mendidik tentang serangga, dapat menjadi sarana yang efektif untuk mencapai tujuan
ini. Insektarium tidak hanya memungkinkan untuk studi ilmiah tentang serangga,
tetapi juga untuk memberikan pengalaman edukatif kepada masyarakat umum. Selain
itu, insektarium dapat menjadi tempat untuk konservasi serangga yang terancam
punah, yang merupakan komponen penting dalam upaya pelestarian keanekaragaman
hayati.
Namun, meskipun insektarium memiliki potensi besar dalam konservasi dan pendidikan
lingkungan, masih sedikit yang diketahui tentang peran dan dampaknya. Oleh karena
itu, makalah ini akan membahas peran insektarium dalam konservasi keanekaragaman
hayati dan pendidikan lingkungan serta menguraikan manfaat dan tantangan yang
terkait. Penelitian ini penting untuk memahami kontribusi insektarium dalam
pelestarian serangga dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
serangga dalam ekosistem.
Koleksi spesimen terbagi menjadi 3 yaitu koleksi basah, koleksi kering, dan koleksi
rangka. Langkah pertama cara pembuatan koleksi spesimen basah yaitu hewan seperti
ikan, reptil, crustacea, mamalia, dan amfibi dimatikan dengan dibius
menggunakan alkohol, setelah hewan mati kemudian dilakukan fiksasi dengan
menyuntikkan formalin 10% ke dalam tubuhnya (untuk crustacea dilakukan
fiksasi dengan alkohol 70%), untuk menghilangkan bau formalin spesimen dapat
dicuci dengan air, kemudian spesimen bisa dimasukkan ke botol spesimen
yang berisi alkohol. Penyimpanan koleksi spesimen basah harus diberi label,
dan setelah 48 jam alkohol dalam botol spesimen harus diganti (untuk
crustacea penyimpanan hewan harus diikat dengan kaca benda sebelum
dimasukkan ke dalam botol spesimen, hal ini berfungsi untuk mencegah
rusaknya bagian tubuh udang serta memperjelas bagian tubuh atau morfologinya)
(Afifah et al., 2014)
Terdapat 2 cara pembuatan koleksi spesimen rangka yaitu dengan cara dikubur
dan direbus. Pembuatan koleksi spesimen dengan cara dikubur yaitu pertama spesimen
yang akan diawetkan dimatikan dengan dimasukan ke kasa atau plastik yang
kemudian spesimen tersebut dikubur selama 6-24 bulan, lamanya spesimen
dikubur tergantung dengan ukuran hewan, semakin besar ukuran hewan maka semakin
lama penguburan. Pembuatan koleksi spesimen dengan cara direbus yaitu hewan
yang sudah dimatikan kemudian dikuliti atau dibedah dengan dissection kit
hingga hanya tendon yang tersisa. Spesimen kemudian direbus dengan air
selama setengah sampai 2 jam, kemudian diambil tendonnya sampai tertinggal
tulangnya saja. Langkah selanjutnya yaitu perbersihan lemak dengan dicuci
menggunakan sabun cuci kemudian direndam dengan air yang ditambah dengan sabun
cuci. Spesimen kemudian direndam dengan larutan air yang ditambah pemutih
dengan perbandingan pemutih dan air yaitu 1:10, perendaman dilakukan selama
30 menit. (Afifah et al., 2014).