Anda di halaman 1dari 5

Nama : Cici Clardian P.

Jeara
NIM : 1906050012
Prodi : Biologi
Fakultas : Sains dan Teknik
MK : Teknik Laboratorium A

TEKNIK PEMBUATAN AWETAN KERING & BASAH PADA HEWAN

Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara praktis
tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Persiapan koleksi spesimen yaitu mematikan objek,
fiksasi, dan pengawetan. Objek yang akan dijadikan spesimen harus dimatikan terlebih dahulu,
hal ini dilakukan bertujuan untuk memudahkan dalam melakukan pengawetan, kemudian
dilakukan fiksasi yang bertujuan mempertahankan ukuran dan bentuk sel tubuh, dilanjutkan
pengawetan spesimen agar spesimen tersebut tidak rusak sehingga dapat dijadikan koleksi
rujukan dalam identifikasi hewan. Cara koleksi tergantung pada taksa suatu spesies.
Awetan spesimen dapat berupa awetan basah atau kering. untuk awetan kering, tanaman
diawetkan dalam bentuk herbarium, sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan sebelumnya
mengeluarkan organ-organ dalamnya. Awetan basah, baik untuk hewan maupun tumbuhan
biasanya dibuat dengan merendam seluruh spesimen dalam larutan formalin 4%.

A. PEMBUATAN AWETAN BASAH

Awetan basah merupakan awetan dari suatu hasil pengamatan yang sudah diidentifikasi.
Spesimen awetan hewan yang telah diawetkan disimpan dalam suatu larutan yang di buat dari
komponen satu macam zat . awetan basah dilakukan bagi hewan tidak bercangkang yang
ukurannya tidak relatif besar, direndam dalam larutan pengawet. Obyek yang dapat dijadikan
sebagai spesimen utama dalam pengawetan basah merupakan objek biologi yang berukuran
kecil.
Langkah-langkah pengawetan basah hewan
- Koleksi
Hewan-hewan yang akan diawetkan dalam bentuk utuh dan akan dibawa ke kelas atau ke
Laboratorium biasanya hewan-hewan berdasarkan struktur tubuhnya yang lunak . Hewan yang
akan diawetkan ditangkap menggunakan alat yang sesuai. Hewan yang tertangkap dimasukkan
dalam botol koleksi yang sudah diberi label. Contoh hewan diair asin
adalah Octopus sp , Opiothrix sp , Sepia sp dll . contoh hewan di darat
adalah Bufo sp , Lumbricus terestris  dll .
- Mematikan dan mengawetkan
Proses mematikan memerlukan perlakuan dan bahan tertentu. Bahan untuk mematikan
hewan biasanya adalah Ether, Kloroform, HCN/KCN, Karbon Tetracloride (CCL4) atau Ethyl
acetat. Namun , perlu perlakuan khusus yaitu melalui pembiusan sebelum proses mematikan
dilakukan, agar tubuh hewan yang akan diawetkan tidak mengkerut atau rusak. setelah tampak
lemas, dan tidak bereaksi terhadap sentuhan, hewan dapat dipindahkan ke dalam larutan
pengawet.

Berikut ini langkah-langkah membuat awetan basah.


1. Siapkan spesimen yang akan diawetkan.
2. Sediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan.
3. Masukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol jam dan telah
diencerkan.
4. Tutup rapat botol dan kemudian diberi label yang berisi nama spesimen tersebut dan
familinya.
B. PEMBUATAN AWETAN KERING
1. Taksidermi, adalah hewan hasil pengawetan, biasanya golongan vertebrata yang dapat
dikuliti. Pada pembuatan taksidermi, hewan dikuliti, organ-organ dalam dibuang, untuk
selanjutnya dibentuk kembali seperti bentuk aslinya. Hewan-hewan vertebrata yang sering
dibuat taksidermi misalnya berbagai jenis mamalia, kadal atau reptil dan sebagainya.
Taksidermi seringkali dipergunakan sebagai bahan referensi untuk identifikasi hewan
vertebrata, juga menunjukkan berbagai macam ras yang dimiliki suatu spesies. Selain itu,
tentu saja taksidermi dapat dijadikan sebagai media pembelajaran biologi.

Alat dan bahan yang diperlukan antara lain:


 bak bedah
 alat-alat bedah seperti gunting dan pinset
 alat-alat dan bahan pembius misal kloroform dan sungkup
 kawat, benang, kapas, dan jarum jahit
 zat pengawet seperti boraks atau tepung tawas, formalin
 air.

Cara pembuatan taksidermi adalah sebagai berikut:


 Potong otot-otot paha dan pisahkan tulang paha dari persendian dan pangkal paha,
keluarkan bagian ini.
 Potonglah otot-otot pada tumit, keluarkan jaringan lunak pada telapak kaki dengan jalan
mengirisnya. Keluarkan semua bagian kaki lainnya yang masih tertinggal di dalam kulit.
 Ulangi langkah pertama dan kedua di atas untuk bagian tangan, dan ekor.
 Untuk bagian kepala, lepaskan kulit secara hati-hati, sertakan telinga, kelopak mata pada
kulit. Jaga jangan sampai robek. Potonglah tulang rawan hidung dan biarkan melekat pada
kulit.
 Potonglah bagian kepala dan leher, bersihkan bekas-bekas otak dengan cara menyemprotkan
air.
 Balikkan kulit dan bersihkan dari sisa daging dan lemak.
 Basuh bagian permukaan dalam kulit tubuh dengan boraks, demikian pula untuk ekor, kaki,
tangan dan tengkorak kepala.
 Sebagai pengganti mata, gunakan bola mata tiruan. Bentuk tubuh hewan kembali dengan
menggunakan kapuk dan kawat, lalu jahit dengan rapi.
 Atur posisi hewan sebagaimana kebiasan hewan sewaktu masih hidup.
Pajang taksidermi pada tempat-tempat yang aman dan terhindar dari serangan serangga,
bersih dan kering. Insektisida, atau kamper (naftalen) dapat ditambahkan untuk mencegah
serangan jamur. Ada baiknya taksidermi disimpan dalam boks kaca.

2. Awetan Rangka, adalah hewan hasil pengawetan, biasanya golongan vertebrata yang dapat
dikuliti. Pada pembuatan taksidermi, hewan dikuliti dan dibuang, organ-organ dalam
dibuang, untuk selanjutnya diambil rangka tulangnya saja. Hewan-hewan vertebrata yang
sering dipakai misalnya berbagai jenis mamalia, reptil, aves dan amfibi. Awetan raangka ini
seringkali dipergunakan sebagai bahan referensi untuk identifikasi hewan vertebrata, juga
menunjukkan berbagai bentuk dan susunan rangka tulang dimiliki suatu spesies. Selain itu,
tentu saja awetan rangka dapat dijadikan sebagai media pembelajaran biologi.

Cara membuat awetan rangka, sebagai berikut :


Lepaskan semua kulit dan daging dari tulang secara hati-hati. Jangan sampai persendian
terputus. Upayakan sebersih mungkin, sampai daging yang melekat pada rangka seminimal
mungkin.
Bila masih ada sisa daging yang masih melengket, masak 5 menit tulang agar daging mudah
dilepas. angkat tulang dan bersihkan daging-daging yang masih melekat pada tulang hingga
bersih.
Rendam tulang yang sudah bersih kedalam alkohol 95% selama 5-7 hari. Agar tulang lebih
keras dan baunya hilang.
Pernis rangka tersebut, sehingga tampak lebih menarik dan membuat tulang-tulang menjadi
lebih awet.
Keringkan rangka dan atur posisinya pada suatu landasan yang telah disediakan terlebih
dahulu.
Beri label atau keterangan pada awetan yang sudah jadi tersebut.
Bingkai rangka tersebut agar kelhat lebih menarik.

3. Insektarium, adalah sampel jenis serangga hidup yang ada di kebun binatang, atau
museum atau pameran tinggal serangga. Insektarium sering menampilkan berbagai jenis
serangga dan arthropoda yang mirip, seperti laba-laba, kumbang, kecoa, semut, lebah, kaki
seribu, kelabang, jangkrik, belalang, serangga tongkat, kalajengking dan belalang sembah.
Cara membuat insektarium, sebagai berikut :
 Tangkaplah serangga dengan menggunakan jaring serangga. Hati-hati terhadap serangga
yang berbahaya.
 Matikan serangga dengan jalan memasukkannya ke dalam kantong plastik yang telah diberi
kapas yang dibasahi kloroform.
 Serangga yang sudah mati dimasukkan ke dalam kantong atau stoples tersendiri. Kupu2 dan
capung dimasukkan ke dalam amplop dengan hati2 agar sayapnya tidak patah.
 Suntiklah badan bagian belakang serangga dengan formalin 5%. Sapulah  (dengan kuas)
bagian tubuh luar dengan formalin 5%.
 Sebelum mengering, tusuk bagian dada serangga dengan jarum pentul.
 Pengeringan cukup dilakukan di dalam ruangan pada suhu kamar. Tancapkan jarum pentul
pada plastik atau karet busa.
 Untuk belalang, rentangkan salah satu sayap ke arah luar. Untuk kupu-kupu, sayapnya
direntangkan pada papan perentang atau kertas tebal sehingga tampak indah. Begitu juga
capung.
 Setelah kering, serangga dimasukkan ke dalam kotak insektarium (dari karton atau kayu). Di
dalamnya juga dimasukkan kapur barus (kamper).
 Beri label (di sisi luar kotak) yang memuat catatan khusus lainnya.

Anda mungkin juga menyukai