Anda di halaman 1dari 13

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Biologi Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)


2.1.1. Klasifikasi dan morfologi
Menurut Wiyanto dan Rudi (2003), Genus Cherax memiliki sistematika
sebagai berikut :
Filum

: Arthropoda

Kelas

: Crustacea

Sub kelas : Malacostraca


Ordo

: Decapoda

Famili

: Parastacidae

Genus

: Cherax

Spesies

: Cherax quadricarinatus

Gambar 1. Morfologi Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)


Tubuh lobster air tawar terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian depan
terdiri dari kepala dan dada yang disebut cephalothorax. Sementara bagian
belakang terdiri dari badan dan ekor yang disebut abdomen. Kepala ditutupi oleh
kulit atau cangkang kepala (carapace). Carapace ini berperan dalam melindungi
organ tubuh, seperti otak, insang, hati dan lambung.

Carapace berbahan zat tanduk atau kitin yang tebal dan merupakan
nitrogen polisakarida yang disekresikan oleh kulit epidermis dan dapat
mengelupas saat terjadinya pergantian cangkang tubuh (moulting).
Secara umum tubuh lobster air tawar dibagi menjadi dua bagian, yakni
kepala (Chepalothorax) dan badan (abdomen). Hewan ini tertutupi kerangka luar
kitin, yang mengandung sebagian besar kapur dan skelerotin yaitu yang membuat
rangka lebih keras dan berat tapi sangat baik sebagai lapisan pelindung. Kitin luar
tipis dan berhubungan, untuk memberikan kelenturan maksimal. Bagian anterior
tubuhnya disebut Carapace dan masing-masing segmen posterior abdominal
terdiri dari lengkungan dorsal tergum, dua lateral pleura dan sebuah ventral
sternum.
Anggota badan lobster memperlihatkan suatu rangkaian yang sangat
penting dari adaptasi dan modifikasi dalam hidupnya. Ada 19 pasang anggota
badan secara keseluruhan, satu pasang pada tiap segmen. Antennules dan antennae
merupakan modifikasi untuk tactil dan chemical stimulation (rangsangan kimia);
rahang bawah untuk mengunyah, lima berikutnya, maxillae dan maxillipeds,
terutama untuk mendorong makanan; pasangan berikutnya adalah chelipeds yang
sangat besar untuk mencapit makanan dan untuk pertahanan; empat pasang
selanjutnya untuk berjalan dan enam pasang terakhir untuk berenang dan untuk
berbagai fungsi yang lain.
Lubang kecil melubangi seluruh rangka, banyak tersebar di anggota badan
dan bagian ekor. Kumpulan di dalam itu adalah bulu-bulu yang membuat hewan
itu sangat sensitif terhadap lingkungan sekitar melalui taktil stimulation. Semua

anggota badan ini, dengan berbagai macam, bentuk dan fungsi, berawal dari
sebuah anggota badan sederhana dengan satu fungsi yang disebut daya penggerak.
Lobster air tawar memiliki 19 pasang, antara lain bagian kepala dengan
lima bagian, thorax delapan bagian dan abdomen enam bagian. Bagian tubuh
crayfish beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
Antenela, protopoditnya terbagi menjadi tiga segmen. Segmen pertama
adalah coxopodite dan segmen berikutnya adalah basipodit yang terdiri dari dua
bagian. Dua set flagella yang panjangnya berbeda merupakan satu bagian dengan
antenula dan letaknya berkait dengan basipodit. Flagela yang pendek terletak di
sebelah dalam disebut endopodit sedangkan flagella yang panjang terletak di
sebelah luar disebut eksopodit. Fungsi antenela untuk mencium pakan.
Antena. Antena mempunyai bagian yang sama dengan antenela. Struktur
yang menyerupai daun besar adalah exopodite, termasuk juga squame dan lapisan
antenna. Letaknya berada sedikit diatas coxopodite dan membuka di apex. Bagian
ini membuka (nepridiophore) sampai ke ginjal dan biasa disebut dengan kelenjar
hijau yang berfungsi sebagai ekskresi. Antena berperan sebagai perasa dan peraba
terhadap pakan dan kondisi lingkungan.
Bagian mulut. Maksila ketiga sebenarnya adalah mulut dengan
penyepitnya dan tempatnya di bagian anterior sampai dasar dari sepasang kaki
pertama.
Mandibel. Letaknya di bagian anterior dan hampir tertutup oleh bagian
posterior tubuh. Ciri-ciri mandibel adalah lebar, lembut, mengkilat, permukaannya
cembung, tampak dalamnya seperti tepi.

Maksila 1. Letaknya di bagian pertama dari maksila, strukturnya seperti


daun. Bagian yang agak kecil dan strukturnya runcing adalah endopodit. Dua
bagian di samping endopodit adalah endites 1 dan endites 2. Pada pangkal endites
1 banyak terdapat kitinase. Bagian ini disebut coxopodite.
Maksila 2. Letaknya setelah maksila 1. Bagian yang besar adalah
scaphognathite. Bagian anterior dibatasi oleh mandible dan bagian posterior
berupa ruang percabangan yang membantu pergerakan air di dalamnya.
Maxilliped 1. Bentuknya memanjang. Bagian dasarnya disebut epipodit
dan sesuai dengan ruang masuk insang yang membantu pergerakan air.
Maxilliped 2. Bagian tepi Protopodit dan Endopodit terdapat filament yang
disebut dengan filament yang bercabang. Struktur epipodalnya pada podobranch
berfungsi sebagai insang untuk respirasi. Pada bagian dasar coxopodite
merupakan bahan kitin.
Maxilliped 3. Letaknya dekat maxilliped 2. Maxilliped 1, 2 dan 3
bergabung menjadi satu bagian tubuh di thorax.
Periopod. Periopod berfungsi sebagai kaki jalan crayfish. Kaki pertama
mempunyai capit dan bentuknya lebih besar dibanding kaki renang yang lain.
Kaki kedua dan ketiga mempunyai chelate yang ukurannya sama. Kaki ketiga
terutama pada terutama pada crayfish betina terdapat suatu modifikasi di bagian
permukaannya yaitu adanya operculum genital. Kaki keempat dan kelima tidak
mempunyai chelate. Kaki kelima pada crayfish jantan terdapat tempat saluran
sperma.
Pleopoda. Pleopoda berfungsi sebagai kaki renang. Menurut Wiyanto dan
Hartono (2004), disamping sebagai alat berenang, kaki renang pada induk betina

yang sedang bertelur memiliki karakteristik memberikan gerakan dengan tujuan


meningkatkan kandungan oksigen terlarut di sekitarnya, sehingga kebutuhan
oksigen telur dan larva dapat terpenuhi. Kaki renang juga digunakan untuk
membersihkan telur atau larva dari tumpukan kotoran yang terendap. Lobster air
tawar merupakan spesies dimorfis. Yakni terdiri dari jenis kelamin jantan dan
betina. Jenis kelamin jantan dan betina dapat dibedakan secara pasti jika telah
berumur dua bulan dengan panjang total rata-rata lima sampai tujuh sentimeter.
Ciri-ciri primer pembeda jenis kelamin calon induk lobster air tawar adalah
bentuk tertentu yang terletak di tangkai jalan dan ukuran capit. Sementara itu ciriciri sekunder yang dapat dilihat secara visual adalah kecerahan warna tubuhnya
(Iskandar, 2003).
2.1.2 Habitat dan daerah Penyebarannya
Pada dasarnya lobster air tawar terdiri dari tiga keluarga besar yaitu
Astacidae, Cambaridae dan Parastacidae. Secara alami keluarga lobster air tawar
tersebut menyebar hampir di semua benua kecuali Afrika dan Antartika, meskipun
di kedua benua tersebut pernah ditemukan fosilnya. Keluarga Astacidae banyak
ditemukan di perairan bagian barat Rocky Mountain di Barat Laut Amerika
Serikat sampai Kolombia, Kanada dan juga di Eropa. Keluarga Cambaridae
banyak ditemukan di bagian timur Amerika serikat (80% dari jumlah spesies) dan
bagian selatan Meksiko, Selandia Baru, Amerika Selatan dan Madagaskar. Di
Indonesia terutama di perairan Jayawijaya, Papua, juga hidup beberapa spesies
dari keluarga Parastacidae (Wiyanto, 2003).
Habitat alam lobster air tawar adalah danau, rawa atau sungai yang
berlokasi di daerah pegunungan. Di samping itu diketahui lobster air tawar

10

bersifat endemic karena terdapat spesifikasi pada spesies lobster air tawar yang
ditemukan di habitat alam tertentu.
2.1.3 Siklus Hidup
Pada umumnya lobster air tawar mulai matang gonad pada umur 6 7
bulan. Setelah mencapai umur tersebut, induk jantan dan betina akan melakukan
perkawinan. Selanjutnya, induk betina akan bertelur dan mengeraminya hingga
menetas selama 1,5 bulan. Setiap kali bertelur, jumlah anakan yang menetas
berkisar 150 800 ekor. Namun, ada jenis lobster yang mampu menghasilkan
telur hingga ribuan butir antara lain jenis Astacopsis gouldi dengan jumlah telur
sekali bertelur sekitar 4.000 butir.
Sebelum bertelur, lobster betina yang telah matang gonad akan melakukan
perkawinan dengan lobster jantan. Proses perkawinan biasanya terjadi pada
malam hari atau menjelang pagi. Beberapa hari menjelang kawin, lobster jantan
dan betina yang berjodoh akan selalu bersama. Lobster jantan terlihat aktif
memperindah kaki-kaki renang dan daerah ventral antara kaki jalan ketiga dan
keempat. Sehari sebelum kawin, lobster jantan semakin aktif mendekati lobster
betina. Selanjutnya lobster jantan akan mencumbu betina. Setelah beberapa saat
bercumbu, lobster betina akan membalikkan tubuhnya dengan posisi terlentang.
Pada saat itu, lobster jantan akan segera menaiki tubuh lobster betina yang
menghadap ke atas. Ekor lobster betina akan berkontraksi dan abdomen lobster
jantan melingkupinya. Pada saat itu lobster jantan akan menyemprotkan
spermatoforanya ke permukaan ventral abdomen betina. Proses perkawinan ini
diperkirakan berlangsung sekitar 0,5 1 jam. Sekitar 10 15 hari setelah
perkawinan, telur akan mulai tampak di bagian bawah badan lobster betina. Telur

11

yang baru muncul tersebut berwarna kuning kemudian dalam beberapa minggu
akan berubah menjadi oranye dan timbul bintik-bintik hitam sebelum menetas.
Hingga telur tersebut menetas dan menjadi benih akan terus melekat di badan
lobster betina. Benih atau anakan lobster akan mulai lepas sekitar 4 5 hari
setelah menetas (Wiyanto dan Hartono, 2004)
2.1.4 Sifat Kanibal
Lobster air tawar termasuk binatang yang suka memakan jenisnya sendiri
yang biasa disebut dengan kanibal. Kanibal terjadi saat tidak tersedia pakan yang
memadai. Sifat kanibal ini juga timbul saat lobster lain dalam keadaan lemah dan
tidak dapat mempertahankan diri. Lobster akan lemah saat sakit atau sedang
molting. Agar tidak dimakan oleh kerabatnya, biasanya lobster yang sedang
mengalami pergantian kulit mencari tempat persembunyian untuk berlindung.
Karenanya, tempat budidaya harus dilengkapi dengan tempat-tempat yang dapat
digunakan oleh lobster untuk bersembunyi.
Kanibal juga terjadi pada lobster dewasa terhadap telur dan lobster kecil
yang baru menetas. Namun, jarang sekali induk yang sedang bertelur memakan
anaknya sendiri. Pada saat pembenihan lobster, induk yang sudah bertelur
sebaiknya dipisahkan dalam wadah yang terpisah agar telur yang menetas tidak
dimakan oleh induk yang lain (Iskandar, 2003).

2.2 Pergantian Kulit (Moulting)


Kerangka atau kelopak kulit yang menyelimuti tubuh lobster terbuat dari
bahan chitin, sifatnya keras dan tidak elastis. Jika ingin tumbuh besar, lobster
perlu membuang kulit lama dan menggantinya dengan kulit baru. Proses

12

pergantian kulit tersebut dikenal dengan istilah moulting. Selama siklus hidupnya,
lobster mengalami pergantian kulit hingga puluhan kali. Pergantian kulit mulai
terjadi pada umur 2 3 minggu. Frekuensi moulting tergantung umur serta jumlah
dan mutu makanan yang dikonsumsi. Lobster muda lebih sering mengalami
moulting dibandingkan dengan lobster dewasa karena masih dalam masa
pertumbuhan. Lobster yang mendapat pasokan makanan cukup dan berkualitas
akan lebih cepat melakukan moulting. Faktor makanan berpengaruh pada
percepatan moulting, dikarenakan makanan yang diserap lobster berfungsi untuk
membentuk jaringan material pertumbuhan. Selain faktor umur dan makanan,
faktor kualitas lingkungan juga bisa mempengaruhi frekuensi moulting. Suplai
oksigen yang sangat sedikit, suhu air yang terlalu tinggi, dan adanya timbunan
zat-zat beracun dalam air akan membuat pertumbuhan lobster terhambat. Dengan
demikian, frekuensi moulting juga terhambat.
Lobster yang akan moulting, yaitu sekitar 2 3 jam sebelumnya, terlihat
berdiam diri karena kondisinya sangat lemah dan seperti mau mati, bahkan tidak
mau makan. Pada tahap awal, kulit kepala akan mengelupas atau terlihat terangkat
dan terpisah dari kepala. Dalam beberapa waktu kepala akan keluar dari kulit
kepala disusul dengan mengelupasnya kulit eksoskeleton. Tubuh lobster yang
sudah berganti kulit masih terlihat lemah karena kulitnya masih sangat lunak.
Setelah 24 jam semua kulit akan mengeras kembali seperti sedia kala. Selama
proses moulting, lobster tidak makan.
Pada dasarnya moulting berfungsi untuk merangsang atau mempercepat
pertumbuhan. Moulting juga bisa mempercepat pematangan gonad pada lobster.
Dengan demikian, lobster akan cepat menghasilkan telur. Selain fungsi tersebut,

13

pergantian kulit juga untuk menumbuhkan kembali bagian tubuh yang cacat. Capit
yang patah akan tumbuh kembali setelah moulting. Namun, kaki bekas patah
tersebut tidak sebesar kaki sebelum patah. Secara umum, pertumbuhan lobster air
tawar dapat dilihat pada tabel 1. Pakan yang baik adalah pakan dengan kandungan
zat-zat gizi yang dibutuhkan lobster, seperti protein, lemak, mineral, dan vitamin.
Pakan memegang peranan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan lobster.
Pemberian pakan dengan jenis, jumlah, dan frekuensi yang tepat diharapkan
lobster akan tumbuh cepat dalam kondisi sehat, kuat dan terbebas dari serangan
penyakit (Wiyanto dan Hartono, 2004).

2.3 Pakan dan Pertumbuhan


Di habitat aslinya, lobster air tawar aktif mencari pakan pada malam hari
(nocturnal). Lobster air tawar adalah jenis binatang pemakan tumbuhan dan
hewan (omnivora). Pakan lobster air tawar biasanya berupa biji-bijian, ubi-ubian,
cacing, lumut, dan bangkai hewan. Lobster memanfaatkan antena panjangnya
untuk mendeteksi bahan pakan terlebih dahulu. Jika bahan pakan tersebut sesuai
dengan

keinginannya,

lobster

akan

menangkapnya

menggunakan

capit,

selanjutnya memegangnya dengan kaki jalan pertama sebagai tangan pemegang


pakan yang akan dikonsumsi. Lobster air tawar memiliki gigi halus yang terletak
di permukaan mulut, sehingga cara memakan pakannya sedikit demi sedikit. Agar
pertumbuhan lobster air tawar sesuai dengan yang diharapkan maka pakan yang
diberikan harus mengandung nutrisi yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan
lobster air tawar. Nutrisi yang dibutuhkan lobster air tawar terdiri dari protein,
lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral (Iskandar, 2003).

14

Lobster air tawar mempunyai karakteristik biologis yang menguntungkan


dalam kegiatan akuakultur seperti mudah bereproduksi, mempunyai toleransi
yang baik terhadap kepadatan, laju pertumbuhan yang relative cepat, bersifat
carnivore, daya adaptasi tinggi (Fortedar, 1998).

2.4 Kalsium
Dalam proses pertumbuhan lobster dibutuhkan mineral kalsium yang dapat
di cukupi dari makanan dan lingkungan. Mineral merupakan faktor ensensial
dalam proses metabolisme dalam pertumbuhan lobster. Menurut Mc Donald et al
(1988) mineral di bagi atas mineral ensensial yang terdiri dari atas mayor elemen
seperti Ca, P, Mg, Na, S dan Cl serta trace elemen seperti Fe, Mn, Cu, Co, I, Zn,
Si, Mo, Se, Cr, V, Sn, As dan Ni. Disamping mineral esensial terdapat mineral
yang tidak ensensial antara lain Ti, Al, B, dan Pb. Konsentrasi mineral dalam
tubuh lobster bergantung pada sumber pakan, lingkungan, spesies, laju
pertumbuhan dan fisiologisnya (Halver, 1989).
Menurut Suriati (2000) kalsium dinyatakan sebagai nutrient mikro yang
berfungsi untuk membentuk tulang, jaringan lunak dan proses regulasi dalam
tubuh berfungsi juga untuk menjaga keseimbangan asam dan basa dalam tubuh.
Kebutuhan kalsium akan meningkat dengan bertambahnya umur. Kalsium
digunakan udang untuk pembentukan jaringan struktural. Jumlah kalsium yang
diserap dalam tubuh tergantung dari kadar kalsium dalam tubuh. Apabila kalsium
dalam pakan menurun, maka penyerapan kalsium dari lingkungan perairan akan
meningkat. Menurut Lall (1989), pengambilan kalsium yang efektif pada ikan

15

bersirip adalah melalui air. Namun kandungan kalsium dalam air rendah
diperkirakan 0,34 % sehingga mineral kalsium harus ada dalam pakan.
Penentuan jumlah kalsium yang di berikan setiap hari merupakan hal yang
kompleks karena penyerapan kalsium dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
umur, perbedaan jenis kelamindan proses fisiologis. Apabila kekurangan kalsium,
maka pertumbuhan dapat terganggu bahkan dapat terhenti dan aktivitas jaringan
dapat terganggu jika kalsium dan fosfor tereduksi, maka pertumbuhan tulang akan
terhenti pula (Kompiang, 1989).
Kalsium mempunyai peran penting dalam pembentukan jaringan tubuh
terutama tualang atau eksoskeleton. Hal ini disebabkan 99% kalsium dalam tubuh
terdapat dalam jaringan eksoskeleton atau tulang. Sumber kalsium bagi lobster
dapat berasal dari pakan dan medianya. Penyerapan kalsium dalam rongga usus
memerlukan energy yang bergantungan pada enzim ATP-ase. Kalsium tidak
terdapat dalam bentuk bebas, namun berupa kation yang bermuatan positif
(Piliang, 2005).
Wickins dan Lee (2002) mengatakan bahwa adanya kandungan kapur yang
tinggi di perairan dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan.

Pengapuran pada

kolam budidaya bertujuan untuk menetralkan ion Al, Fe, H dan Mn serta
menambah unsur Ca dan Mg kedalam perairan. Pada perairan laut dan tawar yang
banyak mengandung kalsium dan magnesium pontesial berpengaruh pada pH
perairan. Mineralisasi kalsium pada eksoskeleton udang selama siklus molting
merupakan fenomena umum pada kepiting biru, lobster air tawar (Wang et al,
2003).

16

Peningkatan kadar kalsium dijaringan sebesar 3 % dapat meningkatkan


biomasa lobster sebesar 20 %. Kadar kalsium yang di simpan dijaringan lobster
dewasa lebih tinggi dibandingkan lobster muda. Pengaruh proses moulting pada
kadar kalsium dalam hemolin meningkat sejalan dengan pertambahan umur
lobster. Hubungan tingkat ganti kulit dengan umur dan kadar kalsium dalam
hemolin sebesar 0,653 (Adegboy, 1983). Lama periode perkembangan post larva
lobster ditentukan oleh waktu antara ganti kulit yang disebut intermoulting.
Transfer kalsium ke tubuh lobster berpengaruh terhadap konsumsi pakan yang di
akibatkan pertumbuhan meningkat (Sastry, 1983)
2.5 Kualitas Air
Lobster air tawar pada umumnya dapat hidup pada selang parameter air
yang lebar. Mereka diketahui toleran terhadap kandungan oksigen terlarut sangat
rendah. Akan tetapi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik tentu tidak akan
dapat dilakukan pada kondisi demikian. Untuk tumbuh dan berkembang dengan
baik mereka memerlukan kadar oksigen terlarut lebih dari 4 ppm. Lobster air
tawar juga toleran terhadap suhu sangat dingin mendekati beku hingga suhu diatas
35 C. Meskipun demikian untuk lobster-lobster air tawar daerah tropis
hendaknya dipelihara pada selang suhu 24 - 30 C. Pertumbuhan optimum akan
dapat dicapai apabila mereka dipelihara pada selang suhu 25-29 C.
Lobster air tawar hidup pada perairan dengan kisarn pH sedikit alkalin
yaitu antara 7-9. Mereka jarang dijumpai berada diperairan dengan pH kurang dari
7. Sedangkan kesadahan (kandungan kapur) air yang diperlukan adalah sedang
hingga tinggi. Hal ini diperlukan untuk menjaga kandungan kalsium terlarut
cukup tinggi

untuk menjamin pembentukan cangkang mereka dengan baik.

17

Berbagai laporan menunjukkan bahwa lobster air tawar muda sensitif terhadap
kadar klorin tinggi. Oleh karena itu sering dianjurkan untuk menuakan air terlebih
dahulu sebelum digunakan untuk lobster air tawar.
Lobster air tawar diketahui pula dapat mengakumulasikan merkuri (Hg) dalam
tubuhnya sehingga mereka sering dijadikan sebagai indikator pencemaran
lingkungan. Lobster air tawar sensitif terhadap pestidida, terutama dari golongan
organoklorin, begitu pula residu-residu minyak. Hal ini hendaknya menjadi
perhatikan bagi mereka yang ingin membudidayakan lobster air tawar secara
terbuka, agar terlebih dahulu memeriksa dengan seksama sumber air yang akan
digunakan

Anda mungkin juga menyukai