PERTANIAN
Oleh
Navizatul Amanah B1J013001
Fajar Husen B1J013002
Annisa Aulia B1J013003
Nurfitriani Rahesti B1J013005
Aulia Apriani S. B1J013015
Silviyatun Ni’mah B1J013016
Tarkinih B1J013019
Halimatus Sadiyah B1J013021
Fajar Rahmawati B1J013023
Moch. Iqbal Sufyan A B1J013025
Kelompok 1
Rombongan I
Asisten : Ani Rahmawati
A. Latar Belakang
Telah dilakukan penelitian tentang uji daya predasi laba-laba serigala (Pardosa
pseudoannulata) terhadap berbagai stadia larva ulat grayak (Spodoptera litura F.)
yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan daya predasi laba-laba serigala
(Pardosa pseudoannulata) terhadap berbagai stadia larva ulat grayak (Spodoptera
litura F.) dan stadia larva ulat grayak yang paling banyak dimangsa oleh laba-laba
serigala (Pardosa pseudoannulata). Kerusakan tanaman akibat serangan hama ulat
grayak (Spodoptera litura .F) menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi para
petani. Salah satu predator yang cukup potensial adalah laba-laba serigala (Pardosa
pseudoannulata) (Ordo Araneae: Family Lycosidae). Keberadaan laba-laba dapat
membantu mengendalikan hama secara alami, sehingga perlu dilakukan penelitian
tentang daya predasi laba-laba serigala (Pardosa pseudoannulata) terhadap berbagai
stadia larva ulat grayak (Spodoptera litura F.) agar dapat diketahui tingkat daya
predasi laba-laba serigala terhadap hama tersebut, sehingga mampu mengoptimalkan
peran laba-laba di ekosistem pertanian, sehingga akan diperoleh prosedur
pengaplikasian yang tepat terkait pengintroduksian musuh alami di lahan pertanian
(Ridwal et al., 1995).
Predasi adalah interaksi antarindividu/popuasi dimanapopulasi yang satu
memangsa populasi yang lain. Pemangsa di sebut predator, sedangkan yang dimakan
disebut mangsa. Interaksi predasi antarpopilasi ini menyebabkan terjadinya fluktuasi
populasi predator dan mangsa. Misalnya populasi kelinci hutan dengan pemangsanya
yaitu kucing hutan. Ciri yang dari laba-laba adalah badan terdiri dari tiga bagian
yaitu kepala, thorax dan abdomen. Namun bagian kepala dan thorax menyatu
menjadi satu sehingga sering disebut dengan cephalothorax. Bagian cephalothorax
biasanya dilindungi oleh bagian yang keras yang disebut carapace. Alat mulut
dilengkapi dengan chelicera dan pedipalpus. Chelicera berbentuk capit yang berguna
untuk merobek badan mangsanya sehingga kelompok ini kadang disebut chelicerata.
Pedipalpus berbentuk capit namun lebih panjang dan berguna untuk menangkap
mangsa. Karena tidak berantena, sepasang kaki paling depan di beberapa kelompok
berubah fungsi menjadi indra yang berfungsi seperti antena (Herlinda et al., 2004).
Ciri khas yang lain adalah Arachnida mempunyai empat pasang kaki di bagian
cephalothorax, sehingga jumlah kaki menjadi delapan dan sering disebut decapoda.
Bagian abdomen biasanya tidak mempunyai anggota badan (appendages), jika ada
biasanya kecil dan berfungsi sebagai alat reproduksi, pemintal jaring dan tidak
pernah digunakan untuk pergerakan. Hampir semua ordo anggota Arachnida dapat
hidup di dalam gua dan banyak terdapat di gua-gua Indonesia. Kontribusi Arachnida
dalam komunitas Arthropoda gua cukup besar dan mempunyai peran yang bervariasi
dari pemangsa sampai perombak atau scavenger (Foelix, 1996).
Laba-laba terdapat di seluruh dunia dan menempati seluruh lingkungan ekologi
kecuali di udara dan laut terbuka. Kebanyakan laba-laba berukuran kecil (panjang
tubuh 2-10 mm), beberapa di antaranya berukuran cukup besar seperti Tarantula
(panjang tubuh 80-90 mm). Laba-laba jantan selalu lebih kecil dari pada laba-laba
betina dan mempunyai siklus hidup yang lebih pendek. Semua laba-laba bersifat
karnifora, banyak di antaranya membuat jaring dan ada pula yang memburu
mangsanya di tanah. Serangga merupakan mangsa utamanya, di samping Arthropoda
lain. Secara umum, dikenal ada dua kelompok laba-laba, yaitu laba-laba non jaring
dan pembuat jaring. Laba-laba non jaring umumnya hidup di tanah dan pepohonan
serta mendapatkan mangsanya dengan cara berburu, sedangkan laba-laba pembuat
jaring membuat perangkap dari serat di antara ranting-ranting pohon untuk menjebak
mangsa (Jumar, 2000).
III. MATERI DAN METODE
3.1 Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah stopwatch, kamera
dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah capung dan laba-
laba yang ditemukan di areal perkebunan fakultas Biologi.
3.2 Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Salah satu tempat di areal perkebunan fakultas Biologi dipilih, dimana terdapat
satu individu laba-laba dalam jaringnya.
2. Laba-laba yang telah ditemukan difoto.
3. Capung yang telah dibawa dilemparkan ke arah jaring laba-laba dalam keadaan
hidup.
4. Pada saat melemparkan capung, waktu mulai dihitung.
5. Mekanisme laba-laba dalam menemukan, melumpuhkan dan menangani mangsa
direkam.
6. Lama waktu laba-laba dalam menemukan, melumpuhkan dan menangani mangsa
dihitung dan dicatat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Simpulan
Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya adalah agar dalam penjelasan materi lebih
ditekankan lagi pada proses praktikumnya, selanjutnya agar praktikan lebih
memahami lagi apa yang sudah dijelaskan oleh asisten dan mencatat semua yang
sudah dijelaskan.
DAFTAR REFERENSI
Foelix, R.F. 1996. Biology of Spiders. 2nd Edition. New York: Oxford University
Press, Inc. and George Thieme Verlag.
Khodijah, Herlinda, Siti, Irsan, Chandra, Pujiastuti, Yulia, dan Rosdah Thalib. 2012.
Artropoda Predator Penghuni Ekosistem Persawahan Lebak dan Pasang
Surut Sumatera Selatan. Jurnal Lahan Suboptimal, 1(1): 57-63.
Ooi P.A.C. dan B.M. Shepard. 1994. Predators and Parasitoids of Rice Insect Pests.
In. E.A. Heinreich (Ed) Biology and Management of Rice Insect. New
Delhi: Wiley Eastern Limited.
Preap, V., Zalucki, M.P., Jahn, G.C., Nesbitt, H.J. 2001. Effectiveness of Brown
Planthopper Predators: Population Suppression by Two Species of Spider,
Pardosa pseudoannulata (Araneae, Lycosidae) and Araneus inustus
(Araneae, Araneidae). Journal of Asia-Pacific Entomology 4:187-193.
Sanjaya, Y., Tin, Safaria. 2006. Toksisitas Racun Laba-laba Nephila sp. pada Larva
Aedes aegypti L. Jurnal Biodiversitas. 7: 191-194.
Triharsono.1994. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.