Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

ZOOLOGI VERTEBRATA
(AKBK 3307)

Disusun Oleh:
Kelas B

Asisten Dosen:
Elmara Frieday Mulyawan
Nabila Afifah Rahmah
Nurwafa Rosyida
Riski

Dosen Pengampu:
Dr. Dharmono, M. Si.
Mahrudin, S. Pd., M. Pd.
Nurul Hidayati Utami, S. Pd., M. Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
NOVEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum
Genetika ini tepat pada waktunya. Laporan Akhir Praktikum Zoologi Vertebrata ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Zoologi Vertebrata (AKBK-3307).
Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih banyak kepada :
1. Bapak Dr. Dharmono, M.Si., Bapak Mahrudin, S.Pd., M.Pd., Bapak
dan Ibu Nurul Hidayati Utami, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengasuh
mata kuliah Zoologi Vertebrata.
2. Kakak Nabilla Afifah Rahmahdan kakak Riski, dan seluruh asisten
dosen mata kuliah Zoologi Vertebrata yang telah memberikan arahan
dan bimbingan kepada penyusun selama melaksanakan praktikum.
3. Teman-teman, khususnya kelompok XII B yang telah memberikan
saran, kritik, dan motivasi yang membangun selama bersama-sama
mengikuti praktikum.
4. Serta semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat
diselesaikan.
Saya menyadari bahwa laporan akhir ini masih jauh dari kesempurnaan yang
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya
mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
memperbaiki laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Banjarmasin, 3 November 2022

Kelas B

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
PRAKTIKUM I: MORFOLOGI DAN TOPOGRAFI IKAN (PISCES)................. 1
PRAKTIKUM II: MORFOLOGI DAN TOPOGRAFI AMPHIBI ....................... 20
PRAKTIKUM III: MORFOLOGI DAN TOPOGRAFI REPTILIA ..................... 32
PRAKTIKUM IV: MORFOLOGI DAN TOPOGRAFI AVES ............................ 43
PRAKTIKUM V: MORFOLOGI DAN TOPOGRAFI MAMALIA .................... 56
DAFTAR NILAI :………………………………………………………………..68
LAMPIRAN COVER :…………………………………………………………..

ii
i
PRAKTIKUM I
Topik : Morfologi dan Topografi Ikan (Pisces)
Tujuan : 1. Untuk mendeskripsikan bentuk luar (morfologi) dan topografi
ikan melalui praktikum secara mandiri.
2. Untuk menganalisis bentuk luar (morfologi) dan topografi ikan
serta fungsinya.
Hari/tanggal : Sabtu/ 24 September 2022
Tempat : Laboratorium Biologi Umum PMIPA FKIP ULM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Alat bedah
2. Papan section/baki
3. Jarum pentol
4. Lup
5. Alat tulis
6. Alat dokumentasi
B. Bahan
1. Ikan Nila
2. Ikan Gabus
3. Koran
4. Styrofoam
5. Tisu

II. CARA KERJA


1. Morfologi ikan
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Meletakkan ikan pada papan section.
c. Mengamati morfologinya

1
1) Pada caput : rima oris, fovea nasalis, organon visus, apparatus
opercularis dengan bagian-bagiannya.
2) Pada truncus : pinna yang sepasang dan yang tunggal dan line
literalis.
3) Pada cauda : pinna caudalis.
d. Menyiapkan gambar yang menunjukkan organ-organ morfologi yang
diamati.
e. Mendokumentasikan hasil pengamatan menggunakan kamera digital
ataupun kamera handphone. Perhatikan cara mendokumentasikan
tiap bagian amatan agar terlihat dengan baik dan jelas.
2. Topografi
a. Memegang ikan dengan pinset pada punggungya, disectio dengan
gunting ke arah longitudinal dari sebuah cranial anus (dengan
maksud untuk mengetahui muara dari anus dan papilla urogenitalis)
sampai di ventral apparatus opercularis. Diadakan section ke dorsal
mulai dari ujung panjang pemotongan longitudinal. Bagian dinding
badan yang dibuka dipegang dengan pinset, alat-alat visceral yang
masih melekat di dinding dilepaskan dengan scalpel (hati-hati).
b. Tunjukkan : pneumatocyst, ren, gonad, esophagus, ventriculus,
hepar, lien, vesica fellea, dan cor.
c. Mengamati sistema musulare bagian cranial dan caudal.
d. Mengisi tabel pengamatan. Jika ruang tabel tidak cukup untuk diisi,
praktikan dapat menggunakan kertas lain dan menempelkan hasil
kerjanya pada penuntun praktikum ini.
e. Menyiapkan gambar topografi alat-alat dalam keseluruhan dari hasil
pengamatan.
f. Mendokumentasikan hasil pengamatan menggunakan kamera digital
ataupun kamera handphone. Perhatikan cara mendokumentasikan
tiap bagian amatan agar terlihat dengan baik dan jelas.

2
III. TEORI DASAR
Pisces (ikan) merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang
bersifat poikilotermis (berdarah dingin), memiliki ciri khas pada tulang
belakang, insang (operculum) dan siripnya serta tergantung pada air
tempatnya tinggal sebagai medium kehidupannya. Ikan adalah vertebrata
akuatis dan pada umumnya bernafas dengan insang. Mempunyai otak yang
terbagi menjadi regio-regio. Otak itu dibungkus dalam tulang-tulang kepala
yang berupa tulang rawan dan tulang keras. Secara umum tubuh ikan dibagi
atas 3 bagian, yaitu :
1. Caput (Bagian Kepala) : bagian ini meliputi ujung moncong terdepan
sampai ujung tutup insang paling belakang. Bagian kepala ikan terdairi
dari mulu, rahang atas, rahang bawah, hidung, mata, insang, gigi, tutup
insang, otak, jantung, dan sebagainya.
2. Trucus (Bagian Badan) : bagian ini dimulai dari ujung tutup insang
belakang sampai permulaan sirip dubur. Di dalam trucus terdapat sirip
dada, sirip punggung, sirip perut, dan organ-organ dalam (hati, empedu,
lambung, gonad, usus, ginjal, limpa dan sebagainya).
3. Cauda (Bagian Ekor) : bagian ini dimulai dari permulaan sirip dubur
hingga ujung sirip ekor bagian belakang. Pada bagian ini terdapat anus
dansirip ekor.
Endoskeleton tersusun tulang rawan atau tulang keras. Pisces bernapas
dengan insang, insang ditutupi oleh operkulum (tutup insang). Insang ada
yang mengalami perluasan yang disebut dengan labirin. Contohnya pada
ikan Trichogaster sp., Helostoma sp., Anabas sp., dan Osphronemus
goramy (gurami). Organ tambahan yang berupa gelembung renang yang
berfungsi sebagai pembantu pernapasan dan juga alat hidrostatis. Pisces
bersifat Poikiloterm (suhu tubuh yang dipengaruhi oleh suhu lingkungan).
Kebanyakan ikan memiliki bentuk tubuh streamline dimana tubuh
bagian anterior dan posterior mengerucut dan bila dilihat secara transversal,
penampang tubuh seperti tetesan air. Penampang tubuh tersebut akan
memberi kemudahan ikan dalam menembus air sebagai media hidup.

3
Bentuk tubuh tersebut biasanya dikatakan sebagai bentuk tubuh ideal
(fusiform). Tubuh ikan ini mempunyai bentuk pipih lateral )misal ikan
bandeng) atau pipih dorsoentral (misal ikan pari). Hal ini untuk
memudahkan dalam bergerak di air. Anggota geraknya berupa sirip yang
terdiri dari sepasang sirip dada dan juga sepasang sirip perut, selain dari itu
terdapat pula sirip anal serta sirip punggung dimana bagian depannya dan
belakang tidak berpasangan.
Tubuh ikan ditutupi dari sisik-sisik yang tersusun dari zar kapur.
Terdapat empat tipe sisik yaitu ganoid, plakoid, stenid dan sikloid. Pisces
memiliki sirip untuk berenang, ikan juga umumnya memiliki kulit yang
berguna menutupi tubuh beserta dengan sekresi kelenjar berlendir yang
mengurangi gesekan tubuh ikan dengan air dan memudahkan gerakan ikan
yang ada dalam air, juga hampir seluruh jenis ikan memiliki sisik yang
berhubungan dengan sekresi kelenjar lendir membentuk lapisan tahan air.
Ikan juga memiliki sirip yang berguna untuk menentukan arah dan posisi
berenang.
Gurat sisi yang terdapat di sepanjang sisi tubuhnya yang berfungsi
untukmengetahui perubahan tekanan air dan menentukan arah arus air dan
ke dalam ikan sewaktu berenang. Di sisi kiri kanan tubuhnya terdiri terdapat
gurat dengan sisi yang berfungsi sebagai alat keseimbangan. Alat kelamin
yang terpisah atau hermafrodit. Fertilisasi terjadi secara eksternal (di luar
tubuh) atau internal (di dalam tubuh). Pisces yang bersifat ovipar,
ovovivipar, atau vivipar. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk
bergerak denganmenggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya
sehingga tidak bergantung pada arus atau gerakan air disebabkan oleh arah
angin.
Hewan ini memiliki sepasang mata dan mulut disokong rahang.
Telingahanya terdiri dari telinga dalam, berupa saluran-saluran
semisirkular, sebagai organ keseimbangan. Jantung berkembang baik,
sirkulasi menyangkut aliranseluruh darah dari jantung melalui insang lalu

4
keseluruh bagian tubuh yang lain. Tipe ginjal adalah pronefrus dan
mesonefrus.
Bagian kepala ikan mengandung otak dan organ-organ sensorik
dengan10 saraf cranial yang memiliki gurat sisi untuk merasakan tekanan
air, batang dengan dinding otot yang mengelilingi sebuah rongga yang berisi
organ internal dan otot ekor post-anal. Ikan merupakan hewan yang
memerlukan reflek bergerak yang memadai untuk menghindari musuh dan
menangkap mangsa. Selain itu ikan dituntut untuk memiliki keseimbangan
yang baik. Maka dari itu, otak kecil pada ikan berkembang lebih pesat
karena otak kecil merupakan pusat keseimbangan dan pergerakannya.
Sistem peredaran darah tertutup tunggul artinya satu kali peredaran
darah hanya satu kali melewati jantung. Jantung terdiri atas dua ruang yaitu
satu ventrikel dan satu atrium. Sistem pencernaan yang lengkap dengan
dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan anus. Alat ekskresi
yang berupa ginjal dengan tipe pronefron dari mesonefron. Sistem
koordinasi yang terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang
belakang) dan sistem hormon. Pisces juga mempunyai alat indra dengan
berupa sepasang mata, sepasang telinga dalam. Indra pembau dan juga gurat
sisi (Dharmono, 2022).

5
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Morfologi
1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
a. Foto Pengamatan

5 Keterangan :
c 1. Mulut
2. Sirip dada
3. Sirip perut
4. Sirip anus
1
4 2 5. Gurat sisi
3 1
c 1 1
c XIII, 2022)
(Sumber : Dok.Kelompok
c c

b. Foto Literatur

Keterangan :
7 6 5
8 1. Mulut
2. Operkulum
3. Sirip dada
4. Sirip anus
1 9
4 5. Sirip perut
1 2 3 6. Gurat sisi
c 7. Sirip punggung
(Sumber : Saleh, 2016) 8. Costa
9. Sirip ekor

6
2. Ikan Haruan (Channa striata)
a. Foto Pengamatan

Keterangan :
3
1. Mulut
2. Sirip dada
3. Sirip punggung
4. Sirip anus
4 2 1 5. Sirip ekor
5

(Sumber : Dok.Kelompok XIII, 2022)


b. Foto Literatur
Keterangan :
1. Mulut
3
2. Sirip dada
1
3. Sirip punggung
4. Sirip anus
4
2 5 5. Sirip ekor

(Sumber : Wie, 2007)

7
B. TOPOGRAFI
1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
a. Foto Pengamatan

Keterangan :
3 1. Mata
5 2. Jantung
3. Ingsang
4. Hati
5. Usus
4 2 1

(Sumber : Dok.Kel XII, 2022)

b. Foto Literatur

3 5 Keterangan :
1. Mata
2. Jantung
3. Ingsang
1 2
4 4. Hati
5. Usus

(Sumber : Gate, 2018)

8
2. Ikan Haruan (Oreochromis niloticus)
a. Foto Pengamatan

2 Keterangan :
3
1. Lamela
2. Jantung
3. Hati
4. Lambung

1 4
\\ : Dok.Kel XII, 2022)
(Sumber

b. Foto Literatur

Keterangan :
2
4
1. Lamela
3 2. Jantung
3. Gelembung
1 5
renang
4. Hati
5. Lambung
(Sumber : Sinaga,2021)

9
V. ANALISIS DATA
1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Teleostei
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Sumber : (Linnaeus, 1758)

1. MORFOLOGI
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah saya lakukan, secara
morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) memilki bentuk tubuh yang
panjang dan pipih, belahan mulutnya terdapat pada bagian depan kepalanya
atau lebih tepatnya berada pada bagian ujung hidungnya Terdapat sisik di
seluruh tubuhnya dan ekornya berbentuk lekuk tunggal. Memiliki sirip
punggung yang memanjang yang juga bersebrangan dengan sirip perutnya.
Letak sirip perutnya juga berdekatan dengan sirip dada. Insangnya terdiri dari
beberapa bagian seperti tulang lengkung insang, tapis insang, dan lembaran
daun insang Pada topografinya, terlihat beberapa organ dalam seperti hati,
lambung, usus, empedu, gelembung renang, telur.
Menurut literatur, Ikan nila (Oreochromis niloticus L.) merupakan
spesies yang berasal dari kawasan Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya di
Afrika. Bentuk tubuh memanjang, pipih kesamping dan warna putih
kehitaman. Saat ini ikan nila telah tersebar ke negara beriklim tropis dan
subtropis, sedangkan pada wilayah beriklim dingin tidak dapat hidup dengan
baik (Angienda et al.,2010).

10
Morfologi ikan nila yaitu memiliki bentuk tubuh yang pipih ke arah
vertikal dengan profil empat persegi panjang ke arah posterior. Posisi mulut
terletak di ujung hidung (terminal) dan dapat disembuhkan. Pada sirip ekor
tampak jelas garis-garis vertikal dan pada sirip punggungnya garis tersebut
kelihatan condong letaknya. Ciri khas ikan nila adalah garis-garis vertikal
berwarna hitam pada sirip ekor, punggung dan dubur. Pada bagian sirip caudal
(ekor) dengan bentuk membuat terdapat warna kemerahan dan bisa digunakan
sebagai indikasi kematangan gonad. Pada rahang terdapat bercak kehitaman.
Sisik ikan nila adalah tipe stenoid. Ikan nila juga ditandai dengan jari-jari
dorsal yang keras, begitu pun bagian analnya. Dengan posisi sirip anal di
belakang sirip dada (abdorminal).
Jika dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya, ikan nila jantan memiliki
ukuran sisik yang lebih besar dibandingkan dengan ikan nila betina. Alat
kelamin nila jantan terletak depan anus bentuknya berupa tonjolan agak
runcing berfungsi sebagai saluran urine dan saluran sperma. Jika perut ikan
nila diurut, akan mengeluarkan cairan bening. Sementara itu, alat kelamin nila
betina juga terletak di depan anus, tetapi memiliki lubang genital yang
terpisah dengan lubang saluran urine. Bentuk dan rahang belakang ikan nila
jantan melebar dan berwarna biru muda. Sementara bentuk hidung dan rahang
belakang nila betina agak langcip dan berwarna kuning terang. Sirip
punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa garis putus-putus, sedangkan
pada nila betina tidak terputus dan melingkar (Alfira, 2015).
Anatomi atau organ-organ internal ikan adalah jantung, alat pencernaan,
gonad kandung kemih, dan ginjal. Organ-organ tersebut biasanya diselubungi
oleh jaringan pengikat yang halus dan lunak yang disebut peritoneum.
Peritoneum merupakan selaput atau membran yang tipis berwarna hitam yang
biasanya dibuang pengolah ikan saat sedang disiangi (Pratama, 2009).
Struktur anatomi ikan sangat berperan penting dalam tubuh ikan. Contohnya
adalah ginjal. Semua ginjal vertebrata termasuk ikan nila terdiri atas unit-unit
nephrons yang berfungsi sebagai berikut: Filtrasi glomerulus terhadap air dan

11
molekul yang diperlukan ke dalam darah, penyerapan kembali air dan
molekul yang diperlukan ke dalam darah pada bagian mulut, mensekresi ion
dan produk limbah dari kapiler ke dalam tubulus dista.

2. TOPOGRAFI
a. Usus dan hati
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat terlihat warna
pada usus dan bentuk usus yang seperti memanjang sebagai rangkaian saluran
bulat yang panjang. Selain itu terdapat juga kelenjar pencernaan yaitu hepar
(hati) ikan yang berbentuk kecil berwarna merah tua dan terletak dekat
dengan jantung dan kantung empedu yang berwarna kehijauan dan berbentuk
bulatan kecil. Fungsi kelenjar pencernaan ini adalah untuk membantu sistem-
sistem pencernaan dalam mencerna makanan.
Ikan nila memiliki mulut yang kecil sehingga tidak bisa mendapatkan
makanan yang besar , selain memiliki mulut yang kecil, dan mempunyai
sistem pencernaan yang kecil, ikan nila mempunyai 3 saluran usus yaitu, usus
depan, usus tengah, usus belakang. Tidak ada lambung didalam sistem
pencernaan ini (Islam Syaiful,dkk., 2016).
b. Ginjal
Berdasarkan yang saya lihat pada pengamatan, terdapat satu pasang
ginjal pada ikan nila. Menurut literatur, Sistem ekskresi dari ikan mas terdiri
atas 2 ginjal terdiri dari mesonephoos, ureter yang terjadi dari ductus
mesonephdridicus, vesica urinaria, dan sinus urogenitalis. Berfungsi untuk
regulasi kadar air tubuh, menjaga kesimbangan garam dan mengeliminasi sisa
nitrogen hasil dari metabolisme protein. Ciri- ciri sistem eksresi adalah insang
yang mengelurkan Co2 dan H2O, kulit; kelenjar kulitnya mengeluarkan
lendir sehingga tubuhnya licin untuk memudahkan gerak di dalam air,
sepasang ginjal (sebagian besar) yang mengeluarkan urine. (Diastuti, 2009).

12
c. Jantung
Berdasarkan hasil pengamatan, warna pada jantung ikan nila berwarna
merah tua berukuran kecil yang terletak di bawah insang. Menurut literatur,
sistem peredaran darah pada ikan mas di mulai dari jantung, menuju insang
untuk melakukan pertukaran gas. Selanjutnya darah di alirkan menuju ke
dorsal aorta dan ke segenap organ-organ tubuh (kepala, otot badan, ginjal, dan
semua organ pencernaan kapiler). Sistem peredaran darah berupa sistem
peredaran darah tertutup dan peredaran darah tunggal (Diastuti, 2009).

2. Ikan Haruan (Channa striata)


Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Channidae
Genus : Channa
Spesies : Channa striata
Sumber : (Listyanto & Andriyanto, 2009)
1. MORFOLOGI
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah saya lakukan, ikan Gabus
(Channa striata) memiliki ciri-ciri morfologi yaitu bentuk kepala besar namun
cenderung pipih menyerupai ular, bagian atasnya berwarna coklat sampai
hitam dan tubuh bagian bawah (bagian perut) berwarna coklat muda sampai
keputih putihan. Panjang keseluruhan ikan ini kira-kira mencapai 35 cm. Ikan
gabus memiliki mulut yang besar dan bergigi tajam. Sirip punggung
memanjang dengan sirip ekor membulat di bagian ujungnya. Ikan gabus yang
kami amati memiliki jenis kelamin jantan karena terdapat organ reproduksi
yang berupa testis yang berbentuk lonjong memanjang yang berwarna
putih/krim yang menempel/melekat dibagian dinding kulitnya, dan ciri lain

13
yang menyatakan ikan ini berjenis kelamin jantan adalah ikan gabus yang
kami amati memiliki warna yang lebih terang pada bagian alat kelamin serta
warna yang lebih gelap pada bagian morfologinya. Pada topografinya, terlihat
beberapa organ dalam seperti jantung, hati, usus, insang, telur, empedu dan
anus.
Menurut literatur, ikan gabus tumbuh mencapai 45 cm atau 18 inci
dengan rata-rata panjang 61 cm dan berat maksimal mencapai 3 kg
Mempunyai sirip punggung lunak, kepala lebih besar dari badan dan agak
gepeng mirip kepala ular dengan sisik besar di kepala. Tubuh silinder bulat
memanjang Sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya
(Ermas, 2016).
Ikan Gabus adalah ikan air tawar yang memiliki ciri-ciri seluruh tubuh
dan kepala ditutupi sisik sikloid dan stenoid. Bentuk badan hampir bundar
dibagian depan dan pipih tegak ke arah belakang sehingga disebut ikan
berkepala ular (snake head), panjang dan semakin ke belakang semakin pipih
(compressed). Bagian punggung cembung, perut rata dan kepala pipih seperti
ular (snake head). Warna tubuh pada bagian punggung hijau kehitaman dan
bagian perut berwarna cream atau putih. Sirip ikan gabus tidak memiliki jari-
jari keras, mempunyai sirip punggung dan sirip anal yang panjang dan lebar,
sirip ekor berbentuk setengah lingkaran, sirip dada lebar dengan ujung
membulat. 15 Ikan gabus dapat mencapai panjang 90-10 cm (Eko, 2020).
Panjang ikan Gabus dapat mencapai 1 meter dengan ukuran rata-rata
mencapai antara 60 - 75 cm. Ikan gabus banyak ditemukan di sungai-sungai,
danau dan rawa. Selain itu ikan gabus kadang terdapat di air payau yang
bersalinitas rendah dan dapat pula hidup di air kotor dengan kadar oksigen
rendah, bahkan tahan terhadap kekeringan. Ikan gabus ditemukan di berbagai
daerah perairan umum di Indonesia dengan nama yang berbeda (Eko, 2020).
Mulut Ikan Gabus lebar dan memiliki 4-7 gigi canine pada bagian rahang
bawah. Pada bagian belakang gigi canine terdadapat gigi villiform yang
melebar sampai 6 baris pada bagian belakang rahang. Sirip dada setengah dari
panjang kepala dan terdiri 15-17 duri. Sirip punggung terdiri dari 37-46 duri,

14
sirip dubur terdiri dari 23-29 duri, sirip perut terdiri dari 6 duri. Sirip ekor
berbentuk bulat. Sisik di bagian atas kepala berukuran besar, melingkar,
berhimpitan, dan sisik kepala di bagian depan sebagai pusatnya, 9 baris sisik
terdapat diantara bagian preoperculum dan batas posterior dari lingkaran yang
terdiri dari 18-20 sisik predorsal, 50-57 sisik di bagian lateral yang biasa
disebut sebagai sisik orbit (Eko, 2020).

2. TOPOGRAFI
a. Insang dan Gelmbung udara
Berdasarkan hasil pengamatan , ikan haruan yang kami amati memiliki
insang tetapi tidak terdapat gelembung udara. Menurut literatur, sistem
respirasi ikan gabus terdiri dari insang dan labirin. Insang merupakan
komponen penting dalam pertukaran gas. Insang terbentuk dari lengkungan
tulang rawan yang mengeras, dengan beberapa filamen insang di dalamnya.
Tiap-tiap filamen insang terdiri atas banyak lamela, rigi-rigi insang (gill
rakers), dan lengkung insang (arcus branchialis) (Pertiwi, dkk., 2017) Ikan
gabus memiliki organ pernapasan tambahan yaitu labirin dan energi yang
diserap dari makanan dapat digunakan untuk tumbuh dan menjaga
kelangsungan hidupnya (Extrada dkk., 2013).
b. Usus dan Lambung
Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat ikan haruan memiliki sistem
pencernaan berupa usus. Menurut literatur, ikan gabus memiliki usus yang
berukuran lebih pendek dari tubuh ikan, selain itu memiliki bentuk lambung
yang lonjong. Pada proses pencernaan, di dalam lambung protein akan
dicerna oleh enzim protease dan lemak akan dicerna oleh enzim lipase. Enzim
masuk ke dalam daging, setelah daging larut atau dicerna, yang tersisa hanya
bagian keras seperti cangkang,sisik, dan jari-jari sirip (German et al., 2004).
c. Ginjal dan Jantung
Berdasarkan hasil pengamatan, jantung pada ikan haruan ini sama seperti
jantung pada ikan mas bentuknya kecil dan berwarna merah tua. Menurut
literatur, ginjal ikan gabus terdapat nefron. Nefron pada ginjal ikan terdiri atas

15
badan malphigi. Pada ikan sistem urogenital dibangun oleh dua sistem, yaitu
sistem urinaria (sistem uropoetika) dan genitalia. Sistem urinaria bisa disebut
sistem ekskresi. Fungsinya untuk membuang bahan-bahan yang tidak
diperlukan dan membahayakan bagi kesehatan, dikeluarkan dari tubuh
sebagai larutan dalam air dengan perantara ginjal dan salurannya
(Burhanuddin, 2014).

16
VI. KESIMPULAN
1. Ikan nila terdapat organ-organ dalam yaitu jantung, hati, empedu, dan
usus.
2. Jantung ikan nila berukuran kecil dan berwarna merah pekat. Hati pada
ikan nila merupakan organ yang cukup besar dengan warna merah gelap.
Di bawah hati terdapat empedu dengan warna merah kehitaman. Usus
ikan terletak dibagiaan bawah empedu berwarna putih keruh.
3. Ikan gabus terdapat organ-organ dalam yaitu jantung, gelembung udara,
hati, empedu, dan usus.
4. Jantung ikan gabus berukuran kecil dengan warna merah terletak di atas.
Gelembung udara pada ikan gabus berukuran besar dengan warna putih.
Hati ikan gabus berwarna merah gelap. Empedu ikan gabu berwarna
merah dan usus ikan gabus berwarna pmerah muda.
5. Ikan adalah vertebrata akuatis dan pada umumnya bernafas dengan
insang. Mempunyai otak yang terbagi menjadi region-regio. Otak itu
dibungkus dalam tulang-tulang kepala yang berupa tulang rawan atau
tulang keras.

17
VII. DAFTAR PUSTAKA
Alfira, E. (2015). Pengaruh Lama Perendaman Pada Hormon Tiroksin
Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila
(Oreochromis niloticus). Skripsi. Makassar : Universitas
Muhammadiyah Makassar.

Amri, K. & Khairuman. (2007). Budidaya ikan nila secara intensif.


Agromedia Pustaka,. Jakarta.

Angienda, P.O., B.O. Aketch, E.N. Waindi. (2010). Development of all-male


fingerlings by heat treatment and the genetic mechanism of heat
induced sex determination in nile tilapia (Oreochromis niloticus L.).
International Journal of Biological and Life Science.6(1): 38-42.

Azani, W., Zainuddin, Z., & Rahmi, E. (2017). Gambaran Histologis Sistem
Urinaria Ikan Gabus (Channa Striata)(Histological Urinary System Of
Snakehead (Channa Striata)). Jurnal Ilmiah Mahasiswa.

Dharmono., Mahrudin., Riefani, M. K. (2022). Penuntun Praktikum Zoologi


Vertebrata. Banjarmasin: CV Batang.

Diastuti, Renni. (2009). Biologi.Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen


Pendidikan Nasional.
Eko, K. P. (2020). Penentuan Tingkat Pencemaran Logam Berat Kromium
(Cr) Dan Kadmium (Cd) Pada Hati Dan Insang Ikan Sebagai
Biomarker Di Sunga Way Belau Bandar Lampung (Doctoral
Dissertation, Uin Raden Intan Lampung).

Ermas. (2016). Sumber daya perikanan ikan gabus (Canna Striata).

Islam, M. S. (2016). Identifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio). Universitas


Padjadjaran, Jatinangor.

Khairuman, S. P., Amri, K., & Pi, S. (2008). Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan
Konsumsi. AgroMedia.

Pertiwi, S. L., Zainuddin, Z., & Rahmi, E. (2017). Gambaran Histologi


Sistem Respirasi Ikan Gabus (Channa Striata)(Histological Respiratory
System Of Snakehead (Channa Striata)). Jurnal Ilmiah.

Pratama. (2009). Morfologi dan Anatomi ikan Nila. Airlangga : Jakarta.


Pratiwi, A. R. (2017). Identifikasi Ektoparasit Protozoa Pada Benih Ikan Mas
(Cyprinus Carpio) Di Kolam Milik Petani Ikan DesaPatimuan
Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap (Doctoral Dissertation,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto).

18
Sinaga, E., & Saribanon, N. (2019). Ikan marga Channa, Potensinya sebagai
bahan nutrasetikal.

19
PRAKTIKUM II
Topik : Morfologi dan Topografi Amphibi
Tujuan : 1. Untuk mendeskripsikan bentuk luar (morfologi) dan topografi
Amphibi melalui praktium secara mandiri.
2. Untuk menganalisis bentuk luar (morfologi) dan topografi
Amphibi serta fungsinya.
Hari/tanggal : Sabtu/ 24 September 2022
Tempat : Laboratorium Biologi Umum PMIPA FKIP ULM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Alat bedah
2. Papan section/baki
3. Jarum pentol
4. Lup
5. Alat tulis
6. Alat dokumentasi
B. Bahan
1. Katak sawah
2. Koran
3. Styrofoam
4. Tisu

II. CARA KERJA


1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Membuat katak pingsan dengan menusuk bagian syaraf pada
bagian kepalanya menggunakan metode single pit dan meletakkan
kapas yang sudah diberi eter ke kepala katak.
3. Setelah pingsan, meletakkan katak di atas styrofoam dan diberi
jarum pentul pada kaki dan tangannya.

20
4. Membedah badan katak dengan hati-hati.
5. Lalu setelah dibedah, mengamati morfologi dan topografi pada
katak.
6. Mendokumentasikan morfologi dan topografi katak.
7. Menggambar morfologi dan topografi katak beserta keterangannya.

III. TEORI DASAR


Tubuh amphibia khususnya katak, terdiri dari kepala, badan, dan leher yang
belum tampak jelas. Caput: Bentuk kepala segitiga, terdapat celah mulut dan
rongga mulut, Bentuk hidung (nares anterior), Alat penglihatan (organum
visus), Membrana timpani Amphibia dewasa memiliki mulut lebar dan lidah
yang lunak yang melekat pada bagian depan rahang bawah. Cervix (leher)
tidak nyata dan Truncus (badan) sebelah caudal caput Tubuh katak bentuknya
hampir serupa pada masing- masing anggota katak, bentuknya menjadi lebih
pendek. Hal ini disebabkan katak tidak mempunyai bagian ekor.
Bagian leher atau batas antara daerah caput (kepala) dan truncus (badan)
tidak jelas Bagian caput ujungnya tumpul, tanpa dilengkapi dengan moncong
yang menonjol, pada bagian ini juga memiliki rima oris ( mulut) yang
bentuknya lebar biasanya berfungsi untuk memasukkan makanan. Pada bagian
dorsal dari moncong terdapat sepasang nares atau lubang hidung yang kecil
dan berfungsi dalam pernapasan.
Sepasang mata atau disebut juga organon visus yang bulat ukurannya cukup
pernapasan besar dan bentuknya bulat menonjol. Organon visus atau mata
dilengkapi juga dengan alat-alat, seperti a. palpebra superior, yaitu berupa
lipatan kulit tebal pada bagian tepi atas dari mata, b. palpebra inferior, yaitu
berupa lipatan kulit tebal pada bagian tepi bawah dan mata; c. membrana
nictitans adalah berupa lipatan kulin yang tipis dan transparan terletak pada
bagian tepi bawah mata, ini dapat ditarik hingga dapat menutupi seluruh
permukaan mata. Matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut
membran niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam, pernafasan pada
saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat

21
pernafasannya berupa paru-paru dan kulit yang hidungnya mempunyai katup
yang mencegah air masuk kedalam rongga mulut ketika menyelam, dan
berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang
jantan di luar tubuh induknya atau pembuahan eksternal.
Amphibia mempunyai struktur gigi, yaitu gigi maxilla dan gigi palantum.
Sifat karakteristik katak, kulit licin mempunyai 2 lubang hidung yang
berhubungan dengan rongga mulut, lidah dapat dijulurkan. Pada bagian dekat
sebelah caudal dan organ mata terdapat bagian yang membulat yang berupa
kulit disebut membrana tympani, organ ini merupakan bagian dari alat
pendengaran dan tidak dimiliki oleh kelompok ikan. Bagian truncus atau
badan dari katak bentuknya pendek. Adapun lubang kloaka terletak di bagian
terakhir dari badan.
Seperti pada jenis hewan vertebrata terrestrial yang lain, tubuh katak
mempunyai dua pasang extremitas, yaitu sepasang extremitas anterior yang
bentuknya pendek, tetapi mempunyai bagian-bagian yang jelas karena
dilengkapi dengan adanya persendian Bagian-bagian extremitas anteriornya
adalah a. brachium (lengan atas), b. antebrachium (lengan bawah), c. manus
(telapak tangan); d. carpus. (pergelangan tangan) yang dilengkapi dengan
metacarpus dan phalangus atau digiti, yaitu merupakan jari-jari yang
jumlahnya masing-masing ada 5 buah. Di antara jari-jari biasanya terdapat
selaput yang berfungsi untuk berenang dan disebut webs (selaput renang).
Kemudian, pada bagian belakang terdapat extremitas posterior yang
bentuknya lebih besar, bila dibandingkan dengan extremitas anterior.
Adapun bagian-bagian dari extremitas posterior adalah sebagai berikut a.
femur (paha); b. crus (betis), c. pes (telapak kaki) yang terdiri dari metatarsus
dan phalangus atau jari-jari disebut juga sebagai digiti yang jumlahnya 5 buah.
Dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat
diantara jan-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat
dan berenang. Ciri-ciri umum anggota amphibia sebagai berikut, memiliki
anggota gerak yang secara anatomis pentadactylus, kecuali pada apoda yang

22
anggota geraknya tereduksi, tidak memiliki kuku dan cakar, tetapi ada
beberapa anggota amphibi yang ujung jarinya mengalami perandukan
membentuk kuku dan cakar, contoh Xenopus sp. (Dharmono, 2022).

IV. HASIL PENGAMATAN

A. MORFOLOGI
1. Katak Sawah (Fejervarya cancrivora)
a. Foto Pengamatan

1 Keterangan :
4
1. Kepala
5
3 2. Eksterminas
1
belakang
1 3. Perut
2 4. Jari
5. Eksterminas
(Sumber : Dok.Kel XII, 2022) depan

b. Foto Literatur

1
Keterangan :
4

2
5 5 1. Kepala
3
2. Punggung
6
3. Perut
6
4. Jari
5. Esterminas depan
6. Esterminas
(Sumber : Yodthong, dkk, 2019) belakang

23
B. TOPOGRAFI
1. Katak Sawah (Fejervarya cancrivora)
a. Foto Pengamatan

Keterangan :
1 1. Hati
2 2. Paru-paru
3. Lambung
4 3 4. Usus besar

(Sumber : Dok.Kel XII, 2022)

b. Foto Literatur

Keterangan :
1. Hati
2 1
2. Paru-paru
3. Lambung
4
3 4. Usus besar

(Sumber : Maisa, 2019)

24
V. ANALISIS DATA
1. Katak Sawah (Fejervarya cancrivora)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Fejervarya
Spesies : Fejervarya cancrivora
Sumber : (Gravenhorst, 1829)

1. MORFOLOGI
Berdasarkan hasil pengamatan ,lakukan terhadap morfologi dan
topografi dari katak sawah (Fejervarya cancrivora) memiliki ciri-ciri khusus
yang menjadi pembeda dari katak dan kodok. Pembedanya dilihat dari mata
yang terlihat lebih menonjol dan berbentuk bulat. Secara morfologi pada
bagian kepala memiliki panjang kepala 2 cm, lebar kepala 1,7 cm, lebar pupil
0,5 cm. Permukaan kulit katak lebih licin dan berlendir sedangkan permukaan
kulit kodok kasar dan berjonjot. Tubuh katak lebih ramping dibandingkan
tubuh kodok yang cukup besar. Katak memiliki maxila dan mandibula,
maxila pada katak (rahang atas) yang artinya bergigi sedangkan mandibula
(rahang bawah) pada katak tidak. bergigi.
Katak memiliki Lingua (lidah) yang bercabang. Pada bagian badan,
punggung katak lebih licin dari kodok. Warna punggung katak hitam
kecoklatan dan bercorak seperti ular sedangkan bagian bawah atau perut
katak berwarna putih, panjang badan katak mencapai 7 cm. Tungkai belakang
katak kuat dan panjang berfungsi untuk membantu melompat dengan jauh dan
memiliki selaput untuk berenang dan melompat, berjari empat pada tungkai
depan dan berjari lima pada tungkai belakang. Struktur ketika katak akan

25
bertelur adalah dengan membuat telur bergerombol seperti anggur. Katak
mampu melompat dengan jauh dan cepat, tidak memiliki kelenjar racun,
katak hidup ditempat yang berair dan aktif pada siang hari. Secara topografi
katak yang dibedah terdapat organ penyusun tubuh bagian dalam diantaranya
jantung yang masih berdetak, hati, paru-paru yang sudah mengempis, ginjal,
lambung, usus halus, usus besar, telur dan kloaka.
Pada praktikum ini pembiusan katak saya lakukan dengan cara single
pit. Pada seekor katak ditusukan sebuah jarum pentul kebagian syaraf kepala
yang kemudian untuk beberapa saat jarum itu diputarputarkan sehingga
otaknya menjadi rusak sama sekali. Mematirasakan katak dengan cara
demikian disebut “ single pithing”.
Menurut literatur, Katak mudah dikenali dari tubuhnya yang tampak
seperti berjongkok dengan empat kaki untuk melompat, leher yang tidak jelas
dan tanpa ekor, kaki belakang yang berfungsi untuk melompat, lebih panjang
dari pada kaki depan yang pendek dan ramping, dan berguna untuk melompat
mencari mangsa atau menghindarkan diri dan pemangsa. Ordo
Anura (kodok dan katak), digolongkan sebagai satwa berdarah dingin
(ektotermal) yang artinya satwa yang bersuhu tubuhnya tergantung pada suhu
lingkungan yang stabil dalam hidupnya (Mistar, 2003).
Ordo Anura berkembang biak dengan metamorfosis sempurna dimulai
dari telur yang jumlahnya puluhan kemudian menetas menjadi berudu. Dalam
fase ini tetesan telur itu bertubuh menyerupai ikan kecil yang bertubuh gemuk
dan bernafas dengan insang selama hidup di air. Kemudian untuk fase
berikutnya, dari bagian belakang dekat ekor kecebong akan tumbuh sepasang
kaki belakang. Proses ini dilanjutkan dengan pertumbuhan sepasang kaki
depan. Sementara bagian ekornya perlahan memendek dan
akhirnya menghilang. Pada fase akhir, alat pernafasan berupa insang
akan berganti dengan paru-paru, dan dimulailah anak katak dan kodok
memulai siklus hidupnya di darat dan pada akhirnya menjadi katak dan kodok
sejati. Seluruh proses perkembangan dalam fase-fase dari telur sampai anakan

26
katak ini seluruhnya berlangsung di air (Prawirohartono, 2001) dalam (Noor,
2012).
Fejervarya cancrivora memiliki bagian caput panjang kepala yaitu
berkisar antara 10-15 mm. Lebar kepala berkisar antara 8-12 mm. Lebar pupil
berkisar antara 2-3 mm. Panjang ujung moncong berkisar antara 5-8 mm
kemudian untuk bagian trunchus memiliki warna punggung berwarna hijau
dengan loreng berwarna cokelat tua dan licin bergurat. Putih. Tinggi badan
berkisar antara 7-9 mm. Panjang badan 60-65 mm. Lebar badan 12-15 mm.
Sedangkan untuk bagian extremitas panjang lengan berkisar antara 12-18
mm. Panjang tangan 16-22 mm. Terdapat selaput renang pada bagian
kakinya. Panjang kaki 40-50 mm. Panjang jari kaki 8-10 mm. Habitatnya di
tanah di perairan yang berumput dan rawa (Noor, 2012).
Fejervarya cancrivora banyak dijumpai di rawa, parit, sungai,
kolam, sawah, padang rumput, tegalan dan genang air. Kondisi ideal untuk
habitat katak yaitu terdapat air dengan aliran air yang tidak bergerak cepat
dan banyak batu atau batang di tempat tersebut sebagai tempat betelur. Selain
air, katak membutuhkan habitat yang menyediakan makanan dan tempat
berlindung. Berudu membutuhkan alga, gulma dan tanaman kecil untuk
dimakan, sementara tumpukan serasah dan rerumputan digunakan katak
untuk berlindung dan bersembunyi dari musuh ketika mencari makan (Astuti,
2017).
Secara topografi terdapat sistem pencernaan pada katak terdiri atas
rongga mulut (cavum oris), pharynx, oesophagus, gastrum, duodenum,
intestine, colon, dan cloaca. Bangunan- bangunan yang berada di dalam
cavum oris ialah dentis dan lingua. Cavum oris sebelah anterior berpangkal
lingua dengan ujung yang bebas di sebelah posterior. Ujungnya berlekuk
sehingga tampak bercabang dan oleh karena itu disebut bifida. Lingua dapat
dijulurkan keluar dengan cepat yang berfungsi untuk menangkap dan
memasukkan mangsanya ke dalam mulut (Radiopoetro, 1977 dalam Sari,
2017).

27
Sistem reproduksi pada katak jantan terdiri atas testis, vas efferens,
vesica seminalis, corpus adiposum yang merupakan bahan cadangan
makanan yang digunakan pada musim perkelaminan. Katak jantan
mempunyai sepasang testis (bentuknya oval, warnanya keputihputihan)
terletak di sebelah atas ginjal. Testis diikat oleh alat penggantungnya yang
disebut mesentrium. Testis terdapat saluran yang disebut vas efferens yang
bermuara di cloaca. Bagian ureter yang dekatcloaca mengalami pembesaran
yang disebut vesica seminalis yang berfungsi untuk penampungan sementara
spermatozoa (Zug, 1993 dalam Sari, 2017).
Saluran reproduksi pada katak betina berawal dari ovarium yang
mengalir melalui oviduct. Oviduct merupakan suatu saluran yang menjulur
dari bagiananterior rongga tubuh menuju bagian posterior tepatnya pada
cloaca. Oviduct mempunyai sel kelenjar yang menyekresikan lapisan lunak
disekitar telur, dan pada bagian posteriornya melebar untuk penampungan
telur sementara tetapiselain itu oviduct tidak mengalami pencirian khusus.
Katak melakukan proses reproduksi di dalam air, sedangkan fertilisasi terjadi
di luar tubuh katak betina (eksternal). Katak betina yang sedang hamil, namun
tidak ada katak jantan yang mengawininya maka telur akan disimpan di dalam
tubuh (Susanto, 1994 dalam Sari, 2017). Organ reproduksi katak betina terdiri
atas sepasang ovarium yang terdapat pada bagian belakang rongga tubuh
diikat oleh penggantungnya yang disebut mesovarium. Katak betina ketika
musim kawin pada ovarium terpadat, ovum yang masak akan menuju ke
saluran yang disebut oviduct. Bagian posterior oviduct membesar membentuk
uterus. Selanjutnya telur dikeluarkan melalui cloaca keluar 32 dari tubuh.
Katak sendiri terjadi fertilisasi eksternal (pembuahan di luar tubuh) dan pada
musim kawin terjadi isyarat kawin oleh katak jantan dan katak
betina.Perkawinan dilakukan dengan cara katak jantan menempel di atas
punggung katak betina, lalu keduanya menyemprotkan sel-sel gamet ke luar
tubuh (Zug, 1993 dalam Sari, 2017).

28
2. TOPOGRAFI
a. Paru-paru dan jantung
Pada pengamatan katak sawah hasil pengamatan , ditemukan paru-paru
yang dua paru-paru , letaknya disebelah kiri dan kanan tubuhnya, jantungnya
berwarna merah merah.
Berdasarkan literatur, katak sawah mengalami metamorfosis dari insang
dan paru-paru untuk bernapas di darat, selain itu kulit juga digunakan untuk
bernapas. Katak yang sebagian besar hidup di air, oksigen diabsorbsi dengan
menggunakan pundi-pundi kulit. Modifikasi pada kulit meningkatkan area
permukaan respirasi (Halliday, 1994 dalam Nugrahani, 2012).
b. Lambung dan Usus
Berdasarkan yang saya lihat pada pengamatan, memiliki lambung yang
berwarna putih dan terletak pada sebelah kiri dan terhubung dengan usus.
Berdasarkan literatur, Menurut Jasin (1994) alat pencernaan pada katak
berupa Ventrikulus (lambung) berbentuk kantung yang bila terisi makanan
menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat
masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus. Intestinum (usus) dapat
dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus meliputi duodenum,
jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya. Usun tebal berakhir
pada rectum dan menuju kloaka, kloaka merupakan muara bersama antara
saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi, dan urine.
c. Hati, Ginjal, dan Kloaka
Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat hati berwarna merah pekat,
sepasang ginjal kiri dan kanan serta kloaka.
Berdasarkan literatur, Menurut literatur, sebuah tonjolan keluar berupa
kantung dua lobi berdinding tipis terdapat pada dinding kloaka yang meluas
ke dalam cavum abdominalis. Kantung ini berguna untuk menyimpan urine
dan ia disebut vesica urinaria (Radiopoetro, 1977 dalam Nugrahani, 2012).

29
VI. KESIMPULAN
1. Pada katak sawah ditemukan paru-paru, jantung, lambung, usus, hati
ginjal dan kloaka.
2. Paru-paru letaknya disebelah kiri dan kanan tubuhnya berbentuk seperti
gelembung bergelombang kecil, jantungnya berwarna merah cerah.
Terdapat lambung yang berwarna putih dan terletak pada sebelah kiri dan
terhubung dengan usus. Hati berwarna merah pekat, sepasang ginjal kiri
dan kanan serta kloaka.
3. Amphibi adalah hewan yang hidup dalam duaa bentuk kehidupan yaitu
bisa di air atau di darat.
4. Ciri khas katak (Fejervarya cancrivora) yaitu memiliki permukaan tubuh
yang licin dan berlendir serta tubuhnya yang ramping.
5. Tubuh amphibi terdiri atas caput, cervix dan truncus.

30
VII. DAFTAR PUSTAKA
Ardian, I. (2019). Karakteristik Amfibia (Ordo Anura) Yang Terdapat Di
Kawasan Pucoek Krueng Alue Seulaseh Kabupaten Aceh Barat Daya
Sebagai Penunjang Praktikum Zoologi Vertebrata. Skripsi. Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam: Banda Aceh.

Astuti, M. (2017). Perbedaan Prevalensi Endoparasit Pada Katak Sawah


(Fejervarya cancrivora) dan Katak Lembu (Rana catesbeiana Shaw).
Skripsi . Semarang : Universitas Negeri Semarang.

Dharmono., Mahrudin., Riefani, M. K. (2022). Penuntun Praktikum Zoologi


Vertebrata. Banjarmasin: CV Batang.

Mistar. (2003). Panduan Lapangan Amphibi Kawasan Ekosistem Leuser.


Perpustakaan Nasional Katalog Indonesia, Jakarta.

Moment, G. B. (1967). General Zoology. Boston: Bentley Glass. Pujaningsih,


R. I. 2007. Kodok Lembu. Yogyakarta: Kanisius.

Noor, Z. R., Dharmono, D., & Naparin, A. (2012). Inventarisasi Spesies


Anggota Ordo Anura Di Kawasan Lumpur Barambai. Jurnal Wahana-
bio.

Sari, A. (2017). Anatomi Katak Sawah (Fejervarya cancrivora). Purwokerto:


Universitas Jenderal Sudirman.

Susanto, H. (1994). Budidaya Kodok Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.

Zug, G. R. (1993). Herpetolology: an Introduction Biology of Ampibians and


Reptiles. London: Academic Press.

31
PRAKTIKUM III
Topik : Morfologi dan Topografi Reptilia
Tujuan : 1. Untuk mendeskripsikan bentuk luar (morfologi) dan topografi
Reptilia melalui praktium secara mandiri.
2. Untuk menganalisis bentuk luar (morfologi) dan topografi
Reptilia serta fungsinya.
Hari/tanggal : Kamis/ 29 September 2022
Tempat : Laboratorium Biologi Umum PMIPA FKIP ULM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN

A. Alat
1. Alat bedah
2. Papan section/baki
3. Jarum pentol
4. Lup
5. Alat tulis
6. Alat dokumentasi
B. Bahan
1. Ular
2. Koran
3. Styrofoam
4. Tisu
5. Larutan ether

32
II. CARA KERJA
1. Morfologi biawak
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Melakukan pembiusan dengan memasukkan biawak ke dalam
toples berisi ether.
c. Setelah ular terbius, meletakkan biawak di atas Styrofoam/papan
section dan memberi jarum pentul di tangan dan kaki biawak.
d. Mengamati morfologi biawak dan mendokumentasikannya.
e. Menggambar morfologi biawak dan memberi keterangan pada
gambar.
2. Topografi ular
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Melakukan pembiusan dengan memasukkan ular ke dalam toples
berisi ether.
c. Setelah biawak pingsan, meletakkan biawak di atas stryfoam dalam
keadaan terbalik (telentang) dan memberi jarum pentul di kaki.
d. Menarik bagian kloaks ular menggunakan pinset lalu menggunting
bagian bawah tubuh sampai atas tubuh dilakukan dengan cara
vertikal dan horizontal (bentuk T).
e. Selesai dibedah, mengamati topografinya.
f. Mendokumentasikan topografi ular.
g. Menggambar topografi ular dan memberi keterangan pada gambar.

33
III. TEORI DASAR
Reptilia merupakan sekelompok hewan vertebrata yang menyesuaikan siri
di tempat yang kering di tanah. Kata reptilia berasal daribahasa latin yaitu
reptum yang berarti melata atau merayap, Adapun studi tentang reptilian
disebut dengan Herpetology. Ciri-ciri khusus darireptilian, yaitu:
1. Tubuhnya dibungkus oleh kulit kering yang menanduk (tidak licin)
biasanya dengan sisik atau bercarapace, bberapa ada yang memiliki
kelenjar pada permukaan kulit.
2. Mempunyai dua pasang anggota yang masing-masing 5 jari dengan
kuku-kuku yang cocok untuk lari, mencengkram dan naik pohon.
3. Adapun hewan reptil yang hidup di air kakinya mempunyai bentuk
seperti dayung, sedangkan pada ular tidak memilikinya.
4. Skeleton atau penyusun tubuhnya mengalami penulangan secara
sempurna, tempurung kepala mempunyai accipitale condly.
5. Jantung tidak sempurna, terdiri atas 4 ruangan, dua auricular dan
sebuah verticule pada buaya terpisah menjadi dua, tapimasihberlubang
yang disebut dengan foramen panizze. Terdapat sepasang archus
aorticus, bereritrosit dengan bentuk oval bikonkap dan dengan
nukleus.
6. Pernafasan selalu dengan paru-paru, pada penyu pernafasan juga
dengan kloaca.
7. Memiliki 1 sampai 2 nervi cranialis
8. Suhu tubuh tergantung pada lingkungan.
9. Fertilisasi terjadi didalam tubuh, biasanya mempunyai alat kopulasi,
telus besar dengan banyak yolk, berselaput kulit lunak atau bercangkok
tipis. Telur biasanya diletakkan disuatu tempat dibiarkan menetas
sendiri, tapi beberapa hewan misalnya kadal danular dierami oleh sang
betina. Segmentasi secara meroblastis, mempunyai membrane
embrionik. Anak yang lahir atau menetas mirip dengan induknya
(dewasa), dan tidak bermetamorfosis.

34
Adapun bentuk luar atau morfologi tubuh reptilian ini bermacam- macam
yaitu ada yang bulat pipih (penyu), bulat oanjang (ular), berbentuk gelendong
berekor (kadal, buaya, dll). Umumnya tubuh dapat dibagi atas bagian chepal,
cervix, truncus, dan cauda. Bagi hewan yang memilikiextremitas, maka bagian
ini oendek berkuku panjang berkait. Mulut yang agak panjang bertepi dengan
gigi kecil runcing yang terletak dalam lekuk. Dekat ujung moncong sebelah
dorsal terdapat nares externa (nostril). Mata besar terletak sebelah lateral
dengan palpebral superior (kelopak mata sebelah atas), palpebral interior
(kelopak mata sebelah bawah) dan kecuali itu terdapat membrane nicitana
yang transparent yang terletak dibawah kelopak mata. Dibelakang mata
terdapat lekukan yang tertutup oleh kulit, sebagai lubang telinga yang
memiliki membrane timpani, sedangkan pada bagian akhir yaitu anus
merupakan celah transversal (melintang) yang terletak dibelakang dasar dan
extremitas posterior. Hewan yang memiliki lubang kloaca transversal disebut
dengan Plagiostremata.
Pada bagian penutup tubuhnya bermacam-macam ada yang berupa kulit
bersisik yang meliputi seluruh tubuh. Disantaranya ada yang pada bagian
dorsal mengalami cornicicatio hingga merupakan lapisan tebal. Terdapat juga
penutup tubuh berupa perisai atau carpace, sedangkan pada bagian skeleton
axialis terdiri atas tempurung kepala dan vertebrata. Tempurung kepala ada
yang memoncong panjang merupakan tulang yang keras pada hewan dewasa.
Rahang bawah yang panjang bersendi pada tulang kuadrat yang telah bersatu
dengan tulang cranium. Pada bagian ventral dari cranium merupakan plat yang
keras. Columna vertebralis terdiri atas lima tipe yaitu, cervix, thorax, lumbar,
sacrum, dan cauda. Tubuh reptile terdiri dari:
1. Caput : terdapat rima oris, lambium superius dan inferius, organon visus,
membrane nictitans, nares anteriores dan lubang telinga.
2. Cervix (Collum)
3. Truncus : Terdapat extrimitas eranialis dan extramitas caudalis
dan sisik yang merupakan exoskeleton.
4. Caudal : bentuk cylindris dan panjangnya hapir 2X panjang badan

35
+ kepala, Bagian pangkal tebal, makin meruncing kearas distal (Dharmono,
2022).

IV. HASIL PENGAMATAN


A. MORFOLOGI

1. Ular (Python reticulatus)


a. Foto Pengamatan

1 Keterangan :
1. Kepala
3 2. Perut
3. Corak
4. Ekor

2 4
(Sumber : Dok.Kel IX, 2022)

b. Foto Literatur

Keterangan :
2

1. Kepala
2. Perut
1 3. Corak
4

4. Ekor
3

(Sumber : Jayadi, 2017)

36
B. TOPOGRAFI
1. Ular (Python reticulatus)
a. Foto Pengamatan

1 Ketereangan :
3 1. Jantung
2. Paru-paru
2
3. Limpa
4 4. Lambung
5 5. Usus besar

(Sumber : Dok.Kel XII, 2022)

b. Foto Literatur

4 Keterangan :
5
1. Jantung
2. Paru-paru
3. Limpa
4. Usus besar
5. Usus halus
3
2 1
\
1

(Sumber : Hall, 2021)

37
V. ANALISIS DATA
1. Ular (Python reticulatus)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Squamata
Family : Pythonidae
Genus : Python
Species : Python reticulatus
Sumber: (Telnoni, 2016).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di laboratoriun Biologi
Ular Sanca Kembang atau dikenal dengan ular Sawa Batik dalam bahasa
bangsa Melayu termasuk kedalam kelas reptile dikarenakan memiliki darah
digin oleh karenanya kebanyakan ular memiliki rutinitas berjemur untuk
menghangatkan tubuhnya. Ular Phyton reticulas sendiri terdiri dari kepala,
badan dan ekor, termasuk hewan yang arboreal yakni menghabiskan lebih
banyak waktunya di atas pohon. Secara morfologi ular Phyton mampun
mencapai ukuran jumbo bahkan mampu menakan mangsanya dengan
ukuran 2 kali besar tubuh mereka, hal ini dikarenakan rahang ereka yang
elastis di bantu dengan gigi – gigi nya yang tajam untuk menelan dan
mendorong tubuh mangsanya hingga dapat masuk ke dalam perut, untuk
corak dan motif sendiri ular ini memiliki ke khasan yakni menyerupai motif
batik dari tanah jawa dengan bentuknya yang beragam maka dari itu ada
biasanya diadakannyanya kontes untuk kecantikan corak pada ular ini.
Secara topografi ular ini memiliki warna mata jingga dengan lidah yang
berwarna hitam serta membelah, memiliki jantung, hati, liver, usus besar
dan usus kecil.
Berdasarkan hasil literatur, menurut Tweedie 1984 dan Mehrtens
1987 dalam Rahmayani, (2014). Ular sanca merupakan jenis ular yang tidak
berbisa, mempunyai ukuran yang besar dan merupakan ular terpanjang di
antara jenis ular lainnya yang terdapat di Indonesia. Ular

38
sanca memiliki pola lingkaran-lingkaran besar yang berbentuk jala. Pola ini
lah yang membuat masyarakat menjadi tertarik untuk menjadikan satwa ini
sebagai hewanpeliharaan. Hal ini merupakan proses adaptasi yang
dilakukan untuk menjaga diri dari predator.
Phyton reticulatus merupakan phyton yang paling besar di antara
spesies lainnya yang masih ada saat ini, selama masa hidupnya panjang
tubuh ular ini dapat mencapai 11 meter dengan bobot badan mampu
mencapai 158 kg (Matswapati, 2009). Bentuk tubuh langsing dengan
lingkar tubuh berotot yang cenderung tetap membulat dari pada memipih
dengan motif jaringan atau rantai dengan warna dasar perak abu-abu atau
perak coklat, tidak hanya itu motif pada 7 punggungnya menandakan ciri
khas warna dasar dari ular ini dengan garis tepi berwarna hitam dengan
kuning, orange atau coklat (Telnoni, 2016).
Ular Phyton reticulatus merupakan satwa ektotermik yaitu satwa
dengan produksi panas tubuh yang sangat terbatas dan mekanisme kontrol
pengembalian produksi panas sangat rendah, sehingga untuk mencukupi
kebutuhan panasnya harus mengambil panas dari lingkungannya.
Pengambilan panas dari lingkungannya dilakukan dengan berjemur di
bawah sinar matahari langsung, panas tubuh ini dibutuhkan untuk proses
metabolisme dan mencerna makanan, suhu normal yang dibutuhkan 26,7ºC
- 30ºC, diluar suhu tersebut ular lebih banyak diam untuk meminimalisasi
energi yang terpakai dari hasil pencernaan makanannya (Matswapati, 2009).
Secara topografi Python reticulatus berbeda dengan mamalia
yang mengunyah makanan menjadi potongan-potongan kecil. Dan karena
itu ular Piton harus menelan seluruh bagian dari mangsanya. Ular ini
mendapatkan makananya hanya dengan cara menunggu seekor mangsa
yang lewat. Tidak seperti mamalia yang makan setiap hari dan menjaga
system pencernaan mereka dalam keadaan kesiapan di antara waktu makan,
Python reticulatus menonaktifkan system pencernaan mereka di antara
waktu makan. Python reticulatus dapat menjalani

39
imobilisasi system pencernaan secara ekstensif jika mereka pergi tanpa
makanan sebulan atau lebih. Kemudian ketika mereka mendapatkan
makanan, mereka dapat dengan cepat merekontruksi sistem pencernaan
dalam 24 jam pertama setelah proses makan. Python reticulatus dapat
melipat gandakan massa usus mereka dengan pertumbuhan epitel usus baru
(penting untuk pencernaan dan penyerapan) dapat dilihat pada. Tingkat
metabolis Python reticulatus dapat 40 kali lipat setelah makan. Hal ini
terjadi karena piton memerlukan energi yang besar untuk merekontruksi
sistem pencernaan mereka untuk memproses makanan yang dimakan
(Miller, 2007 dalam Cintia, 2018).
Pankreas mengalami penambahan massa pada saat ular mulai
mencerna makanan. Saat makanan dicerna peningkatan enzim terjadi dan
memuncak antara dua sampai empat hari mencerna makanan. 5,7 sampai 20
kali lipat peningkatan pankreas dan amilase, 2,3 sampai 5,5 kali lipat
aktivitas maltase dan aminopeptidase-N (Cox dan Secor, 2008 dalam Cintia,
2018). Strack dan Beese (2001) dalam Cintia (2018) menemukan bahwa
peningkatan massa usus menjadi tiga kali lipat dari pada saat puasa, hal ini
disebabkan karena penggabungan sementara lipid ke dalam usus.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dan berdasarkan literature
dapat disimpulkan bahwa Ular Sanca Kembang (Python reticulatus)).
Tubuh ular bagian luar terdiri dari daerah kepala, badan, ekor. Sedangkan
dari tofografi Ular Sanca Kembang (Python reticulatus) yaitu merupakan
organ penyusun didalam tubuh Ular Sanca Kembang (Python reticulatus)
yang terdiri dari jantung, hati, liver, usus besar dan usus halus, dan organ –
organ lain yang memiliki fungsi dan peranannya masing-masing didalam
tubuh Ular Sanca Kembang (Python reticulatus).

40
VI. KESIMPULAN
1. Ular Phyton reticulas terdiri dari kepala, badan dan ekor, termasuk
hewan yang arboreal yakni menghabiskan lebih banyak waktunya di
atas pohon.
2. Secara morfologi ular Phyton mampun mencapai ukuran jumbo bahkan
mampu menakan mangsanya dengan ukuran 2 kali besar tubuh mereka,
hal ini dikarenakan rahang mereka yang elastis di bantu dengan gigi –
gigi nya yang tajam untuk menelan dan mendorong tubuh mangsanya
hingga dapat masuk ke dalam perut.
3. Untuk corak dan motif sendiri ular ini memiliki ke khasan yakni
menyerupai motif batik dari tanah jawa dengan bentuknya yang
beragam maka dari itu ada biasanya diadakannyanya kontes untuk
kecantikan corak pada ular ini.
4. Secara topografi ular ini memiliki warna mata jingga dengan lidah yang
berwarna hitam serta membelah, memiliki jantung, hati, liver, usus besar
dan usus kecil.
5. Ular ini mendapatkan makananya hanya dengan cara menunggu seekor
mangsa yang lewat.

41
VII. DAFTAR PUSTAKA
Cintia, N. D. (2018). Distribusi Infeksi Cacing Pada Digestif Ular Piton
(Python reticulatus) Dan Ular Kobra (Naja sputatrix) di Malang
Skripsi. Universitas Muhamadiyah Malang : Malang.

Dharmono, dkk. (2022). Penuntun Praktikum Zoologi Vertebrata.


Cv Batang : Banjarmasin.

Matwapati, D. (2009). Biologi Reproduksi Ular Sanca Batik (Python


reticulatus). Skripsi. IPB University : Bogor.

Rahmayani. (2014). Infeksi Cacing Saluran Pencernaan Ular Sanca


(Python reticulatus Schneider 1810) Sebagai Exotic Pets. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Telnoni, F. R. R., Oka, B. M., & Widyastuti, S. K. (2016). Prevalensi


Infeksi Cacing Nematoda pada Ular Python Reticulatus yang
Dipelihara Pecinta Ular di Denpasar. Jurnal Indonesia Medicus
Veterinus. 5(2) : 104-112.

42
PRAKTIKUM IV
Topik : Morfologi dan Topografi Aves
Tujuan : 1. Untuk mengenal ciri morfologi Aves yang penting untuk
identifikasi.
2. Untuk mendeterminasi berbagai jenis Aves melalui praktikum
secara mandiri.
Hari/tanggal : Sabtu/ 24 September 2022
Tempat : Laboratorium Biologi Umum PMIPA FKIP ULM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Alat bedah
2. Papan section/baki
3. Jarum pentol
4. Lup
5. Alat tulis
6. Alat dokumentasi
B. Bahan
1. Ayam
2. Koran
3. Styrofoam
4. Tisu

II. CARA KERJA

1. Morfologi ayam
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Meletakkan ayam di atas Styrofoam.
c. Mengamati morfologi ayam.
d. Mendokumentasikan morfologi ayam dan menggambar
morfologi ayam serta memberi keterangan pada gambar.

43
2. Topografi ayam
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Mensectio daerah dada menuju kloaka dan rostrum, kemudian
membuka kulit.
c. Menggunting mulai ujung bawah dan membuka rongga dadanya.
d. Mengamati topografi pada ayam , organ dalam yang terlindungi
disisihkan dari organ yang melindungi.
e. Mendokumentasikan topografi ayam.
f. Menggambar tofografi ayam dan memberi keterangan pada
gambar.

III. TEORI DASAR


Kelas aves adalah kelas hewan vertebrata yang memiliki bulu dan
sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota gerak
belakang beradaptasi untuk berjalan, berenang dan bertengger. Mulut
sudah termodifikasi menjadi paruh, punya kantong hawa, jantung terdiri
dari empat ruang, rahang bawah tidak mempunyai gigi karena gigi- giginya
telah menghilang yang digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk dan
berkembang biak dengan bertelur.
Aves merupakan kelompok vertebrata yang hampir seluruh
tubuhnya tertutup oleh bulu. Tubuh dapat dibedakan atas paruh, kepala,
leher, badan, sayap, tungkai dan ekor. Pergerakan aves terutama dijalankan
oleh sayap dan kaki. Dapat ditambahkan bahwa cauda berfungsi sebagai
pengemudi dan sebagai suatu permukaan untuk penyokong pada waktu
terbang walaupun tidak dipergunakan langsung sebagai pendorong. Pada
Gerakan bipedal titik gravitasi harus terletak di atas kaki atau tepatnya
diantara kedua kaki. Luas permukaan yang bersinggungan dengan tanah
mereduksi sedang digiti bertambah Panjang untuk mencegah hilangnya
keseimbangan. Pada prinsipnya sehubungan dengan cara bergeraknya pada
berbagai spesies burung juga tidak sama maka modifikasi yang terjadi pada
skeleton dan elemen-elemen musculus pada berbagai spesies burung juga

44
tidak sama. Modifikasi yang terjadi ini terutama terhadap bentuknya,
ukurannya, dan sudut-sudutnya. Paruh aves terbentuk dari modifikasi
maxilla pada rahang atas dan mandibula pada rahang bawah. Pada luar
rustrum dilapisi oleh pembungkus berupa selaput tanduk. Patuh tidak
memiliki gigi. Ada beberapa tipe paruh yang dapat dijumpai antara lain
skimming cutting (membelah dan memotong), tearing (mencabik), holding
(memegang), drummingand drilling (memukul dan menggerk), seed
cracking (memecah biji).
Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka
menghuni hutan-hutan ini dari pantai hingga ke puncak-puncak
pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir
pantai, tengah lautan, gua-gua, batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Dengan
habitat yang berbeda-beda maka burung juga berbeda dalam hal warna dan
bentuk. Ada yang warnanya cerah cemerlang atau hitam legam, yang hijau
daun, coklat gelap atau burik untuk menyamar, dan lain-lain. Ada yang
memiliki paruh kuat untuk menyobek daging (elang), mengerkah biji buah
yang keras (burung manyar), runcing untuk menombak ikan (burung
kormon), pipih untuk menyaring lumpur (Bebek), lebar untuk menangkap
serangga terbang (Burung kacamata biasa), atau kecil panjang untuk
mengisap Ada yang memiliki cakar tajam untuk mencengkeram mangsa,
cakar pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan serasah, cakar berselaput
untuk berenang, cakar kuat untuk berlari dan merobek perut musuhnya.
Dasar yang penting untuk mengidentifikası di lapangan ada
beberapa cara yaitu menentukan ukuran yang dapat dilakukan dengan
membandingkan ukuran burung yang telah dikenal secara umum, bentuk
burung, mempunyai leher, ekor pendek atau panjang, sayap pendek,
membulat atau panjang dan runcing, kemudian diperhatikan pula susunan
warnanya, karakter paruh serta mengenali suara. Berikut ini beberapa cirri
morfologi aves yang penting untuk identifikasi:

45
1. Bulu
Bulu dibedakan atas dua macam: Bulu lengkap (plumae) dan Bulu tak lengkap,
Bulu tak lengkap dibedakan atas: Plumulae, Filoplumae. Warna bulu ada dua
golongan a). Warna bulu yang disebabkan oleh biochrome yang menyerap dan
memantulkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu, yaitu bulu dengan warna
merah, jingga, kuning, hitam kelabu coklat, hijau. b). Warna bulu yang disebabkan
oleh adanya elemen fisik. yaitu bulu dengan warna putih biru dan gemerlapan.
2. Paruh Paruh memiliki beberapa cini Panjang, Pendek, Berkait, Pipih datar,
Lurus Bergigi dan Berkantung leher.
3. Sayap memiliki beberapa ciri sayap Panjang, Pendek, Bulat, Runcing.
4. Tarsometatarsus memiliki beberapa ciri: Scutellata, Reticulata, Serata, Boatid.
5. Jari memiliki beberapa ciri Rata/datar,Terangkat.
6. Cakar memiliki beberapa ciri Runcing, Obtuse.
7. Kaki memiliki beberapa ciri:
a. Tipe bertengger: Passerine dan Zygodactyla
b. Tipe berjalan
c. Tipe berenang: Palmata dan Totipalmata
8. Bulu ekor (Rectriches) memiliki beberapa ciri bulu ekor: Panjang, Pendek,
Rata, Bulat, Runcing, Berbentuk garpu.
9. Organ dalam pada Aves membentuk sistem organ, antara lain:
a) Sistem Cardiovasculare, terdiri atas:
1) Cor memiliki ciri: Relatif besar, Berbentuk kerucut, Terletak di linea
mediana, Beruang empat.
2) Pembuluh darah terdiri dari: Arteri, Vena, Kapiler.
b) Sistem Digestorum, terdiri atas: Tractus digestivus dan Glandula digestonia
Tractus digestivus terdiri utas: Rostrum, Carum oris. Pharynx, Esophagus,
Ingluvies, Proventriculus, Ventriculus, Intestinum tenue, Intestinum
erassum Glandula digestonia terdiri atas; Glandula salivales, Hepar
(collumba livia tak mempunyai vesica fellea), Pankreas.
c) Sistem Urogenitale, terdiri atas:

46
1) Organa Uropoetica: Ren, Ureter (Aves tak memiliki vesica urinaria),
Cloaca, Organa genitalia
2) Organa genetalia jantan: testis
3) Organa genetalia betina: Ovarium

47
IV. HASIL PENGAMATAN

A. MORFOLOGI
1. Ayam (Gallus domestika)
a. Foto Pengamatan

Keterangan :
1
5 1. Paruh
2. Kepala
3. Leher
4. Sayap
5. Dada
6. kaki
6
2
4

(Sumber : Dok.Kel XIII B, 2022)

b. Foto Literatur

3 Keterangan :
5 4 1. Kepala
2
2. Paruh
3. Pial
1
4. Bulu ekor
5. Bulu sayap
6
6. Bulu dada

(Sumber : Gita, 2021)

48
B. TOPOGRAFI
1. Ayam (Gallus domestika)
a. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Jantung
1 2. Hati
3. Usus halus
4 2 4. Limpa
5. Usus besar
5 3

(Sumber : Dok.Kel XII B, 2022)

b. Foto Literatur

Keterangan :
1. Jantung
2. Hati
3. Ventriculus
4. Limpa
5. Empedu
6. Duodenum

(Sumber : Agresi, 2020)

49
V. ANALISIS DATA
1. Ayam (Gallus domestika)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingkdom : Metazoa
Filum : Chordata
Sub fitum : Vertebrata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Genus : Gallus
Spesies : Gallus domestika
(sumber : Anwar, 2018)

1. MORFOLOGI
Berdasarkan hasil pengamatan, ayam yang kami gunakan sudah
dalam keadaan tidak hidup dan tidak memiliki bulu sebab memudahkan
dalam proses pengamatan bagian topografi. Secara morfologi ayam ras
(Gallus galllus domestika) pada bagian kepala terdapat mata dan paruh,
paruhnya berbentuk segitiga runcing dan kecil berwana putih serta
memiliki pial di kepalanya. Bagian badan memiliki sayap, dan pada kaki
memiliki cakar yang runcing terdiri dari 4 jari dan kuku yang tajam.
Adapun bagian topografi dapat dilihat dengan memotong dari atas anus
di tubuh bagian depan, memotong hingga sisi paha ayam sehingga organ
dalam terlihat seperti, jantung, hati, empedal, tembolok, lambunng, usus
yang merupakan saluran terpanjang dari organ pencernaan lainnya, dan
terdapat klaoka yang merupakan organ pembuangan kotoran ayam.
Menurut literatur, ayam termasuk kelas aves yang tubuhnya terbagi
atas paruh, kepala, leher, badan, sayap, tungkai, dan ekor. Morfologi
ayam meliputi bentuk paruh yang pendek, lebih pendek dari pada kepala.
Bentuk sayap panjang dari pada badan. Tipe bulu adalah bulu lengkap
(plumae) yang terdiri dari batang bulu dan lembaran bulu yang pendek.
Kaki termasuk tipe berjalan, karena 63 hulluknya terangkat sehingga
kedudukannya lebih tinggi dari jari-jari yang lain. Ekor juga bulat dan
panjang (Natamijaya, 2016).

50
Bagian kepala ayam dapat ditemukan rostrum, gallus, nares
eksterna, dan pial. Rostrum berasal dari tulang wajah yang mengalami
perpanjangan. Banyak terdapat pembuluh darah berdekatan dengan
epidermis di bagian gallus ayam seingga membuat gallus memiliki warna
merah, sedangkan warna pial memiliki berbagai warna tergantung jenis
family ayam. Pial adalah cuping nares eksterna yang berdaging tebal dan
terletak di bawah bagian nares eksterna terdapat pada Pial dan gallus
memiliki keistimewaan pada ayam dan beberapa spesies aves yang lain.
Pial dan gallus adalah objek yang digunakan sebagai indikator sifat
kelamin sekunder sebab bagian tubu tersebut sensitif terhadap hormon
seksual (Daryono & Ilham, 2019 dalam Ardianto, 2018).
Tubuh ayam terdapat organon visus yang terletak di bagian lateral
dengan kelopak mata yang besar. Ayam merupakan hewan berbulu. Bulu
menutupi seluru bagian tubuh ayam kecuali bagian alat ekstremitas. Bulu
adalah bagian luar tubuh yang fleksibel karena terdapat ruang udara yang
lebih. Keberadaan ruang udara ini sebagai pelengkap untuk
menghasilkan bulu kontur halus dan berguna untuk melindungi tubuh
(Daryono & Ilham, 2019 dalam Ardiyanto, 2018).
Sedangkan topografi pada ayam petelur (Gallus gallus domesticus)
terdapat kerongkongan sebagai saluran penghubung antara mulut dan
lambung yang mana sebagai tempat terjadinya proses pencernaan.
Bagian tembolok berfungsi sebagai cadangan makanan sementara pada
ayam. Jantung (cor) berfungsi sebagai tempat untuk memompa darah ke
seluruh tubuh. Paru-paru (pulmo) sebagai alat pernapasan dan hati
(hepar) sebagai penetralisir racun dan mengeluarkan zat toksin berupa
empedu. Lambung (ventriculus) sebagai tempat terjadinya proses
pencernaan secara mekanik maupun kimiawi dengan bantuan enzim.
Usus halus berfungsi sebagai tempat penyerapan sari-sari makanan dan
usus besar sebagai tempat penyerapan air dalam kapasitas atau jumlah
yang cukup sar Sisa-sisa metabolism dikeluarkan melalui anus. Ginjal
sebagai tempat pembentukan urine dan pancreas yang menghasilkan

51
enzim dari proses pencernaan. Setiap enzim yang terlibat dalam proses
pencernaan mempunyai peranannya masing-masing.
Sistem pencernaan ayam terbagi atas saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdapat esophagus yang
melebar pada bagian tembolok. Lambung yang menghasilkan enzim
pencernaan, dinding ototnya tipis. Empedal ototnya berdinding tebal,
membantu mencerna makanan keras, intestinum terdiri atas usus halus
dan besar yang yang bermuara di kloaka (Sembiring, 2012).
Sistem ekresi pada ayam terdapat ren yang relatif besar berwarna
merah coklat, tertutup oleh peritonium. Terbagi atas 4 lobus. Dari daratan
ren adalah ventral keluar ureter yang sempit menuju ke cauda dan
berakhir di kloaka. Ginjal betipe metanefros bewarna coklat tua. Saluran
ureter bermuara langsung di kloaka dan tidak ada kandung kemih.
Terdapat vesica seminalis yaitu gelembung yang kecil bersifat kelenjar
untuk penampungan sementara sperma yang terletak di kloaka
(Sembiring, 2009).

2. TOPOGRAFI
Berdasarkan hasil pengamatan, pada saat pembedahan ayam ras
terlihat jantung, paru-paru, hati, ginjal, empedu, ampela dan usus.
Ukuran par-paru ayam sangat kecil, berada pada kiri dan kanan tubuhnya
dekat jantung. Ukuran hati ayam sangat besar. Di belakang hati terdapat
empedu dengan warna hijau gelap. Jantung ayam terletak di dekat hati.
Usus ayam panjang dengan warna putih pucat.
Berdasarkan kaian literatur, Paru-paru letaknya menempel pada
tulang rusuk bagian atas pada rongga dada. Udara yang dihirup karena
ada tekanan akan masuk kedalam kantung udara dan didistribusikan
kembali masuk atau keluar dari paru-paru. Proses distribusi udara karena
adanya aktivitas kontraksi otot pendukung pernapasan pada unggas, ada
dua cara, secara inspirasi dan ekspirasi (Nesheim, 1972 dalam
Arrayyaan, 2015).

52
Unggas tidak memiliki diafragma sehingga paru-paru tidak
mengembang dan kontraksi selama ekspirasi dan inspirasi. Paru-paru
hanyalah sebagai tempat berlangsungnya pertukaran gas di dalam darah.
(Radiopoctro, 1991).
Sistem pencernaan ayam terbagi atas saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdapat esophagus yang
melebar pada bagian tembolok. Lambung yang menghasilkan enzim
pencemaan, dinding ototnya tipis. Empedal ototnya berdinding tebal.
membantu mencerna makanan keras, intestinum terdiri atas usus halus
dan besar yang yang bermuara di kloaka (Sembiring, 2012).
Ayam merupakan kelompok ovipar. Fertilisasi terjadi di dalam
tubuh dengan menempelkan kloaka. Pada jantan terdapat testis yang
berjumlah sepasang berbentuk oval / bulat, bagian permukaannya licin,
terletak di sebelah ventral lobus bagian paling kranial. Pada reproduksi
betina terdapat ovarium yang berkembang di sebelah kiri, terletak di
bagian dorsal rongga abdomen. Saluran reproduksi oviduk, hanya
berkembang sebelah kiri, bentuknya panjang, bergulung dan uterus akan
menghasilkan cangkang kapur. (Sembiring, 2015).

53
VI. KESIMPULAN
1. Pada ayam ras terdapat jantung, paru-paru, hati, ginjal, empedu, ampela
dan usus.
2. Ukuran par-paru ayam sangat kecil, berada pada kiri dan kanan tubuhnya
dekat jantung. Ukuran hati ayam sangat besar.
3. Di belakang hati terdapat empedu dengan warna hijau gelap. Jantung ayam
terletak di dekat hati. Usus ayam panjang dengan warna putih pucat.
4. Berdasarkan morfologi tubuh ayam bagian luar terdiri daerah kepala,
badan, ekor dan mempunyai sayap panjang ditutupi oleh bulu.
5. Berdasarkan topografi dari ayam petelur ini mempunyai hati, jantung, paru-
paru, ventriculu, pancreas, ginjal, usus halus dan besar, usus ceca dan
kloaka.

54
VII. DAFTAR PUSTAKA

Anwar, H. (2018). Analisis Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Ud. Butir
Mutiara Di Desa Ngingit Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang
(Doctoral Dissertation, University Of Muhammadiyah Malang).

Ardianto, D. O. (2018). Pengaruh Tepung Kunir Putih (Curcuma Mangga Val.)


Terhadap Kinerja Ayam Pedaging (Doctoral Dissertation, Universitas
Mercu Buana Yogyakarta).

Arrayyaan, M. A. E. (2015). Studi Morfologi Anatomi Struktur Syrinx Ayam


Ketawa Usia 1 Bulan Sampai 4 Bulan. Skripsi. Universitas Hasanuddin
: Makassar.

Dharmono., Mahrudin., Riefani, M. K. (2022). Penuntun Praktikum Zoologi


Vertebrata. Banjarmasin: CV Batang.

Natamijaya, A. G. (2016) Karakteristik Penampilan Pada Warna bulu, Kulit,


Sisik, Kaki dan Paruh Ayam. Di akses melalui
https://ejurnal.lotbang.pertanian.co.id pada tanggal 1 November 2022.

Sembiring, P. (2012). Buku Ajar dan Penuntun Dasar Ternak Unggas. USU
press : Medan.

Sembiring, P. (2015). Buku Ajar dan Penuntun Dasar Ternak Unggas. USU
press, Medan.

55
PRAKTIKUM V
Topik : Morfologi dan Topografi Mamalia
Tujuan : 1. Untuk mengenal ciri morfologi Mamalia yang penting untuk
identifikasi.
2. Untuk mendeterminasi berbagai jenis Mamalia melalui
praktikum secara mandiri.
Hari/tanggal : Sabtu/ 24 September 2022
Tempat : Laboratorium Biologi Umum PMIPA FKIP ULM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Alat bedah
2. Papan section/baki
3. Jarum pentol
4. Lup
5. Alat tulis
6. Alat dokumentasi
B. Bahan
1. Tikus Mencit
2. Ether
3. Koran
4. Styrofoam
5. Tisu

II. CARA KERJA


1. Morfologi tikus mencit
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Membius mencit di dalam toples menggunakan ether.
c. Setelah mencit terbius, meletakkan mencit di atas stryfoam dan
memberi jarum pentul pada kakinya.

56
d. Mengamati morfologi mencit dan mendokumentasikan
morfologinya.
e. Menggambar morfologi mencit dan memberi keterangan pada
gambar.
2. Topografi tikus mencit
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Membius mencit di dalam toples menggunakan ether.
c. Setelah mencit terbius/pingsan, meletakkan mencit di atas stryfoam
dengan keadaan terlentang dan memberi jarum pentul pada kakinya.
d. Menggunting bagian ujung bawah mencit deengan perlahan sampai
ke atas dan badannya terbuka/organ dalamnya keliatan.
e. Mengamati topografi mencit dan mendokumentasikan topografi
mencit.
f. Menggambar topografi mencit beserta keterangan gambarnya.

III. TEORI DASAR


Mamalia adalah hewan atau binatang bertulang belakang (vertebrata) yang
berdarah panas, dapat dibedakan dengan memiliki rambut, dan sistem
reproduksinya dengan melahirkan anaknya. Kelompok ini merupakan hewan yang
menyusui anaknya, dan memiliki ciri-ciri lainnya yang membedakan dengan
kelompok hewan lainnya. Mamalia memiliki susunan gigi yang bervariasi, artinya
sudah dibedakan dengan adanya gigi seri (incisors), gigi taring (canine), dan gigi
geraham (molar), terkecuali pada sebagian besar mamalia laut yang bergigi seragam
(satu bentuk) dan trenggiling (Manis javanica) yang tidak mempunyai gigi. Tulang
rahang bawah (mandible) mamalia tersusun oleh tulang tunggal, dan butir darah
merah tidak memiliki inti. Tulang pendengar terdiri atas tiga tulang yaitu landasan,
martil dan sanggurdi, dan ”condyles occipitalis” sudah ada sebanyak 2 buah
(Haryono, dkk, 2019).
Menurut Haryono, dkk (2019). mamalia adalah menentukan kelompok atau
suku yang termasuk di dalamnya. Hal ini biasanya pada awalnya pada saat
menentukan bangsa atau ordo-nya (seperti primata, rodensia atau karnivora).

57
Setelah itu menentukan hewan ini termasuk ke dalam suku atau famili, kemudian
subfamili (sebagai contoh dalam primata, hewan itu masuk kedalam kelompok
lutung, owa, atau kera). Cara termudah untuk melakukan ini adalah dengan melihat
morfologi dan pola warna tubuh atau pelage hewan tersebut atau mengkonfirmasi
dengan spesimen yang bentuknya mirip dengan yang aslinya. Selain itu, untuk
mempermudah proses identifikasi, ukuran tubuh dari setiap hewan juga sangat
penting dalam penentuan jenis yang dilakukan. Catatan ukuran tubuh dari
masingmasing jenis dimulai dengan seri pengukuran standar diantaranya yaitu
panjang badan dan kepala (Head and Body Length – HBL), panjang ekor (Tail =
T), panjang telapak kaki belakang, (Hind Foot = HF), panjang telinga (Ear – E),
dan pengukuran berat badan (W). Langkah langkah pengukuran pada mamalia
meliputi:
1. Panjang Tubuh dan Kepala (Head and Body Length – HBL): tikus
diletakkan telentang disisi/diatas penggaris, diukur dari ujung moncong
sampai pangkal ekor atau rata dengan anus.
2. Panjang ekor (Tail): diukur dari pangkal sampai ujung ekor.
3. Panjang kaki belakang (Hind Foot): diukur dari ujung tumit sampai ujung
daging paling panjang, apabila kuku ikut diukur harus diberi tanda
4. Panjang telinga (Ear): diukur dari pangkal telinga sampai ujung daun
telinga tertinggi.
5. Pencatatan jumlah puting susu pada tikus betina dan besar testis pada tikus
jantan (panjang x lebar)
6. Pengukuran berat tikus, dan
7. Pengukuran anatomi tengkorak.
Untuk identifikasi selain ukuran morfologi luar juga perlu diperhatikan
warna, jenis dan ukuran rambut baik punggung, perut, lateral dan ekor. Bentuk sisik
dan jumlah sisik per 1 cm pada ekor juga dapat dijadikan karakter pembantu dalam
identifikasi. Konfirmasi spesies sebaiknya dilakukan dengan pengukuran dan
karakter spesifik pada tengkorak (Haryono, dkk, 2019).

58
IV. HASIL PENGAMATAN
A. MORFOLOGI
1. Mencit (Mus musculus)
a. Foto Pengamatan

Keterangan :
2 1. Kepala
2. Kaki
2 3. Ekor
4. Telinga
3 4 1 5. Hidung

(Sumber : Dok. Kel IX,2022)


b. Foto Literatur

3 Keterangan :
4
1. Hidung
2. Kaki
3. Ekor
4. Telinga
2 5 1 5. mulut

(Sumber : Venice, 2010 )

59
B. TOPOGRAFI
1. Mencit (Mus musculus)
a. Foto Pengamatan

4 Keteranga :
1 1. Jantung
2
2. Hati
3 3. Lambung
6
4. Paru – paru
5 5. Usus besar
6. Usus halus
(Sumber :Dok.Kel XII, 2022)

b. Foto Literatur

Keterangan :
1. Jantung
2. Paru-paru
1 3. Hati
2 4. Usus besar
5. Usus kecil
3

5
4

(Sumber : Cestina, 2017)

60
V. ANALISIS DATA

1. Mencit (Mus musculus)


Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : musculus
Sumber : (Lane-Petter, 1976)

1. MORFOLOGI
Berdasarkan hasil pengamatan, pada saat mencit masih hidup terlebih
dahulu dibius menggunakan ether hal ini agar memudahkan dalam proses
pengamatan. Pada saat pengamatan pertama pada bagian morfologi tubuh
mencit (Mus Musculus) teridiri dari kepala, badan, leher, dan ekor.
Rambutnya berwarna putih dengan warna perut lebih pucat. Adapun untuk
mengamati bagian topografi mencit kami melakukan pembedahan dengan
memotong dari atas anus ke arah atas hingga pertengahan tangan kanan dan
kiri. Setelah terbelah terlihat bagian topografi berupa jantung, hati, usus besar,
paru-paru, empedu, usus halus, tuba fallopi (karena betina), dan juga anus.
Menurut literatur, Mencit mempunyai ukuran dan berat badan yang lebih
kecil daripada tikus. Strain yang digunakan saat ini adalah galur Mus
musculus domesticus, Mm. musculus, dan Mm. molossius beserta turunan
dari masing-masing substrain tersebut. Mencit merupakan hewan yang paling
banyak digunakan sebagai hewan model laboratorium dengan kisaran
penggunaan antara 40–80%. Mencit banyak digunakan sebagai hewan
laboratorium, khususnya digunakan dalam penelitian biologi. Mencit
mempunyai banyak keunggulan sebagai hewan coba, di antaranya siklus
hidup yang relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat-
sifatnya tinggi, dan mudah dalam penanganannya (Suckow et al., 2001)
dalam (Rezeki, 2019).

61
Mencit ini merupakan omnivora alami, sehat, kuat, prolific (mampu
beranak banyak), kecil, dan jinak. Selain itu, binatang ini mudah didapat
dengan harga relatif murah dengan biaya ransum yang rendah. Mencit tidak
terlalu agresif, tetapi kadang-kadang bisa menggigit bila seseorang mencoba
meraihnya atau menahannya. Mencit sering menunjukkan perilaku menggali
dan bersarang. Tingkah laku tersebut membantu mencit mempertahankan
suhu tubuhnya (Rejeki, 2019)
Morfologi tubuh mencit terdiri dari kepala, badan, leher, dan ekor.
Rambutnya berwarna putih atau keabu-abuan dengan warna perut sedikit
lebih pucat. Binatang ini sangat aktif pada malam hari sehingga termasuk
golongan hewan nokturnal. Karakteristik: dapat bertahan hidup selama 1–2
tahun, dan dapat juga mencapai umur 3 tahun. Pada umur 8 minggu, tikus
siap dikawinkan. Perkawinan mencit terjadi pada saat mencit betina
mengalami estrus. Siklus estrus yaitu 4–5 hari, sedangkan lama bunting 19–
21 hari. Berat badan mencit bervariasi. Berat badan mencit jantan dewasa
berkisar antara 20–40 gram, sedangkan mencit betina 25–40 gram (Rejeki,
2019).
Mencit memiliki luas permukaan tubuh sekitar 36 cm² dengan berat
badan 20 gram. Pada umur 70 hari atau 2 bulan memiliki bobot pada waktu
lahir sekitar 0,5-1,5 gram yang dapat meningkat sekitar 40 gram. Pada mencit
betina dewas memili berat badan berkisar 25-40 gram sedangkan mencit
jantan dewasa memiliki berat badan berkisar antara 20-40 gram. Mencit jika
diperlakukan dengan baik akan mudah penanganannya, sebaliknya jika
mencit perlakuannya yang kasar dapat menimbulkan sifat yang agresif dan
dapat menggigit pada kondisi tertentu. Mencit memiliki ciri khas dari mencit
jantan dan betina, mencit betina memiliki 5 pasang kelenjar ambing, 3 pasang
yang terdapat di bagian ventral thoraks dan 2 pasang lainnya di bagian
inguinal, mencit memiliki susunan gigi yang lengkap seperti incisivus ½,
caninus 0/0, premotor 0/0 dan molar 3/3. Gigi mencit tidak terganti hingga
dewasa dan mencit menggunakan giginya untuk memperoleh makanan (Hadi,
2021).

62
Mulut mencit terdiri atas 2 bagian yakni (1) bagian eksternal (luar) yang
sempit berupa vestibula yang terdiri dari ruang diantara gusi, gigi, bibir dan
pipi; (2) bagian dalam (internal) atau rongga mulut yang dibatasi dengan
tulang maksilaris, palatum serta mandibularis di bagian belakang bersambung
dengan faring. Selaput lendir mulut ditutupi oleh jaringan epitel berlapis yang
dibawahnya terdapat kelenjar halus penghasil lendir. Selaput tersebut penuh
dengan pembuluh darah dan ujung akhir dari saraf sensoris. Bibir mencit
terletak di sebelah luar mulut dan ditutupi dengan kulit serta dan di bagian
dalam ditutupi dengan mukosa (Tamam, 2020)
Faring mencit di bagian dalamnya terdapat lengkung faring yang terdapat
tonsil atau amandel yang tersusun atas kumpulan kelenjar limfe. Kelenjar
tersebut banyak mengandung limfosit yang berfungsi sebagai pertahanan
terhadap infeksi. Letak faring bersimpangan antara saluran respirasi dengan
saluran makanan. Laring mencit secara fisiologi adalah saluran udara yang
berfungsi sebagai pembentuk suara yang lokasinya berada di depan bagian
faring sampai di ketinggian vertebra servikalis serta masuk ke dalam trakea.
Pangkal trakea tersebut ditutup dengan epiglotis yang tersusun atas dari
tulang-tulang rawan (Tamam, 2020)
Jantung mencit berada di atas rongga dada sebelah kiri, diatas diafragma.
Jantung terdiri dari 4 ruang dan terbungkus oleh selaput pericardia. Perikardia
tersusun atas 2 lapisan, yaitu lamina parietalis dan lamina viseralis . Diantara
kedua lapis tersebut terdapat cavum pericardia yang berisi cairan pericardia.
Jantung mencit tersusun atas empat ruang, yakni dua atrium (serambi) dan
dua ventrikel (bilik). Paru-paru mencit lokasinya di dalam rongga dada
sebelahnya kanan dan kiri jantung. Paru-paru bagian kanan terdiri atas tiga
kelompok alveolus yang merupakan dua lobus paru- paru. Di bagian dalam
paru-paru, bronkus bagian kanan memiliki tiga cabang, sementara bronkus
bagian kiri memiliki 2 cabang. Cabang dari bronkus dinamakan bronkiolus.
Fungsi paru-paru mencit yakni sebagai sistem pernafasan (Tamam, 2020)
Hati mencit berfungsi sebagai homeostasis yang berperan dalam proses
metabolisme. Warna hati coklat kemerahan yang terletak di bagian bawah

63
diafragma. Fungsi hati mencit yakni mengubah zat makanan yang diserap dari
usus dan kemudian disimpan di organ tubuh lain; mengubah hasil
metabolisme untuk diekskresikan kedalam empedu dan urin. Kantung
empedu mencit memiliki bentuk seperti buah pir yang mana organ tersebut
sebagai penghubung antara hati dengan usus dua belas jari. Kandung empedu
berfungsi untuk menghasilkan getah empedu, sehingga membuat getah
empedu menjadi kental. Lambung mencit adalah organ yang berbentuk
seperti kacang keledai. Lambung tersusun atas 3 bagian, yakni kardia, fundus,
antrum. Makanan yang masuk ke dalam lambung melalui kerongkongan serta
melewati otot sfingter (Tamam, 2020).
Usus dua belas jari (duodenum) mencit adalah bagian pertama dari usus
halus. Makanan yang masuk ke dalam duodenum bisa dicerna oleh usus
halus. Jika duodenum sudah penuh, maka duodenum akan memberikan sinyal
kepada lambung untuk berhenti menyuplai sari makanan. Usus besar mencit
terdiri atas dari kolon asendens (naik), kolon transversum (mendatar), kolon
desendens (menurun), dan kolon sigmoid (yang berhubungan dengan
rektum). Usus besar menghasilkan sekret yang berfungsi menyerap air dan
elektrolit dari tinja. Pada saat mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan,
namun pada saat mencapai rektum bentuknya menjadi padat. Ginjal mencit
terdiri dari sepasang organ dengan bentuk seperti kacang dan letaknya berada
di retroperitoneal di bagian kedua sisi tulang punggung. Ginjal mencit tidak
melekat langsung pada bagian dinding tubuh namun dilapisi oleh jaringan
lemak. Pada bagian ginjal kanan memiliki ukuran lebih besar, lebih berat dan
letaknya lebih anterior. Ginjal mencit jantan memiliki massa lebih berat dan
lebih besar (Tamam, 2020)
Organ reproduksi mencit jantan berfungsi menghasilkan gamet jantan.
Alat kelamin mencit jantan tersusun atas alat kelamin dalam dan luar. Alat
kelamin luar berupa penis dan skrotum, sementara alat kelamin dalam berupa
testis, saluran reproduksi, dan kelenjar kelamin (Tamam, 2020)

64
a. Paru-paru dan jantung
Berdasarkan hasil pengamatan, jantung berwarna merah muda,
ukurannya kecil, terdapat paru-paru di bawah kelenjar saliva.
Berdasarkan literatur Jantung terdiri dari empat ruang dengan dinding
atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang lebih tebal. Hewan ini memiliki
karakter lebih aktif pada malam hari daripada siang hari. Diantara spesies-
spesies hewan lainnya, mencit yang paling banyak digunakan untuk tujuan
penelitian medis (60-80%) karena murah dan mudah berkembang biak
(Kusumawati, 2004).
b. Hati dan Ginjal
Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat hati berwarna merah pudar,
sepasang ginjal kiri dan kanan.
Berdasarkan literatur, Menurut Robins & Kumar (1992), hati yang
normal memiliki permukaan rata dan halus serta berwarna merah kecoklatan,
sedangkan hati yang abnormal memiliki permukaan seperti berupa jaringan
ikat, kista maupun bintik-bintik dan mengalami perubahan warna.

65
VI. KESIMPULAN
1. Morfologi tubuh mencit (Mus Musculus) teridiri dari kepala, badan, leher,
dan ekor. Rambutnya berwarna putih dengan warna perut lebih pucat.
2. Topografi mencit berupa jantung, hati, usus besar, paru-paru, empedu, usus
halus, tuba fallopi (karena betina), dan juga anus.
3. Mencit mempunyai ukuran dan berat badan yang lebih kecil daripada tikus.
4. Mencit mempunyai hati yang berwarna merah dan sepasang ginjal kiri dan
kanan.
5. Jantung mencit yang berwarna merah muda ukurannya kecil dan terdapat
paru-paru di bawah kelenjar silva

66
VII. DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. (2002). Biologi. Jilid 1. Edisi
Kelima. Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. (2003). Biologi. Jilid 2. Edisi
Kelima. Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Haryono, M, dkk. (2019). Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan :


Panduan Identifikasi Jenis Satwa Liar Dilindungi - Mamalia. Lipi
press : Jakarta.

Linnaeus, C. (1758). Systema Naturae per Regna tria Naturae, secundum


Classes. Ordines, Genera, Species, cum Characteribus, Differentiis
Synonymis, Locis, (ed. 10) 1:1- 824, i-iii.

Mitalom. (2017). Klasifikasi, Morfologi dan Anatomi Ayam Serta Ciriciri


Ternak Ayam. Diakses melalui https.mitalon.com pada tanggal 20
Oktober 2022.

Sanbio. (2021). Penyakit Pernafasan Pada Unggas. Diakses melalui


http://www.sanbiolabs.com/ pada tanggal 20 Oktober 2022.

Wardani, W., N. Ramli dan W. Hermana. (2004). Ketersediaan energi ransum


yang mengandung wheat pollard hasil olahan enzim cairan rumen yang
diproses secara steam pelleting pada ayam broiler. Jurnal Media
Peternakan. 27 (3): 123- 128.

Fianti, L. L. (2017). Efektivitas Perasan Daun Afrika (Vernonia amygdalina


Del) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit (Mus
musculus) (Doctoral dissertation, FKIP UNPAS).

Hadi, F. N. (2021). PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SUKUN


(Artocarpus altilis) TERHADAP FERTILITAS MENCIT (Mus
musculus) JANTAN (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan
Lampung).

Rejeki, P. S., Putri, E. A. C., & Prasetya, R. E. (2019). Ovariektomi pada


Tikus dan Mencit.

Tamam,B.H. (2020). Diakses melalui


https://generasibiologi.com/2016/12/anatomi-morfologi-fisiologi-
klasifikasi-nama-ilmiah-latin-mencit-mus-musculus.html pada tanggal
1 November 2022.

67
DAFTAR NILAI

NO TOPIK NILAI
1 Morfologi dan Topografi Ikan
(Pisces)
2 Morfologi dan Topografi
Amphibi
3 Morfologi dan Topografi Reptilia
4 Morfologi dan Topografi Aves
5 Morfologi dan Topografi
Mamalia
JUMLAH
Rata - rata

68
69

Anda mungkin juga menyukai