Anda di halaman 1dari 9

A.

MORFOLOGI
1. Pengertian
Crustacea adalah fillum Arthropoda yang sebagian besar hidup di laut dan
bernapas dengan insang. Tubuhnya terbagi dalam kepala (cephalo), dada (thorax),
dan perut (abdomen). Kepala dan dada bergabung membentuk kepala-dada
(chepalothorax). Kepalanya biasanya terdiri dari lima ruas yang tergabung
menjadi satu. Mereka mempunyai dua pasang antena, sepasang mandibel
(mandible) atau rahang dan dua pasang maksila (maxilla). Beberapa diantaranya
digunakan untuk berjalan. Ruas abdomen biasanya sempit dan lebih mudah
bergerak dari padakepala dan dada. Ruas-ruas tersebut mempunyai embelan yang
ukurannya sering mengecil (Oemarjati, 1990). Crustacea mempunyai kulit
(cangkang) yang keras disebabkan adanya endapan kalsium karbonat pada
kutikula. Semua atau sebagian ruas tubuh mengandung apendik yang aslinya
biramus. Bernapas dengan insang atau seluruh permukaan tubuh. Kelenjar antena
(kelenjar hijau) atau kelenjar maxilla merupakan alat ekskresi. Kecuali jenis- jenis
tertentu, crustacea pada umumnya dioecious, pembuahan di dalam. Sebagian besar
mengerami telurnya. Tipe awal larva crustacea pada dasarnya adalah larva
nauplius yang berenang bebas sebagai plankton (Ghufron dan Kordi, 2009).
2. Klasifikasi
Berdasarkan ukuran tubuhnya Crustacea dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
Entomostraca (udang tingkat rendah) dan Malakostraca (udang tingkat tinggi).
Untuk Entomostraca terdapat empat ordo, yaitu : Branchiopoda, Ostracoda,
Copecoda, dan Cirripedia, sedangkan Malakostraca terdapat tiga ordo yaitu:
Isopoda, Stomatopoda, dan Decapoda

a. Entomostraca (udang tingkat rendah) Kelompok Entomostraca umumnya


merupakan penyusun zooplankton, yaitu melayang- layang di dalam air dan
merupakan makanan ikan.Adapun pembagian Entromostaca antara lain :
1. Branchiopoda. Contoh: Daphnia pulex dan Asellus aquaticus. Hewan ini
sering disebut kutu air dan merupakan salah satu penyusun zooplankton.
Pembiakan berlangsung secara parthenogenesis.
2. Ostracoda. Contoh: Cypris candida, Codona suburdana. Hidup di air tawar
dan laut sebagai plankton, tubuh kecil dan dapat bergerak dengan antena.
3. Copepoda. Contoh: Argulus indicus, Cyclops. Hidup di air laut dan air
tawar, dan merupakan plankton dan parasit, segmentasi tubuhnya jelas.
4. Cirripedia. Contoh: Lepas atau Bernakel, Sacculina. Tubuh dengan kepala
dan dada ditutupi karapaks berbentuk cakram dan hidup di laut melekat
pada batu atau benda lain. Cirripedia ada yang bersifat parasit. Cara hidup
Cirripedia beraneka ragam. Salah satu diantaranya adalah Bernakel yang
terdapat pada dasar kapal, perahu dan tiang-tiang yang terpancang di laut
atau mengapung di laut.
5. Malacostraca (udang tingkat tinggi). Hewan ini kebanyakan hidup di laut,
adapula yang hidup di air tawar. Tubuhnya terdiri atas sefalotoraks yaitu
kepala dan dada yang bersatu serta perut (abdomen). Malacostraca dibagi
menjadi 3 ordo, yaitu Isopoda, Stomatopoda dan Decapoda.
1. Isopoda. Tubuh pipih, dorsiventral, berkaki sama.Contoh: Onicus
asellus (kutu perahu)- Limnoria lignorum. Keduanya adalah pengerek
kayu.
2. Stomatopoda. Contoh: Squilla empusa (udang belalang). Hidup di laut,
bentuk tubuh mirip belalang sembah dan mempunyai warna yang
mencolok. Belakang kepala mempunyai karapaks. Kepala dilengkapi
dengan dua segmen anterior yang dapat bergerak, mata dan antena.
3. Decapoda (si kaki sepuluh). Yang termasuk ordo ini adalah udang dan
ketam. Hewan ini mempunyai sepuluh kaki dan merupakan kelompok
udang yang sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia.Decapoda
banyak digunakan sebagai sumber makanan yang kaya dengan
protein.Contohnya adalah udang, kepiting, ketam dan rajungan. Kepala –
dada menjadi satu (cephalothorax) yang ditutupi oleh karapaks. Tubuh
mempunyai 5 pasang kaki atau sepuluh kaki sehingga disebut juga hewan
si kaki sepuluh. Hidup di air tawar, dan beberapa yang hidup di laut.

3. Struktur
Tubuh Tubuh Crustacea terdiri dari sefalotoraks (kepala dan dada bersatu) dan
abdomen (perut). Sefalotorak ditutupi oleh karapaks di bagian dorsalnya. Bagian
anterior karapaks lancip seperti duri, disebut rostrum. Pada bagian kepala terdapat
sepasang antenula pendek, sepasang antena panjang, dan sepasang maksila
(rahang atas). Mata majemuk tersusun dari banyak omatidium. Statosista terdapat
pada dasar antenula dan terdapat kemoreseptor pada antena. Mandibula (rahang
bawah) pendek dan tebal untuk menggigit dan menggiling makanan dan maksila
untuk membantu proses makan. Pada bagian dada terdapat maksiliped, sepasang
keliped (kaki capit), dan empat pasang pereiopod (kaki jalan) maksiliped
berfungsi menyaring dan memasukkan makanan ke mulut, sedangkan keliped
untuk menangkap makanan dan alat pertahanan diri dari musuh. Pada segmen
bagian perut terdapat sepasang pleopod (kaki renang). Pada udang jantan segmen
pleopod ke-l dan ke-2 termodiflkasi menjadi alat kopulasi yang disebut gonopod.
Pada udang betina pleopod berfungsi menyimpan telur dan membawa anaknya.
Ujung posterior tubuh terdapat telson dan sepasang uropod sebagai alat kemudi
berenang. Pada telson dan uropod terdapat statosista.

4. Ciri-Ciri
Ciri-ciri pada Crustacea yaitu sebagai berikut :
a) Tubuhnya terdiri atas 2 bagian pokok, yaitu Sefalothoraks ( Kepala dan dada
yang menyatu ), dan badan belakang / perut ( Abdomen ).
b) Pada umumnya perkembangan melalui fase larva.
c) Mempunyai 2 lubang kelamin dibelakang dada
d) Habitat tertutama di air tawar maupun air laut dan sedikit di darat.
e) Dibagian anterior terdapat sepasang mata majemuk yang bertangkai
f) Badan belakang pada udang melengkung diakhiri dengan ekor
g) Sistem pencernaan : Mulut –> Kerongkongan –> Lambung –> Usus –> Anus
h) Bernapas dengan insang
i) Setiap ruas tubuhnya terdapat sepasang kaki
j) Pada bagian perut ( Abdomen ) terdapat 5 kaki renang
k) Pada kelapa – dada terdapat sepasang antena, sepasang rahang atas ( Maksila ) ,
dan sepasangrahang bawah ( Mandibula)
l) Pada bagian kepala – dada terdapat 5 pasang kaki ( 1 pasang capit dan 4 pasang
kaki jalan )
m) Pada bagian kepala dilindungi oleh kulit keras ( Karapas )

5. Sistem Gerak Crustacea


Sistem Gerak Crustacea menggunakan kaki – kakinya untuk bergerak. Terdiri dari
lima pasang kaki yang masing – masing untuk sepasang kaki paling depan dan
paling besar di gunakan untuk mencapit sesuatu, empat kaki sesudahnya di
gunakan untuk berjalan dan juga memiliki lima pasang kaki di bagian belakang
yang fungsinya untuk berenang (kaki renang). Serta ia juga menggunakan ekornya
untuk bergerak.
6. Sistem Respirasi
Pada umumnya Crustacea bernafas dengan insang. Kecuali Crustacea yang
bertubuh sangat kecil bernafas dengan seluruh permukaan tubuhnya. Letak insang
pada malacostraca biasanya terbatas pada apendik thorax. Aliran air kearah insang
umumnya dihasilkan dari gerakan teratur sejumlah apendik
7. Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah pada Crustacea disebut sistem peredaran darah terbuka
(haemocoelic). Hal ini berarti bahwa darah beredar tanpa melalui pembuluh darah,
sehingga terjadi kontak langsung antara darah dan jaringan. Sistem peredaran
darah ini menyebabkan hilangnya rongga tubuh, karena darah memenuhi celah
antar jaringan dan organ tubuh yang disebut homocoel (rongga tubuh yang
dipenuhi darah). Rongga tubuhnya hanya pada rongga ekskresi dan organ
perkembangbiakan. Letak jantung dari Crustacea biasanya terdapat di bagian
dorsal toraks atau di sepanjang badan. Darah keluar dari jantung melalui sebuah
aorta anterior, arteri abdomen posterior, beberapa arteri lateral dan sebuah arteri
ventral. Beberapa Crustacea tidak mempunyai sistem arteri. Pada kebanyakan
Malakostraca terdapat jantung tambahan (accessory heart) atau pompa darah
untuk menaikan tekanan darah. Sistem peredaran darah Crustacea disebut sistem
peredaran darah terbuka, karena beredar tanpa melalui pembuluh darah. Darahnya
tidak mengandung hemoglobin (Hb) melainkan hemosianin yang daya ikatnya
terhadap oksigen rendah.
8. Sistem Reproduksi
Udang bersifat diesius, yang betina memiliki abdomen yang lebih besar di
bandingkan yang jantan. Alat reproduksi udang jantan terdiri atas sepasang testis,
sepasang vas deferens, dan sepasang vesikula seminalis. Alat reproduksi udang
betina terdiri atas sepasang ovari dan sepasang oviduk. Gonad biasanya panjang
dan sepasang terletak dibagian dorsal toraks dan atau abdomen. Crustacea
bereproduksi dengan mengadakan kopulasi (pembuahan). Pada proses kopulasi
tersebut individu jantan biasanya memiliki apendiks yang dapat berfungsi untuk
memegang betina. Individu jantan akan meletakan massa spermatoforik di bagian
sternum udang betina. Peletakan massa spermatoforik tersebut berlangsung
sebelum telur dikeluarkan. Pembuahan terjadi saat telur yang dikeluarkan dari
celah genital ditarik ke arah abdomen oleh pasangan kaki kelima betina. Pada
waktu telur tertarik ke abdomen, sperma keluar dari massa spermatoforik yang
tersobek sehingga terjadi pembuahan. Pembuahan tersebut dapat terjadi secara
eksternal maupun internal. Hal ini tergantung pada sifat dari spermatoforiknya.
Jika spermatoforknya bersifat kental, pembuahan terjadi secara eksternal.
Sedangkan spermatoforik yang bersifat cair memungkinkan untuk masuk ke
dalam oviduct (saluran telur) sehingga terjadi secara internal.
Telur yang sudah menetas akan menjadi nauplius yang planktonis. Naupilus
tersebut mempunyai tiga pasang apendik yaitu antenna pertama, antenna kedua
dan mandibula; tubuh belum beruas-ruas; dibagian anterior terdapat mata
nauplius.
9. Sistem Pencernaan dan Cara Mendapatkan Makanan Crustacea memiliki alat
pencernaan yang lengkap. Urutan pencernaan makanannya dimulai dari mulut,
kerongkongan (esofagus), lambung (ventrikulus), usus dan anus yang terletak di
bagian posterior. Hewan ini juga memiliki kelenjar pencernaan atau hati di bagian
chepalotoraks. Sisa hasil metabolisme dibuang melalui anus, selain itu juga
dibuang melalui alat ekskresi yang disebut kelenjar hijau yang terletak di dalam
kepala. Crustacea memiliki cara makan yang beraneka ragam yaitu dengan filter
feeder, pemakan bangkai, herbivora, karnivora, dan parasit. Filter feeder dalam
menyaring air untuk mendapatkan makanan hal ini menyebabkan mandibula
(rahang) dan antenna akan berubah (berevolusi) sesuai dengan fungsinya yaitu
mulut untuk menyring air dan antenna untuk melacak makanan pada air). Pada
Crustacea pemakan bangkai, herbivore, dan karnivora memiliki bagian tubuh yang
berfungsi untuk mencengkram atau mengambil makanan, misalya maksilla
mandibula yang berfungsi untuk memegang, menggigit, dan menggiling makanan.
Biasanya Crustacea aktif di malam hari, pada waktu itu mereka meninggalakan
tempat persembunyiannya untuk mencari makanan. Jenis yang hidup di perairan
dangkal akan menuju terumbu karang, sedangkan yang hidup di perairan yang
luamayan dalam akan berkeliaran disekitar tempat persenmbunyiannya untuk
mencari makan
10. Sistem Ekskresi
Alat ekskresi berupa sepasang bangunan yang lebar, disebut “kelenjar hijau”
terletak di bagian bawah kepala, anterior esophagus. Setiap kelenjar terdiri atas
bagian glanduler berwarna hijau, vesica urinaria, terbentuk dari dilatasi dinding
yang tipis dan saluran yang bermuara keluar melalui suatu pori terletak di bagian
ventral pada segmen basal antena. Fungsi kelenjar hijau adalah membuang sisa
metabolisme tubuh (Kastawi, 2009).
11. Sistem Syaraf Dan Alat Indra
Susunan saraf Crustacea adalah tangga tali. Ganglion otak berhubungan dengan
alat indera yaitu antena (alat peraba), statocyst (alat keseimbangan) dan mata
majemuk (facet) yang bertangkai. Alat indra terdiri atas mata majemuk, bintik
mata, statocyst, proproceptor, alat peraba dan chemoreceptor. Mata majemuk
terdapat pada hampir semua spesies dewasa, biasanya terletak pada ujung tangkai
yang dapat digerakkan tetapi adakalanya sessil. Crustacea dengan mata majemuk
yang berkembang baik mempunyai kemampuan untuk membedakan ukuran dan
bentuk tetapi ketajaman penglihatannya kecil dan gambarnya kasar. Bintik mata
selalu terletak digaris menengah dan khusus terdapat pada stadium larva nauplius;
terdiri atas 3 sampai 4 ocelli berbentuk mangkuk pigmen; berfungsi untuk
mendeteksi cahaya. Bintik mata diperlukan hewan planktonik untuk menentukan
lokasi permukaan air, dan bagi hewan peliang untuk menentukan lokasi
permukaan substrat. Statocyst hanya terdapat pada beberapa kelompok
Malakostraca. Sepasang statocyst biasa terletak pada pangkaal antenul, uropod
atau telson. Propioreceptor merupakan alat indra otot, terdapat pada malacostraca
terutama decapoda. Tiap organ terdiri atas sejumlah sel otot yang mengalami
modifikasi spesial, berperan membantu mengatur kedudukan apendik, semacam
indra gerak yang dirangsang oleh peregangan diantara sel otot, kontraksi otot
diskitarnya. Alat peraba biasanya membentuk bulu-bulu dan tersebar di berbagai
tempat pada permukaan tubuh, terutama apendik. Chemoreceptor merupakn alat
indra untuk mendeteksi zat kimia, terdapat pada kedua pasang antena dan apendik
mulut . Esthetasc berbentuk bulu-bulu indra yang panjang dan lembut merupakan
chemoreseptor yang umum terdapat kebanyakan crustacea

B. SIKLUS HIDUP
Daur hidup udang meliputi beberapa tahapan yang membutuhkan habitat yang
berbeda pada setiap tahapan. Udang melakukan pemijahan di perairan yang relatif
dalam. Setelah menetas, larvanya yang bersifat planktonis terapung-apung dibawa
arus, kemudian berenang mencari air dengan salinitas rendah disekitar pantai atau
muara sungai. Di kawasan pantai, larva udang tersebut berkembang. Menjelang
dewasa, udang tersebut beruaya kembali ke perairan yang lebih dalam dan memiliki
tingkat salinitas yang lebih tinggi, untuk kemudian memijah. Tahapan-tahapan
tersebut berulang untuk membentuk siklus hidup. Udang penaeid dalam pertumbuhan
dan perkembangannya mengalami beberapa fase, yaitu nauplius, zoea, mysis, post
larva, juvenile (udang muda), dan udang dewasa (Fast dan Laster, 1992). Menurut
Rizal (2009), setelah telur-telur menetas, larva hidup di laut lepas menjadi bagian dari
zooplankton. Saat stadium post larva bergerak ke daerah dekat pantai dan perlahan-
lahan turun ke dasar di daerah estuari dangkal. Perairan dangkal ini memiliki
kandungan nutrisi, salinitas dan suhu yang sangat bervariasi dibandingkan dengan laut
lepas. Setelah beberapa bulan hidup di daerah estuari, udang dewasa kembali ke
lingkungan laut dalam dimana kematangan sel kelamin, perkawinan dan pemijahan
terjadi.

C. EPIDEMIOLOGI
Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89% diantaranya hidup di
perairan laut, 10% diperairan air tawar dan 1% di perairan teresterial. Udang laut
merupakan tipe yang tidak mampu atau mempunyai kemampuan terbatas dan
mentolerir perubahan salinitas. Kelompok ini biasanya hidup terbatas pada daerah
terjauh pada estuari umumnya mempunyai salinitas 30% atau lebih. Kelompok udang
yang mempunyai kemampuan untuk mentolerir variasi penurunan salinitas sampai
dibawah 30% adalah hidup di daerah terestrial dan menembus hulu estuari dengan
tingkat kejauhan bervariasi sesuai dengan kemampuan spesies untuk mentolerir
penurunan tingkat salinitas. Kelompok terakhir adalah udang air tawar. Udang dari
kelompok ini biasanya tidak dapat mentolerir salinitas diatas 5%. Lingkungan sebagai
mediator hidup udang memegang peranan sangat penting bagi pertumbuhan udang di
samping pakan18. Udang menempati perairan dengan berbagai tipe pantai seperti
pantai berpasir, berbatu ataupun berlumpur. Spesies yang dijumpai pada ketiga tipe
pantai ini berbeda-beda sesuai dengan kemampuan masing - masing spesies
menyesuaikan diri dengan kondisi fisik kimia perairan. (Yusuf Kastawi, 2005 ).

Tingkah- tingkah Laku Udang :


1. Sifat Nokturnal
Menurut Powers dan Bliss (1983), udang memiliki mata yang besar dan bersifat
seperti lapisan pemantul cahaya, fakta yang menguatkan dugaan bahwa udang bersifat
nokturnal dimana udang lebih suka muncul pada malam hari. Jika terganggu
udang dapat melompat sejauh 20-30 cm menghindar dari gangguan.
2. Pergantian Kulit (Molting)
Pada peristiwa pergantian kulit ini, proses biokimia yang terjadi, yaitu
pengeluaran (ekskresi) dan penyerapan (absorbsi) kalsium dari tubuh hewan.Kulit
baru yang terbentuk berwarna pucat dan setelah 2-3 hari kemudian barulah warna
semula kembali, sebabnya adalah berubahnya kualitas air ataupun karena
makanan serta proses pengeluaran zat tertentu di tubuh udang (Romimohtarto dan
Juwana, 2007).
3. Tingkah Laku Makan
Udang termasuk golongan omnivora ataupun pemakan segalanya. Beberapa
sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton, copepoda,
polichaeta, larva kerang dan lumut. Untuk mendeteksi sumber pakan, udang
berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit. Makanan ditangkap
dengan capit kaki jalan (periopod) dan masukkan kebagian mulut. Bagian makan
yang kecil ditempatkan langsung disuatu tempat didalam mulut sementara bagian
makanan yang besar dibawa kedalam mulut oleh maxilliped atau alat-alat
pembantu rahang.
4. Ekologi Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir yang dimaksud di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat
dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering
maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang,angin
laut, dan perembesan air asin, sedangkan kearah laut wilayah pesisir
mencakupbagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang
terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan
oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran
(Soegiarto dalam Wibisono, 2005). Pada kawasan pesisir terdapat zona pantai
yang merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera
dunia, berupa pinggiran yangsempit. Wilayah ini disebut zona intertidal yang
mempunyai kisaran geografis seperti pantai berbatu,pantai berpasir dan pantai
berlumpur. Dalam wilayah pesisir terdapat satu atau lebih ekosistem dan
sumberdaya. Ekosistem pesisir dapat bersifat alami dan buatan manusia antara
lain berupa tambak, kawasan wisata, industri atau pemukiman (Haryuni, 2013 ).

DAPUS:

Cipta, Maestro. 2016. Makalah Crustacea. Diakses melalui


https://www.slideshare.net/ASCE11/makalah-crustacea Pada 11 Agustus 2019

Ismaini dan Putri Kartika Sari. 2018. Morfologi, Siklus Hidup Serta Epidemiologi Crustacea
(Udang). Diakses melalui:
https://www.academia.edu/36615958/MORFOLOGI_SIKLUS_HIDUP_SERTA_EPID
EMIOLOGI_CRUSTACEA_UDANG

Anda mungkin juga menyukai