada bagian ini lebih

dalam. Bersama-sama dengan kaki renang, ruangan ini merupakan tempat pengeraman telur,

sehingga secara keseluruhan bentuk tubuhnya membesar pada bagian perut. Alat kelamin

betina terletak pada dangkal pasangan kaki jalan ketiga, merupakan suatu sumuran (lubang)

yang disebut “thelicum”. Jarak antara pangkal pasangan kaki jalan kiri dan kanan setiap

pasangan terlihat lebih lebar yang memungkinkan telur dapat berjalan kearah perut.

Alat kelamin primer yang disebut gonade terdapat didalam dada atau kepala dada. Pada

udang jantan yang dewasa gonade akan menjad testes yang berfungsi sebagai penghasil

sperma. Sedangkan pada udang betina, gonade akan menjadi ovarium (indung telur), yang

berfungsi untuk menghasilkan telur.

Ovarium yang telah matang akan meluas ke ekor, sperma yang dihasilkan oleh udang

jantan pada waktu kawin akan dikeluarkan dalam kantong sperma lendir yang dinamakan

spermatopora (kantong sperma).

Dengan bantuan petasma, spermatopora diletakkan pada udang betina yang dsimpan

disitu sampai saatnya peneluran. Apabila udang betina bertelur, spermatopora akan pecah dan

sel-sel spermanya akan membuahi telur diluar badan induknya.

3. Tingkah Laku

            Beberapa sifat dan kelakuan daripada udang penting sekali untuk diketahui, apabila kita

akan memelihara udang. Apabila kita tidak tahu akan sifat dan kelakuan maka akan

membahayakan udang yang akan kita pelihara.

a.      sifat dan kelakuan


Salah satu sifat yang penting perlu kita pertahankanadalah sifat nocturnal, yaitu sifat

binatang yang aktif mencari makan pada waktu malam. Pada waktu mereka legih suka

beristirahat, bila membenamkan diri didalam lumpur maupun menempel pada suatu benda yang

menempel membenam dalam air.

Dalam keadaan normal yaitu apabila keadaan lingkungannya cukup baik, udang jarang

sekali menampakkan diri pada waktu siang hari. Apabila dalam suatu tambak udang nampak

aktif bergerak pada waktu siang ini menunjukkan suatu tanda bahwa ada sesuatu yang tidak

beres. Mungkin karena makannya kurang, kadar garam meningkat, suhu air meningkat, oksigen

kurang, ataupun senyawa-senyawa beracun seperti asam sulfida (H2S), zat asam arang (CO2),

amoniak (NH3) dan lain-lain.

b.      Sifat kanibalistis

Sifat yang umum pula terdapat pada udang adalah sifat kanibalistis yaitu suatu sifat

suka memangsa kawannya atau jenisnya sendiri. Sifat ini sering timbul pada waktu udang

dalam keadaan sehat, tidak sedang molting atau ganti kulit. Sasarannya adalah udang yang

sedang berganti kulit.

Dalam keadaan kekurangan makanan sifat kanibalistis akan nampak lebih nyata. Sifat

demikian ini sudah mulai nampak pada waktu udang masih tingkatan mysis. Untuk menghindari

kanibalistis, udang-udang yang sedang ganti kulit biasanya mencari tempat untuk bersembunyi.

c.      Ganti kulit (molting)

Udang mempunyai kerangka luar yang keras (tidak elastis) oleh karena itu untuk tambah

menjadi besar, kulit luar tersebut harus dibuang  atau diganti dengan kulit yang baru. Peristiwa

ganti kulit ini disebut molting. Udang muda cepat pertumbuhannya sehingga sering berganti

kulit. Menjelang ganti kulit garam-garam anorganik dari kulit baru yang masih lunak, terbentuk

dibawah kulit. Otot-otot anggota tubuh melepas memungkinkan terlepasnya anggota-anggota


tersebut dari kulit lama. Pada waktu kulit baru masih lunak, pertumbuhan yang luar biasanya

terjadi dengan menyerp sejumlah besar air.

Dalam pembentukan kulit, yang sekaligus juga merupakan kerangka, unsur kapur atau

kalsium (Ca) sangat diperlukan. Antara metabolisme untuk Ca, pertumbuhan, pengisian kulit

dan tekanan osmosis terdapat hubungan yang sangat erat. Oleh karena itu tersedianya unsur

Ca, didalam lingkungan hidup udang merupakan syarat utama.

Udang yang sedang berganti kulit keadaan tubuhnya sangat lemah, oleh karena itu

sangat mudah terjadi sasaran kanibalisme atau sasaran binatang-binatang yang memangsanya

(predator). Secara alami udang yang sedang berganti kulit selalu berusaha mencari temapt

persembunyian. Misalnya bersembunyi didalam pelindung atau menyelinap didalam pelindung.

Menurut Hadie dan Hadie (2002), apabila diperhatikan tingkah laku dan kebiasaan hidup

udang galah, fase dewasa udang galah sebagian besar dijalani didasar perairan tawar dan fase

larva bersifat planktonik yang sangat memerlukan air payau. Udang galah mempunyai habitat

perairan umum, misalnya rawa, danau dan sungai berhubungan dengan laut.

Di alam, udang galah dapat memijah di daerah air tawar pada jarak 100 km dari muara,

lalu larvanya terbawa aliran sungai hingga ke laut. Larva yang menetas dari telur paling lambat

3-5 hari harus mendapatkan air payau. Udang galah pada stadia juvenil sampai dewasa

menempati habitat air tawar dan pada stadia naupli sampai dengan post larva menempati

habitat air payau dengan salinitas antara 5-15 promil.

4. Siklus Hidup

Menurut Hadie dan Hadie (2002), udang galah dewasa akan memijah dan bertelur di air

tawar. Sejak telur dibuahi hingga menetas diperlukan waktu 16-20 hari. Larva yang baru

menetas memerlukan air payau sebagai lingkungan hidupnya. Apabila dalam jangka waktu 3 –

5 hari sesudah menetas tidak mendapatkan air payau, sebagian besar larva akan mati. Sejak
stadia pertama hingga stadia pasca larva memerlukan air payau dengan kadar garam 5 – 20

promil.

Mulai telur menetas hingga metamorfosis menjadi pascalarva, terjadi 11 kali ganti kulit.

Perubahan bentuk secara morfologis yang nyata ada 8 kali (8 stadia). Pada stadia 1 – 5,

mengalami 5 kali ganti kulit, sedangkan pada stadia   6 – 8  mengalami 6 kali pergantian kulit.

Dari masa telur menetas hingga menjadi pascalarva diperlukan waktu maksimal 45 hari.

Sesudah menjadi juwana (sudah menyerupai morfologi udang dewasa), udang dapat hidup

pada air tawar. Walupun demikian, juwana (juvenil) dapat hidup dan tumbuh pada lingkungan

dengan salinitas 10 promil.

Udang galah pada stadia juvenil sampai dewasa menempati habitat air tawar dan pada

stadia naupli sampai dengan post larva menempati habitat air payau dengan salinitas antara 5-

15 permil. Dalam perkawinan udang galah terjadi di lingkungan air tawar, telur yang terbuahi

diletakkan dibawah perut induk betina dan disangga oleh kaki renangnya. Induk udang ukuran

50 gram dapat dihasilkan telur antara 15.000 s/d 25.000 butir. Telur tersebut akan dilepas

dilingkungan air payau setelah 12-14 hari sejak pembuahan. Adapun lingkungan yang cocok

untuk penetasan udang galah adalah air payau dengan salinitas 11-13 permil. Telur yang telah

menetas untuk selanjutnya tumbuh menjadi dewasa sejalan dengan menurunnya nilai salinitas

sampai ke air tawar seluruhnya. 

Udang ini pada stadia nauplii sampai dengan post larva adalah pemakan plankton dan

lebih menyukai zooplankton, disamping itu juga sebagai pemakan detritus. Udang galah

dewasa adalah pemakan segala makanan yang dijumpainya. Dalam keadaan yang tidak cukup

tersedia makanan, udang ini dapat bersifat kanibal yaitu memakan sesama udang galah yang

dalam keaadan lemah (pada saat pergantian kulit). (Maskur, dkk. 1986).

Anda mungkin juga menyukai