Anda di halaman 1dari 2

Insektarium, yaitu tempat yang didedikasikan untuk meneliti, melestarikan, dan

mendidik tentang serangga, dapat menjadi sarana yang efektif untuk mencapai tujuan
ini. Insektarium tidak hanya memungkinkan untuk studi ilmiah tentang serangga,
tetapi juga untuk memberikan pengalaman edukatif kepada masyarakat umum. Selain
itu, insektarium dapat menjadi tempat untuk konservasi serangga yang terancam
punah, yang merupakan komponen penting dalam upaya pelestarian keanekaragaman
hayati.

Namun, meskipun insektarium memiliki potensi besar dalam konservasi dan pendidikan
lingkungan, masih sedikit yang diketahui tentang peran dan dampaknya. Oleh karena
itu, makalah ini akan membahas peran insektarium dalam konservasi keanekaragaman
hayati dan pendidikan lingkungan serta menguraikan manfaat dan tantangan yang
terkait. Penelitian ini penting untuk memahami kontribusi insektarium dalam
pelestarian serangga dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
serangga dalam ekosistem.

Smith, J. (2021). "Peran Insektarium dalam Konservasi Keanekaragaman Hayati dan


Pendidikan Lingkungan." Jurnal Konservasi dan Lingkungan, 5(2), 45-60.

Serangga tergolong philum arthopoda dan merupakan hewan invetebrata penghuni


terbesar di bumi. Jumlah serangga menduduki ¾dari seluruh hewan yang ada.
750.000 spesies dari serangga sudah diketahui dan mempunyai nama serta 80% dari
jumlah keseluruhan (Falahudin dkk, 2015). Berdasarkan jenis atau tipe sayapnya
maka telah di ketahui terdapat lebih dari 10 ordo serangga. Ordo serangga yang
paling banyak mendominasi ialah ordo coleoptera yaitu serangga dengan tipe mulut
penggigit pengunyah. Berikutnya terdapat ordo lepidoptera yaitu ordo yang
mempunyai karakteristik besayap lebar dan mempunyai tipe mulut penghisap
Ngengat ialah serangga yang mendominasi dari ordo lepidoptera yang mana 90% lebih
termasuk ngengat dan sisanya kupu kupu (Darmawan dkk, 2013)

Koleksi spesimen terbagi menjadi 3 yaitu koleksi basah, koleksi kering, dan koleksi
rangka. Langkah pertama cara pembuatan koleksi spesimen basah yaitu hewan seperti
ikan, reptil, crustacea, mamalia, dan amfibi dimatikan dengan dibius
menggunakan alkohol, setelah hewan mati kemudian dilakukan fiksasi dengan
menyuntikkan formalin 10% ke dalam tubuhnya (untuk crustacea dilakukan
fiksasi dengan alkohol 70%), untuk menghilangkan bau formalin spesimen dapat
dicuci dengan air, kemudian spesimen bisa dimasukkan ke botol spesimen
yang berisi alkohol. Penyimpanan koleksi spesimen basah harus diberi label,
dan setelah 48 jam alkohol dalam botol spesimen harus diganti (untuk
crustacea penyimpanan hewan harus diikat dengan kaca benda sebelum
dimasukkan ke dalam botol spesimen, hal ini berfungsi untuk mencegah
rusaknya bagian tubuh udang serta memperjelas bagian tubuh atau morfologinya)
(Afifah et al., 2014)

Pembuatan koleksi kering dapat dibedakan menjadi insektarium dan


taksidermi. Koleksi spesimen kering merupakan koleksi hewan dengan cara
mengeringkan tubuh yang basah dari spesimen tersebut. Cara pembuatan
koleksi spesimen pada insektarium yaitu hewan yang memiliki tubuh tipis
seperti kupu-kupu bisa langsung dimatikan langsung dengan cara dimasukkan ke dalam
amplop, sedangkan untuk hewan seperti jangkrik dibius terlebih dahulu
dengan kloroform kemudian tubuhnya dibersihkan dan dicelup alkohol atau
bisa dibersihkan dengan menggunakan kuas. Spesimen yang sudah dibuat biasa
langsung disimpan dengan cara ditempel di dalam steroform dan diberi
label. Penyimpanan bisa dalam suhu ruangan dan perawatan cukup dibersihkan
dengan menggunakan kuas pada bagian spesimen yang kotor. Cara pembuatan koleksi
spesimen pada taksidermi yaitu semua bagian basah dibuang yang sebelumnya
hewan harus dimatikan terlebih dahulu dengan dimasukkan ke killing bottle
yang berisi kloroform (untuk hewan seperti mencit dimatikan dengan cervix
dislocation), setelah hewan mati, bagian kloaka dibuka dan tubuh hewan dibedah
sedikit (jangan terlalu lebar) kemudian masukkan tepung meizena agar tidak
menempel kulitnya. Organ dalam hewan dikeluarkan dan diberi boraks untuk
menghilangkan lemak, tulang diganti dengan kawat atau dibilat dengan kapas. Tubuh
hewan dapat langsung dijahit dan bagian mata spesimen hewan diganti dengan mata
sinteis, untuk hewan yang memiliki paruh seperti burung, paruh tersebut dapat
dijahit atau diikat segitiga. Spesimen kemudian dimasukkan ke dalam freezer selama
2x24 jam kemudian dimasukkan ke dalam suhu kamar selama 2x24 jam dan dimasukkan ke
dalam freezer lagi selama 2x24 jam lalu bisa langsung dibungkung atau disimpan
dalam tempat koleksi. Perawatan dapat dilakukan dengan dibersihkan bagian
yang kotor dan penyimpan spesimen taksidermi dapat disimpan di suhu ruangan
(Afifah et al., 2014)\

Terdapat 2 cara pembuatan koleksi spesimen rangka yaitu dengan cara dikubur
dan direbus. Pembuatan koleksi spesimen dengan cara dikubur yaitu pertama spesimen
yang akan diawetkan dimatikan dengan dimasukan ke kasa atau plastik yang
kemudian spesimen tersebut dikubur selama 6-24 bulan, lamanya spesimen
dikubur tergantung dengan ukuran hewan, semakin besar ukuran hewan maka semakin
lama penguburan. Pembuatan koleksi spesimen dengan cara direbus yaitu hewan
yang sudah dimatikan kemudian dikuliti atau dibedah dengan dissection kit
hingga hanya tendon yang tersisa. Spesimen kemudian direbus dengan air
selama setengah sampai 2 jam, kemudian diambil tendonnya sampai tertinggal
tulangnya saja. Langkah selanjutnya yaitu perbersihan lemak dengan dicuci
menggunakan sabun cuci kemudian direndam dengan air yang ditambah dengan sabun
cuci. Spesimen kemudian direndam dengan larutan air yang ditambah pemutih
dengan perbandingan pemutih dan air yaitu 1:10, perendaman dilakukan selama
30 menit. (Afifah et al., 2014).

Anda mungkin juga menyukai