Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN PUSTAKA


2.1.1 Klasifikasi dan Anatomi Lobster Air Tawar
Lobster air tawar merupakan salah satu genus dari kelompok udang (Crustacea) yang
hidupnya hanya di air tawar. Lobster air tawar banyak terdapat di danau, rawa, dan sungai. Di
habitat aslinya, jenis udang besar ini biasanya hidup ditempat yang memiliki tempat berlindung
seperti celah-celah bebatuan dan akar pohon. Daerah penyebarannya meliputi Asia dan Australia,
Seperti Papua dan Quinsland. Berdasarkan daerah penyebarannya tersebut, lobster air tawar
dapat dibagi ke dalam 3 famili, yakni famili astacidae dan cambaridae yang tersebar di belahan
bumi utara, seperti Amerika dan Eropa, serta famili parastacidae yang tersebar di belahan bumi
selatan seperti Asia dan Australia. Di Indonesia, lobster air tawar berasal dari famili parastacidae
(Iskandar, 2003).

Lobster air tawar memiliki beberapa nama umum seperti Crayfish, Crawfish, dan Crawdad.
Lobster air tawar diklasifikasikan sebagai berikut:

Filum : Arthopoda
Sub Filum : Crustacea
Kelas : Malacostrada
Famili : Parastacidae
Ordho : Decapoda
Genus : Cherax
Spesies : Cherax lorentzi, Cherax albertisi, Cherax lorentzi auranus

Lobster air tawar merupakan spesies yang tidak memiliki tulang dalam (internal skeleton),
tetapi seluruh permukaan tubuh dan organ luarnya terbungkus cangkang (external skeleton).
Proses pembentukan cangkang membutuhkan bahan berupa kalsium dan terjadi setelah proses
pergantian semua cangkang berlangsung sempurna. Cangkang yang menutupi kepala disebut
karapak (carapace) yang berperan dalam melindungi organ tubuh, seperti otak, insang, hati, dan
lambung. Karapak berbahan zat tanduk atau kitin yang tebal dan merupakan nitrogen

BUDIDAYA LOBSTER
13
polisakarida yang disekresikan oleh kulit epidermis dan dapat mengelupas saat terjadi pergantian
cangkang tubuh (molting). Berkaitan dengan pembentukan cangkang, lobster air tawar
memunculkan perilaku yang dikenal dengan istilah gastrolisasi. Gastrolisasi berlangsung saat
pergantian cangkang akan terjadi, yakni kalsium yang berasal dari sumber pakan yang
dikonsumsi, air yang diserap, dan kalsium hasil kanibal akan ditampung, kemudian ditumpuk
didalam bagian depan lambung, sehingga membentuk lempengan bulat berwarna putih susu yang
dikenal dengan nama gastrolith. Setelah proses molting terjadi secara sempurna, gastrolith akan
diserap kembali sejalan dengan pembentukan cangkang baru yang diikuti oleh pengerasan.

Disamping sebagai alat untuk berenang, kaki renang pada induk betina yang sedang
bertelur memiliki karakteristik memberikan gerakan dengan tujuan meningkatkan kandungan
oksigen terlarut disekitarnya, sehingga kebutuhan oksigen telur dan larva dapat terpenuhi. Kaki
renang juga digunakan untuk membersihkan telur atau larva dari tumpukan kotoran yang
terendap. Serta Empat pasang kaki untuk berjalan (walking legs).
Karakteristik khusus yang dimiliki lobster air tawar yaitu dibanding dengan morfologi
tubuh udang galah air tawar (Macrobrachum resenbergii), ciri-ciri khusus yang dimiliki lobster
air tawar sebagai berikut: seluruh proses siklus lobster air tawar dilaksanakan di air tawar,
memiliki sistem pengeraman telur dari pengembangan hingga telur menetas, pengasuhan benih
dilakukan sejak benih masih memiliki kuning telur hingga berbentuk juvenil dengan ukuran dan
umur tertentu, karakteristik lainnya adalah meningkatnya aktivitas kaki renang terutama saat
mengerami telur atau mengasuh benih. Tingginya aktivitas pergerakan kaki renang untuk
meningkatkan kandungan oksigen terlarut karena baik pada saat terjadinya pembelahan inti sel
(mitosis) hingga terbentuknya sigot dalam telur maupun dalam penetasan telur hingga dilakukan
pengasuhan benih, kebutuhan terhadap oksigen relatif tingga, sedangkan sumber oksigen hanya
berasal dari oksigen terlarut didalam air sekitarnya.
Tubuh lobster dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian kepala (chepalothorax) dan perut
(abdomen). Jika dilihat dari organ tubuh luar, lobster air tawar memiliki beberapa alat pelengkap
sebagai berikut:

1. Sepasang antena yang berperan sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan kondisi
lingkungan.

BUDIDAYA LOBSTER
13
2. Sepasang antanela yang berfungsi untuk mencium pakan, 1 mulut, dan sepasang capit
(celiped) yang lebar dengan ukuran lebih panjang dibandingkan dengan ruas dasar
capitnya.
3. Enam ruas badan (abdomen) agak memipih dengan lebar badan rata-rata hampir sama
dengan lebar kepala.
4. Ekor. Satu ekor tengah (telson) memipih, sedikit lebar, dan dilengkapi dengan duri-duri
halus yang terletak di semua bagian tepi ekor, serta 2 pasang ekor samping (uropod) yang
memipih.
5. Enam pasang kaki renang (pleopod) yang berperan untuk berenang. Kaki renang pada
induk betina yang sedang bertelur memberikan gerakan untuk meningkatkan kandungan
oksigen terlarut di sekitarnya. Kaki renang juga digunakan untuk membersihkan telur
atau larva dari kotoran yang terendap.
6. Empat pasang kaki untuk berjalan (walking legs).

Gambar 1. Anatomi Tubuh Lobster Air Tawar

2.1.2 Sifat dan Tingkah Laku Lobster Air Tawar


Lobster air tawar memiliki sifat dan tingkah laku khusus yang tidak dimiliki oleh jenis
ikan lainnya. Sifat-sifat dan tingkah laku lobster air tawar tersebut adalah:
a. Pergantian Cangkang (molting)
Dalam siklus hidupnya, lobster sering melakukan pergantian cangkang (molting).
Molting terjadi seiring dengan perkembangan ukuran tubuhnya, sejak masih kecil hingga
dewasa. Namun semakin dewasa, pergantian cangkang akan semakin berkurang. Molting

BUDIDAYA LOBSTER
13
merupakan saat yang rawan bagi lobster. Saat itu tubuhnya tidak terlindungi oleh apapun
sehingga sangat lemah dan mudah dimangsa oleh lobster lain. Karena itu pada saat
sedang molting biasanya lobster akan berdiam diri di dalam lubang persembunyiannya.
Kebanyakan kematian pada LAT salah satunya disebabkan oleh kegagalan dalam proses
molting. Dalam proses molting ini banyak melaluiproses-proses bersifat hormonal.
Setidaknya dua jenis hormon diketahui bertanggung jawab terhadap proses
molting. Hormon tersebut adalah hormon Ecdysis dan Molt Inhibiting Hormone (MIH).
Ecdysis berperan dalam memicu proses molting, sedangkan HIM berfungsi sebaliknnya
yaitu menghambat proses molting itu sendiri.
Dalam proses molting dijumpai pula fenomena khas, yaitu berupa proses
penyerapan kalsium dari kerangka yang disimpan dalam organ khusus dalam perut LAT
yang disebut sebagai Gastrolith. Ciri-ciri LAT yang akan molting adalah sebagai berikut:
a. LAT cendrung senang berdiam diri dalam persembunyiannya dan kurang aktif.
Kalaupun bergerak mereka tampak lamban dan seperti akan mati.
b. Warna kulit lebih cenderung keruh ataupun gelap.
c. Terbukanya rostrum ataunya rostrumnya membengkak.
Sedangkan prosesan Molting itu sendiri secara ringkas terbagi dalam empat tahapan
yaitu: Proecdysis, Ecdysis, Metecdysis dan Intramolting.
 Proecdysis: Tahapan ini merupakan tahapan persiapan dalam proses molting,
dimana sel-sel epidermis LAT memisahkan diri dari kutikel tua dan mulai
menyiapkan diri membentik kerangka luar baru. Kalsium diserap dari kerangka
lama dan disimpan dalam gastrolith. Pada tahapan ini LAT akan berhenti makan,
kebutuhan energinya selanjutnya diambil alih oleh hepatopancreas yang akan
mensuplai energi selama proses tersebut berlangsung.
 Ecdysis: Tahapan ini merupakan tahapan dimana LAT melakukan pelepasan dari
kerangka lama. Saat baru keluar kutikel LAT dalam keadaan masih lembut.
 Metecdysis: Pada tahap ini LAT melakukan pemindahan mineral kalsium dari
gastrolith ke kutikel barunya sebagai bahan kerangka luar. Endokutikel juga
terbentuk pada fase ini.
 Intermolt: Merupakan fase antar molting. Saat ini kerangka dan pertumbuhan
jaringan nyaris

BUDIDAYA LOBSTER
13
d. Mengkonsumsi Pakan
Lobster tidak begitu senang dengan panas matahari sehingga hidupnya banyak
dihabiskan di dalam lubang-lubang persembunyian. Lobster air tawar bergerak sangat
lamban pada siang hari, tetapi akan berubah agresif pada malam hari. Hal ini karena
lobster termasuk hewan nocturnal yaitu hewan yang aktif mencari makan pada malam
hari. Makanan Lobster antara lain biji-bijian, sayuran, lumut, daging segar, cacing, dan
bangkai binatang sehingga digolongkan sebagai hewan omnivora. Lobster air tawar juga
termasuk hewan yang suka memakan jenisnya sendiri. Biasanya ini terjadi saat tidak
tersedia pakan yang memadai. Sifat kanibal ini juga timbul saat lobster lain dalam
keadaan lemah dan tidak dapat mempertahankan diri, khusunya pada saat molting.
e. Sistem Reproduksi
Lobster hanya akan kawin jika menemukan pasangan yang cocok. Meskipun
bertemu dan saling terangsang, lobster tidak akan melakukan perkawinan jika tidak
cocok. Di habitat aslinya, lobster mulai kawin pada saat berumur 1 tahun dan terjadi pada
awal musim penghujan. Perkawinan biasanya dilakukan pada malam hari. Sepuluh hari
setelah kawin, telur yang dibuahi oleh induk jantan akan terlihat melekat di bawah perut
induk betina. Telur ini akan menetas 1,5 bulan setelah pembuahan.

2.1.3 Jenis-Jenis Lobster Air Tawar


Hingga saat ini, beberapa jenis lobster sudah dibudidayakan di Indonesia, baik
sebagai lobster konsumsi maupun lobster hias (Iskandar, 2003). Jenis-jenis tersebut adalah:
a. Lobster Air Tawar Capit Merah (Cherax quadricarinatus)
Cherax quadricarinatus dikenal dengan sebutan redclaw atau biasa juga disebut
sebagai Yabby Queensland Utara. Disebut redclaw karena lobster air tawar dewasa jenis
ini mempunyai warna merah pada capit bagian luarnya, khususnya pada lobster jantan.
Selain sebagai lobster konsumsi, lobster capit merah juga cocok digunakan sebagai
lobster hias karena memiliki warna tubuh yang bagus dan ukuran yang besar.
Lobster air tawar capit merah dapat hidup dan tumbuh pada suhu 2-37 o C.
Meskipun demikian, suhu air optimal yang paling tepat untuk hidup dan tumbuh adalah
23-31oC. Sementara itu, toleransi terhadap kandungan oksigen di dalam air adalah 1 ppm,
keasaman 6-9,5, dan amonia 1 ppm (Iskandar, 2003).

BUDIDAYA LOBSTER
13
b. Procambarus clarkii
Berbeda dengan genus cherax, genus procambarus bukan merupakan lobster air
tawar asal Australia. Keluarga Cambaridae merupakan keluarga lobster air tawar yang
hidup di bagian lintang utara. Procambarus clarkii sendiri berasal dari daerah Amerika
Utara, di Louisiana dan di Delta Missisippi. P. clarkii mempunyai warna tubuh dominan
merah. Oleh karena itu mereka sering disebut sebagai red crayfish. P. clarkii dewasa
berwarna merah gelap, sedangkan P. clarkii muda berwarna merah kekelabuan.
Procambarus clarkii adalah lobster yang paling jarang mengalami molting karena
pertumbuhannya lambat dan ukuran tubuhnya relatif kecil. Panjang tubuh lobster dewasa
ini hanya sekitar 10-12 cm. Red crayfish bersifat sangat agresif, teritorial, dan rakus,
sehingga mereka bisa menjadi ancaman bagi hewan lain yang dipelihara dalam satu
wadah.
c. Lobster Air Tawar Yabbie (Cherax destructor)
Cherax destructor merupakan jenis lobster air tawar yang paling dikenal diantara 100
jenis lobster air tawar yang hidup di Australia. Mereka bisa dijumpai mulai dari daerah New
South Wales hingga diseluruh dataran benua Australia. Sebaran yang luas menyebabkan
mereka mampu beradaptasi mulai dari daerah dingin di danau-danau berair dingin
pegunungan Snowy, hingga daerah beriklim panas.
Lobster air tawar yabbie memiliki toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi oksigen
terlarut sebesar 0,5 ppm dan suhu air 8-30o C. Metabolisme tubuh, nafsu makan, dan
pertumbuhannya rendah jika dipelihara di dalam wadah dengan suhu air kurang dari 16 oC.
Lobster yabbie juga memiliki kemampuan membuat tempat perlindungan dengan menggali
lubang di dasar perairan hingga kedalaman 2 meter. Ciri spesifik lobster yabbie adalah
capitnya hampir sama besar dengan ukuran tubuhnya. Sementara itu, tubuhnya sendiri
tergolong kecil jika dibandingkan dengan lobster air tawar jenis lain.

BUDIDAYA LOBSTER
13
2.2 TINJAUAN EMPIRIS
Potensi pasar untuk lobster air tawar sangat tinggi. Tingginya potensi pasar lobster air
tawar ini terbukti dari jumlah permintaan akan lobster air tawar yang tinggi baik dalam
maupun luar negeri. Permintaan lobster air tawar ini datang dari restoran-restoran yang
menyajikan hidangan lobster dalam daftar menunya dan rumah tangga. Namun, penawaran
lobster air tawar masih sangat terbatas karena masih sedikit orang yang menggeluti usaha
budidaya lobster air tawar. Hal ini membuat harga lobster air tawar tinggi yaitu Rp. 150.000
per kg untuk lobster air tawar ukuran konsumsi. Harga tersebut berlaku di tingkat
pengumpul, sedangkan harga pada tingkat end user dapat mencapai kisaran Rp. 200.000-
250.000 per kg.
Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran lobster air tawar memberikan
keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Dengan demikian, pasar dapat menyerap seluruh
jumlah produksi lobster yang dipanen oleh perusahaan. Kebutuhan lobster air tawar untuk
memenuhi pasar Jakarta saja mencapai 2-3 ton per bulan, sedangkan untuk nasional
diperkirakan jumlah kebutuhan lobster air tawar antara 6-8 ton per bulan dengan restoran
sebagai penyerap utamanya jika diasumsikan bahwa 5 persen dari penduduk Indonesia
mengkonsumsi lobster air tawar. Dari angka tersebut dapat dilihat betapa menjanjikannya usaha
budidaya lobster air tawar ini (Cucun, 2006). Bahkan permintaan lobster air tawar diramalkan
tidak akan surut selama masih ada konsumen yang berniat untuk mengkonsumsinya.

2.3 KONSEP PEMIKIRAN


Berdasarkan analisis potensi pasar lobster air tawar, dapat disimpulkan bahwa
pengusahaan lobster air tawar ini layak untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan besarnya
potensi pasar lobster air tawar jika dilihat dari sisi permintaan, penawaran, dan harga. Jumlah
permintaan yang tidak diimbangi oleh jumlah penawaran menciptakan peluang besar pada
pengusahaan lobster air tawar. Di samping itu, harga jual yang tinggi juga cukup menjanjikan
bahwa usaha lobster air tawar dapat mendatangkan keuntungan.

BUDIDAYA LOBSTER
13
BAB III

METODE PENULISAN

Karya tulis ini disusun dengan menggunakan metode studi pustaka. Metode studi pustaka
dilakukan dengan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan materi yang disampaikan
dan dengan menambahkan referensi yang bersumber dari informasi internet yang tentunya juga
berhubungan dengan materi mengenai budidaya lobster.

BUDIDAYA LOBSTER
13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 ASPEK OPERASIONAL


4.1.1. Menentukan lokasi budidaya

Salah satu penentuan keberhasilan budidaya lobster air tawar adalah ketepatan
dalam pemilihan lokasi usaha. Lokasi usaha budidaya lobster air tawar dikatakan tepat
jika telah memenuhi pertimbangan beberapa aspek:

1. Ditinjau dari aspek social, usaha budidaya lobster air tawar harus bisa menggunakan
sumber daya yang tedapat disekitar lokasi secara optimal. Sumber daya tersebut tidak
hanya sumber daya alam tetapi juga sumber daya manusia.
2. Ditinjau dari aspek ekonomi, hal terpenting yang perlu dipertimbangkan adalah
kedekatan jarak lokasi usaha budidaya dengan pasar, tersedianya sarana jalan dan
transportasi yang baik dan dekat dengan tempat penjaulan sarana dan prasarana
budidaya.
3. Dari aspek teknis, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebagai berikut:
• Memiliki pengetahuan yang cukup dalam hal teknis budidaya.
• Lokasi harus berdekatan dengan sumber air agar pasokan air bersih terjamin.
• Lokasi tidak termasuk kawasan industry yang padat, mengingat keberadaan
industri berpotensi menimbulkan pencemaran air.
4.1.2. Syarat Hidup Lobster
Lobster air tawar (LAT) pada umumnya dapat hidup pada selang parameter air yang
lebar. Mereka diketahui toleran terhadap kandungan oksigen terlarut sangat rendah. Akan
tetapi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik tentu tidak akan dapat dilakukan pada
kondisi demikian. Untuk tumbuh dan berkembang dengan baik mereka memerlukan
kadar oksigen terlarut lebih dari 4 ppm.
Untuk kehidupannya, LAT tidak perlu harus terendam air. Selama insangnya dapat
tetap terjaga selalu lembab; mereka dapat menyerap oksigen langsung dari udara dan
dapat hidup dalam keadaan demikian hingga beberapa bulan. Udara yang lembab
biasanya sudah cukup untuk mempertahankan insang mereka tetap lembab. Meskipun
demikian untuk berpijah mereka memerlukan dan harus ada didalam air.

BUDIDAYA LOBSTER
13
LAT telah bervolusi untuk dapat hidup dalam cuaca kering. Apabila lahan tempat
tinggal mereka kering, LAT akan menggali lubang selaras dengan penurunan permukaan
air tanah yang terjadi, kemudian menutup luban yang dengan tumpukan tanah bekas
galiannya.
Selanjutnya mereka akan tampak berada dalam keadaan dorman. Keadaan ini
disebut sebagai aestivation. Mereka bisa dalam keadaan demikian dalam jangka waktu
sangat lama, hingga air mulai datang kedaerah mereka.
LAT biasa hidup di air keruh, hal ini sangat menguntungkan bagi mereka agar dapat
terhindar dari musuh alaminya. Biasanya mereka hidup pada perairan dengan dasar
berlumpur dengan beberapa bebatuan dan potongan cabang tanaman. Dilaporkan bahwa
LAT yang dipelihara pada lingkungan dengan substrat berbatu dan belumpur memiliki
pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang dipelihara pada substrat
buatan seperti plastik.
a. Temperatur:
LAT juga toleran terhadap suhu sangat dingin mendekati beku hingga suhu
diatas 35 °C. Meskipun demikian untuk LAT-LAT daerah tropis hendaknya
dipelihara pada selang suhu 24 - 30° C Pertumbuhan optimum akan dapat
dicapai apabila mereka dipelihara pada selang suhu 25-29 °C.
b. pH dan Kesadahan:
LAT hidup pada perairan dengan kisarn pH sedikit alkalin yaitu antara 7-9.
Mereka jarang dijumpai berada diperiaran dengan pH kurang dari 7. Sedangkan
kesadahan air yang diperlukan adalah sedang hingga tinggi. Hal ini diperlukan
untuk menjaga kandungan kalsium terlarut cukup tinggi untuk menjamin
pembentukan cangkang mereka dengan baik.
c. Kualitas air lainnya:
Berbagai laporan menunjukkan bahwa LAT muda sensitif terhadap kadar
klorin tinggi. Oleh karena itu sering dianjurkan untuk menuakan air terlebih
dahulu sebelum digunakan untuk LAT. LAT diketahui pula dapat
mengakumulasikan merkuri (Hg) dalam tubuhnya sehingga mereka sering
dijadikan sebagai indikator pencemaran lingkungan. LAT sensitif terhadap
pestidida, terutama dari golongan organoklorin, begitu pula residu-residu

BUDIDAYA LOBSTER
13
minyak. Hal ini hendaknya menjadi perhatikan bagi mereka yang ingin
membudidayakan LAT secara terbuka, agar terlebih dahulu memeriksa dengan
seksama sumber air yang akan digunakan.
4.1.3. Wadah Pemeliharaan
1. Akuarium
2. Kolam Semen
3. Bak Fiber
4. Kolam Tanah
4.1.4. Peralatan
Alat yang di butuhkan dalam budidaya lobster antara lain :
1. Jaring penangkap lobster ukuran 40x30 cm sebanyak 5 buah.
2. Tempat persembunyian: pipa pralon ukuran 0,5 inchi dan 2 inchi dan roster 10 buah
per kolam
3. Aerator hi-blow sebanyak 1 buah. Aerator adalah alat untuk mensupply oksigen
kedalam aquarium, tapi apabila di kolam ataupun di tempat pemeliharaan terdapat air
mengalir maka airator tidaklah dibutuhkan
4. Pompa air 1 buah
5. Peralatan pendukung (pH meter, thermometer, salinitas meter, selang)
6. Sarana penerangan (lampu, kabel, dan lain-lain)
4.1.5. Pakan Lobster Air Tawar

Pakan memegang peranan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan lobster.


Pemberian pakan jenis, jumlah, dan frekuensi yang tepat diharapkan lobster akan tumbuh
dengan cepat dalam kondisi sehat, kuat, dan terbebas dari serangan penyakit. Pakan yang
baik adalah pakan dengan kandungan zat-zat gizi yang dibutuhkan lobster, seperti
protein, lemak, mineral, dan vitamin.

Protein mutlak dibutuhkan lobster karena fungsinya sebagai pemacu pertumbuhan


dan pengganti jaringan yang rusak. Seperti halnya protein, kecukupan lemak dalam tubuh
lobster juga diperlukan karena terkait erat dengan karbohidrat. Keduanya merupakan
sumber energi utama.

BUDIDAYA LOBSTER
13
Kebutuhan mineral seperti mineral kalsium, besi, fosfor, magnesium, dan lain-lain
memang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit bila dibandingkan dengan kebutuhan
protein, karbohidrat dan lemak. Meskipun sedikit, peranan mineral dalam menjaga
kondisi tubuh lobster agar senantiasa prima sangat dibutuhkan. Vitamin bagi lobster
dibutuhkan untuk membentuk warna yang cemerlang. Zat-zat gizi dapat diperoleh dari
berbagai jenis pakan alami dan pakan buatan.

a. Pakan Alami
Pakan alami adalah pakan dengan bahan dasar dari alam tanpa dilakukan
pengolahan dan tambahan bahan-bahan lain. Biasanya pakan alami hanya
terdiri dari 1 bahan pakan. Pakan alami terbagi menjadi 2 yaitu pakan alami
segar dan pakan alami mati.
 Pakan Alami Segar
Pakan alami segar adalah pakan alami yang diberikan kepada
lobster dalam keadaan hidup. Pakan alami segar antara lain cacing
tanah, cacing merah, dan cacing sutera. Cacing memiliki kandungan
protein yang sesuai dengan kebutuhan lobster hobies tidak perlu
khawatir akan terjadi kekurangan pakan hidup. Cacing dan udang
sawah banyak dijadikan sebagai pakan lobster hias seperti louhan
sehingga ketersediaannya sebagai pakan lobster cukup banyak dan
tidak perlu dikhawatirkan
 Pakan Alami Mati
Pakan alami mati adalah pakan alami baik dari hewan maupun
tanaman yang sudah mati. Pakan tersebut antara lain cacing beku,
usus ayam yang sudah dicincang, serta akar tanaman seladah air dan
eceng gondok. Pakan ini sangat baik diberikan pada lobster karena
mengandung nilai gizi yang cukup meskipun tidak sebaik pakan
hidup.

b. Pakan Buatan
Pakan Buatan adalah pakan olahan pabrik dengan bahan-bahan yang
sangat beragam. Salah satu pakan yang terkenal adalah pelet udang. Pakan

BUDIDAYA LOBSTER
13
inilah yang banyak digunakan oleh hobies ikan hias. Berbeda dengan pakan
alami, pellet lebih higienis dan praktis. Selain itu, pelet lebih komplit dari
sisi kandungan gizinya karena bahan pembentuknya juga beragam.
Saat ini banyak jenis pelet udang beredar dipasaran dengan
komposisi nilai gizi dan harga yang berbeda-beda. Jenis pelet yang cocok
diberikan pada lobster adalah pelet udang galah. Pelet ini beragam
ukurannya berdasarkan umur udang. Oleh karena itu lobster yang dipelihara
dalam akuarium umumnya berumur 3 bulan atau lebih, sebaiknya diberikan
pelet D.2 atau D.3
4.1.6. Pembenihan
Pembenihan merupakan uasah untuk mendapatkan benih atau anakan.
Keberhasilan pembenihan ditandai dengan diperolehnya lobster dalam jumlah banyak,
berkualitas baik dan tingkat kematiannya rendah. Pembenihan dapat dilakukan baik
dalam skala kecil maupun besar tergantung pada jumlah indukan yang dikawinkan dan
luas lahan yang digunakan.
1. Membedakan jantan dan betina
Sebelum melakukan pembenihan, pembudidaya lobster harus dapat mengetahui
terlebih dulu perbedaan antara lobster jantan dan betina. Cara yang paling mudah
adalah menggunakan teknik visual dengan melihat bentuk kelamin yang terletak di
bagian bawah tubuhnya. Lobster jantan memiliki penis berupa 2 daging menonjol
pada pangkal kaki pertama dari bawah (ekor) sedangkan lobster betina tidak tampak
tonjolan (penis) di bagian yang sama. Ciri lobster betina adalah terdapat lubang pada
pangkal kaki ketiga dari bawah (ekor) dan tidak terdapat kulit keras menutupi lubang
tersebut. Lubang tersebut adalah kelamin lobster betina dan tempat mengeluarkan
telurnya.
2. Memilih indukan
Berikut beberapa tips memilih calon indukan yang berkualitas:
 Pilih indukan yang pertumbuhannya paling cepat diantara lobster-lobster yang
lain.
 Beli indukan di tempat penjual indukan yang telah bersertifikat.

BUDIDAYA LOBSTER
13
 Perhatikan kelaminnya, jangan pilih lobster yang banci karena memiliki
kelamin ganda sehingga tidak mampu menghasilkan anakan.
 Pilih lobster yang badannya gemuk.
 Kawinkan lobster, minimal ketika berukuran diatas 5inci (12,5 cm) atau
berumur 6 bulan..
 Calon indukan berkualitas bisa didapat dengan cara memisahkan lobster
jantan dan betina ketika mereka berukuran 2 inci (5cm). Tujuannya, agar
ketika lobster mencapai ukuran 4 inci (10cm), lobster yang sudah matang
tersebut tidak melakukan perkawinan dini.
 Perlu juga diketahui asal usul lobster atau keluarganya, pilih jenis lobster yang
murni dari spesies tertentu untuk memastikan pertumbuhan anakan lobster
lebih baik. Biasanya, lobster yang digunakan untuk pembesaran konsumsi
berasal dari Australia khususnya bearsal dari “Walkamin Research Station”
Australia. Yang merupakan lembaga riset yang sudah meneliti dan terbukti
dapat menghasilkan lobster-lobster unggulan.
4.1.7. Mengawinkan Lobster
Dilakukan dengan menggabungkan indukan jantan dan betina lobster menjadi
satu dalam suatu media kolam atau akuarium. Akuarium yang digunakan berukuran
1x 0,5 meter dengan tinggi 25 cm. Kedalam akuarium tersebut bisa dimasukan sekitar
5 lobster betina dan 3 lobster jantan. Karena lobster betina pada umumnya dominan
dalam memilih pasangan yang cocok sehingga jika hanya ada 1 ekor lobster jantan
dalam akuarium, kemungkinan kelima lobster betina untuk kawin dan bertelur semua
menjadi lebih kecil.
4.1.8. Pemindahan Induk, Pengeraman, dan Penetasan Telur
Lobster betina yang sedang bertelur akan memeluk erat telurnya karena telur itu
belum menempel dengan baik di kaki renangnya. Jika lipatan ekornya terbuka,
dikawatirkan telur akan rontok dari ekornya tersebut. Proses pemindahan induk bisa
dilakukan pada saat telur sudah berumur 2 – 3 minggu karena telur sudah dapat
menempel dengan baik di kaki renang induknya. Proses pengeraman telur
berlangsung selama 5 minggu, pada minggu ke 5 itu embrio mulai lepas 1 per 1 dari
induknya untuk mencari makanan sendiri. Setelah semua anakan terlepas induk betina

BUDIDAYA LOBSTER
13
dipindahkan ke akuarium lain untuk istirahat selama 2 sampai 4 minggu agar berganti
kulit.
4.1.9. Memelihara dan Perawatan Benih
Setelah menetas anakan lobster tidak cocok diberi makanan dari jenis daging
sayuran dan umbi-umbian. Agar lebih praktis anakan lobster diberi pakan pellet
khusus, karena pellet khusus ini memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga
bisa memacu pertumbuhan anakan dengan baik. Pemberian pakan dilakukan 2x sehari
pada pagi dan sore hari.
Perawatan benih yang dimaksud adalah menjaga kondisi benih dari hal-hal yang
dapat menghambat atau bahkan mengganggu pertumbuhan benih agar dapat tumbuh
optimal. Perawatan benih yang biasa dilakukan adalah pemberian batu ziolid
seminggu sekali untuk mengurangi kadar amonia dalam air yang dihasilkan dari urin
lobster. Selain itu, perawatan benih juga dilakukan dengan memisahkan lobster-
lobster yang sakit dengan lobster-lobster yang sehat. Hal ini bertujuan agar lobster
yang sakit tidak dimangsa oleh lobster lain.
4.1.10. Panen Benih
Setelah benih berukuran 2 inci (5cm) atau berumur 2 bulan sejak lepas dari
induknya anakan bisa dipanen dan dijual sebagai bibit untuk pembesaran. Panen
dilakukan dengan menggunakan serokan, sebaiknya dilakukan pada pagi atau malam
hari, karena pada waktu tersebut suhu tergolong rendah sehingga benih tidak lemas
akibat kepanasan.
4.1.11. Pembesaran
Pembesaran lobster air tawar bertujuan untuk mendapatkan lobster dewasa yang
siap konsumsi dan untuk mendapatkan indukan. Dibutuhkan waktu 6 sampai 7 bulan
untuk mencapai tujuan tersebut. Benih untuk pembesaran bisa diperoleh dari kolam
pembenihan sendiri atau membeli ke pedagang benih.
4.1.12. Menebarkan benih
Sebelum benih dimasukan atau ditebarkan, siapkan wadah untuk pembesaran,
bisa berupa kolam semen, bak fiber, atau kolam tanah. Intinya, wadah tersebut bisa
menampung air dan tidak mudah rusak oleh lobster. Ukuran kolam yang digunakan

BUDIDAYA LOBSTER
13
untuk penebaran benih 10x10 meter dengan tinggi 30 sampai 40 cm, kolam tersebut
akan diisi 1000 ekor benih.
4.1.13. Pencegahan hama dan penyakit
Meskipun lobster air tawar termasuk tahan terhadap serangan hama dan penyakit,
tetapi kewaspadaan tetap saja diperlukan. Karena penyakit yang sebelumnya
menyerang ikan air tawar sekarang juga ikut menyerang lobster air tawar. Beberapa
penyakit yang sering menyerang lobster dan menyebabakan kematian adalah sebagai
berikut:
 Saprolegnia dan achyla
Kedua pathogen ini menyerang jaringan luar lobster yang luka dan
menyerang telurnya. Cara mengatasinya adalah dengan merendam lobster
yang terinfeksi kedalam Malachite Green 2-3 ppm selama 30-60 menit.
 Cacing jangkar
Cacing Lernea cyprinacea dan Lernea carasii menembus jaringan tubuh
dengan kaitnya yang menyerupai jangkar. Menyeranga pada bagian insang
lobster sehingga lobster kekurangan darah, kehilangan bobot tubuh dan
kemudian mati. Hal ini dapat diatasi dengan merendam lobster kedalam
larutan garam selama 10-20 menit.
 Argulus Foliacianeus
Serangan predator argulus pada lobster ditandai dengan adanya bintik
merah pada tubuh. Racun argulus ini menyebabkan kematian pada lobster
akibat anemia dan kehilangan banyak darah. Penyakit ini bisa diatasi dengan
merendam lobster dalam 1 ml Lysol yang dilarutkan dalam 5 l air selama 15
sampai 60 detik. Setelah itu rendam lobster kedalam sodium permanganate
sebanyak 1gram yang dilarutkan dalam 100 l air selama 1 ½ jam. Pemberian
Neguvon, Masoten, dan Lindane boleh dilakukan jika serangan telah
mencapai stadium puncak karena ketiganya bersifat racun yang justru bisa
membahayakan lobster.

BUDIDAYA LOBSTER
13
4.2 PANEN DAN PENGOLAHAN PASCA PANEN
4.2.1 Panen

Pemanenan sebaiknya dilakukan pada malam hari. Karena, jika pemanenan dilakukan
pada siang hari panas matahari yang langsung mengenai lobster dan berlangsung dalam
waktu yang lama saat kolam surut dapat mnyebabkan lobster mati. Panen dilakukan saat
lobster telah berumur 5-6 bulan dengan panjang mencapai 5-6 inchi dengan bobot sekitar
100 gram per ekor. Pemanenan dilakukan dengan 2 cara.

 Pemanenan manual
Pada umumnya dilakukan dengan cara membuat parit atau got air di tengah kolam
sehingga ketika kolam dikuras air hanya tersisa di parit itu dan lobster mudah ditangkap.
Tehnik ini memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut.
1. Tenaga kerja yang banyak sehingga biaya yang dikeluarkan juga besar.
2. Resiko kematian semakin besar karena saat penangkapan lobster di kolam, lobster
akan bercampur dengan lumpur tentunya lobster akan sulit bernapas karena tertutup
oleh lumpur yang mengering.
3. Kemungkinan lobster yang dipanen akan cacat atau mati karena terinjak oleh orang
yang memanen karena banyak lobster yang bersembuyi diantara lumpur.
4. Karena dilakukan pada malam hari dibutuhkan penerangan tambahan untuk
menangkap lobster. Selain itu peluang lobster terlepas atau kabur tidak tertangkap
semakin besar.
 Teknik pemanenan flow trap
Teknik ini bisa diartikan sebagai teknik memanfaatkan arus air untuk menjebak
lobster. Teknik ini dilakukan dengan cara mengucurkan air kekotak yang dapat terbuat
dari plastic, bak fiber atau kayu yang dilapisi plastic dan sterofoam. Setelah air di dalam
kotak penuh, otomatis air akan keluar melalui tanjakan tersebut dan masuk ke dalam
kolam. Dengan sendirinya lobster akan mengikuti arah aliran air lalu masuk dan berdiam
di dalam kotak. Beberapa keunggulan teknik flow trap dibandingkan dengan teknik
pemanenan secara manual :

BUDIDAYA LOBSTER
13
1. Lebih praktis, karena hanya menunggu lobster dari kolam masuk menuju ke dalam
kotak. Lobster yang didapat juga lebih bersih karena secara otomatis tercuci oleh air
bersih yang mengalir dari dalam kotak.
2. Resiko kematian lebih kecil. Lobster tidak stress karena terus mendapatkan air bersih
yang mengandung banyak oksigen.
3. Biaya panen lebih murah kerena membutuhkan sedikit tenaga kerja
4.2.2 Pasca Panen
Lobster yang telah dipanen siap untuk dikemas dan didistribusikan. Pengemasan udang
memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam upaya untuk menjaga keselamatan
benih selama pengangkutan. Ada beberapa teknik pengemasan yang dapat dilakukan, yaitu
dengan menggunakan kantong plastik dan dengan menggunakan styrofoam.
a. Pengemasan dengan Plastik
Pada dasarnya, proses pengemasan benih lobster dengan menggunakan plastik sama
dengan proses pengemasan ikan hias. Perbedaaannya hanya pada jumlah plastik yang
dipakai. Pada pengemasan benih lobster, jumlah plastik yang digunakan sebanyak dua
lapis atau lebih. Ini dimaksudkan agar pada saat pengangkutan tidak terjadi kebocoran
yang disebabkan oleh capit lobster. Proses pengemasan benih lobster dengan
menggunakan plastik dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Wadah plastik diisi air sebanyak sepertiga bagian wadah. Setelah itu benih lobster
dimasukkan dalam wadah dengan jumlah 100-200 ekor untuk ukuran 2 inchi
2. Selain itu, dimasukkan pula satu persatu lembaran daun papaya. Daun papaya
tersebut berfungsi agar lobster tidak mabuk di perjalanan
3. Wadah yang sudah berisi lobster dan daun papaya diisi oksigen Ikat wadah plastik
dengan karet gelang selanjutnya kemasan siap diangkut. Perbandingan oksigen
dengan air 3-1
b. Pengemasan dengan Kotak Styrofoam
Wadah untuk mengemasan loster sebenarnya banyak pilihan. Yang penting lobster
diangkut dengan menggunakan wadah pengemasan tersebut. Oleh karena lobster
memiliki capit yang setiap saat bisa merobek dan mancapit maka wadah harus kuat
dan tahan dengan capitannya. Kantong plastik yang biasa digunakan untuk mengemas
ikan hias tidak cocok untuk mengemas lobster ukuran konsumsi karena plastik mudah

BUDIDAYA LOBSTER
13
sobek jika terkena capit. Untuk itu, wadah seperti kotak styrofoam merupakan pilihan
tepat. Sebenarnya wadah lain seperti ember yang memiliki penutup bisa dijadikan
wadah pengemasan jika tempat tujuan pengiriman lobster tidak terlalu jauh. Namun,
sebaiknya disarankan menggunakan styrofoam  karena lebih praktis dan umum
digunakan (Hartonoet.al., 2006). Lebih lanjut Hartono et.al.,(2005) mengungkapkan
bahwa pengemasan dengan mengunakan kotak styrofoam  lebih banyak diinginkan
untuk calon induk atau lobster dewasa. Namun, seperti telah dijelaskan sebelumnya
bahwa pengemasan dengan menggunakan wadah kemasan ini juga bisa digunakan
untuk benih lobster dalam jumlah yang banyak. Berikut proses pengemsannya:
1. Kotak styrofoam  diisi air dengan ketinggian 7 cm
2. Lobster dimasukkan dalam wadah dengan kepadatan 10 kg lobster dengan
ukuran styrofoam 75 cm x 42 cm
3. Satu per satu lembar daun papaya dimasukkan agar lobster tidak mabuk
perjalanan
4. Kotak Styrofoam ditutup dan diberi lakban agar tidak mudah lepas
5. Kotak styrofoam berisi lobster siap dingkut.

4.3 PEMASARAN
4.3.1 Segmentasi Pasar
Produk : Produk yang akan di jual adalah lobster ukuran konsumsi 10 ekor/kg dan
bibit lobster air tawar siap tebar dengan ukuran 2 inchi. Situasi Pasar : Harga selangit,
selama lobster air tawar menjadi produk konsumsi, pasti ada pasar yang akan
menampungya. Booming lobster air tawar tidak seperti jangkrik atau cacing yang hanya
sementara dan menemui titik jenuhnya karena tidak jelas konsumen akhirnya (end user).
Prospek bisnis lobster air tawar diperkirakan seperti ikan mas, lele dan gurami. Walaupun
jumlah pembudidaya sudah banyak, selama masih ada niatan manusia untuk
mengkonsumsinya, permintaan lobster akan selalu ada.
Saat ini, harga lobster untuk pasar local masih sangat tinggi. Hal ini sangat wajar
karena jumlah penawaran lebih sedikit dari jumlah permintaan. Namun seiring dengan
semakin banyaknya pembudidaya lobster air tawar, bukan tidak mungkin harga lobster air
tawar bisa lebih terjangkau berapa tahun kedepan. Dengan demikian alobster air tawar

BUDIDAYA LOBSTER
13
akan mudah dijumpai di supermarket, café, dan restoran seafood. Bahkan, tidak menutup
kemungkinan jika warung tenda di pinggir jalan bakal menyajikan menu masakan dari
lobster air tawar.
 Nilai jual lobster ukuran konsumsi
Ditingkat konsumen akhir, seperti pembeli eceran, rumah tangga, dan
restoran, lobster untuk konsumsi dihargai Rp 150.000 sampai Rp 225.000 per kg.
Ditingkat pengumpul harga bisa lebih rendah tergantung pada biaya transportasi.
Misalnya, di Bali harga lobster konsumsi dari tingkat pembesar ke konsumen
akhir kurang lebih mencapai Rp 190.000 per kg. Selain pasar domestic, nilai jual
lobster air tawar untuk pasar ekspor juga cukup menggiurkan. Seorang
narasumber pernah diminta seorang teman eksportir untuk menyediakan lobster
konsumsi sebanyak 4-8 ton untuk satu kali pengiriman ke Taiwan. Eksportir itu
menawarkan harga Rp 220.000 per kg nya. Padahal jika untuk pasar local, harga
itu sama dengan harga konsumen akhir. Namun akibat keterbatasan pasokan,
jarang petani lobster yang mampu memenuhi jumlah yang sangat besar tersebut.
Saat ini para petani pembesar lebih memilih untuk memenuhi pasar local.
Kebutuhan lobster air tawar untuk memenuhi pasar Jakarta saja diperkirakan
mencapai 2-3juta ton per bulan, sedangkan kebutuhan nasional bisa 6-8 juta ton
per bulan dengan restoran sebagai penyerap utamanya. Anggap saja 5% dari
220juta penduduk Indonesia mengkonsumsi lobster air tawar. Betapa
menjanjikannya pasar untuk bisnis lobster air tawar ini.
 Nilai Jual Benih Lobster
Selain lobster air tawar siap konsumsi, harga benih yang siap dibesarkan
juga memiliki harga yang tidak kalah tinggi. Benih lobster air tawar siap
dibesarkan dengan ukuran 2 inci (5cm) atau berumur 2 bulan harganya Rp 2.200
per ekor. Di Jawa Timur, harga benih di tingkat penampung mencapai Rp 2.000
per ekor. Sementara itu, untuk harga indukan juga menggiurkan. 1 set indukan
yang terdiri atas 5 betina dan 3 jantan harga nya mencapai Rp 350.000 sampai Rp
750.000.

BUDIDAYA LOBSTER
13
4.3.2 Strategi Pemasaran
Saat ini lobster masih dianggap sebagai makanan istimewa karena harganya masih
tergolong tinggi. Umumnya, pemasaran lobster air tawar dilakukan menggunakan sistem
kemitraan. Masih terbatasnya produsen, menyebabkan para produsen itu harus saling
bersatu mengumpulkan lobster dalam jumlah banyak hanya untuk memasok 1 pihak.
Penyerap utama produk lobster konsumsi untuk saat ini adalah restoran. Karena itu,
pembudidaya lobster sebenarnya bisa langsung memasarkan produksinya ke restoran di
kota-kota besar di Indonesia, terutama Jakarta, Surabaya, Bali, dan Yogyakarta. Selain
memasarkan langsung ke Restoran, Para pembudidaya lobster juga bisa memasarkannya
ke hotel dan pasar swalayan. Namun factor yang perlu diperhatikan adalah kualitas dan
kontinuitas. Sebenarnya, jika lobster yang dihasilkan masih belum banyak, pembudidaya
dapat menjual atau menyetorkan ke pengepul. Pengepul inilah yang akan menyuplai
pasar secar kontinyu. Namun, jika produksi masih terbatas, tentunya sulit memenuhi
permintaan konsumen untuk menyuplai lobster dalam jumlah tertentu secara kontinyu.
Selain itu, pembudidaya juga bisa memasarkan lobsternya keluar negeri (ekspor). Pasar
ini masih terbuka lebar tetapi belum digarap karena kemampuan suplai para pembudidaya
lobster di Indonesia masih sangat rendah. Eksportir biasanya meminta dalam jumlah
besar dan kontinyu. Para eksportir rata-rata meminta minimal 1 konteiner (15 ton) untuk
sekali pengiriman.
4.3.3 Sarana Pemasaran
Lobster air tawar yang sudah dipanen jika akan dijual ke konsumen diluar kota
atau bahkan di ekspor ke luar negeri harus dikemas dengan baik. Tujuannya agar kualitas
lobster bisa dipertahankan dengan baik. Standart Internasional menyebutkan wadah
pengangkutan ikan atau udang hidup melalui pesawat udara adalah styrofoam berukuran
75x42x32 cm dengan volume minimum 17 kilogram, tidak bocor dan tertutup rapi.
Pengemasan bisa dilakukan dengan 2 cara, yakni pengemasan kering dan pengemasan
basah (dalam air). Pengemasan kering dilakukan dengan cara meletakan lobster diatas
media yang bisa member kelembaban, seperti kapas filter dan busa. Untuk pengemasan
kering, suhu udara juga harus rendah atau dingin. Caranya dengan meletakan es batu
dalam kotak styrofoam ketika melakukan pengiriman. Sementara itu pengemasan basah
dilakukan dengan cara memasukan lobster ke dalam satu kantong plastic yang dilapisi

BUDIDAYA LOBSTER
13
lagi dengan 2-3 plastik sejenis dengan tujuan agar tahan ketika dicapit lobster. Plastik ini
seperempat nya diisi air dan tigaperempat bagian nya diisi oksigen murni. Untuk plastic
yang lebarnya 50-60 cm bisa diisi ukuran 2 inci sebanyak 100-200 ekor. Kekurangan
pengemasan basah adalah dalam 1 kali pengiriman hanya bisa menampung jumlah yang
relative sedikit karena lobster hanya bisa diisikan dedasar plastic. Lain halnya dengan
pengemasan kering yang dalam 1 styrofoam dapat diisi lobster dengan kapasitas 5x lebih
banyak daripada pengemasan basah. Saat ini pengemasan basah hanya digunakan untuk
mengirim lobster yang sedang bertelur karena telur atau embrio harus selalu dalam
kondisi basah. Embrio lobster air tawar sangat sensitive butuh air yang banya, dan belum
bisa menghirup oksigen dari udara.Sementara itu pengemasan kering digunakan untuk
lobster tanpa telur, baik konsumsi maupun indukan. Cara ini menghemat ruang sehingga
bisa menghemat biaya angkut.

4.4 ASPEK KEUANGAN


4.4.1 Usaha Pembenihan
Asumsi yang digunakan adalah usaha untuk skala besar menggunakan teknik
kawin masal asumsi lain nya terkait angka dalam menhitung biaya dan pendapatan usaha
pembenihan lobster air tawar sebagai berikut:
1. Lama pengusahaan 1 tahun dengan 4 kali panen.
2. Tenaga kerja 1 orang di datangkan dari daerah.
3. Harga beli indukan Rp.750.000 per set yang terdiri dari 5 betina dan 3 jantan.
4. Tingkat kematian benih 15%.
5. Harga jual benih berumur 2 bulan ukuran 5 cm ditingkat pengepul Rp.1200 per ekor.
6. Biaya investasi berupa pinjaman dari bank dengan bunga 18%.

 Biaya Investasi
1. Indukan 10 set @ Rp.750.000 Rp 7.500.000
2. Aerator Rp 1.000.000
3. Pipa dan selang untuk aerator Rp 100.000
4. Pipa paralon ukuran 2 inci, panjang 20 cm sebanyak 80 buah Rp 160.000
5. Pembuatan bak (2x4x0.7 meter) 12 buah @ Rp.1.500.000 Rp 18.000.000

BUDIDAYA LOBSTER
13
6. Perlengkapan lain Rp 300.000
Total Rp 27.060.000

 Biaya Operasional
1. Pakan selama 1 tahun Rp 2.000.000
2. Listrik selama 1 tahun Rp 1.500.000
3. Bunga bank 18% dari total biaya investasi Rp 2.691.000
4. Gaji karyawan Rp 10.800.000
Total Rp 16.991.000

 Total Biaya

Biaya Investasi + Biaya Operasional = Rp 44.051.000

 Pendapatan

Pendapatan = Jumlah induk betina x benih yang diperoleh per induk betina x musim
panen x daya hidup x harga jual benih.

= 50 x 400 x 4 x 85% x Rp 1200

= Rp 81.600.000

 Keuntungan
Keuntungan = Pendapatan – Total Biaya
Rp 81.600.000 – Rp 44.051.000 = Rp 37.549.000
 Keuntungan per bulan adalah Rp 37.549.000 : 12 = Rp 3.129.083,33

4.4.2 Usaha Pembesaran Lobster


Asumsi yang digunakan adalah usaha dilakukan dalam skala besar. Asumsi lainnya
yang berkaitan dengan angka dalam menghitung biaya dan pendapatan usaha pembenihan
lobster air tawar adalah sebagai berikut.
1. Lama pengusahaan 1 tahun dengan 2 kali panen.
2. Tenaga kerja 1 orang didatangkan dari luar.

BUDIDAYA LOBSTER
13
3. Kolam pembesaran dengan sistem sewa. Biaya sewa untuk kolam seluas 100m2
adalah Rp720.000 sampai Rp 1.200.000 per tahun.
4. Harga beli benih 2 inci Rp 2.200 per ekor setiap kolam butuh 1000 ekor per 1 kali
musim tanam benih.
5. Pakan 50% menggunaka pelet lobster dan 50% menggunakan keong mas
(dianggap gratis ).
6. Tingkat kematian benih 25% (SR 75%).
7. Harga jual lobster untuk konsumsi Rp 150.000 per kilogram.
8. Biaya investasi adalah pinjaman dari bank dengan bunga 18%.

 Biaya Investasi
1. Renovasi kolam @ Rp 200.000 (10 buah) Rp 2.000.000
2. Karung tempat sembunyi
@ Rp 500 (200 buah per kolam) x 10 kolam Rp 1.000.000
3. Kawat ram 3 m2 Rp 50.000
Total Rp 3.050.000
 Biaya Operasional
1. Sewa 10 kolam selama 1 tahun Rp 12.000.000
2. Benih selama 1 tahun untuk 10 kolam Rp 44.000.000
3. Bunga bank 18% dari total biaya investasi Rp 549.000
4. Pakan lobster untuk 1 tahun Rp 40.000.000
5. Gaji karyawan Rp 10.800.000
6. Biaya lain-lain Rp 500.000
Total Rp 107.849.000

 Total biaya
Biaya Investasi + Biaya Operasional Rp 110.899.000
 Pendapatan
Panen lobster = Jumlah lobster x daya tahan x rata-rata berat per ekor
= 20.000 x 75% x 100 gram
= 1.500.000 gram ( 1500 kg )

BUDIDAYA LOBSTER
13
Pendapatan = 1500 kg x harga jual
= 1500 kg x Rp 150.000
= Rp 225.000.000
 Keuntungan
Keuntungan = Pendapatan – Total Biaya
= Rp 225.000.000 – Rp 110.899.000
= Rp 114.101.000
 Keuntungan per bulan adalah Rp 114.101.000 : 12 = Rp 9.508.416,67

4.5 KENDALA BUDIDAYA


Kendala yang dihadapi dalam pengembangan usaha budidaya lobster air tawar
merupakan permasalahan yang belum dapat dipecahkan oleh petani lobster. Kendala –
kendala tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Belum berkembangnya pengetahuan tentang teknik adaptasi dalam usaha
domestik lobster air tawar yang berasal dari habitat alam.
b. Belum banyak diketahui teknik pemijahan udang lobster air tawar secara semi
buatan.
c. Masyarakat petani ikan belum banyak yang memahami teknik persiapan wadah
dan media, penebaran benih, pemeliharaan benih, panen dan packingserta
pengangakutan (Sukamajaya, 2003).

Berbagai permasalahan tersebut mau tidak mau harus dicarikan jalan keluar yang
rasional dan bijaksana. Diawali dari permasalahan – permasalahan tersebut, penyusun ingin
lebih mendalami mengenai kegiatan yang berhubungan dengan pembesaran lobster air tawar
dari mulai penyiapan wadah dan media pembesaran, pemeliharaan benih yang meliputi
pakan, pengelolaan kualitas air dan hama penyakit lobster sampai pemanenan dan
pengangkuatan benih termasuk pada transportasi benih.

BUDIDAYA LOBSTER
13
BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Lobster air tawar merupakan udang ukuran relatif besar dengan capitnya yang besar.
Tubuhnya tertutup kulit beruas-ruas yang keras dan terbuat dari bahan kitin. Bagian tubuh
terbagi menjadi dua bagian, yaitu kepala-dada (chephalothorax) dan badan-ekor (abdomen).
Kepala tertutup kulit keras dengan bagian depan (rostrum) meruncing dan bergerigi.

Di kepala terdapat sepasang mata bertangkai, sepasang antena besar, dan sepasang antena
kecil. Bagian kepala terdapat lima pasang kaki. Tiga kaki, di antaranya kaki pertama, kedua, dan
ketiga mengalami perubahan bentuk dan fungsi menjadi capit. Sepasang capit yang pertama
besar dan kokoh yang berfungsi dalam mempertahankan diri dan untuk menangkap mangsa.
Bagian belakang, yaitu perut dan ekor kulit tubuhnya beruas-ruas dengan kulit keras. Di bagian
ini terdiri dari empat pasang kaki renang, sedangkan ekornya berbentuk kipas dengan lima ruas.

Sebelum melakukan pembenihan pembudidaya lobster harus dapat mengetahui terlebih


dulu perbedaan antara lobster jantan dan betina. Cara membedakan kelamin yang paling mudah
adalah menggunakan teknis visual dari atas.Lobster jantan dapat di lihat jika pada capik sebelah
luarnya terdapat bercak berwarna merah. Namun, tanda merah itu baru muncul ketika lobster
berumur 3-4 bulan atau setelah lobster berukuran 3 inc (7 cm). Tanda merah ini juga merupakan
tanda lobster jantan telah siap kawin (matang gonad). Sedangkan pada lobster betina di bagian
yang sama tidak tampak tonjolan (penis). Ciri lobster betina adalah terdapat lubang pada
pangkal kaki ketiga dari bawah (ekor). Lubang tersebut adalah kelamin lobster betina dan
tempat mengeluarkan telurnya.

Pembesaran lobster air tawar bertujuan untuk mendapatkan lobster dewasa yang siap
dikonsumsi, untuk mendapatkan indukan dan untuk dijadikan lobster hias. Pembesaran lobster
sangat berhubungan dengan laju pertumbuhan. Semakin tinggi laju pertumbuhannya, waktu
yang dibutuhkan untuk menghasilkan lobster ukuran konsumsi akan semakin pendek.

BUDIDAYA LOBSTER
13
DAFTAR PUSTAKA

Cholik, F., A.G Jagatraya, R.P Poernomo, dan A. Jauzi. 2005. Akuakultur. Jakarta: MPN dan
TAAT.
Ditjen PK2P. 2004. Direktori Ikan Hias. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.
Handayani, risky. 2011. Pembesaran Lobster Air Tawar. Diakses dari:
http://riskyhandayani.wordpress.com/2011/04/24/pembesaran-lobster-air-tawar. Pada 25 Mei 2013.
Lukito, A. dan S. Prayogo. 2002. Lobster Air Tawar. Jakarta: Penebar Swadaya.
Saparinto, C., 2010. Usaha Ikan Konsumsi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Setiawan, C., 2006. Teknik Pembenihan dan Cara Cepat Pembesaran Lobster Air Tawar.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Sukmajaya, Y. dan I. Suharjo. 2003. Lobster Air Tawar. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Wijayanto, R.H. dan R. Hartono. 2003. Merawat Lobster Hias di Akuarium. Jakarta:Penebar
Swadaya.

BUDIDAYA LOBSTER
13

Anda mungkin juga menyukai