Anda di halaman 1dari 131

BUKU AJAR

ZOOLOGI VERTEBRATA
Cetakan pertama: April 2018
Hak Cipta dilindungi undang-undang

Kode Mata Kuliah:


KBO 616207

Oleh:
Tim Penulis

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga
Buku Ajar Zoologi Vertebrata telah diselesaikan. Buku ajar ini disusun untuk para
mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Lampung (Unila) yang
mengambil mata kuliah Zoologi Vertebrata Dengan adanya buku ajar ini, diharapkan
dapat membantu mahasiswa dalam memahami mata kuliah Zoologi Vertebrata. Buku
ajar mata kuliah Zoologi Vertebrata ini bukan satu-satunya buku yang dapat dijadikan
sumber belajar bagi mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Diharapkan mahasiswa
mempelajari pustaka-pustaka lain yang berkaitan dengan mata kuliah Zoologi
Vertebrata untuk membantu dalam pemahaman konsep.
Penulis menyadari bahwa buku ajar ini belum sempurna, untuk itu kritik dan
saran terhadap penyempurnaan buku ini sangat diharapkan. Demikian buku ajar ini
disusun, semoga buku ini dapat memberi maanfaat bagi mahasiswa.

Bandar Lampung, April 2018

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2


DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3

I. Chordata: Awal Vertebrata ........................................................................ 4


II. Subfilum Vertebrata ................................................................................... 9
III. Ikan: Kelas Chondrichtyes dan Osteichtyes ............................................... 15
Praktikum 1: Ikan Chondrichtyes .............................................................. 37
Praktikum 2: Osteichtyes – Ikan Air Tawar ............................................... 38
Praktikum 3: Osteichtyes – Ikan Air Laut .................................................. 39
IV. Amphibia .................................................................................................... 41
Praktikum 4: Amphibi – Katak dan Kodok ................................................ 60
V. Reptil .......................................................................................................... 61
Praktikum 5: Reptil – Squamata ................................................................ 80
Praktikum 6: Reptil – Tertudinae/Chelonia ............................................... 81
VI. Aves ........................................................................................................... 82
Praktikum 7: Aves – Gallus ....................................................................... 96
Praktikum 8: Aves – Burung ...................................................................... 97
VII. Mamalia ...................................................................................................... 98
Praktikum 9: Mamalia – Eutheria .............................................................. 125
Praktikum 10: Pengawetan Hewan (Taksidermi) ...................................... 126

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 130


PROFIL PENULIS ............................................................................................... 131

3
I. CHORDATA: AWAL VERTEBRATA

Pada bab ini dibahas tentang karakteristik (Hickman, 2008)


hewan filum Chordata, 4 tanda utama yang
dipunyai oleh hewan Chordata, Evolusi hewan
Chordata, Klasifikasi hewan Chordata, serat
biologi kehidupan hewan Chordata awal.
Pengetahuan ini sangat penting bagi
mahasiswa sebagai calon guru biologi dalam
rangka memahami kehidupan hewan vertebrata
secara komprehensif. Bagi anda mahasiswa
sebaiknya mengembangkan diri lagi dengan
cara membaca buku-buku dan hasil penelitian lain yang berkenan dengan topik vertebrata. Bab
ini terutama membahas tentang hypotesis dan teori asal-usul hewan vertebrata. Semua
kehidupan hewan vertebrata yang sesungguhnya merupakan keseluruhan topik yang akan
dibahas dalam bab ini yang akan terbagi ke dalam beberapa bab.

1. Phylum Chordata: Asal-Usul Vertebrata


Hewan yang paling familiar dengan manusia adalah yang termasuk pada filum Chordata.
Berdasarkan adanya notochord, manusia dimasukkan ke dalam filum ini. Struktur notochord
dimiliki oleh semua anggota filum ini pada stadium larva atau dalam sepanjang hidupnya.
Secara ekologis, Chordata merupakan hewan yang paling bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan dapat hidup pada bebagai macam habitat. Dari sudut pandang biologi, Chordata
sangat menarik karena hewan ini menggambarkan secara luas prinsip-prinsip evolusi,
perkembangan, dan hubungan. Chordata mewakili asal-usul manusia. Chordata memiliki 3
subfium utama yaitu Urochordata, Cephalochordata, dan Vertebrata.

1) Karakteristik utama Chordata


Karakteristik utama hewan filum Chordata yaitu:
a. Simetri bilateral; tubuhnya bersegmen, mempunyai 3 lapisan germinal, coelom yang
berkembang.
b. Mempunyai notochord (silinder tulang) pada fase kehidupannya.
c. Mempunyai satu benang saraf di bagian dorsal, ujung anterior biasanya membesar
membentuk otak.
d. Celah pharyngeal insang ada sepanjang hidupnya bisa berfungsi atau tidak.
e. Ekor postanal biasanya memanjang dari dekat anus, mungkin ada atau tidak.
f. Otot bersegmente pada badan yang tidak bersegmen
g. Jantung ventral, dengan ventral dan dorsal pembuluh darah; system pembuluh darah
tertutup.
h. Sistem pencenaan makanan lengkap.
i. Tulang rawan atau endoskeleton ada pada semua anggota (Vertebrata).

2) Empat Tanda-tanda Utama hewan Chordata


Empat karakteristik yang membedakan Chordata dengan filum lainnya adalah:

4
a. Notochord. Struktur seperti silinder padat yang memanjang, fleksibel, memanjang
sepanjang tubuh merupakan bagian pertama dari endoskeleton yang muncul pada embrio
(lihat Gambar 1). Embrio merupakan sumbu untuk menempelnya otot, oleh karena itu, bisa
membengkok tanpa tubuh menjadi pendek. Gerak ini memungkinkan terjadinya gerakan
undulatori pada tubuh, Pada semua verterata yang mempunyai rahang, sederet tualng
kartilago atau rangka tulang rawan vertebrata terbentuk dari lapisan jaringan penghubung
sekitar notochord dan menggantikan notochord sebagai sumbu mekanik utama tubuh.

Gambar 1.1 Notochord dan dorsal nerve cord (Hickman, 2008).

b. Tali saraf dorsal. Pada beberapa hewan invertebrata biasanya serabut sarafnya dibagian
ventral, dan strukturnya padat, tetapi pada hewan vertebrata saraf tersebut di bagian dorsal
notochord dan bentuknya seperti tabung yang berongga ditengahnya. Pada vertebrata,
serabut saraf tersbut membesar, membentuk otak. Rongga pada chorda terbentuik pada
waktu embrio melalui pelipatan lapisan sel ectodermal pada bagian dorsal tubuh diatas
notochord (lihat Gambar 1.1).
c. Celah insang-faring (pharyngeal gill slits). Celah insang-faring adalah lubang seperti celah
yang dilubangi-lubangi yang berasal dari rongga faring menuju ke luar. Lubang tresebut
terbentuk dari invaginasi ectoderm luar dan evaginasi endodermal yang membantasi faring.

Gambar 1.2. Celah faring dan ekor postanal (Hickman, 2008).

d. Ekor Postanal. Ekor post anal bersama-sama dengan otot tubuh dan notochord yang bisa
kaku, membuat gerakan larva tunicata dan amphioxus bisa bebas berenang. Sebagai suatu
struktur yang ditambahkan setelah anus, dalah sangat jelas bahwa hal ini merupakan hasil
evolusi khususnya untuk meluncur di air. Efisiensinya pada ikan bertanbah dengan adanya
sirip pada ikan. Pada manusia ekor hanya merupakan suatu bukti evolusi, yang berupa
organ vestige (Coxy, serangkaian vertebrata kecil pada ujung columna spinalis), tetapi pada
hampir semua Mammalia mempunyai ekor pada hewan dewasanya.

5
Gambar 1.3. Pohon filogeni vertebrata (Hickman, 2008).

2. Subphylum Urochordata (Tunicata)


Urochordata (ekor-chordate) lebih umum disebut Tunicata,
sebanyak 1500 sp. Hewan ini ditemukan pada semua lautan dari
bagian yang dangkal hingga ke bagian yang sangat dalam.
Kebanyakan hewan ini sesiile pada dewasanya., tapi adanya juga
yang hidup bebas. Nama tunicate di dasarkan pada struktur yang
kuat, tunic mati, yang mengelilingi hewan dan mengandung selulosa.
Sebagai hewan dewasa, tunikata merupakan chordate yang
terspesialisasi tingkat tinggi, dimana kebanyakan spesies hanya
berbentuk larva, yang mirip berudu kecil (mikroskopik), yang
meupakan salah satu tanda dari chordate. Selama metamorfosa
Gambar 1.4. Anatomi
menudju dewasa, notochord (pada larva hanya terbatas pada
Tunicata, Ciona sp (Hickman,
ekor) dan ekor menghilang bersamaan, sementarabsaraf dorsal 2008)

6
mereduksi menjadi ganglion tunggal. Urochorata terbagi menjadi 3 kelas: Ascidiacea,
Larvaceae, dan Thaliaceae. Dari ketiga kelas ini, Ascidiaceae merupakan yang paling dikenal,
contohnya “sea squirt”.
Lapisan terluar tubuh hewan pada Gambar 4 disebut tunic, lapisan berikutnya setelah tunic
adalah lapisan mantel (membran dalam), pada bagian luar mantel terdapat 2 tonjolan: siphon
incurrent dan excurrent. Air masuk melalui incurrent siphon dan melewati sacus branchial
(pharynx) melalui mulut. Pada bagian tengah sacus ini terdapat lekukan (groove) disebut
endostyle yang bersilia dan mensekresikan mucus. Pada waktu lapisan mucus dibawa oleh cilia
melewati membrane dalam pharynx menuju dorsal, partikel makanan kecil dari air tersaring
melalui celah pada dinding sacus branchial. Kemudian mucus bersama partikel makanan yang
terjebak bergerak ke posterior menuju oesophagus. Air, yang sudah bersih dari partikel
makanan, diarahkan oleh cilia ke rongga atrium dan akhirnya keluar melalui siphon excurrent.
Intestin menuju anus dekat siphon excurrent.
Sistem peredaran darah (sirkulasi) terdiri Jantung ventral dekat lambung dan dua
pembuluh besar, satu pada sisi lain jantung. Mekanisme kreja jantung agak ”aneh“ yaitu
mengarahkan darah pertama kali dalam satu arah untuk periode terentu, kemudian arahnya
membalik. Pembalikan arah sirkulasi darah ini tidak ditemukan apda chordate yang lainnya.
Sistem eksresi dengan nephridium dekat intestine. Sistim saraf terbatas hanya pada sebuah
ganglion saraf dan beberapa saraf yang teletak di atas dosal pharynx. Notochord tidak ada.
Hewan ini (Gambar 4) meupakan hermaprodit. Sel germinal dibawa keluar tubuh melalui siphon
excurrent, kemudian terjadi fertilisasi silang.

3. Subphylum Cephalochordata
Cephalochordata merupakan hewan berbentuk lancet: lunak, translucent, gepeng (lihat
Gambar 1.5). Habitatnya di pantai, pada dasar pantai berpasir. Dikenal dengan nama
Amphioxus. Hewan ini mempunyai 4 karakteristik chordate dalam bentuk sederhana, dan
dianggap merupakan cetak biru dari awal hewan chordate.
Air masuk melalui mulut, diarahkan oleh cilia dalam rangga mulut, kemudian melewati banyak
celah insang pada pharynx dimana makanan terperangkap oleh mucus, yang kemudian
digerakan oleh cilia ke intestine.Disini partikel makanan terkecil dipisahkan dari mucus dan
masuk ke mid gut caecum (diverticulum) yang kemudian dipgagocytose dan dicerna secara
interseluler. Seperti pada tunicate, air yang sudah tersaring pertama kali masuk ke atrium,
kemudian keluar dari tubuh melalui antipore (excurrent siphon pada tunicate).

Gambar 1.5. Anatomi Aphioxus (Hickman, 2008)

Sistem peredaran darahnya tertutup dan agak kompleks untuk chordate yang sederhana.
Pola aliran sama dengan ikan primitive, menskipun tidak punya jantung. Darah dipompa
kearah depan dalam aorta ventral oleh kontraksi seperti peristaltic dari dinding pembuluh darah ,
kemudian mengalir kea rah atas melalui arteri branchialis (arcus aorta) dalam lempengan
insang ke aorta dorsalis. Dari sini darah didistribusikan ke jaringan tubuh oleh plexy kapiler dan

7
kemudian dikumpulkan oleh vena yang mengembalikannya ke aorta ventralis.. Darah tidak
berwarna, tidak mempunyai erythrocyte dan hemoglobin.
Sistem saraf terpusat mengelilingi benang saraf berongga yang terletak diatas notochord.
Akar dari pasangan saraf spinal muncul paa setiap segment myomeric organ indera nya
sederhana, reseptor bipolar yang tidak berpasangan terletak pada di beberpaa tempat. “Otak”
berupa kantung sederhana pada ujung enterior benang saraf. Jenis kelamin terpisah pad
amphioxus. Sel-sel kelamin terdapat secara beba dalam atrium, kemudian keluar melalui
antipore dimana terjadi eksternal fertilisasi.

4. Soal Latihan
1) Apakah yang dimaksud dengan hewan chordata?
2) Jelaskan karakteristik hewan chordata.
3) Apakah perbedaan antara cephalochordata dengan urochordata?
4) Apakah hubungan filogeni antara chordata dengan vertebrata?

8
II. SUBFILUM VERTEBRATA
Subphylum yang ketiga dari Chordata
merupakan hewan vertebrata yang sangat
beragam dan sukses secara evolusi dan
merupakan subjek dari buku ini. Subphylum
vertebrata mempunyai cirri karakteristik yang
sama dengan ke dua subphylum lainnya, tetapi
ada tambahan yaitu ada beberapa sifat yang tidak
dipunyai oleh kedua subphylum lainnya.
Karaktristik yang memberikan nama pad anggota Gambar 2.1. Rangka ular (Campbell,
ini “ Vertebrata” atau “ Craniata” adalah columna 2012)
spinalis dari vertebrae, yang membentuk sumbu utama rangka dari tubuh, cranium.

1. Karakteristik Hewan Vertebrata


Karakteristik hewan Vertebrata adalah sebagai berikut:
1) Sifat utama Chordata: notochord, bumbung saraf, celah pharynx insang dan ekor post anal,
semuanya ada pada beberapa fase hidupnya.
2) Integument pada dasarnya terbagi atas 2 bagian yaitu epidermis yang merupakan bagian
terluar dari epithelium berlapis dari ectoderm, dan dermis yaitu bagian dalam dari jaringan
penghubung yang berasal dari mesoderm, banyak modifikasi dari kulit diantara beberapa
kelas, seperti kelenjar, sisik, bulu, cakar, tanduk, dan rambut.
3) Pada vertebrata yang berahang, notochord diganti menjadi columna vertebra yang tersusun
atas tulang rawan (cartilage) atau tulang keras atau keduanya; endoskeleton sudah terdiri
atas columna vetebra dengan cranium, arcus visceral, anggota badan.
4) Otot-ototnya menempel pada rangka yang berfungsi untuk pergerakan.
5) Sistim pencernaan sudah lengkap dari ventral sampai columna spinalis dengan kelenjar
pencernaan yang besar, hati dan pancreas.
6) Sistim sirkulasi terdiri atas jantung ventral dengan 4 ruang; system peredaran darah yang
tertutup dalam arteri, ka[iler dan vena. Darah mengandung sel darah merah dengan
hemoglobin dan sel darah putih. Sepasang arcus aorta yang menghubungkan ventral dan
dorsal aorta dan bercabang ke insang pada hewan vertebrata air. Pada hewan yang hidup di
darat terdapat modifikasi pola arcus aorta pada pulmonari dan sistim systemic.
7) Coelom besar telah berkembang dengan baik yang berisi cairan sistim visceral.
8) Sistim ekresi terdiri atas satu pasang ginjal( mesopnephros atau metanephros pada yang
dewasa) yang mempunyai saluran untuk menyalurkan buangan ke cloaca atau daerah anus.
9) Otak biasanya terbagi menjadi 5 bagian (vesicular).
10) 10 atau 12 pasang saraf pusat (cranial) biasanya dengan fungsi sensor dan motor; satu
pasang saraf spinalis menuju setiap myotom primitive (blok bersegmen atau otot lurik);
sebuah sistim saraf otonom yang mengontrol fungsi involuntir organ-organ dalam.
11) Sistim endokrin dari kelenjar buntu tersebar di seluruh badan.
12) Hampir semua jenis kelaminnya sudah terpisah; setiap jenis kelamin mempunyai sepasang
gonad dengan saluran yang menyalurkan produknya ke cloaca maupun ke lbang husus
dekat anus.

9
13) Tubuh tersusun atas kepala, badan, dan ekor postanal. Leher ada pada beberapa hewan,
khususnya vertebrata darat; 2 pasang organ tambahan biasanya ada, meskipun kadang ada
yang tidak ada, hewan mammalian mempunyai rongga dada.

2. Adaptasi - Evolusi pada Vertebrata


Dari mulai jenis ikan purba sampai mammalian yang sudah berkembang, evolusi vertebrata
telah didasarkan pada beberapa petunjuk spesialisasi dasar adaptasi dari endoskeleton, efisiensi
respirasi, perkembangan sistim saraf, dan sepasang anggota badan.

1) Endoskeleton
Endoskeleton vertebrata seperti pada echinodrmata, merupakan struktur penunjang
bagian dalam dan pemberi bentuk bagi tubuh. Hal ini merupakan bentuk permulan (baru)
karena biasanya pada invertebrate, rangka berasal dari pelipatan tubuh. Exoscletton dan
endoskeleton mempunyai keuntunngan dan keunikannya dan keterbatasan sehubungan dengan
ukurannya, endoscleton yang tidak hidup seperti pada arthropoda; tumbuh brsama sama
tubuhnya. Dengan endoskeleton ukuran tubuh tidak terbatas. Endoskleton membentuk hubungan
yang sangat bagus dan tempat menempel yang baik untuk otot, and otot juga melindungi rangka
dan dari pengaruh kerusakan.
Harus dicatat, bahwa vertebrata bukan tidak mempunyai organ penutup untuk
perlindungan seluruh tubuh. Tengkorak dan tulang iga fungsinya adalah untuk melindungi
organ-organ dalam yang penting. Kebanyakan vertebrata dilindungi oleh kulit yang keras, ada
yang bersisik, berambut,dan bulu yang berfungsi sebagai insulasi (penghangat).

2) Pharynx dan efisiensi respirasi


Penggantian organ bersilia penyaring makanan dari protochordata dengan suatu pompa otot
pada rongga mulut dan insang dalam menyediakan alat-alat respirasi yang efektif bagi
vertebrata. Beberapa insang ikan dapat menekstrasi sebanyak 85% oxygen dari air pada waktu
pemukaan insang tersebut dilewati air, hal ini melebihi efisiensi yang terdapat pada insang
invertebrate sekalipun. Peningkatan efisiensi respirasi ini sangat esensial untuk menunjang
metabolisme vertebrata predator yang aktif.

3) Perkembangan sistem saraf


Tidak ada satupun sistim dalam tubuh yang lebih kuat hubungannya dengan fungsi dan
struktur pekembangannya dibandingkan dengan sistim saraf. Sistim saraf protochordata terdiri
atas ganglion saraf dan organ indera yang rudimenter, yang lebih berfungsi sebagai
chemosensory (indera kimiawi). Pada waktu protovertebrata berganti gaya hidup menjadi
predator, indra baru, motor, dan control intrgrasi sangat penting untuk mengetahui tempat dan
menangkap mangsa. Dalam waktu pendek, protovertebrata berkembang sebuah bentuk kepala
baru, lengkap dengan otak dan pasangan organ indra eksternal yang dirancang untuk
penerimaan rangsang jarak jauh. Dalam hal ini termasuk sepasang mata dengan lensa dan retina,
reseptor tekanan seperti sepasang telinga yang didesain untuk kesetimbangan, dan kemudian
diredesain untuk menerima rangsang suara, dan reseptor kimia termasuk resetor perasa dan
organ penciuman yang sangat sensitive.

10
4) Sepasang anggota badan
Terdapat tambahan organ pad pelvic dan dada pada hamper semua vertebrata dalam bentuk
pasangan sirip atau kaki. Organ tersebut berasal sebgai penstabil pada waktu berenang, yang
kemudian berkembang menjadi kaki untuk berjalan ditanah. Sendi-sendi anggota tubuh sangat
baik untuk gerakan pada di atas substrat (tanah).

3. Nenek moyang dan Evolusi Vertebrata


Hewan apakah yang merupakan asal-muasal vertebrata? Mari kita lihat pada hewan-hewan
berikut ini. Sudah ada perjanjian mengenai evolusi, bahwa vertebrata muncul berangsur-angsur
dari hewan penyaring makanan protochordata. Tak usah ditanya lagi, perkembangan yang
paling penting dalam transisi untuk menjadi vertebrata bergerak sebagai predator adalah
munculnya kepala. Struktur baru ini nampaknya muncul sebagai tambahan pada tubuh hewan
protochordata. Bersamaan dengan itu muncul juga 3 struktur tingkat lanjut yang semuanya
krusial dalam menunjang kesuksesan vertebrata yaitu:
a. Sistem saraf yang berkembang dengan pasangan organ indera yang kompleks untuk
mendeteksi mangsa dan meningkatkan kewaspadaan terhadap lingkungan.
b. Rangka kepala (tengkorak) yang telah berkembang dengan baik, dan kemudian juga
berkembang rahang untuk menangkap mangsa dan
c. Pompa mulut yang berotot dan insang yang efektif untuk petukaran gas.

Gambar 2.2. Conodont. Hewan vertebrata awal yang hidup pada zaman Cambria sampai
Triassic (Hickman, 2008 dan Campbell, 2012).

4. Hypotesis Gastang tentang evolusi larva Chordata


Perhatian para zoologis diarahkan ke hewan Tunicata, setelah Amphioxus. Hewan dewasa
Tunicata nampaknya lebih seperti hewan Porifera (Sponge) daripada Vertebrata. Bahkan hewan
ini tidak mempunyai tanda anatomi yang khusus yang dapat membuktikan bahwa hewan ini
adalah chordate. Namun yang membuat penasaran adalah larva berudunya mempunyai semua
tanda utama sebagai anggota hewan leluhur vertebrata (Prevertebrata) yaitu : notochord,
bumbung neural dorsalis, celah insang, ekor postanal, otak dan organ indera (organ
kesetimbangan dan lensa mata). Larva ini bisa bergerak beba selalma beberapa jam, mampu
mencari habitat baru sebelum diam untuk bemetamorfosa menjadi hewan dewasa yang nempel
di tanah. Dengan demikian larva atau hewan tersebut dapat menyebar jauh.
Gastang (1928) berpendapat bahwa pada zaman dahulu leluhur larva Tunicata telah “lupa”
untuk bermetamorfosis menjadi hewan dewasa dan matang secara sexual sebelum mencapai
dewasa. Fenomena ini disebut neoteny (perkembangan dipercepat pada sistem reproduksinya).
Kemudian dengan evolusi larva yang berlanjut, kemdudian hidup sebagai organisma planktonik
yang sempurna. Hewan yang seperti ini mungkin yang menjadi leluhur Vertebrata.
Pendapat Gastang berdasarkan pemikiran sebelumnya yaitu bahwa evolusi dapat terjadi
pada fase larva. Zoologist kurang dapat menerima pendapat ini karena mereka tahu bahwa fase-

11
fase perkembangan hewan terlindungi dengan baik dari proses perubahan evolusi. Namun
demikian peristiwa neoteny terjadi pada beberapa kelompok hewan termasuk beberapa
kelompok dari protochordata modern. Oleh karena itu benyak zoologist percaya bahwa transisi
antara protochordata dan vertebrata awal terjadi melalui neoteny pada larva protochordata
primitive seperti yang diwakili oleh hewan Ascidia atau Amphioxus. Untuk meyakinkan
pendapat ini kita akan melihat fosil chordate awl dan juga hewan-hewan vertebrata itu sendiri.

5. Asal-Usul Vertebrata : Ostracoderms tak berahang


Vertebrata kemungkinan muncul pertama kali pada akhir zaman Kambrium. Fosil
vertebrata tertua adalah hewan tak berahang, anggota dari Superkelas Agnatha (Campbell,
2012). Fosil vetebrata awal adalah fragmen tulang cangkang yang ditemukan pada batuan
Ordovician di Rusia dan Amerika. Hewan yang ini kecil, tidak berahang dan disebut dengan
Ostracoderm ( ostrakon , cangkang + derm = kulit), yang termasuk pada kelompok Agnatha
dalam vertebrata. Ostracoderm awal disebut Heterostracan, hewan yang tidak mempunyai sirip
lateral yang dioperlukan untuk stabilisasi pada waktu berenang. Dengan demikian gerakan
berenangnya kaku, walaupun cukup untuk meluncur di sepanjang dasar laut dimana mereka
mencari makan. Mungkin hewan ini merupakan hewan penyaring makanan (filter-feeder)
walaupun otaknya sudah terdiferensiasi sangat tinggi dan mempunyai organ indera yang sudah
berkembang , hal ini menunjukkan bahwa hewan ini mungkin/ diduga merupakan hewan
predator yang bergerak aktif (mobile) yang makan hewan-hewan betubuh lunak. Selama
pertengahan era Palazoic hewan Heterostracan mengalami radiasi, tetapi akhirnya tersisihkan
oleh kelompok Ostracoderm yang lain yaitu Cephalaspid.

Gambar 2.3. Tiga hewan Ostracoderms pada zaman Silurian dan Devon (Hickman, 2008).

Hewan Cephalaspid hidup sebagai hewan bentos yang efisien melalui evolusi sepasang
siripnya. Sirip-sirip ini, terdapat tepat di belakang kepala berfungsi untuk mengontrol teritori
dan gerakan menyamping. Cephalaspid merupakan ikan kecil yang ditutupi oleh cangkang :
pada kepala cangkang yang padat, sedangkan badan oleh tulang pipih. Namun demikian hewan
ini tidak mempunyai sumbu rangka dan vertebrae, untuk penunjang sumbu tubuh masih
tergantung pada notochord. Hewan ini juga tidak mempunyai rahang dan gigi.
Kelompok ketiga dari Ostracoderm adalah Anapsid (Gambar 2.3). Hewan ini lebih kecil
dari Ceplaspid, lebih ramping dan mendekati ikan yang tidak berahang modern (contohnya
Lamphrey) disbanding hewan ostracoderm lainnya. Sebagai sebuah kelompok, Ostracoderm
pada dasarnya cocok sebagai hewan yang mencari makan di dasar laut. Tetapi dengan
keterbatasan anatominya, hewan ini menikmati radiasi pada periode Devon dan Silurian.
Kontribusi keseluruhannya banyak karena hewan ini merupakan cetak-biru untuk evolusi

12
vertebrata. Tetapi mereka kalah dalam berkompetisi dengan ikan yang berahang yang mulai
mendominasi pada masa Devon, dan akhirnya hewan ini menghilang.

6. Awal vertebrata berahang


Semua hewan vertebrata berahang, apakah sudah punah maupun
yang masih hidup, semuanya disebut Gnathostoma (mulut berahang)
lawan dari hewan yang tidak mempunyai rahang; Agnatha (tanpa
rahang) yang juga biasa disebut dengan Cyclostomata (mulut
melingkar). Hewan vertebrata berahang yang pertama muncul
berdasarkan catatan fosil adalah Placoderm. Keuntungan dari rahang
sangat nyata: dapat memangsa makanan yang besar dan aktif (hidup).
Hewan yang berahang lebih untung dibandingkan dengan hewan yang
tidak berahang, yang terbatas hanya pada hewan seperti cacing yang
hidup dengan menyaring sisa-sisa organik dan organisme kecil dalam
lumpur.
Rahang tumbuh melalui modifikasi dari urutan ke satu dan dua
rangkaian arcus insang kartilago. Awal dari kecenderungan ini dapat
terlihat pada beberapa ostracoderm yang tidak berahang dimana mulut
dibatasi oleh keeping kulit yang keras/kuat yang dapat dimanipulasi
Gambar 2.6. Evolusi
seperti rahang dengan otot arcus insangnya. Arcus yang lebih anterior
rahang vertebrata
sedikit-demi sedikit bermodifikasi untuk memakan secara efisien, dan (Campbell, 2012)
kulit di sekitar mulut bermodifikasi menjadi gigi. Akhirnya arcus
insang anterior melengkung dan membentuk posisi rahang vertebrata, seperti yang terlihat pada
placoderm. Placoderm mengalami evolusi berbagai macam bentuk, dan penampilan. Hewan ini
menjadi ikan yang tertutupi oleh sisik berbentuk belah ketupat atau dengan keping tulang yang
lebar. Pada bab-bab berikutnya akan dibahas lebih dalam mengenai Gnathostomata.

7. Evolusi ikan modern danTetrapoda


Rekonstruksi asal-usul macam-macam struktur vertebrata modern, seperti yang telah kita
lihat, dalam garis besarnya didasarkan pada fakta-fakta fosil. Sayangnya fosil hewan vertebrata
awal ini sering tidak komplit dan menyatakan kepada kita kurtang lebih dibandingkan apa yang
ingin kita ketahui tentang rangkaian arah evolusi. Afinitas menjadi lebih mudah dibuat bila
catatan fosil telah bertambah. Sebagai contoh, keturunan burung dan mammalia dari leluhur
reptilian telah ditemukan secara meyakinkan berasal dari tersedianyanya fosil yang sangat
banyak. Sebaliknya, leluhur ikan modern masih belum pasti.
Meskipun mengalami kesusahan dalam menentukan garis keturunan awal untuk vertebrata,
mereka secara jelas merupakan alami, kelompok monophyletic, dibedakan oleh sejumlah
karakteristik umum. Mereka hamper yakin merupakan keturunan dari leluhur yang sama, seperti
yang telah didiskusikan. Sangat awal dalam evolusinya, vertebrata dibagi menjadi 2 cabang
utama, Agnataha dan Gnathostoma. Kedua kelompok ini berbeda satu sama lain dalam beberapa
hal mendasar, selain tidak ada rahang pada agnatha dan adanya rahang pada Gnatostomata.
Keduanya sangat tua dan berada pada perkiraan waktu yang sama. Pada kondisi ini kita tidak
dapat mengatakan bahwa Agnatha lebih primitive dari Gnathostoma, walaupun yang terakhir
melanjutkan evolusi secara besar-besaran yang akhirnya menghasilkan ikan modern, semua
hewan tetrapoda dan pembaca buku ini. Meskipun Agnatha hanya diwakili oleh ikan Hagfish
dan Lamphrey saat ini, nampaknya kedua hewan ini pun sukses bertahan hidup.

13
8. Ringkasan
Nama Phylum chordate didasarkan pada adanya pengerasan bumbung notochord pada
beberapa fase daur hidup setiap chordate. Semua chordate mempunyai 4 tanda utama yang
membedakan hewan tersebut dari ordo lainnya, yaitu : notochord, bumbung neural dorsal,
celah insang-faring, dan ekor postanal. Dua dari tiga subphyla chordate adalah invertebrate dan
tidak mempunyai kepala yang berkembang. Hewan tersebut adalah Urochordata (Tunicata),
kebanyakan dewasanya merupakan hewan sesil, etapi semuanya mempunyai fase larva yang
bisa berenang bebas; dan Cephalochordata (Lancelets) seperti bentuk ikan termasuk ke dalam
kelompok ini adalah Amphiouxus.
Chordata dipercaya merupakan keturunan dari leluhur mirip Echinodermata, mungkin pada
waktu periode Precambrian, tetapi asal-usul yang sebenarnya dari chordate belum diketahui
pasti. Secara keseluruhan, Chordata mempunyai kesatuan dasar dari sistim organ dan tipe tubuh
yang lebih banyak dibandingkan dengan kebanyakan dari phylum invertebrate.
Subphylum Vertebrata, merupakan anggota dari hewan yang bertulang belakang,
dikelompokkan sebagai kelompok hewan yang mempunyai kepala yang telah berkembang,
dengan ukuran yang besar, tingkat motilitas yang tinggi, dan tipe potongan tubuh yang nyata,
yang merupakan beberapa sifat yang berbeda yang mengarah pada kel;ompok yang dikenal telah
sukses berevolusi. Hal yang paling penting dari ini adalah living-endoskeleton yang tumbuh
berangsur-angsur mengikuti ukuran tubuh dan menyediakan pegangan yang kuat untuk efisiensi
penempelan otot dan gerakan tubuh ( aksi); pharyngs yang berlubang dengan celah insang
(hilang atau bermodifikasi pada vertebrata tingkat tinggi) dengan kenaikan efisiensi pada
respirasi, sistim saraf yang telah berkembang dengan pemisahan yang jelas antara otak dan
benang saraf spinalis; dan sepasang anggota badan. Vertebrata dipercaya telah berevolusi pada
neoteny dari leulhur larva protochordata seeprti larva berudu ascidian atau larva amphiouxus.

9. Soal Latihan
1) Jelaskan 4 karakteristik utama hewan phylum Chordata.
2) Jelaskan 3 perbedaan utama yang dimikili oleh hewan invertebrate pada Chordata.
3) Jelaskan mengapa diperlukan pengetahuan sejarah hidup Urochordata untuk memahami
apakah hewan ini termasuk ke dalam phylum Chordata.
4) Jelaskan mengapa tipe tubuh amphioxus dianggap mewakili tubuh hewan vertebrata awal?
5) Jelaskan perbedaan antara hewan Placoderm dengan Ostracoderm.
6) Jelaskan asal-usul evolusi rahang vertebrata.

14
III. IKAN: KELAS Chondrichtyes DAN Osteichtyes

Kehidupan ikan dibatasi oleh bentuk tubuhnya. Penguasaan


nya pada sungai, danau, dan laut diungkapkan dalam beberapa
cara yang menunjukkan bahwa rancangan kehidupannya
harmonis dengan sifat-sifat fisik dari lingkungan sekitarnya.
Berada dalam medium yang 8 ratus kali lebih rapat dibandingkan
dengan udara, ikan trout dapat diam terapung tak bergerak tanpa
menggunakan energi, berbeda pengapungnya melalui
penambahan atau pengurangan udara dari gelembung renang.
Atau dapat juga meluncur/menukik, dengan menggunakan siripnya sebagai “rem”. Dengan
organ yang luar biasa untuk pertukaran garam dan air, ikan bertulang keras dapat menyesuaikan
komposisi cairan tubuhnya dalam lingkungan air laut atau air tawar yang dipilihnya. Insang ikan
merupakan alat pernafasan yang paling efektof dalam kerajaan hewan untuk mengekstraksi
oxygen dari medium yang mengandung kurang dari 1/20 oxygen daripda udara. Ikan
mempunyai indera penglihatan dan penciuman yang bagus dan mempunyai system gurat sisi
yang unik, yang dengan sensivitasnya pada arus air dan getaran/gelombang, menyediakan
“sentuhan jarak jauh” dalam air. Sehingga dalam menuntaskan problem fisiknya, bentuk dasar
tubuh ikan telah berevolusi dan menyusun strategi fisiologis kedua bentuk dan constrain evolusi
kelompok vertebrata yang diturunkan dari ikan.

1. Nenek Moyang dan Keluarga Utama Ikan


Ikan merupakan nenek moyang yang sangat kuno, yang merupakan keturunan dari nenek
moyang yang tidak diketahui asalnya yang muncul dari larva tunicata yang berenang bebas.
Apapun asalnya, selama periode Cambrian, bahkan mungkin pada zaman precambrian lebih
dari 600 juta tahun yang lalu, vertebrta paling awal yang menyerupai ikan bercabang dan
memunculkan Agnatha yang tidak berahang dan Ganthostoma yang mempunyai rahang. Semua
vertebrata diturunkan dari salah satu dari kedua cabang nenek moyang.
Kelompok Agnatha termasuk Ostracoderm yang telah punah, ikan lamphrey dan hagfish
yang masih hidup. Nenek moyang ikan lamphrey dan hagfish tidak diketahui dengan pasti.
Walaupun keduanya nampaknya serupa, sebetulnya sangat berbeda satu sama lain dalam bentuk
dan fungsi sehingga keduanya digolongkan dalam kelas yang berbeda oleh para “Ichtyologist”.
Semua ikan yang Semarang ada, mempunyai rahang (Gnathostoma). Semuanya merupakan
keturunan dari satu atau lebih nenek moyang ikan yang berrahang, kemungkinan dari ikan
placoderm dan digolongkan dalam 2 kelompok utama yaitu ikan bertulang rawan (kelas
Chondrichtyes) dan ikan bertulang keras (Osteichtyes).
Ikan bertulang rawan seperti: ikan hiu, ikan pari, ikan cucut, merupakan subkelas dari ikan
Chondrichtyes. Hewan-hewan ini telah kehilangan sisik placodermnya dan mengadopsi tulang
rawan bukan tulang keras sebagai penyusun rangkanya, sebuah kebiasaan pemangsa yang aktif,
dan bentuk tubuh seperti ikan hiu yang telah mengalami sedikit perubahan selama ratusan tahun.
Banyak jenis ikan yang maíz keluarga jauh dengan ikan hiu, ikan pari dan ikan cucut, berupa
hewan yang aneh, atua seperti cimera, yang merupakan anggota dari subkelas dalam kelas
Chondrichtyes. Ikan hiu dan keluarganya, dan cimera, pertama kali muncul pada zaman Devon,
400 juta tahun yang lalu.
Ikan Osteichtyes mendominasi pada zaman Semarang. Kita dapat mengenal 3 cabang
utama keturunannya yaitu: pertama, ikan bersirip tulang, yang merupakan jenis ikan yang

15
mendominasi lingkungan perairan bumi saat ini. Kedua, ikan bersirip lobus, yang merupakan
nenek moyang amphibi; dan ketiga hádala ikan berparu-paru. Kedua jenis terakhir ini
merupakan kelompok sisa-sisa peninggalan. Hanya 7 jenis yang bertahan hidup (6 spesies ikan
berparu-paru dan satu spesies ikan bersirip lobus: coelacanth), fakta dari jenis yang ada yang
hidup mendominasi pada zaman Devon. Ketujuh jenis ikan ini tidak mengalami perubahan sejak
400 juta tahun yang lalu.

Gambar 3.1. Ikan hiu periode Devon, 400 juta tahun yang lalu.

2. Klasifikasi Kelompok Ikan


Klasifikasi berikut ini tersusun atas skema yang disusun oleh Nelson (1984). Tidak ada
skema yng diterima secara pasti oleh para pakar ikan. Kita akan mengetahui betapa sulitnya
untuk membuat skema hubungan kekeluargaan diantara 23,3000 spesies yang ada dan sejumlah
jenis ikan yang telah punah dan menjadi fosil dari zaman yang berbeda, oleh karena itu
pengkalsifikasian jenis ikan masíh terus akan berubah.

Subfilum Vertebrata
Superkelas Agnatha ( A= tidak, gnathos = rahang) ( Cyclotostomata) Ciri : tidak ada
rahang; rangka tulang rawan, tidak ada sirip ventral, satu atau dua pasang semicirculer kanal,
notochord ada.
Kelas Myxini (Myxa = lendir) ikan hagfish. Mulut Terminal dengan empat pasang
tentakel; sakus nasales dengan saluran ke farings; 5 samapai 15 pasang insang;
hermaprodit .
Kelas Cephalaspidomorphi ( khepale = kepala, aspidos= tameng, moephe= bentuk)
contoh ikan lamprey. Mulut penghisap dengan gigi dari kulit tanduk; sakus nasales tidak
berhubungan dengan mulut; ada 7 pasang insang.
Superkelas Gnathostomata ( Gnathos = rahang, stoma= mulut). Ada rahang, biasanya
mempunyai sepasang anggota tubuh; 3 pasang semicircular canal, ada notochord atau
digantikan dengan vertebrae.
Kelas Chondrichtyes ( chondros = cartilage, ichtyes = ikan) contoh ikan hiu, ikan pari,
ikan cuut, cimera. Badan “ stream line” dengan ekor jenis heterocercal, rangka dari
tulang rawan, 5 samapi 7 insang dengan bukaan yang terpisah, tidak ada operculum,
tidak ada gelembung renang, usus dengan katup spiral.
Subkelas Elasmobranchii (elasmos = pelat logam, branchia= insang) contoh ikan
hiu, ikan pari. Sisik tipe placoid atau tidak bersisik, 5 -7 lengkung insang dan
insang dalam celah yang masing-masing terpisah sepanjang farings.
Subkelas Holocephali ( Holos = seluruh, kheplae = kelapala) contoh chimera,
atau ratfis ( ikan tikus). Celah insang ditutupi oleh operculum, rahang dengan plat

16
gigi, satu bukaan nasal, tidak ada sisik, pada jantan tedapat organ asesori
“Clasping”. Gurat sisi , celah sempit celah sempit memanjang.
Kelas Osteichtyes ( osteon = tulang keras, ichtyes = ikan) ( teleostomi) : ikan
bertulang keras. Tubuh berbentuk persatuan ( fusiform) tetapi bermacam-macam
bentuk ( modifikasi)., rangka hampir semuanya tersusun atas tulang keras, satu lubang
insang pada setiap sisi yang ditutup oleh operculum, biasanya terdapat gelembung
renang atau paru-paru.
Subkelas Crossoperygii ( Krossi = jari-jari, pteryx = sirip, sayap). Ikan bersirip
lobus. Ciri-ciri ; sepasang sirip berlobus, dengan rangka dasar hewan tetrapoda ,
ekor diphycercal berlobus tiga, rangka secara umum tersusun atas tulang rawa,
sisa-sia organ gelembung udara, intestin mempunyai katup spiral, terdapat spirakel.
Subkelas Dipneusti ( di = dua, pneustikos = bernafas) contoh ikan berparu-paru.
Semua sirip median ( tengah) bergabung membentuk ekor diphycercal, sirip
berlobus atau berfilament, gigi untuk menggerus, gelembung udara dengan satu
atau sepasang lobus dan khusus untuk bernafas, intestin mempunyai katuo yang
spiral., tidak ada spirakel.
Subkelas Actinopterygii ( Aktis= berkas sinar, pteryx = sirip, sayap) contoh ikan
bersirip seperti berkas sinar. Pasangan sirip ditunjang oleh berkas kulit dan tidak
ada bagian lobus basal, sakus nasal hanya terbuka ke arah luar.

3. Superkelas Agnatha: Ikan yang tidak berahang


Anggota ikan Agnatha yang masih hidup diwakili oleh 70 spesies terdiri atas 2 kelas yaitu:
Myxini (hagfis) dan Cephlaspidomorphi (lamprey) Anggota dari kedua kelompok tersebut tidak
mempunyai rahang, tulang keras internal, sisik, sepasang sirip, dan keduanya mempunyai
lubang insang seperti pori-pori dan badan seperti ikan belut. Karakteristik Agnatha sebagai
berikut:
1) Badan lunak seperti belut.
2) Ada sirip tengah tapi tidak ada sirip tambahan
3) Rangka tulang rawan dan fiber ( serat), ada notochord
4) Mulut penggigit dengan 2 baris gigi yang bercelah pada hagfis; cakram oral seperti
penghisap yang mempunyai gigi pada lamprey.
5) Jantung dengan satu atrium dan satu ventrikel; hagfish dengan 3 jantung asesori; arcus
aorta dalam teampat insang.
6) 5-16 pasang insang dan sepasang insang tambahan pada hagfish, pada lamprey ada 7
pasang insang.
7) Ginjal pronepros terletak anterior dan ginjal mesonepros terletak posterior pada hagfish,
ginjal tipe mesonepros hanya pada lampreys.
8) Tali saraf dorsal dengan otak yang berdiferensisi; 8-10 pasang saraf otak.
9) Sistem pencernaan tanpa lambung, intestis mempunyai katup spiral dan Brasilia pada
Lamprey, pada intestin hagfish tidak ditemukan ke dua sifat tersebut.
10) Organ indera perasa, penciuman, pendengaran, dan mata tidak berkembangan dengan baik
pada hagfish, tetapi agak berkembang pada lampreys; satu pasang semicirculer canal
(hagfish) atau dua pasang pada Lampreys.
11) Fertilisasi eksternal; ovarium dan testes keduanya ada dalam satu individu, tetapi hanya
satu jenis gonad yang fungsional dan tidak ada stadium larva pada hagfish; kelamin

17
terpisah dan pada lamprey terdapat stadium larva yang panjang dengan metamorfosa yang
radikal.

Kelas Myxini (Hagfish)


Hagfish adalah kelompok ikan laut yang memakan bangkai ikan, cacing annelid, molluska,
dan crustacea. Jadi hewan ini bukan parasit seperti lamprey tapi juga bukan predator, bisanya
disebut scavenger (ikan pemakan bangkai ikan). Hanya ada 32 spesies hagfish, yang paling
terkenal adalah Myxine glutinosa dan Epatretus stouti. Telah lama hagfish menarik perhatian
para ahli fisologi, karena hanya vertebrata ini yang mempunyai tekanan osmotik (isoosmoyic)
yang sama dengan air laut jadi seperti tubuh hewan invertebrada laut. Hewan ini pula yang
merupakan jenis vertebrata yang mempunyai tipe ginjal pronepros dan mesonepros pada hewan
dewasanya, dan untuk memompa aliran darah, hanya dilakukan oleh 4 set jantung yang
posisinya pada titik strategis dalam system peredaran darah bertekanan rendah. Hagfish dikenal
karena kemampuannya untuk mengeluarkan banyak lender dari kelenjar lender khusus dalam
hitungan menit. Lendir yang dihasilkan sangat penting untuk pertahanan dan pada waktu makan,
tetapi menjadi masalah bagi pemancing. Reproduksinya masih misteri. Walaupun ada 2 jenis
gonad dalam satu individu, tapi hanya satu jenis yang fungsional. Hewan betina memproduksi
sedikit yolk yang berukuran besar (diameter 3 cm). Tidak ada stadium larva dan
pertumbuhannya langsung.

Gambar 3.2. Lamprey (Campbell, 2012 dan Hickman, 2008)

Gambar 3.3. Hagfish (Campbell, 2012 dan Hickman, 2008)

18
Lamprey (Gambar 3.2) dan hagfish (Gambar 3.3) adalah hewan agnatha yang masih hidup
saat ini. Sekitar 60 spesies vertebrata tak berahang masih hidup sampai saat ini dalam kelas
Myxini (hagfish) dan kelas Chephalaspidomorphi (lamprey). Lamprey dan hagfish tidak
memiliki anggota badan yang berpasangan dan tidak memiliki lempeng pelindung eksternal.
Lamprey laut berbentuk belut mengambil makanan dengan cara mengaitkan mulut bundarnya ke
badan ikan yang hidup, kemudian menggunakan lidah yang menusuk untuk menembus kulit
mangsanya, menghisap dan menelan darah mangsanya. Hagfish sangat menyerupai lamprey
tetapi mereka dalah hewan pemakan bangkai dan bukan penghisap darah. Hagfish memakan
ikan yang sakit atau yang mati (Campbell, 2012).

Kelas Cephalaspidomorphi (Lampreys)


Kira-kira 40 spesies Lamprey tersebar di seluruh dunia, yang paling dikenal adalah
Petromyzon marinus (petros = batu, myzon = menghisap), dinamai demikian karena hewan ini
suka menempel dibatu-batu supaya tidak terbawa arus air. Ada 20 spesies lamprey di Amarika
utara , setengahnya hidup secara parasit. Sisanya adalah spesies yang setelah menetas akan mati
segera setelah dewasa tanpa pernah makan.
Di Amerika utara semua ikan Lamprey air tawar maupun air laut, menetas pada musim
semi di kerikil dan pasir pada aliran air tawar yang dangkal. Hewan jantan mulai membuat
sarang, kemudian yang betina bergabung. Dengan mengunakan cakram mulut untuk
mengangkat kerikil dan menggunakan getaran tubuhnya untuk membersihkan sisa-sisa yang
menempel. Pada waktu bertelur, hewan betina menempel pada batuan sehingga tubuhnya
berada di atas sarang, sedangkan hewan jantan menempel pada bagian dorsal kepala yang
betina. Telur-telur yang lengket menempel pada batuan/kerikil dalam sarang dan segera
dibungkus oleh pasir. Hewan dewasa mati segera setelah bertelur. Telur kemudian berkembang
menjadi larvae (amnocoetes) dan menajdi dewasa setelah berumur 3-7 tahun.

4. Superkelas Gnathostomata-Kelas Chondrichtyes (Ikan Bertulang Rawan)


Ada sekitar 800 spesies ikan bertulang rawan yang hidup. Meskipun lebih kecil dan kurang
bervariasi dibandingkan dengan ikan bertulang keras, kombinasi yang mengesankan dari
perkembangan indera, rahang yang kuat, otot-otot renang, dan tingkah laku predatornya
meyakinkan bahwa mereka merupakan penghuni akhir comunitas air. Salah satu sifat utamanya
adalah rangka tulang rawannya (cartílago). Meskipun terjadi proses terbentuknya CaCO3
(calcifikation) Namur tidak terdapat tulang keras, hal ini merupakan teka-teki evolusi yang
menarik, karena Chondrichtyes berasal dari nenek moyang yang bertulang keras.

Subkelas Elasmobranchii: Ikan hiu, ikan pari


Ikan hiu dan keluarganya merupakan hewan vertebrata hidup yang paling besar yang hidup
di air, ada sekitar 937 spesiesnya. Karakteristik utamanya yaitu:
1) Tubuhnya berbentuk fusiform kecuali pada ikan pari yang mempunyai sirip belakang
heterocercal
2) Mulut berada di bagian ventral anterior, mempunyai dua sccus olfactorius yang tidak
berhubungan dengan rongga mulut, mempunyai rahang.
3) Kulit terdiri atas sisik tipe placoid dan mengandung kelenjar mucosa, gigi merupakan
modifikasi dari sisik placoid.
4) Endoskeleton seluruhnya terdiri dari cartílago (tulang rawan).
5) Sistem pencernaan dengan perut berbentuk- J dan intestin dengan katup spiral.

19
6) Sistem peredaran darah trdiri atas bebrapa lengkung aorta; jantung mempunyai 2 ruang.
7) Pernafasan dilakukan oleh 5-7 pasang insang yang terpisah dan celah insang yang
terekspose; tidak ada operkulum.
8) Tidak mempunyai gelembung renang atau paru-paru.
9) Otak terdiri atas 2 lobus olfaktorius, 2 cerebral hemispher (velan otak) 2 lobus opticus,
sebuah cerebellum, dan sebuah medulla oblongata, 10 pasang saraf cranial.
10) Jenis kelamin terpisah, ovipar, ovovivipar, atau vivipar, perkembangan langsung, fertilisasi
internal.

Meskipun ikan hiu mempunyai reputasi


yang menakutkan bagi sebagian orang, namun
para ahli berpendapat bahwa hewan ini
mempunyai bentuk tubuh streamline yang
sempurna dibandingkan semua ikan. Hewan ini
lebih berat dibandingkan dengan air, dan harus
terus berenang agar tidak tenggelam. Ekor Gambar 3.4. Tipe ekor ikan (Hickman, 2008)
heterocercal (lihat Gambar 3.4) yang tidak
simetris membantu daya angkat tubuhnya pada waktu mengibaskan ekor dalam air, dan kepala
yang melebar dan sirip pectoral (dada) yang rata, dibuat untuk membantu mengangkat
kepalanya. Ikan hiu dilengkapi dengan perangkat untuk hidup sebagai presdator. Anda dapat
mengamati tipe ekor ikan pada saat melaksanakan praktikum 1-3. Kulit yang kuat ditutupi
dengan sisik berbentuk pisau (placoid) (lihat Gambar 3.5). Anda dapat mengamati jenis sisik
ikan pada saat melaksanakan praktikum 1-3. Sisik ini pada bagian anterior bermodifikasi
menjadi gigi pada rahang. Sisik placoid sesungguhnya terdiri atas dentin yang ditutupi oleh
substansi seperti enamel, dan giginya sudah seperti gigi vertebrata.

Gambar 3.5. Tipe Sisik ikan (Hickman, 2008)

Gambar 3.6. Sensori kanal dan reseptor pada hiu (Hickman, 2008).

20
Ikan hiu mempunyai indera penciuman (organ olfaktori) yang sangat baik yang digunakan
untuk membawanya mendekati makanan/mangsanya. Penglihatannya kurang baik dibandingkan
dengan ikan betulang keras, tetapi gurat sisinya sangat berkembang dengan baik yang berperan
sebagai “sentuhan jarak jauh” dalam air untuk mendeteksi dan mengetahui lokasi mangsa dan
gerakan hewan (predator, mangsa, kawan).

Gambar 3.7. Hiu jantan dogfish Squalus acanthias (Hickman, 2008).

Gurat sisi (Gambar 3.6) atau lateral-line system merupakan struktur sistem saluran yang
meluas sepanjang badannya dan di bagian kepalanya. Saluran tersebut terbuka ke permukaan
pada beberapa tempat (interval). Di bagian dalam dari saluran tersebut terdapat organ reseptor
(neuromast) yang sangat sensitif terhadap getaran dan aliran/arus air. Ikan hiu juga dapat
mendeteksi dan menyerang mangsanya secara akurat dengan penginderaan medan bioelektrik
yang terdapat di sekeliling hewan. Elektroreseptor tersebut dinamakan ampula Lorenzini
(Gambar 3.6) yang terletak di kepala hiu.
Ikan pari (skate), dan ikan Eagle ray (pari elang)
berbeda ordonya dengan ikan hiu. Ikan pari dapat
dibedakan karena bentuk tubuhnya yang melebar
(dorsoventrally) dan sirip dadanya yang melebar seperti
sayap pada waktu berenang. Bukaan-bukaan insang
terdapat di bagian bawah kepala, dan spirakel (pada
bagian atas kepala) besar (padahal biasanya kecil). Air
pernafasan masuk melalui spirakel ini untuk mencegah
penyumbatan pada insang, karena mulutnya sering
dikubur dalam pasir. Giginya beradaptasi untuk
memakan mangsanya terutama hewan moluska,
crustaceae, dan ikan kecil. Pada ikan pari (swing ray
dan pari elang, sirip ekor dan sirip punggungnya
menghilang, dan ekornya lunak dan seperti cambuk.
Pada ekor ikan pari (stingray) terdapat satu atau lebih Gambar 3.7. Ikan pari Torpedo
duri seperti gigi gergaji yang dapat menyebabkan luka (Hickman, 2008)
yang berbahaya. Ikan pari listrik, mempunyai otot dorsal tertentu yang bermodifikasi menjadi

21
organ listrik yang bisa menyengat/menyetrum mangsanya. Informasi elektrosensori ini diproses
di cerebellum, ketika sel-sel terstimulasi, arus listrik akan mengalir di sekelilingnya dan
mengenai mangsa atau predator.

Gambar 3.8. Keragaman hiu pada subkelas Elasmobranchii (Hickman, 2008).

5. Kelas Osteichtyes: Ikan bertulang keras


Hanya sedikit hewan lain yang dapat beradaptasi dengan baik terhadap radiasi
dibandingkan dengan ikan bertulang keras. Adaptasi hewan tersebut sangat cocok untuk setiap
habiata air kecuali tempat yang betul-betul tidak dapat ditempati. Bentuk tubuhnya semdiri
sudah menunjukkan adanya keberagaman. Beberapa jenis ikan mempunyai bentuk fusiform
(stream line/lancet), sementara yang lain beradaptasi untuk mengurangi gesekan. Ikan yang
hidup di laut bebas bersifat predator, bentuk tubuh yang memanjang, dan sirip ekor yang kuat
dan keuntungan mekanik lainnya untuk bergerak lincah. Ikan yang makanannya didasar laut,
bentuk tubuhnya rata untuk bergerak dan menyamar (berdiam tidak kelihatan) di dasar laut.
Bentuk tubuh belut yang memanjang sangat cocok untuk merayap di lumpur dan membuat
lubang. Beberapa seperti ikan pipa sangat lunak sehingga susah dibedakan karena mirip dengan
alga. Beberapa bentuk tubuh aneh lainnya merupakan adaptasi mimetic dan cryptic untuk
menyamar sehingga terhindar dari predator atau tidak dapat dikenali oleh calon mangsa (sebagai
predator).
Ikan bertulang keras bervariasi ukurannya. Ada yang berukuran kurang 2 cm ada juga yang
3 m. Kelas Osteichtyes dibagi menjadi 3 kelompok yang berbeda: ikan bersirip lobus, ikan
berparu-paru dan ikan bersirip. Karakteristik utamanya yaitu:
1) Rangka bertulang keras, beberapa vertebra, ekor tipe homocercal.
2) Kulit dengan kelenjar mukosa dan sisik dermal yang tertanam dalam kulit. Tipe sisik :
ganoid, cycloid atau ctenoid, beberapa ikan tanpa sisik, tidak mempunyai sisik plakoid.
3) Kedua pasang sirip terdiri atas tulang rawan atau tulang keras.
4) Mulut terminal, dengan gigi tipe homodont (beberapa tidak mempunyai gigi), ada rahang,
sakus olfaktorius sepasang yang terbuka atau tidak kedalam mulut.
5) Pernafasan melalui insang yang ditunjang oleh lengkung insang dan dibungkus oleh
operculum.
6) Gelembung renang ada yang tersambung ke prarynx ada juga yang tidak.

22
7) Peredaran darah terdiri atas 2 ruang jantung, sistem arteri dan vena, dan 4 pasang lengkung
aorta.
8) Sistem saraf tediri atas otak dengan lobus olfaktori yang kecil dan cerebrum, dan lobus
optikus besar dan cerebellum; ada 10 pasang saraf otak.
9) Jenis kelamin sudah terpisah, gonad sepasang, biasanya fertilisasi eksternal, bentuk larva
mungkin sangat berbeda dengan dewasa.

Klasifikasi Kelas Osteichtyes: ikan bertulang keras (Burhanudin, 2008).


Subkelas Actinopterygii, ciri-ciri: Rangka diperkuat oleh tulang sejati, tetapi ada yang terdiri
dari tulang rawan yang diperkuat oleh pelat tulang sejati. Tipe sisik cycloid, ctenoid dan
beberapa spesies ganoid. Jari-jari sirip dubur dan sirip punggung biasanya berjumlah banyak.
Sirip ekor biasanya homocercal.
Superordo Paleonisci (paleoniscoids) Ciri-ciri: Ikan bersisik dengan tubuh seperti hiu;
ekor biasanya heterocercal; ada satu sirip dorsal.
Superordo Polypteri (ikan bersisik ganoid) Ciri-ciri : Ukuran sedang mencapai 1 m,
primitif, memanjang, sirip caudal simetris, sirip dorsal terbagi kedalam sejumlah sirip
terpisah; kantung udara berfungsi seperti paru-paru dan terhubung ke sisi ventral dari perut.
Ordo Polypteriformes (bichirs)
Superordo Chondrostei (ikan ganoid bertulang rawan). Ciri-ciri : Ukuran sedang
besarnya hingga 9 m, primitif, ikan bersirip dengan tubuh seperti hiu dan ekor heterocercal;
mulut subterminal; banyak tulang rawan; kantung udara perut di dalam dan muncul dari sisi
dorsal perut; ada katup spiral di usus.
Ordo Acipenceriformes (sturgeon dan paddlefish)
Superordo Holostei (ikan ganoid bertulang keras). Ciri-ciri: Ukuran sedang hingga besar
(0,7- 3 m), ikan bersirip pendekk; ekor heterocercal; sisik ganoid atau sikloid; kantung udara
berfungsi sebagai tambahan organ respirasi, terdapat sejumlah lipatan pada bagian dalam
permukaan, dan tersambung ke sisi dorsal dari perut, terdapat katup spiral di usus.
Ordo Amiiformes (ikan bowfin) Ciri-ciri: Holostean kecil dengan rahang tidak
menonjol keluar dan garis melintang disekitar kepala; sirip dorsal panjang dan berduri;
kepala dilapisi dengan lempengan tulang; sisik sikloid; hanya ada satu spesies yaitu Amia
calva.
Ordo Lepisosteiformes (ikan gars) Ciri-ciri: Ukuran tubuh sedang hingga besar dengan
moncong memanjang; sirip dorsal belakang pada tempatnya; sisik ganoid berbentuk belah
ketupat; memiliki satu genus yaitu Lepigosteus.
Superordo Teleostei (ikan bertulang keras tingkat tinggi) Ciri-ciri: Ukuran tubuh sangat
kecil hingga besar; sisik ganoid kurang sempurna pada beberapa spesies, biasanya sikloid
atau ktenoid; ekor biasanya homocercal.
Ordo Clufeiformes (ikan salmon dan sebangsanya) Ciri-ciri: Ukuran tubuh kecil
hingga cukup besar (0,035 – 2,4 m); jaringan tulang masih primitive dengan sirip
lunak; gelembung renang biasanya tersambung.
Ordo Scopeliformes (ikan iniomous) Ciri-ciri: Ukuran tubuh relative kecil (0,025 – 1
m); bersirip lunak, banyak yang memiliki organ penghasil cahaya.
Ordo : Saccopharyngiformes (belut gulper laut dalam) Ciri-ciri : Ukuran tubuh
memanjang hingga mencapai 2 m; sirip pelvic, iga, sisik dan gelembung renang tidak
ada; memiliki photophores ditubuhnya; memiliki dua atau tiga family.

23
Ordo Galaxiiformes (ikan galaxiid) Ciri-ciri: Ukuran tubuh kecil sampai 0,6 m;
tidak bersisik dengan bagian belakang memiliki sirip dorsal dan sirip anal; memiliki
satu family.
Ordo Esociformes (ikan pike) Ciri-ciri: Ukuran tubuh kecil hingga sedang (tidak
kurang dari 0,05 hingga 1,5 m); gelembung renang terhubung dengan usus; sisik
sikloid.
Ordo Mormyriformes (ikan mormirid) Ciri-ciri: Ukuran tubuh kecil hingga sedang
mencapai 1,5 m; sering bermoncong memanjang; memiliki satu atau dua family.
Ordo Cypriniformes (ikan cyprinus, karper) Ciri-ciri: Ukuran tubuh kecil hingga
sedang; gelembung renang biasanya terhubung dengan usus; sirip pelvic biasanya
dibalik sirip pektoral.
Ordo Anguilliformes (belut) Ciri-ciri: Ukuran tubuh kecil hingga sedang dapat
mencapai 2 m; ikan bertubuh memanjang; sirip dorsal dan sirip anal menyatu dengan
sirip ekor; sirip pelvic belum sempurna; sisik kecil atau belum sempurna.
Ordo Cyprinodontiformes (ikan cyprinodontid, minno) Ciri-ciri: Ukuran tubuh
biasanya kurang dari 0,3 m; memiliki satu sirip dorsal, kirakira memiliki 7 famili.
Ordo Beloniformes (ikan terbang) Ciri-ciri: Ukuran tubuh kecil hingga sedang dapat
mencapai 1,2 m; tubuh memanjang dengan garis lateral yang sangat lemah pada
tubuhnya; sisik sikloid berukuran kecil hingga sedang; gelembung renang tidak
terhubung dengan usus; memiliki 4 famili.
Ordo Gadiformes (codfishes dan hakes) Ciri-ciri: Ukuran tubuh kecil hingga besar
(0,1 – 2 m); ikan memiliki sirip pelvic depan hingga sirip pektoral; sisik sikloid;
gelembung renang tidak terhubung dengan usus pada dewasa; memiliki 4 famili.
Ordo Macruriformes (deep-sea rattails) Ciri-ciri: Ukuran tubuh sedang hingga 1 m;
berhubungan dekat dengan Gadiformes tetapi dengan sirip caudal menyatu dengan
sirip dorsaldan sirip anal; sebuah duri ada kalanya berhubungan dengan sirip dorsal
yang pertama; sisik sikloid atau ktenoid; memiliki 1 famili.
Ordo : Percopsiformes (troutperch dan pirateperch) Ciri-ciri: Ukuran tubuh kecil
(0,075 – 0,15 m); ikan dengan ciri-ciri peralihan antara primitif; sirip pelvik belakang
sirip pektoral; sirip dorsal, sirip pelvik dan sirip anal dengan satu atau lebih duri
mendahului ruas sirip lunak; memiliki 1 famili dengan 3 spesies.
Ordo : Beryciformes (ikan squirrel) Ciri-ciri : Ukuran tubuh kecil (0,075 – 0,6 m);
masih berhubungan denga perciformes tapi mempertahankan beberapa ciri primitif;
sirip pelvik di bawah atau sedikit di belakang sirip pektoral; sirip dorsal didahului oleh
serangkai duri; duri berada di sirip pektoral; sisik ctenoid; memiliki 15 atau 16 famili.
Ordo : Perciformes (ikan perchlike) Ciri-ciri: Ukuran tubuh sangat kecil hingga
sangat besar (0,01 – 5 m); sirip pelvik salah satunya berada si bawah atau di depan
sirip pektoral; biasanya memiliki dua sirip dorsal; sisik biasanya ctenoid; memiliki 20
subordo dan 125 famili.
Ordo Echeneiformes (ikan remora) Ciri-ciri: Ukuran tubuh sedang hingga 1 m;
memiliki ruas pada sirip punggung bagian depan yang termodifikasi membentuk
sebuah seri pada sepasang lipatan melintang disebuah cakram penghisap di kepala
bagian atas; tidak memiliki gelembung renang; memiliki 1 famili dengan 6 spesies.
Ordo Zeiformes (ikan John Dorys dan sejenisnya) Ciri-ciri: Ukuran tubuh sedang
hingga 1 m; memiliki ruas duri pada sirip punggung; satu hingga 4 duri di bagian dan
sirip anus; memiliki 3 famili.

24
Ordo Pleuronectiformes (ikan pipih) Ciri-ciri: Ukuran tubuh kecil hingga besar
(0,15 – 3 m); ikan berbentuk asimetri dengan tubuh mengecil kesamping dan kedua
mata pada sisi yang sama dari kepala; satu sisi tubuh tidak berpigmen dan berguna
untuk berhenti di substrat; sirip punggung dan sirip anus menyatu sepanjang panjang
tubuh; biasanya tidak memiliki gelembung renang; memiliki 2 subordo dan 5 famili.
Ordo Gasterosteiformes (ikan sticklebacks dan tubenose) Ciri-ciri: Ukuran tubuh
sangat kecil (0,04 – 0,15 m); ikan berduri dengan 3-15 duri bebas di depan ke sirip
punggung; satu duri besar di ujung depan dari sirip panggul lain.
Ordo Syngnathiformes (ikan mulut pipa) Ciri-ciri: Ukuran tubuh kecil biasanya
(0,03 – 0,7 m); ikan berbentuk memanjang, seperti pipa bermoncong; sirip punggung
depan nampak memiliki ruas berduri; gelembung renang tidak terhubung dengan usus
ketika dewasa memiliki 2 subordo dan 7 famili.
Ordo Ophiocephaliformes (ikan kepala ular) Ciri-ciri: Ukuran tubuh kecil hingga
sedang (0,15 – 1 m); peciform – seperti ikan dan memiliki sirip panggul belakang dan
sirip dada; sirip tidak sepasang dengan duri tidak sempurna; gelembung renang tidak
terhubung dengan usus pada dewasa; memiliki 1 famili.
Ordo Muligiformes (ikan barakuda, mullet dan silverside) Ciri-ciri: Ukuran tubuh
kecil hingga sedang (0,13 – 2 m); ikan berduri dengan sirip pelvik terletak dibagian
belakang abdomen punggung depan berduri dan terpisah dari punggung belakang yang
memiliki sirip lunak; sirip pelvic tersusun dari lima ruas yang di dahului oleh sebuah
duri; memiliki 2 subordo dan 3 famili.
Ordo Phallostethiformes (ikan phallostethi) Ciri-ciri: Ukuran tubuh sangat kecil
biasanya kurang dari 0,04 m. ikan dengan sirip pelvik kurang sempurna; terdapat dua
sirip dorsal; gelembung renang tidak terhubung dengan usus pada dewasa; memiliki 1
famili.
Ordo Lophiiformes (ikan nona) Ciri-ciri: Ukuran tubuh kecil hingga sedang (0,05 –
1,3 m); memiliki sirip pektoral yang termodifikasi untuk berjalan; sirip pelvic terletak
di kerongkongan; gelembung renang tidak terhubung dengan usus pada dewasa;
memiliki 2 subordo dan 5 famili.
Ordo Tetraodontiformes (ikan trigger, puffer dan ocean sunfishes) Ciri-ciri:
Ukuran kecil hingga sangat besar mencapai 3,7 m; ikan memiliki mulut relative kecil
dan insang membuka; tubuh sering tertutup duri; memiliki 4 subordo dan 8 famili.
Subkelas Sarcopterygii (fleshy-finned fishes) ciri-ciri: mempunyai sirip yang berpasangan
berbentuk menonjol (lobate) yang berdaging. Sisik mempunyai basis tulang endoskeletal yang
kuat. Biasanya rongga hidung berhubungan dengan rongga mulut pada ikan paru (lungfishes),
kecuali pada ikan lobefins (Latimeria).
Ordo Crossopterygii (lobe-finned fishes) Ciri-ciri: Ikan memiliki sebuah cuping
memanjang hingga bagian bawah sirip; biasanya mempunyai dua sirip dorsal; memiliki dua
kelompok yaitu Osteolepiformes dan Coelacanthiformes.
Ordo Dipnoi (ikan paru-paru) Ciri-ciri: Ikan memiliki sirip memanjang bertipe
archipterygeal; gigi berbentuk dua lempeng; gelembung renang tersambung ke sisi ventral
perut dan fungsional, setidaknya sebagai organ respirasi; terbagi kedalam dua subordo
yaitu Ceratoidei, meliputi genus Neoceratodus Australia dan Lepidosirenoidei yang
mencakup Lepidosiren di Amerika Selatan dan Protopterus di Afrika.
Subkelas Sarcopterygii (Ikan bersirip lobus)

25
Hanya tinggal satu spesies yang ada yaitu Coelacanth yang terdapat di laut Sulawesi
Indonesia dan daerah madagaskar Afrika Selatan. Ikan ini menduduki posisi yang penting
dalam evolusi vertebrata karena dipercaya bahwa amphibia (vertebrata berkaki empat) berasal
dari hewan ini. Ikan bersirip lobus mempunyai paru-paru sebaik insang yang sangat cocok untuk
bertahan selama masa Devonia, dimana terjadi perubahan dari kekeringan menjadi banjir. Ikan
ini menggunakan sirip lobus yang keras sebagai 4 kakinya untuk keluar dari rawa yang
mengering menuju rawa lainnya yang masih berair.

Ikan berparu-paru (subkelas Dipneusti)


Ikan berparu-paru adalah kelompok ikan lain yang bersejarah. Ikan ini merupakan
kelompok yang dapat bertahan pada masa Devon. Ada 3 genus, yang pertama adalah
Neoceratodous yang hidup di Australia, ikan ini dapat hidup dalam air yang kadar oxigennya
rendah, stagnan, dengan cara berenang ke permukaan dan menelan udara ke dalam paru-paru,
tetapi tidak dapat meninggalkan air. Ikan Lepidosiren (ikan duyung) dan protopterus, dapat
hidup di luar air untuk raktu yang lama. Pada waktu musim panas, ikan ini hidup di lumpur dan
mensekresikan lendir yang dicampur dengan lumpur untuk membentuk cocon untuk tempat
melakukan dormansi sampai turun hujan.

Subkelas Actinopterygii (Ikan bersirip jari)


Ikan bersirip menjari merupakan ikan bertulang keras yang banyak ditemui, ada sekitar
27000 spesies. Ikan ini muncul danau air tawar dan sungai pada masa Devon. Nenek
moyangnya berukuran kecil, bertulang keras, mempunyai paru-paru yang berfungsi seperti
insang. Kelompok ikan yang paling banyak yaitu teleost (G, teleos: sempurna, osteon: tulang),
ikan modern. Ukuran ikan dewasa mulai dari 7 mm sampai 17 m dan 900 kg, ikan blue marlin
mencapai 4,5 m. Bagian tubuh ikan:
Caput (kepala):
 Rima oris (celah mulut)
 Fovea nasalis (cekung
hidung)
 Organum visus (alat
penglihatan
 Apparatus opercularis
(tutup insang)
Truncus (badan):
 Squama (sisik)
 Linea lateralis (garis
literal)
 Anus (porus urogenitalis)
 Pinnae (sirip): caudalis
(ekor), analis (dubur),
ventralis (perut), dorsalis
(punggung), pectoralis
(dada)
Cauda (ekor):
Gambar 3.9. Ikan perch kuning Perca flavescens (Hickman, 2008)

Sifat ikan bertulang keras. Sisik seperti senjata pada ikan primitif, digantikan dengan sisik
ctenoid atau sicloid (Gambar 3.5) yang tipis, ringan dan fleksibel. Sisik-sisik ini kelihatannya
sama, kecuali sisik ctenoid yang mempunyai rigi-rigi seperti sisir pada tepinya, hal ini
merupakan adaptasi untuk mengefisienkan berenang dengan cara mengurangi gesekan untuk
bergerak di air. Beberapa ikan bertulang keras, seperti ikan lele, sculpin tidak mepunyai sisik.
Hampir semua ikan bertulang keras mempunyai ekor tipe homocercal (Gambar 3.4 dan Gambar
3.10). Paru-paru pada ikan primitif, telah digantikan menjadi gelembung renang yang berfungsi

26
untuk mengapung. Ikan bertulang keras mempunyai sirip yang dapat manuver dengan baik
untuk mengontrol gerakan tubuh. Pada ikan betulang keras yang kecil, sirip sering dilengkapi
dengan patil, duri tajam, sebagai pertahanan dari predator. Melalui adaptasi ini, ikan bertulang
keras menjadi ikan yang paling berhasil dalam berevolusi.

Gambar 3.10. Tipe ekor ikan.

6. Pergerakan Ikan dalam Air


Semakin besar ikan maka semakin cepat pula berenangnya. Mekanisme meluncur pada
ikan dikarenakan kerja dari otot-otot ekor dan badan (truncus). Ootot-otot pergerakan terdiri atas
otot berbentuk zigzag (myotomes) yang pada permukaan atas terlihat seperti huruf W (Gambar
3.11) di bagian dalam pita-pita otot bergerak bolak-balik (ke arah depan dan belakang) dalam
gerakan yang kompleks sehingga tebentuk gerakan yang efisien. Otot diikat oleh lembaran yang
lebar dari jaringan penunjang, yang mengikat columna vertebrae.

Gambar 3.11. Otot pada ikan teleost (Hickman, 2008).

Pergerakan dalam air. Gerakan ikan tidak seperti gerakan ular,


gelombang kontraksi bergerak ke belakang sepanjang tubuhnya dengan
mengubah kontraksi miotom di sisi tubuh yang berlawanan. Pada bagian
ujung anterior tubuh, sedikit melengkung dibandingkan dengan bagian
ujung posteriornya, sehingga setiap undulasi menngkatkan amplitudo yang
bergerak pada sepanjang tubuhnya. Sementara gerakan undulasi bergerak
ke belakang, lengkungan tubuhnya menekan air ke samping, menghasilkan
gaya reaktif langsung ke arah depan, tetapi membentuk sudut. Sudut ini
apabila diurai menjadi gaya tegak lurus (thurst) dan gaya samping (lateral
force). Gaya thurst digunakan untuk mengatasi hambatan dan ikan
sehingga tidak berputar ke depan, dan gaya samping, menyebabkan kepala Gambar 3.12.
ikan cenderung berubah (bergeser) searah dengan ekor. Gerakan kepala Gerakan ikan belut
samping-menyamping ini sangat nyata pada ikan belut atau ikan hiu, tetapi (Hickman, 2008)
banyk ikan mempunyai kepala yang besar dan kaku sehingga mempunyai pertahanan
permukaan yang lebar untuk meminimalkan pergeseran.

27
Gerakan ikan belut efisien pada kecepatan yang rendah, tetapi bentuk tubuhnya mengalami
telalu banyak gesekan untuk gerakan yang cepat. Ikan-ikan yang berenang dengan cepat seperti
ikan gurame agak kurang fleksibel dan membatasi gerakan undulasi tubuh terutama pada bagian
caudal. Gaya otot yang dihasilkan dalam massa otot anterior ditransfer melalui tendon ke ekor
dan peduncle bagian ekor yang tidak berotot disini gaya thurst dihaslkan. Perkembangan
tertinggi pad gerakan berenang ini terdapat pada tunas yang tubuhnya tidak lentur sama sekali.
Secara maya gaya thurst dihasilkan dari pukulan yang kuat dari sirip ekor.

Gambar 3.13. Vertebra pada ikan Osteichtyes dan ikan hiu.

Berenang merupakan bentuk yang paling ekonomis dari gerakan hewan, karena hewan air
ditunjang oleh medianya dan mengelurkan energi lrbih sedikit untuk menatasi gaya gravitasi.
Bila kita bandingkan biaya energi per kg berat tubuh pada waktu bepergian pada jarak 1 km,
dengan berbagai bentuk lokomotion , berenang hanya menghabiskan 0,39 kcal, terbang 1,45
kcal, dan 5,43 kcal kalau berjalan. Pertanyaan yang masih tersisa adalah, mengapa air idak
keruh pada waktu ikan berenang ? Rahasianya terletak pada cara tubuh dan siripnya pada waktu
berenang dan sifat mengurangi gesekan pada pemukaan
tubuhnya.
Gelembung renang. Ikan lebih berat dibandingkan
dengan air, karena rangkanya dan jaringan lainnya
mengandung elemen yang berat yang hanya ada dalam
jumlah sedikit dalam air alami. Supaya tidak tenggelam, ikan Gambar 3.14. Gelembung
hiu harus selalu bergerak dalam air. Ekor heterocercal renang ikan.
menyediakan ekor ynag terangkat untuk mengibaskan air dan
kepala yang besar dengan sirip dada yang gepeng berlaku sebagai sudut agar bisa mengangkat.

28
Agar dapat mengapung Ikan hiu juga ditolong oleh hati yang berkuran besar yang mengandung
squalene (hidrokabon berlemak yang khusus) yang mempunyai kerapatan hanya 0,86. Jadi
fungsi hati sebagai kantong yang besar mengandung minyak untuk mengapungkan tubuh ikan
yang berat.
Namun demikian alat pengapung yang paling efisien adalah gelembung renang (Gambar
3.14) yang terdapat pada ikan bertulang keras pada masa Devon. Paru-paru mungkin sebuah
struktur yang dikembangkan sehubungan adanya perubahan iklim dari iklim basah menjadi
iklim kering, sehingga ikan ni bisa tetap hidup. Gelembung renang tidak ditemukan pada ikan
yang menghuni dasar laut. Dengan menyesuaikan volume gas dalam gelembung renang, seekor
ikan dapat mengapung pada kedalaman laut tanpa ada kerja dari otot. Namun sistem ini
memiliki masalah-masalah teknik. Bila ikan berenang lebih dalam, gelembung renangnya
mengempis, sehingga ikan lebih berat dan cenderung untuk tenggelam. Gas harus ditambahkan
ke dalam gelembung untuk mencapai kesetimbangan mengapung. Bila ikan berenang ke atas,
gas dalam gelembung akan mengemabng, menyebabkan berat ikan mengecil. Hanya jika ikan
dapat mengeluarkan gas, maka ikan tesebut akan
terlempar ke atas (bila tidak terkontrol).
Ikan menyesuaikan volume gas dalam gelembung
renang dengan dua cara. Ada ikan yang mempunyai
ductus pneumaticus yang menghubungkan antara
gelembung renang dengan esophagus. Struktur ini yang
mengharuskan ikan tersebut ke permukaan dan menelan
udara untuk mengisi kembali gelembung renang dan
terbatas hanya pada daerah yang dangkal. Ikan bertulang
keras banyak yang tidak mempunyai duktus pneumaticus.
Pada jenis ikan ini gas berasal dari darah dan
Gambar 3.15. Gelembung renang
disekresikan ke dalam gelembung renang. Pertukaran dan rate mirable (Hickman, 2008).
gas tergantung pada dua area khusus: kelenjar gas yang
mensekresikan gas ke dalam gelembung renang, dan area resorptif atau oval, yang dapat
menghilangkan gas dari gelembung renang. Kelenjar gas disuplai oleh gas melalui jaringan
kapiler darah yang disebut rete mirabile (jaringan) (lihat Gambar 3.15) yang berfungsi sebagai
sistem pertukaran bolak-balik untuk menangkap gas khususnya oksigen dan mencegah tidak
masuk kembali ke dalam peredaran darah.
Keefektifan organ ini terlihat dari ikan-ikan yang hidup pada kedalaman 2400 m. Untuk
menjaga agar gelembung renang tidak meletus pada kedalaman tersebut, tekanan gas di dalam
(paling banyak oksigen argon, nitrogen, CO2 dan CO), harus melebihi 240 atm, lebih besar
dibandingkan dengan tekanan silinder gas dari baja. Tetapi tekanan oksigen di dalam darah ikan
tidak bisa melebihi 0,2 atm, sama dengan tekanan oksigen di permukaan laut. Ahli fisiologi,
awalnya heran dengan mekanisme ini, sekarang memahami bagaimana hal itu bekerja. Secara
jelasnya, kelenjar gas mensekresikan asam laktat yang masuk ke dalam darah, hal ini
menyebabkan keasaman yang tinggi dalam rete mirabile dan memaksa hemoglobin untuk
melepaskan O2 nya. Kapiler dalam rete mirabile tersusun sedemikian rupa sehingga oksigen
yang terlepas berakumulasi dalam rete mirabil, akhirnya mencapai tekanan yang tinggi sehingga
oksigen bisa masuk (berdifusi) ke dalam gelembung renang. Tekanan gas yang dicapai akhir
dalam gelembung renang tergantung dari panjangnya kapiler dalam rete mirabile yang relatif
pendek pada ikan yang hidup dipermukaan dan relatif panjang pada ikan yang hidup di tempat
dalam.

29
7. Sistem Respirasi dan Peredaran Darah
Struktur insang ikan tipis (Gambar
3.16), filamennya bercabang yang
ditutupi dengan membran epdermis tipis
yang melipat-lipat membentuk lamella.
Insang ini sangat kaya dengan jaringan
pembuluh darah. Insang ini terletak di
dalam rongga pharyngeal dan ditutupi
oleh operculum. Operculum menjaga
filamen lunak, tubuh yang streamline,
dan membentuk sistem pompa air yang
masuk melalui mulut melewati insang,
dan keluar dari bawah tutup insang. Pada
ikan elasmobranchii tidak ada membran
tutup insang tapi mempunyai celah
insang. Aliran air bertolak belakang dengan Gambar 3.15. Insang ikan dan peredaran
darah (Hickman, 2008).
arah aliran darah, hal ini merupakan susunan
yang paling baik untuk mengekstraksi oksigen sebanyak mungkin dari air (hampir 85%).
Sistem peredaran darah pada ikan merupakan sistem peredaran darah tunggal dan tertutup,
artinya darah mengalir ke satu arah dengan melewati berbagai organ. Organ-organ yang terlibat
dalam sistem ini adalah Jantung dan pembuluh darah arteri dan pembuluh darah vena. Ikan
bernafas menggunakan insang (branchia), tempat terjadinya difusi O2 dari luar dan CO2 dari
dalam tubuh ikan. O2 berasal dari aliran darah yang masuk bersama dengan air ketika ikan
memasukkan air melewati mulunya (proses inhalasi). Sedangkan CO2 dikeluarkan pada waktu
air keluar melewati operkulum dan selaput branchiostegi pada operkulum (proses ekshalasi).
Pada insang, O2 masuk ke dalam arteri efferent yang kemudian akan mengalirkan darahnya
ke dua arah yaitu kepala melalui arteri karotis dan ke arah posterior melalui arteri dorsalis. Dari
arteri dorsalis terdapat canag-cabang menuju ke berbagai organ seperti hati (hepar), Ginjal (ren),
dan oragan lainnya. Cabang arteri yang menuju ke hepar disebut arteri hepatica, sedangkan yang
menuju ke ginjal disebut areri renalis. Penamaan suatu pembuluh arteri sesuai dengan nama
organ yang dituju. Jadi arteri hepatica adalah pembuluh darah yang membawa darahnya
dari jantung (lihat Gambar 3.16) menuju organ hati (hepar). Setelah O2-nya digunakan oleh
organ, kemudian CO2 yang merupakan limbah dari sel (organ) akan dibawa oleh pembuluh
darah vena ke jantung. Organ jantung (Gambar 3.16) pada ikan teleostei terdiri atas 2 ruang
yaitu 1 atrium dan 1 ventrikel, tapi ada ruangan sinus venosus yang terletak tepat sebelum
ventrikel. Ruangan sinus venosus menampung darah dari seluruh organ sebelum
mengalirkannya ke jantung (ventrikel).

30
Gambar 3.16. Jantung ikan dan sistem peredaran darah (Miller-Harley, 2001).

8. Pertumbuhan dan Reproduksi


Dalam sebuah kelompok yang beragam seperti ikan, hal yang tidak mengherankan bila
banyak sekali variasi dalam hal reproduksi. Kebanyakan ikan bersifat dioecious (lihat anatomi
pada Gambar 3.9) dengan fertilisasi secara eksternal dan perkembangan eksernal dari telur dan
embrio. Cara reproduksi seperti ini disebut oviparus. Namun ikan jenis lain ada yang
ovovivipar. Bahkan ada beberapa ikan hiu yang mengandung anaknya (ada placenta) dan
melahirkan anaknya (vivipar).
Umumnya reproduksi ikan bersifat ovipar. Sekumpulan ikan laut, mengeluarkan sel-sel
gonadnya ke air laut, tanpa kopulasi. telur ikan bertulang keras yang hidup di laut lepas
berukuan kecil, terapung, tranparant, sedangkan ikan yang hidup agak di tepi laut, ukuran sel
telurnya lebih besar, mengandung banyak yolk,tidak mengapung dan menempel pada substrat,
Secara keseluruh, tingkat penyebaran telurnya lebih konsevatif. Beberapa ikan mengubur
telurnya, ada juga yang menempelkan telurnya pada tanaman, ada juga yang menyimpannya
dalam sarang, bahkan ada juga yang menginkubasi dalam mulut induknya. Banyak spesies ikan
yang hidup di pantai menjaga telur-telurnya, sementara yang jantan menjaganya.

31
Ikan air tawar menghasilkan telur yang tidak terapung, seperti ikan gurame, yang tidak
mempunyai perilaku memelihara anaknya, secara sederhana hanya meletakkantelurnya diantara
algae didasar kolam. Segera setelah telur dibuahi dn diletakkan, telur tersebut menyerap air dan
telur tersebut mengeras. Pada perkembangan embrionik selanjutnya, menetas membawa yolk
yang semitransparant yang besar. Setelah
semua yolk diserap dan mullut dan sluran
pencernaan dibuat, larva baru mencari
makan sendiri. Kemudian larva tersebut
mengalami metmorfosa. Perkembangan
embrio sangat ergantung pada temperatur.
Ikan yang hidup pada daerah sub tropis
misalnya akan cepat berkembang pada
musim panas sedangkan pada musim dingin
terhenti pertumbhan. Pertumbuhan sisik
ikan menunjukkan adanya pengaruh
temperatur terhadap pergiliran pertumbuhan
tersebut.

9. Sistem Osmoregulasi pada ikan


Ikan hidup di air, namun ada yang
hidup di air laut, air tawar dan air payau.
Akibat dari perbedaan konsentrasi garam
pada air di lingkungannya, maka tubuh ikan
mempunyai mekanisme pengaturannya
sehingga ikan tersebut bisa hidup (cara
beradaptasi). Sistem osmoregulasi adalah
sistem pengaturan keseimbangan tekanan Gambar 3.17. Osmoregulasi ikan air tawar
dan ikan air laut (Miller-Harley, 2001).
osmotik cairan tubuh dengan tekanan
osmotik habitat (perairan).
Ikan air tawar (lihat Gambar 3.17) akan cenderung menyerap air dari lingkungannya
dengan cara osmosis karena kadar garam dalam tubuh ikan lebih tinggi dibandingkan dengan
lingkungannya. Insang ikan air tawar secara aktif memasukkan garam dari lingkungan ke dalam
tubuh. Ginjal memompa keluar kelebihan air sebagai urin. Ikan air tawar harus selalu menjaga
dirinya agar garam tidak melarut dan keluar ke habitat. Ginjal mempunyai glomeruli dalam
jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-
garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa urin sebanyak-banyaknya. Ketika cairan
dari badan malpighi memasuki tubuli ginjal, glukosa akan diserap kembali pada tubuli
proximallis dan garam-garam diserap kembali pada tubuli distal. Dinding tubuli ginjal bersifat
impermeable (kedap air, tidak dapat ditembus) terhadap air. Ikan mempertahankan
keseimbangannya dengan tidak banyak minum air, kulitnya diliputi mucus, melakukan osmosis
lewat insang, produksi urinnya encer, dan memompa garam melalui sel-sel khusus pada insang.
Secara umum kulit ikan merupakan lapisan kedap, sehingga garam di dalam tubuhnya tidak
mudah bocor kedalam air. Satu-satunya bagian ikan yang berinteraksi dengan air adalah insang.
Urine yang dihasilkan mengandung konsentrasi air yang tinggi. Ikan air laut memiliki
konsentrasi garam yang tinggi di dalam darahnya. Ikan air laut cenderung untuk kehilangan air
di dalam sel-sel tubuhnya karena proses osmosis melalui kulit. Untuk itu, insang ikan air laut

32
aktif mengeluarkan garam dari tubuhnya. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan ‘minum’air laut
sebanyak-banyaknya. Dengan demikian berarti pula kandungan garam akan meningkat dalam
cairan tubuh. Organ dalam tubuh ikan menyerap ion-ion garam seperti Na+, K+ dan Cl-, serta
air masuk ke dalam darah dan selanjutnya disirkulasi. Kemudian insang ikan akan
mengeluarkan kembali ion-ion tersebut dari darah ke lingkungan luar. Karena ikan laut dipaksa
oleh kondisi osmotik untuk mempertahankan air, volume air seni lebih sedikit dibandingkan
dengan ikan air tawar. Tubuli ginjal mampu berfungsi sebagai penahan air. Jumlah glomeruli
ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil daripada ikan air tawar.
Alat ekskresi yang utama pada ikan adalah ginjal (ren). Pada ikan berkembang dua tipe
ginjal, yakni :
1) Pronefros, merupakan tipe ginjal yang paling primitif. Ginjal ini terdapat pada
perkembangan embrional sebagian besar ikan, tetapi saat berkembang menjadi ikan
dewasa, ginjal ini menjadi tidak fungsional dan fungsinya digantikan mesonefros.
2) Mesonefros, memiliki fungsi seperti opistonefros yang terdapat pada embrio amniota.
Ginjal ikan terdiri atas dua bagian, yaitu ginjal dan saluran-salurannya:
a. Ginjal (ren), yang merupakan tipe ginjal mesonefros. Berjumlah sepasang, memiliki
bentuk yang tidak begitu jelas. Ginjal terletak di luar ruang peritoneum, menempel di
bawah tulang punggung dan memanjang dari dekat anus menuju ke arah depan hingga
mencapai ujung rongga perut.
b. Saluran-saluran ginjal, sebagai berikut:
 Ureter (ductus mesonephridicus = saluran Wolffian), merupakan saluran yang
mengalirkan urin yang berasal dari ginjal, terletak di bagian pinggir dorsal rongga
tubuh dan menuju ke belakang. Pada ikan jantan, kedua saluran ini tampak berupa
tabung (tubulus) yang pendek, terentang dari ujung belakang ginjal sampai kantong
urin, sedangkan pada ikan betina, saluran ini menuju ke sinus urogenitalia.
 Vesica urinaria, atau disebut juga dengan kantong urin yang merupakan lanjutan
dari ureter kiri dan kanan, terletak di dekat anus dan berbentuk seperti kantong
kecil. Kantong urin ini berfungsi sebagai tempat penampungan urin sebelum
dikeluarkan.
 Urethra, berupa saluran pendek yang berasal dari vesica urinaria dan menuju ke
porus urogenitalia. Urethra berfungsi sebagai saluran keluarnya urin dari dalam
tubuh.
 Ginjal ikan berjumlah sepasang yang memanjang sepanjang dinding dorsal
abdomen, kanan dan kiri linea mediana. Tubulus ginjal pada ikan jantan telah
mengalami modifikasi menjadi duktus eferen yang menghubungkan testis dengan
duktus mesonefridikus. Kemudian, duktus mesonefridikus ini menjadi duktus
deferens yang berfungsi untuk mengangkut sperma dan urin yang bermuara di
kloaka. Ginjal mesonefros pada ikan terdiri atas sekumpulan tubulus.

33
 Memiliki susunan yang bersegmen dan di akhir perkembangannya tidak lagi
bersegmen. Setiap tubulus, baik proksimal maupun distal berupa susunan yang
menggulung dan mengumpul arah longitudinal yang disebut dengan duktus
arkinefridikus. Setelah keluar melewati kantung penampungan sisa hasil sistem
pencernaan atau sistem urogenital, bagian proksimal yang berupa beberapa tubulus
mengumpul di kapsul hemisfer sebagai kapsula Bowman
 Glomerolus yang kemudian kapsula dan glomerolus akan membentuk kapsula renalis.
Proses pengeluaran air, garam, dan sisa hasil metabolisme yaitu mengikuti aliran
darah masuk ke dalam kapsula dan mengalir ke dalam tubulus kemudian ke duktus
arkinefridikus dan berakhir ke luar tubuh di bagian kloaka. Sistem ini tidak terjadi
pada semua ikan, ada yang mengalami perubahan sesuai kebutuhan hidup ikan,
contohnya pada ikan hiu dimana fungsi duktus gonad dan ginjal telah berkembang
yang dilengkapi dengan duktus urinari (Ambeng, 2012).
Hewan bertulang belakang membuang beberapa sisa hasil metaboliknya melalui saluran
pencernaan dan kulitnya, tetapi sebagian besar dibuang melalui ginjal. Ginjal berjumlah sepasang,
berbentuk ramping, dan memanjang dengan warna merah tua terletak di bagian atas rongga perut di
bawah tulang punggung. Hasil buangan berupa urin yang dihasilkan oleh ginjal dialirkan melalui
sepasang ureter (duktus mesonephridicus) yang berjalan dipinggiran rongga badan sebelah dorsal
menuju ke belakang. Ureter kiri dan kanan bertemu di belakang menjadi kantong urin atau vesica
urinaria dan dari organ ini urin dikeluarkan melalui uretra yang pendek dan bermuara pada porus
urogenital (Campbell, 2012).

10. Indera Ikan


Indra pada ikan yang berkembang dengan
baik adalah indra penglihatan, pembau, dan
pendengaran. Indra penglihatan ikan terletak di
kedua sisi kepalanya. Bola mata ikan (Gambar
3.18) tidak dilindungi oleh kelopak, namun
dilindungi oleh sel selaput tipis yang tembus
cahaya. Ikan dapat melihat dengan jelas di
dalam air karena baik air maupun kornea ikan
membiasakan cahaya pada sudut yang sama.
Sel-sel saraf penglihatan pada ikan terdiri
Gambar 3.18. Anatomi mata ikan
atas sel-sel batang dan sel-sel kerucut.
Adanya sel-sel batang menyebabkan ikan dapat melihat dengan jelas pada tempat yang kurang
cahayanya. Ikan juga dapat melihat warna walaupun hanya sampai tahap tertentu. Warna merah dan
kuning mudah dilihat ikan, tetapi warna hijau, biru, dan hitam lebih disulit dibedakan. Mata ikan
dapat berakomodasi dengan cara mengubah kedudukan lensa mata ke belakang (mundur) dan ke
depan (maju). Gerakan ini dilakukan oleh otot kecil yang disebut retraktor lentis. Pada saat melihat
benda dekat, otot retraktor lentis berelaksasi (mengendur) sehingga lensa bergerak ke depan.

33
Sebaliknya, pada saat melihat benda jauh, retraktor lentis berkontraksi (mengerut) sehingga lensa
tertarik ke belakang.
Indra pembau pada ikan juga berkembang dengan baik. Indra pembau tersebut terletak di ruang
kecil tepat di depan mata. Dengan indra itulah ikan mencari makanan, menghindari musuh, dan
menemukan pasangan untuk kawin. Indra pendengar pada ikan mirip dengan telinga dalam
(Gambar 3.19) manusia, dan tidak terlihat dari keluar karena terletak di dalam tengkorak. Telinga
ikan membantu mendeteksi bunyi, menjaga keseimbangan tubuh ikan, dan membantu ikan
merasakan perubahan kecepatan dan arah sewaktu berenang.

Gambar 3.19. Ampula Lorenzini (elektroreseptor) , telinga dalam ikan, dan gurat sisi ikan
(Hickman, 2008 dan Miller & Harley, 2001).

Ikan mempunyai indra tambahan yang disebut gurat sisi. Gurat sisi juga disebut indra keenam.
Fungsi gurat sisi adalah untuk megetahui tekanan air. Selain itu, alat ini dapat mendeteksi
gangguan sekecil apapun di air sekitarnya. Gurat sisi dengan tepat menentukan arah gangguan itu
dan memberi kalau ikan hampir menabrak karang atau benda lain. Gurat sisi merupakan saluran di
bawah kulit yang mempunyai saluran keluar tubuhnya. Sistem tersebut mengandung
mekanoreseptor yang mendeteksi gelombang berfrekuensi rendah. Air dari sekeliling hewan
memasuki gurat sisi melalui banyak pori dan dan mengalir sepanjang saluran melewati
mekanoreseptor. Reseptor terbentuk dari segugus sel-sel rambut yang rambut-rambutnya tertanam
dalam tudung yang bergelatin, kupula. Gerakan air menekukan kupula, mendepolarisasi sel- sel
rambut dan menyebabkan potensial aksi yang di pancarkan sepanjang akson neuron sensoris ke

34
otak. Dengan cara ini ikan mempersepsi gerakannya melalui air atau arah dan kecepatan arus air
yang mengalir diseluruh tubuhnya (Boolootian, 1979).
Pada ikan terdapat organ pendengaran yang berhubungan dengan gelembung renang, organ
tersebut disebut Aparatus Weber. Mekanismenya adalah jika gurat sisi menerima getaran suara
maka getaran tersebut akan diteruskan ke gelembung renang dan oleh gelembung renang,
gelombang tersebut diteruskan ke telinga dalam. Telinga tidak membuka ke luar tubuh dan tidak
memiliki gendang telinga atau koklea. Getaran air yang disebabkan oleh gelombang suara
dihantarkan melalui tulang tengkorak ke sepasang telinga bagian dalam, menggerakan otolit-otolit
dan merangsang sel-sel rambut. Gelembung renang ikan yang terisi oleh udara juga bergetar sebagai
respons terhadap suara. Indra penglihat ikan terletak di kedua sisi kepalanya.

11. Sistem Pencernaan


Alat-alat pencernaan makanan secara berturut-turut dari awal makanan masuk kemulut dpaat
dikemukakan sebagai berikut: mulut dan rongga mulut, faring, esophagus, lambung, pylorus,
usus, dan anus (Gambar 3.9). Dalam beberapa hal terdapat adaptasi alat-alat tersebut terhadap
makanan dan kebiasaan makanannya. Organ pencernaan ini dilengkapi dan dibantu oleh hati dan
pancreas (Burhanuddin, 2008). Organ mulut merupakan bagian depan dari saluran pencernaan,
berfungsi untuk mengambil makanan yang biasanya ditelan bulat-bulat tanpa ada perubahan.
Lendir yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar dari epitel. Mulut ikan yang dapat memberikan
petunjuk terhadap kebiasaan makan. Rongga mulut Amphioxus menyimpang jauh dari kepunyaan
Craniota. Pada hewan ini pinggiran lubang mulut mempunyai 12-20 pasang tentakel yang
dilengkapi dengan rambut getar dan indera. Pada mulut bagian belakang terdapat sekat melintang
yang disebut velum, ditembus dengan lubang yang berhubungan dengan farings, yang
mempunyai beberapa kantung insang. Menelan makanan pada ikan merupakan gerakan rangka
visceral karena kerja dari otot visceral.
Selain letak yang berbeda-beda, bentuk mulut pun bermacam-macam. Bentuk dan letak
mulut ini sangat erat kaitannya dengan jenis makanan yang menjadi kesukaan ikan. Mulut tipe
superior mendapatkan makanan dari permukaan atau menunggu pada dasar perairan untuk
menangkap mangsa yang lewat diatasnya. Ukuran mulut ikan dapat member petunjuk terhadap
kebiasaan makan, terutama bila dikaitkan dengan mulut yang lebar dan gigi yang tajam, yang
menandakan mereka termasuk gologan predator terhadap mangsa yang berukuran agak besar
yang mungkin bisa ditelan seutuhnya. Beberapa ikan cucut mempunyai pengaturan geligi yang
menjadikan mereka dapat mengigit gempalan besar binatang yang terlalu besar untuk ditelan
begitu saja. Demikian pula dengan ikan Baraccuda (Sphyraena) dan piranha (Serrasalmus)
(Burhanuddin, 2008).

35
Gambar 3.20. Morfologi hiu leopard (Adam & Crawley, 2013).

12. Soal Latihan


1) Buatlah bagan/mindmap pembagian/klasifikasi ikan.
2) Jelaskan pebedaan ikan bertulang keras dengan ikan hiu dan pari pada sistem berikut : rangka,
bentuk ekor, sisik, respirasi, reproduksi, daya apung.
3) Jelaskan fungsi gelembung renang pada ikan bertulang keras. Bagaimana volume gas
disesuaikan dalam gelembung renang?
4) Apa yang dimaksud dengan aliran bulak-balik pada insang ikan?
5) Osmoregulasi ikan laut dengan ikan tawar sangat berbeda. Jelaskan perbedaannya.

36
PRAKTIKUM 1
IKAN Chondrichthyes

Vertebrata kelas Chondrichthyes, hiu dan kerabatnya, disebut ikan bertulang rawan
karena mereka memiliki endoskeleton yang relatif lentur yang terbuat dari tulang rawan
dan bukan dari tulang keras. Namun demikian, pada sebagian besar spesies, beberapa
bagian kerangka diperkuat oleh butiran berkalsium. Rahang dan sirip-berpasangan
berkembang dengan baik pada ikan bertulang rawan. Subkelas yang paling besar dan
paling beranekaragam terdiri dari hiu dan ikan pari. Ciri-ciri dari Chondrichthyes yaitu
Rangka tulang rawan; Kerangka bertulang rawan pada ikan-ikan kelas ini adalah
karakteristik yang diperoleh, bukan karakteristik primitif., ada yg bersisik dan ada pula
yang tidak, celah insang ada satu pasang, lima pasang dan tujuh pasang, letak celah insang
lateral dan ventral, mulut terletak pada sisi ventral, ada yang mempunyai spirakulum dan
ada yang tidak, sirip berpasangan, tidak memiliki gelembung udara, lubang hidung
sepasang; Lubang hidung pada kelas chondrichtyes hanya berfungsi untuk penciuman, dan
untuk bernafas.

Tujuan: untuk mempelajari dan memahami anatomi dan morfologi ikan bertulang lunak.
Alat dan bahan:
- Ikan hiu (Selachimorpha sp.), ikan pari (Dasyatidae sp.)
- Papan bedah - Mikroskop
- Lup/kaca pembesar - Jarum pentul
- Alat bedah (dissecting set)

Cara kerja:
1. Letakkan ikan pada bak bedah
2. Lakukan pembedahan mulai dari bagian anus ikan ke arah thoracal sampai ke tulang
rusuk dengan menggunakan gunting bedah atau pisau bedah.

3. Potong tulang rusuk kearah lateral agar anatomi lebih terlihat, jika diperlukan.
4. Buka bagian yang telah dibedah untuk diamati.
5. Lakukan pengamatan anatomi meliputi: sistem pencernaan, respirasi, peredaran darah,
ekskresi, reproduksi, indera, sistem gerak dan rangka.
6. Foto pengamatan Anda.
7. Diskusikan dengan kelompok Anda mengenai hasil pengamatan.
8. Buatlah laporan praktikum sesuai format.

37
PRAKTIKUM 2
Osteichthyes – IKAN AIR TAWAR

Ikan air tawar adalah ikan yang menghabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di air
tawar, seperti sungai dan danau, dengan salinitas kurang dari 0,05%. Lingkungan air tawar
berbeda dengan lingkungan perairan laut dan yang paling membedakan adalah tingkat
salinitasnya. Adaptasi pada bagian sisik ikan juga memainkan peran penting; ikan air tawar
yang kehilangan banyak sisik akan mendapatkan kelebihan air yang berdifusi ke dalam
kulit, dan dapat menyebabkan kematian pada ikan. Karakteristik lainnya terkait ikan air
tawar adalah ginjalnya yang berkembang dengan baik. Ginjal ikan air tawar berukuran
besar karena banyak air yang melewatinya. Ikan air tawar cenderung untuk menyerap air
dari lingkungannya dengan cara osmosis, terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam
tubuh ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Kulitnya diliputi
mucus, melakukan osmosis lewat insang, produksi urinnya encer, dan memompa garam
melalui sel-sel khusus pada insang.

Tujuan: Untuk mempelajari dan memahami anatomi dan morfologi ikan air tawar.
Alat dan bahan:
- Ikan mas (Cyprinus carpio) dan lele (Clarias sp.)
- Papan bedah - Mikroskop
- Lup/kaca pembesar - Jarum pentul
- Alat bedah (dissecting set)

Cara kerja:
1. Letakkan ikan pada bak bedah, amati morfologi ikan (tentukan jenis ekor dan jenis
sisik, lihat Gambar 3.4. dan Gambar 3.5). Foto pengamatan Anda.
2. Bedah ikan dimulai dari bagian anus ikan kearah dorsal sampai ke tulang belakang
(vertebra) dengan menggunakan gunting bedah atau pisau bedah.

3. Lanjutkan pembedahan kearah kepala (caput) sampai ke dekat operkulum, rusuk ikan
yang terdapat di sepanjang arah pembedahan ikut dipotong.
4. Setelah sampai ke dekat operkulum kemudian lanjutkan pembedahan ke arah ventral
sampai ke sirip dada (pinnae thoracalis).
5. Buka bagian yang telah dibedah untuk diamati.
6. Lakukan pengamatan anatomi meliputi: sistem pencernaan, respirasi, peredaran darah,
ekskresi, reproduksi, indera, sistem gerak dan rangka.
7. Foto pengamatan Anda.
8. Diskusikan dengan kelompok Anda mengenai hasil pengamatan.
9. Buatlah laporan praktikum sesuai format.

38
PRAKTIKUM 3
OSTEICHTHYES – IKAN AIR LAUT

Ikan air laut memiliki konsentrasi garam yang tinggi di dalam darahnya. Ikan air laut
cenderung untuk kehilangan air di dalam sel-sel tubuhnya karena proses osmosis melalui
kulit. Untuk itu, insang ikan air laut aktif mengeluarkan garam dari tubuhnya. Untuk
mengatasi kehilangan air, ikan ‘minum’air laut sebanyak-banyaknya. Dengan demikian
berarti pula kandungan garam akan meningkat dalam cairan tubuh. Volume air seni ikan
air laut lebih sedikit dibandingkan dengan ikan air tawar karena kondisi osmotik untuk
mempertahankan air. Tubuli ginjal mampu berfungsi sebagai penahan air. Jumlah
glomeruli ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil daripada ikan air
tawar.

Tujuan: untuk mempelajari dan memahami anatomi dan morfologi ikan air laut.
Alat dan bahan:
- Ikan sebelah (Psettodes erumei) dan ikan ekor kuning (Caesio cuning)
- Papan bedah - Mikroskop
- Lup/kaca pembesar - Jarum pentul
- Alat bedah (dissecting set)

Cara kerja:
1. Letakkan ikan pada bak bedah, amati morfologi ikan (tentukan jenis ekor dan jenis
sisik, lihat Gambar 3.4. dan Gambar 3.5). Foto pengamatan Anda.
2. Bedah ikan dimulai dari bagian anus ikan kearah dorsal sampai ke tulang belakang
(vertebra) dengan menggunakan gunting bedah atau pisau bedah.

3. Lanjutkan pembedahan kearah kepala (caput) sampai ke dekat operkulum, rusuk


ikan yang terdapat di sepanjang arah pembedahan ikut dipotong.
4. Setelah sampai ke dekat operkulum kemudian lanjutkan pembedahan ke arah ventral
sampai ke sirip dada (pinnae thoracalis).
5. Buka bagian yang telah dibedah untuk diamati.
6. Lakukan pengamatan anatomi meliputi: sistem pencernaan, respirasi, peredaran
darah, ekskresi, reproduksi, indera, sistem gerak dan rangka.
7. Foto pengamatan Anda.
8. Diskusikan dengan kelompok Anda mengenai hasil pengamatan.
9. Buatlah laporan praktikum sesuai format.

39
Gambar 4.1. Kladogram tetrapod (Hickman, 2008).

40
IV. AMPHIBIA Campbell, 2012

Kelas Amphibi terdiri atas 3900 spesies


yang merupakan sisa dari hewan yang
melimpah pada zaman Kapur 300 juta tahun
yang lalu. Pada waktu itu kondisi iklimnya
hangat, pada kondisi tropikal ini insekta
melimpah, sehingga tidak ada kompetisi dari
vertebrata untuk muncul, inilah awal dari
amphibi yang berevolusi dari kehidupan di lingkungan air ke darat. Bahkan sampai sekarang,
setelah evolusi tersebut, amphibi tidak sepenuhnya beradaptasi dengan kehidupan di darat, tetapi
penghuni darat yang tidak sejati, hidup di antara lingkungan air dan darat. Secara struktur hewan ini
merupakan peralihan dari ikan air tawar sejati dengan reptil darat sejati. Meskipun beradaptasi
dengan daratan, tetapi tidak dapat sepenuhnya menjauhi kondisi lembab (basah). Beberapa spesies
mengembangkan strategi untuk memelihara telur-telurnya di darat sehingga kemungkinan larvanya
terekspos dan dimangsa oleh predator.
Hewan Amphibia dikelompokan ke dalam 3 ordo: salamandar berekor, (ordo Caudata) hampir
semua amphibia air; Ordo Anura (tidak berekor) yaitu kodok yang paling berkembang dan nenek
moyang hewan berkaki empat; serta ordo Gymnophiona (Apoda): amphibia berbentuk seperti
cacing.

Gambar 4.2. Evolusi tetrapod (Hickman, 2008).

1. Perpindahan ke daratan
Perpindahan dari air ke daratan mungkin merupakan peristiwa yang paling dramatik dalam
evolusi hewan, mengapa? Karena habitat darat relatif membahayakan untuk kehidupan. Kehidupan
amfibi dimulai di dalam air, komposisi tubuh hewan kebanyakan mengandung air, dan aktivitas sel
terjadi dalam air. Namun demikian organisme ini akhirnya menempati darat, membawa komposisi
tubuhnya yang berair ke darat. Untuk mepertahankan dan memelihara cairan matriks ini, berbagai
struktur, fungsi dan perilaku harus berevolusi. Dengan demikian semua sistem dalam tubuh tersebut
harus melakukan modifikasi. Sangat mengagumkan bahwa semua vertebrata pada dasarnya sama
dalam pola sruktur dan fungsi dasarnya. Apakah hewan air maupun hewan darat, vertebrata sangat
nyata keturunan dari cabang evolusi yang sama.

41
Amphibia bukan merupakan hewan pertama yang pindah ke darat. Insekta melakukan
perpindahan lebih awal dan tanaman lebih awal lagi. Keong berparu-paru bereksperimen untuk
menempati darat sama waktunya dengan amphibia. Namun sejarah evolusi amphibi menarik
perhatian karena keturunannya merupakan hewan yang paling sukses di bumi ini. Di antara
perbedan yang paling nyata pada kandungan air hewan yang hidup di habitat air dan daratan adalah
perbedaan yang signifikan bagi hewan untuk pindah dari lingkungan air ke daratan.

2. Kandungan oksigen lebih banyak


Kandungan oksigen di udara paling sedikit 20 kali dibandingkan dengan di air. Udara
mengandung kira-kira 210 ml pe liter; air mengandung 3-9 ml pe liter. Tergantung dari suhu,
kandungan zat telarut lainnya, dan tingkat kejenuhan. Lebih lanjut, karena air mengandung
kerapatan dan visikositas yang tinggi dan rendahnya laju difusi gas dalam air yang lebih rendah
dibandingkan dengan udara, hewan air harus kerja keras untuk mendapatkan oksigen. Hewan ini
mengeluarkan energi lebih untuk mengekstraksi oksigen dari air dibandingkan hewan darat yang
mengambil oksigen dari udara.

3. Kerapatan air lebih tinggi


Meskipun air merupakan sebuah medium yang nyaman untuk berenang, namun kerapatannya
sangat tinggi, hanya sedikit hewan protoplasma yang bisa mengapungkan tubuhnya. Salah satu
masalah utama yang dihadapinya oleh hewan daratan adalah diperlukannya anggota badan yang
kuat dan rangka untuk menopang tubuhnya.

4. Temperatur air yang konstan


Badan air secara alami mengandung medium dengan kapasitas suhu yang tinggi, tidak banyak
mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara. Suhu lautan hampir selalu konstan setiap
hari. Sebaliknya, fluktuasi dan perbedaan temperatur sangat tinggi di daratan. Kadang sangat dingin
sekali (es), mencair, menghangat, ketersediaan air yang tidak bisa diprediksi, menyediakan suhu
yang sangat panas merupakan tantangan pada hewan darat, yang harus melakukan evolusi baik
tingkah laku maupun fisiologi untuk mencegah dirinya dari temperatur yang ekstrem. Strategi yang
paling sukses, homeothermy (tempertur tubuh yang konstan), yang terlihat pada burung dan
mammalia.

5. Keanekaragaman habiat darat


Keanekaragaman hamparan darat dan tempat berlindung di darat menyediakan wilayah yang
tidak dihuni. Kekayaan yang ditawarkan oleh habitat darat termasuk hutan konifer, tempertaur,
hutan tropis, padang umput, kepulauan es, dan daerah kutub. Demikian juga hidrosphere bumi
(lautan, samudra, danau, sungai dan lembaran salju) meskipun menawarkan habitat yang kurang
beragam, mengandung keanekragaman organisme yang tinggi di muka bumi.

6. Kesempatan untuk melakukan perkawinan


Adanya rasa perlindungan yang lebih aman untuk menjaga telur dan anak yang relatif lemah,
lebih mudah dilakukan di darat dibandingkan di habitat air. Perpindahan ke daratan memerlukan

42
modifikasi struktur pada pola rancangan seperti tubuh ikan. Tidak seperti ikan,yang ditunjang dan
selalu dibasahi oleh mediumnya dan selalu disuplai oksigen, hewan darat harus menjaga berat
tubuhnya sendiri, bertahana dari kekeringan dan perubahan temperatur yang cepat, dan harus
mengekstraksi oksigen dari udara.
Munculnya Paru-paru. Pada Periode Devon yang berawal 400 juta tahun yang lalu,
merupakan zaman suhu yang sedang dan perubahan kekeringan dan banjir. Selama masa
kekeringan tersebut, kolam dan sungai dengan cepat kering, air menjadi lumpur dan oksigen terlarut
menghilang.Hanya ikan-ikan yang mampu menggunakan oksigen yang tersedia di udara yang bis
hidup. Insang tidak cocok karena di udara filamen akan menggumpal dan mengering.
Sesungguhnya semua ikan yang hdup pada masa ini termasuk ikan bersirip lobus dan ikan
berparu-paru telah mengembangkan semacam paru-paru sebagai perpanjangan dari pharynx. Sangat
simple untuk meninkatkan efisiensi ronga yang berisi udara dengan memperbanyak jaringan kapiler
yang disuplai pembuluh darah kapiler dari lengkung aorta ke 6. Darah yang mengandung oksigen
dikembalikan langsung ke jantung melalui vena paru-paru untuk membentuk perdaran paru-paru.
Inilah awal dari adanya a sifat peredaran darah ganda pada semua tetrapoda.

7. Kontribusi Amphibia pada Evolusi Vertebrata


Amphibian hanya melakukan sebagian evolusi untuk beradaptasi dengan kehidupan di darat,
Reptilia menyempurnakan. Namun demikian, pada dasrnya amphibi adalah hewan air. Hewan ini
ectothermic (temperatur tubuhnya ditentukan dan bervariasi sesuai dengan temperatur
lingkungannya). Kulit amphibi tipis, lembab, dan tidak terlindung dari kekeringan udara. Seekor
katak bisa kehilangan air secepat katak yang tidak mempunyai kulit. Yang paling penting amphibia
terhubungkan dengan lingkungan air pada saat reproduksi. Telurnya langsung diletakkan di air
atau bila di darat, di tempat lembab dan dibuahi secara eksternal. Larva biasanya melakukan
metamorphosis di air.

8. Karakteristik
Karakteristik utama dari hewan-hewan pada kelas Amphibi yaitu:
1) Rangka tersusun atas tulang keras. Ada spesies yang mempunyai tulang rusuk, kebanyakan
tidak mempunyai.
2) Bentuk tubuh bervariasi dari yang lonjong dengan kepala yang nyata, leher, dan ekor yang
padat, badan dan kepala menyatu dan tidak ada leher.
3) Biasanya mempunyai 4 kaki (tetrapoda), kaki bertelapak.
4) Kulit lembut dan lembab, mengandung banyak kelenjar ad yang mengandung racun, sel-sel
pigmen (chromatophora), tidak bersisik,
5) Mulut biasanya lebar dan besar dengan gigi yang kecil-kecil pada kedua rahangnya, dua nostril
membuka ke bagian anterior rongga mulut.
6) Pernafasan dengan menggunakan paru-paru (tidak pada salamander), kulit, insang pada
beberapa hewan, terpisah maupun gabungan.
7) Peredaran darah tediri atas jantung dengan 3 ruang, dua atrium dan satu ventrikel, dan
peredaran darah ganda (sistemik dan paru-paru) yang melalui jantung.
8) Ecthothermic: mempunyai perilaku mengatur suhu.

43
9) Jenis kelamin terpisah; biasanya mengalami metamorposis, kebanyakan ovipar, namun jarang
ovovivipar; telur dibungkus oleh selaput seperti agar.

9. Klasifikasi
Hewan pada kelas ini dikalsifikasi dalam 3 ordo yaitu:
1) Ordo Gymnophiona = Apoda). Ciri-ciri ; tubuhnya seperti cacing, tidak mempunyai kaki, kulit
mempunyai sisik, ekor pendek atau tidak berekor. 95-285 vertebrae, ada 6 familia, 3 genus dan
160 spesies.
2) Ordo Caudata = Urodela, contoh Salamander). Ciri-ciri ; Tubuh terdiri atas kepala, badan dan
ekor, tidak bersisik, biasanya ada sepasang kaki yang sama, 10-60 verebrae, ada 9 familia yang
hidup, 62 genus kira-kira 50 spesies.
3) Ordo Anura contoh kodok, katak. Kepala dan tubuh menyatu, tidak ada ekor tidak bersisik, ada
sepasang kaki, mulut besar, paruparu ada, vertebrae 6-
10 termasuk urostyle; hidupnya kosmopolitan di daerah
tropis, ada 21 familia yang hidup, 301 genus kira-kira
3400 spesies

10. Ordo Gymnophiona (Apoda)


Biasanya disebut juga hewan Caecilia. Hewan ini suka
mengubur diri , bentuk tubuhnya seperti cacing. Ada 160 Gambar 4.3. Salamander
spesies. Habitatnya di hutan tropis. Hewan ini buta atau (Hickman, 2008).
hampir buta, tubuhnya lunak dan tidak
mempunyai kaki, makanannya adalah
cacing dan hewan invertebrata tanah.

11. Ordo Caudata (Salamander)


Salamander paling sedikit dari kelas
amphibia. Salamander ditemukan pada
hampir semua daerah beriklim sedang dan
tropis. Salamander berukuran kecil sekitar
15 cm, walaupun ada juga yang berukuran
1 m. Caudata mempunyai kaki primitif
yang tegak lurus pada tubuhnya. Kaki ada
2 pasang, kadang-kadang keduanya
mengalami rudimenter atau hanya ada Gambar 4.4. Siklus hidup salamander (Hickman, 2008)
satu pasang kaki depan yang belakang
mengalami rudimenter. Makanannya adalah cacing, artropoda kecil khususnya insekta dan moluska
kecil. Hewan ini pemakan hewan lain yang begerak.
Perilaku Kawin. Beberapa caudata sepanjang hidupnya berada dalam air, tetapi kebanyakan
hidup di darat, pada tempat yang lembab seperti di bawah batu besar atau kayu yang membusuk,
biasanya tidak pernah jauh dari air. Telur salamander dibuahi secara internal, biasanya setelah yang
betina mengambil sperma (spermatophor) yang telah disimpan hewan jantan pada daun atau kayu.

44
Sementara spesies yang hidup di air meletakkan telur-telurnya dibawah benda-benda terapung yang
seperti benang dalam air. Caudata yang hidup di darat meletakkan spermanya yang seperti anggur di
bawah potongan kayu. Tidak seperti katak dimana telur yang menetas akan menjadi kecebong,
embrio Caudata bentuknya seperti hewan dewasa ketika baru ditetaskan. Larvanya mengalami
metamorfosis namun tidak sempurna seperti pada katak.
Respirasi. Pada waktu menetas, salamander mempunyai insang, tetapi selama
perkembangannya insang ini menghilang kecuali yang hidup di air dan yang gagal mengalami
metamorfosis sempurna. Insang tidak berguna bagi salamander darat, karena akan mengering,
sehingga tidak akan berfungsi. Paru-paru organ khusus bagi vertebrata darat, menggantikan insang
larva pada semua amphibia dewasa. Salamander telah ”membuang” paru-parunya sehingga
merupakan vertebrata yang tidak mempunyai paru-paru dan juga tidak mempunyai insang. Anggota
dari keluarga Plethodontidae, tidak mempunyai paru-paru, sementara keluarga lainnya mengalami
reduksi pada perkembangan paru-parunya.
Pada semua kulit Amphibia mengandung jaringan pembuluh kapiler darah untuk respirasi
dengan melakukan pertukaran oksigen dengan karbondioksida. Pada salamander yang tidak
mempunyai paru-paru, efisiensi pernafasan kulit meningkat melalui penetrasi jaringan pembuluh
kapiler pada epidermis atau melalui penipisan epidermis pada pembuluh kapiler permukaan kulit.
Pernapasan kulit ditunjang melalui pemompaan udara masuk dan keluar dari mulut yang merupakan
tempat pertukaran udara pernafasan melewati jaringan pembuluh darah pada membran rongga
mulut (buccal cavity= buccopharyngeal breathing). Salamander yang tidak mempunyai paru-paru
dipercaya berasal dari penggunungan Appalachan, dimana paru-paru tidak digunakan karena hewan
tersebut kebanyakan mengapung di air, dan air sangat dingin dan banyak mengandung oksigen yang
memungkinkan hanya menggunakan respirasi kulit.
Neoteny. Sementara kebanyakakan salamander menyempurnakan perkembangannya untuk
mencapai bentuk tubuh dewasa melalui metamorfosa, ada beberapa spesies yang matang secara
seksual sementara mempertahankan insang dan karakteristik larva lainnya. Kondisi ini disebut
neoteny. Beberapa hewan merupakan larva pemanent, kondisi fisik genetis dimana perkembangan
jaringan gagal merespon hormon thyroxin yang pada hewan amphibi lain dapat merangsang
terjadinya metamorfosis. Kondisi ini disebut neoteny obligatory (keharusan). Contoh larva
permanen adalah anjing lumpur (mud puppies) dari genus Necturus yang hidup di dasar danau dan
kolam dan tetap mempertahankan insang eksternal (luar) sepanjang hidupnya.

12. Ordo Anura : Katak dan kodok


Spesies ordo ini kira-kira 3400 spesies. Ordo ini merupakan hewan Amphibia yang paling
sukses berevolusi. Nama Anura diambil dari kharakteristiknya yaitu tidak mempunyai ekor pad
hewan dewasa (walaupun pada masa larva mungkin ada ekor). Katak dan kodok hewan yang lompat
sehingga disebut juga Salientia (binatang lompat). Anura dibedakan dari Caudata dari
perkembangan larva dan proses metamorfosisnya. Telur katak menetas menjadi kecebong yang
mempunyai ekor bersirip yang panjang, mempunyai insang eksternal dan internal, tidak mempunyai
kaki, mulut khusus untuk pemakan herbivora (larva salamander merupakan carnivora), dan anatomi
internalnya sudah terspesialisasi dengan baik. Bentuk dan perilaku kecebong dan katak dewasa

45
berbeda. Metamorfosa kecebong menjadi katak dewasa betul-betul merupakan sebuah transformasi
(perubahan bentuk). Neoteny tidak pernah terjadi pada Anura, hanya terjadi pada Salamander.
Anura merupakan kelompok hewan yang “tua”, fosilnya ditemukan pada zaman Jurasic 150
tahun yang lalu, dan sampai sekarang hewan ini merupakan kelompok hewan yang sukses.
Kelompok hewan ini menempati berbagai jenis habitat walaupun modus cara reproduksinya yang
harus di air, dan kulit yang permeabel terhadap air, yang mencegah hewan ini untuk hidup jauh dari
sumber air, selain itu juga sifat ectothemi-nya yang mencegahnya hidup di habitat kutub.

Gambar 4.5. Katak Bullfrog Rana catesbeiana dan katak Green tree

Walaupun merupakan hewan yang sukses berevolusi,


namun hewan ini bukan wakil yang bagus dalam hal
bentuk tubuh vertebrata. Hewan ini tidak mempunyai
leher, vertebrae cauda bersatu membentuk urostyle, tulang
iga/rusuk tidak ada, dan kaki belakang lebih besar dan
digunakan untuk melompat. Katak dan kodok terbagi
menjadi 12 famili. Yang paling umum dikenal adalah
familia Raidae (contoh katak hijau) dan Hylidae (contoh
katak pohon). Kodok termasuk familia Bufonidae dengan Gambar 4.6. Kodok (Bufo
americana)
ciri-ciri mempunyai kaki yang pendek, dan badannya
ditutupi dengan kulit yang tebal dengan banyak ” kulit” sehingga
biasa disebut kodok budug.

13. Reproduksi
Karena katak dan kodok merupkan hewan ectothermic, mereka
makan, kawin, dan tumbuh hanya selama musim hujan. Didahului
dengan nyanyian keras katak jantan untuk menarik hewan betina.
Setelah sel telur matang, katak betina ”dirangkul” oleh jantan,
keadaan ini disebut amplexus. Setelah katak yang betina meletakan
telur, hewan jantan mengeluarkan cairan seminal yang mengandung Gambar 4.6. Katak
sperma ditas telur tersebut, terjadilah fertilisasi eksternal. Jumlah Green tree kawin
telur yang dikeluarkan sangat banyak, bisanya di sangkutkan pada
tumbuhan air. Setelah terjadi fertilisasi, langsung terjadi perkembangan zigot. Dalam perkembangan
awalnya, zigot mengalami pembelahan yang berulang-ulang (cleavage), sehingga terbentuklah
blastula. Kemudian terjadi transformasi smpai terbentuk embrio yang mempunyai ekor. Pada hari

46
ke 6-9 kecebong akan menetas dari telur tersebut. Perkembangan selengkapnya tersaji dalam
Gambar 4.7.

Gambar 4.7. Siklus hidup katak (Hickman, 2008).

Amfibi bersifat dioecious (individu jantan dan betina), dan ovarium dan testis terletak di dekat
dinding tubuh dorsal. fertilisasi biasanya bersifat eksternal, dan karena telur yang sedang
berkembang kekurangan pelindung eksternal, telur-telur dilepaskan pada habitat lembab, biasanya
air. Beberapa Anura memiliki sarang terestrial yang tetap lembab karena diselimuti busa atau
berada di dekat air. Pada beberapa spesies, tahap larva keluar dari selaput telur, dan berkembang
menjadi dewasa. Perkembangan amfibi, yang ahli zoologi telah pelajari secara ekstensif, biasanya
mencakup tahap larva yang disebut kecebong. Berudu amfibi sering berbeda dari fase dewasa pada
organ respirasi, pergerakan, dan makanan. Perbedaan ini mengurangi persaingan antara katak
dewasa dan larva. Interaksi antara kontrol internal (sebagian besar hormonal) dan faktor ekstrinsik
menentukan waktu aktivitas reproduksi. Di daerah beriklim sedang, suhu nampaknya merupakan
faktor lingkungan yang paling penting yang mendorong perubahan fisiologis yang terkait dengan
pembiakan, dan periode kawin yang bersifat musiman, terjadi pada musim semi dan musim panas.
Di daerah tropis, musimkawin amfibi berkorelasi dengan musim hujan.
Pengecualian pada fertilisasi eksternal pada amfibi adalah salamander. Hanya sekitar 10% dari
salamander yang fertilisasi secara eksternal. Salamander menghasilkan spermatofor, dan fertilisasi
internal. Telur dapat disimpan di tanah atau air atau disimpan di saluran telur selama
pengembangan. Semua caecilian memiliki pembuahan internal, dan 75% memiliki perkembangan
internal.
Metamorfosis adalah serangkaian perubahan struktural, fisiologis, dan perilaku mendadak
yang mengubah larva menjadi dewasa. Berbagai kondisi lingkungan, termasuk kepadatan dan
ketersediaan makanan, mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk metamorfosis. Namun, secara
langsung, metamorfosis berada di bawah kendali neurosecretion hipotalamus, hormon lobus
anterior kelenjar pituitari (adenohipofisis), dan kelenjar tiroid. Telur yang telah dibuahi (zigot)

47
segera memulai perkembangan (Gambar 4.7). Dengan pembelahan sel berulang zigot berubah
menjadi bola berongga sel (blastula). Pembelahan sel yang simultan menuju tahap gastrulasi
kemudian sel-sel mengalami diferensiasi dan membentuk embrio dengan kuncup ekor. Pada hari ke
2-21 hari, tergantung pada suhu, telur menetas dari mantel jelly pelindung yang mengelilingi sel
telur asli. Saat menetas, kecebong memiliki kepala, badan, dan ekor. Mulutnya berada di sisi ventral
kepala dan memiliki rahang keratin untuk mengikis vegetasi dari benda keras. Di balik mulut ada
cakram perekat ventral yang menempel substrat. Di depan mulut ada dua lubang dalam, yang
kemudian menjadi lubang hidung. Tonjolan di sisi kepala kemudian menjadi insang luar. Ada tiga
pasang insang eksternal, yang kemudian menjadi insang internal yang ditutupi oleh lapisan kulit
(operkulum) pada masing-masing sisinya. Di sisi kanan, operkulum benar-benar menyatu dengan
dinding tubuh, namun di sisi kiri ada lubang kecil, spirakulum (l. Spirakulum, lubang udara) tetap
ada. Air mengalir melalui spiracle setelah memasuki mulut dan melewati insang internal. Kaki
belakang (hindlimb) muncul pertama kali selama metamorfosis, sementara kaki depan (forelimbs)
tetap disembunyikan sementara oleh lipatan operkulum. Ekor diserap kembali. Usus menjadi jauh
lebih pendek. Mulut mengalami transformasi ke kondisi katak dewasa. Paru-paru berkembang, dan
insang diserap kembali.
Katak Leopard biasanya melengkapi metamorfosis dalam waktu 3 bulan, sedangkan katak
jantan membutuhkan waktu 2 atau 3 tahun untuk menyelesaikan prosesnya. Perubahan morfologi
yang terkait dengan metamorfosis caecilians dan salamanders relatif kecil. Struktur reproduksi
berkembang, insang hilang, dan sirip ekor (bila ada) hilang. Namun, di Anura, perubahan dari
kecebong menjadi kodok kecil lebih dramatis (Gambar 4.7). Tungkai dan paru-paru berkembang,
ekor diserap kembali, kulit menebal, dan perubahan yang ditandai di kepala dan saluran pencernaan
(terkait dengan kebutuhan nutrisi baru) terjadi. Mekanika metamorfosis menjelaskan
paedomorphosis pada amfibi. Beberapa salamanders adalah paedomorphic karena sel gagal
merespons hormon tiroid, sedangkan amfibi lainnya bersifat paedomorphic karena mereka gagal
menghasilkan hormon yang terkait dengan metamorfosis. Pada beberapa kelompok salamander,
paedomorphosis adalah tahap perkembangan. Pada kelompok lain, terjadinya paedomorphosis
bervariasi dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.

14. Sistem Rangka


Vertebrata terestrial memiliki rangka/skeleton yang termodifikasi untuk mendukung tubuh
melawan gravitasi, dan harus cukup kuat untuk mendukung otot-otot berjalannya. Tengkorak
amphibi pipih, relatif kecil, dan memiliki elemen tulang lebih sedikit daripada tengkorak ikan.
Columna vertebra termodifikasi untuk memberikan dukungan dan fleksibilitas di tanah (Gambar
4.8). Struktur tersebut berfungsi seperti lengkungan jembatan gantung dengan menopang berat
badan antara pasangan anterior dan posterior. Proses pendukung ini disebut zygapophyses pada
setiap vertebrata untuk mencegah putaran. Tidak seperti ikan, amfibi memiliki leher. Vertebrata
pertama adalah servical, yang bergerak berlawanan dengan bagian belakang tengkorak dan
memungkinkan kepala mengangguk secara vertikal. Vertebra terakhir adalah sakral. Vertebra ini
menghubungkan pelvis ke kolumna vertebral untuk memberikan peningkatan dukungan. Lempeng
ventral (disebut sternum), hadir di daerah batang ventral anterior dan mendukung forelimbs dan
melindungi organ dalam. Struktur itu berkurang atau tidak ada pada Anura.

48
Sendi di bahu, pinggul, siku, lutut, pergelangan tangan, dan pergelangan kaki (Gambar 4.8)
memungkinkan kebebasan dalam bergerak dan kontak yang lebih baik dengan tanah. Bagian pelvis
amfibi terdiri dari tiga tulang (ilium, iskium, dan pubis) yang melekat dengan pelengkap pelvis pada
kolumna vertebralis. Tulang-tulang ini terdapat pada semua tetrapoda (tapi bukan ikan) yang
penting untuk mendukung gerakan di darat.

Gambar 4.8. Rangka Amphibi (Miller dan Harley, 2001).

Tetrapoda lebih bergantung pada persendian


daripada tubuh untuk penggerakan. Dengan demikian,
otot-otot (Gambar 4.9) tubuh berkurang, dan otot-otot
pada persendian mendominasi. Salamander
menggunakan bentuk gerak yang relatif tidak spesifik
yang mirip dengan gelombang undulatory di sepanjang
tubuh ikan. Salamander terestrial juga bergerak dengan
pola gerak anggota tubuh dimana gerakan terjadi akibat
kontraksi otot yang membuat tubuh melengkung untuk
memajukan tungkai ekstrem. Pada Anura, kaki
belakang yang panjang dimodifikasi untuk melompat.
Bagian tulang belakang panggul (ilium) membentang
di anterior dan menempel dengan kencang ke kolumna
vertebralis, dan urostyle meluas ke posterior dan
menempel pada panggul (Gambar 4.8). Modifikasi
kerangka ini memperkuat bagian belakang Anura. Keki
belakang yang panjang dan otot yang kuat membentuk
sistem tuas yang efisien untuk melompat. Jaringan ikat
elastis dan otot dengan sambungan pectoral ke
tengkorak dan kolumna vertebral berfungsi sebagai
peredam kejut untuk mendarat di kaki depan. Gambar 4.9. Struktur otot katak
(Adam & Crawley, 2013).

49
15. Sistem Peredaran Darah Amphibi
Sistem peredarean darah katak merupakan sistem perdaran darah tertutup dan ganda, karena
aliran darah secara simultan mengalir dari jantung ada dua yaitu yang menuju paru-paru dan ke
seluruh tubuh (sistemik). Sistem peredaran darah amfibi menunjukkan adaptasi yang luar biasa
untuk kehidupan yang terbagi antara habitat perairan dan terestrial. Pemisahan sirkuit pulmonal dan
sistemik kurang efisien pada amfibi daripada pada lungfishes (ikan paru-paru). Jantung katak
(Gambar 4.10) memiliki dua atrium terpisah dan satu ventrikel tidak terbagi. Darah dari tubuh
(sirkuit sistemik) pertama kali memasuki ruang penerima yang besar, sinus venosus, yang memaksa
darah masuk ke atrium kanan. Atrium kiri menerima darah baru beroksigen dari paru-paru dan kulit.
Atrium kanan dan kiri berkontraksi secara asinkron sehingga meskipun ventrikel tidak terbagi,
darah tetap sebagian besar terpisah saat memasuki ruangan ini. Ketika kontrak ventrikel, darah paru
beroksigen memasuki sirkuit sistemik dan darah sistemik terdeoksigenasi memasuki sirkuit
pulmonal. Pemisahan ini dibantu oleh katup spiral, yang membagi aliran sistemik dan pulmonal
pada conus arteriosus, dan dengan tekanan darah yang berbeda pada pembuluh darah paru dan
sistemik yang meninggalkan conus arteriosus. Mekanisme dan ketepatan tepat pemisahan darah
beroksigen dan terdeoksigenasi dalam conus arteriosus tetap tidak jelas.
Jantung bagian atrium pada Urodela terbagi sebagian dan terbagi sepenuhnya pada Anura
(Gambar 4.10). Ventrikel tidak memiliki septum. Katup spiral di conus arteriosus atau ventral aorta
membantu mengarahkan darah ke sirkuit pulmoner dan sistemik. Pertukaran gas terjadi di seluruh
tubuh amfibi (kulit), juga di paru-paru. Karena itu, darah yang masuk ke sisi kanan jantung juga
beroksigenasi saat darah masuk ke jantung dari paru-paru. Bila amfibi benar-benar terendam air,
semua pertukaran gas terjadi di kulit dan permukaan lembab lainnya. Oleh karena itu, darah yang
masuk ke atrium kanan memiliki konsentrasi oksigen lebih tinggi daripada darah yang kembali ke
atrium kiri dari paru-paru.

Gambar 4.10. Jantung Amphibi dan sirkulasi darah (Miller & Harley, 2001).

Dalam keadaan seperti itu, pembuluh darah yang menuju ke paru-paru menyempit, mengurangi
aliran darah ke paru-paru dan menghemat energi. Adaptasi ini sangat berguna bagi kodok dan
salamander yang berenang di lumpur di dasar kolam. Amfibi dewasa memiliki lengkungan aorta
lebih sedikit daripada ikan. Setelah meninggalkan conus arteriosus, darah bisa masuk arteri karotis
(lengkung aorta III), yang membawa darah ke kepala; arteri sistemik (aortic arch IV), yang
membawa darah ke tubuh; atau arteri pulmonalis (lengkungan aorta VI). Selain sistem vaskular

50
yang mengedarkan darah, amfibi memiliki sistem limfatik yang berkembang dengan baik dari
sistem limfatik yang mengembalikan cairan, protein, dan ion yang disaring dari kapiler pada
jaringan tubuh ke sistem peredaran darah. Sistem limfatik juga mengangkut air yang diserap ke
seluruh kulit. Tidak seperti vertebrata lainnya, amfibi memiliki pembuluh kontraktil, yang disebut
hati limfatik, yang memompa cairan melalui sistem limfatik. Ruang limfatik antara otot dinding
tubuh dan transportasi kulit dan menyimpan air yang diserap ke seluruh kulit.

16. Respirasi Amphibi


Hewan darat mengeluarkan lebih sedikit energi untuk bergerak di
permukaan daripada organisme akuatik karena udara mengandung oksigen
20 kali lebih banyak per satuan volume daripada air. Di sisi lain,
pertukaran oksigen dan karbon dioksida memerlukan permukaan yang
lembab, dan paparan permukaan pernafasan ke udara yang dapat
menyebabkan kehilangan air yang cepat. Jika kalian menemukan kodok di
kolam atau sungai, dapat dilihat dan dirasakan kulit Amfibi yang lembab.
Kulit Amfibi juga kaya dengan pembuluh kapiler. Kedua faktor ini
memungkinkan kulit berfungsi sebagai organ pernafasan. Pertukaran gas di
kulit disebut respirasi kutaneous (cutaneous respiration) dan bisa terjadi
baik di air maupun di darat. Kemampuan ini memungkinkan seekor katak
menghabiskan musim dingin di lumpur di dasar kolam. Pada salamander, 30
sampai 90% pertukaran gas terjadi di seluruh kulit. Pertukaran gas juga
terjadi melintasi permukaan mulut dan faring yang lembab. Respirasi
buccopharyngeal ini menyumbang 1 sampai 7% dari total pertukaran gas.
Sebagian besar amfibi, kecuali salamander plethodontid, memiliki paru-
paru (Gambar 4.11). Paru-paru salamander adalah kantung yang relatif
sederhana. Paru-paru Anura terbagi untuk meningkatkan luas permukaan
untuk pertukaran gas. Pada paru-paru terjadi dengan mekanisme pompa
buccal. Otot dari mulut dan faring menciptakan tekanan yang memaksa
udara masuk ke paru-paru. Pernapasan kutaneous dan buccopharyngeal
memiliki kelemahan karena kontribusinya terhadap total pertukaran gas Gambar 4.11.
relatif konstan. Jumlah gas yang ditukar di permukaan ini tidak dapat Respirasi Amphibi
ditingkatkan saat tingkat metabolisme meningkat. Paru-paru, (Miller, 2001 &
bagaimanapun, mengkompensasi kekurangan ini. Seiring suhu lingkungan Hickman, 2008)
dan aktivitas meningkat, paru-paru menyumbang lebih banyak pertukaran
gas. Pada suhu 5° C, sekitar 70% pertukaran gas terjadi di lapisan kulit dan mulut seekor katak.
Pada 25° C, jumlah absolut oksigen yang dipertukarkan di permukaan tubuh luar tidak berubah
secara signifikan, namun karena respirasi paru meningkat, pertukaran di permukaan kulit dan mulut
hanya menyumbang sekitar 30% dari total pertukaran oksigen. Larva Amfibi dan beberapa Amfibi
dewasa bernafas menggunakan insang eksternal. Batang kartilaginous yang terbentuk di antara
celah faring embrio membantu tiga pasang insang. Selama metamorfosis, insang biasanya diserap
kembali, celah faring tertutup, dan paru-paru menjadi fungsional.

51
Organ vokal (vocal cord), yang terletak di laring, atau kotak suara, jauh lebih berkembang pada
kodok laki-laki daripada pada wanita. Seekor katak menghasilkan suara dengan melewatkan udara
bolak-balik melalui pita suara antara paru-paru dan sepasang kantung besar (kantong vokal) di dasar
mulut. Kantung vokal juga berfungsi sebagai resonator efektif pada pria, yang menggunakan
suaranya untuk menarik pasangan. Sebagian besar spesies memiliki pola suara yang unik. Katak
Peepers musim semi menghasilkan suara bernada tinggi yang sangat mengejutkan bagi katak kecil
seperti itu. Katak hijau menghasilkan panggilan banjo, sedangkan katak macan tutul bersuara
panjang dan menyeramkan, dan katak menghasilkan resonansi "jug-o-rum".

17. Termoregulasi
Amfibi bersifat ektotermik. Mereka bergantung pada sumber panas eksternal untuk menjaga
suhu tubuh. Hewan air yang terisolasi dengan buruk, terlepas dari berapa banyak panas metabolik
yang dihasilkannya, kehilangan panas secepat yang dihasilkannya. Hewan air yang terisolasi dengan
baik, terlepas dari berapa banyak panas metabolik yang dihasilkannya, kehilangan panas secepatnya
karena menghasilkan rongga karena sifat penyerap panas yang kuat. Oleh karena itu, ketika Amfibi
berada dalam air, mereka mengambil suhu lingkungannya. Di darat, bagaimanapun, suhu tubuh
mereka dapat berbeda dari lingkungan. Regulasi suhu terutama perilaku. Beberapa pendinginan
hasil dari kehilangan panas melalui penguapan (evaporasi). Selain itu, banyak Amfibi nokturnal dan
tetap berada di lubang yang lebih dingin atau di bawah serasah daun basah sepanjang hari yang
panas. Amfibi bisa menghangatkan diri dengan berjemur di bawah sinar matahari atau di
permukaan yang hangat. Suhu tubuh bisa naik 10° C di atas suhu udara. Berjemur setelah makan
biasa terjadi, karena suhu tubuh yang meningkat meningkatkan laju semua reaksi metabolik
termasuk fungsi pencernaan, pertumbuhan, dan pengendapan lemak yang diperlukan untuk bertahan
dalam masa dormansi. Suhu lingkungan harian dan musiman Amfibi sering berfluktuasi, dan oleh
karena itu, Amfibi memiliki toleransi suhu. Temperatur kritis yang ekstrem untuk beberapa
salamander berkisar antara 2 dan 27° C, dan untuk beberapa Anura antara 3 atau 41°C.

18. Sistem Saraf dan Indera


Otak. Sistem saraf Amfibi mirip dengan vertebrata lainnya. Otak vertebrata dewasa
berkembang dari tiga subdivisi embriologis. Pada amfibi, otak depannya berisi pusat penciuman dan
daerah yang mengatur perubahan warna dan fungsi viseral. Otak tengah mengandung daerah yang
disebut tektum optik yang mengasimilasi informasi sensorik dan memulai respons motorik. Otak
tengah juga memproses informasi sensorik visual. Fungsi otak belakang dalam koordinasi motorik
dan dalam mengatur denyut jantung dan mekanisme respirasi.
Gurat sisi. Banyak reseptor sensor amfibi yang terdistribusi di seluruh kulit. Beberapa di
antaranya hanya ujung saraf telanjang yang merespons panas, dingin, dan nyeri. Sistem lateral line
(gurat sisi) yang sama ditemukan pada ikan, dan terdapat pada larva Amfibi, salamander air akuatik,
dan beberapa Anura dewasa. Organ reseptor sensori ini pada banyak katak terdistribusi tunggal atau
dalam kelompok kecil di sepanjang gurat sisi dan dorsolateral tubuh, terutama kepala. Reseptor ini
merespons getaran berfrekuensi rendah di air dan pergerakan air relatif terhadap hewan. Di darat,
reseptor garis lateral kurang penting.

52
Kemoreseptor. Kemoreseptor sangat penting bagi banyak amfibi. kemoreseptor berada di
epitel nasal dan lapisan mulut, di lidah, dan di atas kulit. Olfaksi digunakan dalam pengenalan
pasangan, serta dalam mendeteksi bahan kimia
berbahaya dan dalam menemukan makanan.
Penglihatan. Mata adalah salah satu indera
terpenting pada amfibi (kecuali pada Caecilians)
Sejumlah adaptasi memungkinkan mata amfibi
berfungsi di lingkungan terestrial (Gambar 4.12). Mata
beberapa amfibi (Anuran dan beberapa salamander) ada
di bagian depan kepala, memberikan penglihatan
binokular dan persepsi kedalaman yang berkembang
dengan baik yang diperlukan untuk menangkap mangsa.
Amfibi lainnya dengan mata lateral yang lebih kecil
(beberapa salamander) tidak memiliki penglihatan Gambar 4.12. Anatomi mata amfibi
binokular. Kelopak mata bagian bawah bergerak, dan (Miller & Harley, 2001)
membersihkan dan melindungi mata. Sebagian besar transparan dan disebut membran nictitan.
Saat bola mata masuk ke tengkorak, selaput nictitan ditarik melewati kornea. Selain itu, kelenjar
orbital melumasi dan mencuci mata. Bersama-sama, kelopak mata dan kelenjar menjaga mata
terbebas dari debu dan kotoran lainnya. Lensa mata amfibi besar dan hampir bundar. Ketika sudah
kembali dari kornea, lipatan epitel yang disebut iris akan mengelilingi lensa. Iris dapat melebar atau
menyempit untuk mengontrol ukuran pupil.
Fokus atau akomodasi, melibatkan pembengkokan (refraktori) sinar cahaya ke titik fokus pada
retina. Gelombang cahaya yang bergerak dari udara melintasi kornea dibiaskan karena adanya
perubahan densitas antara kedua media. Lensa memberikan refraksi lebih lanjut. Seperti mata
tetrapoda yang paling banyak, mata amfibi berfokus pada benda-benda yang jauh saat mata
beristirahat. Untuk memusatkan perhatian pada objek yang dekat, otot protector lentis harus
menggerakkan lensa ke depan (Gambar 4.13). Reseptor yang disebut batang dan kerucut ada di
retina. Karena sel kerucut dikaitkan dengan penglihatan warna pada beberapa vertebrata lainnya,
sel-sel ini membuat amfibi dapat membedakan
beberapa panjang gelombang cahaya. Sejauh mana
penglihatan warna dikembangkan tidak diketahui.
Interkoneksi neuron di retina sangat kompleks dan
memungkinkan amfibi untuk membedakan antara
mangsa serangga terbang, bayangan yang mungkin
memperingatkan pemangsa yang mendekat, dan
gerakan di belakang tubuh, seperti rumput yang
bergerak karena angin.
Pendengaran. Sistem pendengaran amfibi jelas Gambar 4.13. Anatomi telinga Amfibi
merupakan suatu adaptasi evolusioner terhadap (Miller & Harley, 2001).
kehidupan di darat. Sistem ini mentransmisikan getaran
substrat dan getaran udara pada Anura. Telinga Anura terdiri dari membran timpani, telinga tengah,
dan telinga bagian dalam. Membran timpani adalah lapisan integumen yang membentang di atas

53
cincin kartilago yang menerima getaran di udara dan mentransmisikannya ke telinga tengah, yang
merupakan ruang di bawah membran timpani. Berbatasan dengan membran timpani adalah tulang
osssicle telinga tengah yang disebut stapes (columella), yang mentransmisikan getaran membran
timpani ke telinga bagian dalam (lihat Gambar 4.13). Frekuensi udara berfrekuensi tinggi (1.000
sampai 5.000 Hz) ditransmisikan ke telinga bagian dalam melalui membran timpani. Getaran
dengan frekuensi rendah (100 sampai 1.000 Hz) ditransmisikan melalui tulang sendi depan dan
pektoral ke telinga bagian dalam melalui ossicle kedua, yang disebut operkulum. Otot yang
menempel pada operkulum dan stapes dapat mengunci salah satu atau kedua ossicle ini, yang
memungkinkan Anura untuk menyaring suara dengan frekuensi tinggi atau rendah. Mekanisme ini
adaptif karena anuran menggunakan frekuensi rendah dan frekuensi tinggi dalam situasi yang
berbeda. Panggilan kawin adalah suara dengan frekuensi yang tinggi sangat penting bagi katak
karena hanya terjadi sebagian tahun selama musim kawin. Di lain waktu, suara frekuensi rendah
mungkin memperingatkan mendekati predator.

Gambar 4.14. Perkembangan ginjal vertebrata (Hickman, 2008).

19. Sistem Ekskresi Amfibi


Ginjal amfibi (Gambar 4.14) terletak di kedua
sisi aorta dorsal di dinding dorsal rongga tubuh.
Sebuah saluran mengarah ke kloaka, dan struktur
penyimpanan, kandung kemih, adalah hasil ventral
kloaka. Produk limbah nitrogen yang di amfibi
amfibi adalah amonia atau urea. Amfibi yang hidup
di air tawar mengekskresikan amonia. Ini adalah
produk akhir dari metabolisme protein. Oleh karena
itu, tidak ada energi yang dikeluarkan untuk
mengubahnya menjadi produk lain. Efek toksik amonia Gambar 4.15. Struktur kulit amfibi
dihindari karena cepat berdifusi ke air sekitarnya. Amfibi (Miller & Harley, 2001)
yang menghabiskan lebih banyak waktu di darat
mengeluarkan urea yang dihasilkan dari amonia di hati. Meskipun urea kurang beracun
dibandingkan amonia, namun masih membutuhkan jumlah air yang relatif besar untuk
mengekskresikannya. Tidak seperti amonia, urea bisa disimpan di kandung kemih. Beberapa amfibi

54
mengeluarkan amonia saat berada di air dan urea saat di darat. Salah satu masalah terbesar yang
dihadapi amfibi adalah osmoregulasi.
Di dalam air, amfibi menghadapi masalah osmoregulatori yang sama dengan ikan air tawar.
Mereka harus membersihkan tubuh dari kelebihan air dan menghemat ion penting. Ginjal amfibi
menghasilkan sejumlah besar urin hipotonik, dan kulit dan dinding kandung kemih mengangkut Na,
Cl dan ion lainnya ke dalam darah. Di darat, amfibi harus menghemat air. Amfibi dewasa tidak
mengganti air dengan minuman yang disengaja, juga tidak memiliki karakteristik kulit kedap air
dari tetrapoda atau ginjal lain yang mampu menghasilkan urin hipertonik. Sebagai gantinya, amfibi
membatasi kehilangan air dengan perilaku yang mengurangi paparan pada kondisi pengeringan.
Banyak amfibi terestrial bersifat nokturnal. Pada siang hari, mereka mundur ke daerah dengan
kelembaban tinggi, seperti di bawah batu, atau di kayu bulat, mulsa daun, atau liang. Air yang
hilang pada perjalanan mencari makan malam hari harus diganti dengan pengambilan air di kulit
saat dalam air. Amfibi diurnal biasanya tinggal di daerah dengan kelembaban tinggi dan rehidrasi
sendiri dengan memasuki air. Banyak amfibi mengurangi kehilangan air evaporasi dengan
mengurangi jumlah permukaan tubuh yang terpapar udara. Amfibi meringkuk dan mengecilkan
tubuh, menyelipkan anggota badan mereka di dekat tubuh amfibi.
Beberapa amfibi memiliki penutup pelindung yang mengurangi kehilangan air. Daerah kulit
(Gambar 4.15) yang keras tahan terhadap kehilangan air dan dapat digunakan untuk menghalangi
jalan masuk ke lubang atau untuk menjaga kelembaban tinggi di tempat peristirahatan. Amfibia
lainnya mencegah kehilangan air dengan membentuk kepompong yang membungkus tubuh selama
masa dormansi yang lama. Cocoons terbuat dari lapisan luar kulit yang terlepas dan menjadi
semacam perkamen/ lembaran. Kepompong ini hanya terbuka pada nares atau mulut dan, dalam
situasi eksperimental, kurangi kehilangan air 20 sampai
50% dibandingkan individu noncocoon. Kulit – menjadi
penyebab hilangnya air - juga merupakan struktur
terpenting untuk rehidrasi. Bila amfibi meratakan
tubuhnya pada permukaan yang lembab, kulit, terutama
di daerah pelvis ventral, menyerap air. Permeabilitas
kulit, vaskularisasi, dan pengelupasan epidermal dapat
meningkatkan reabsorpsi air. Amfibi juga dapat
menyimpan sementara air. Air yang terkumpul di
kantung kemih dan kantung getah bening dapat diserap
secara selektif untuk menggantikan air yang menguap.
Amfibi yang tinggal di lingkungan yang sangat kering
dapat menyimpan volume air setara dengan 35% dari
berat total tubuhnya.
Gambar 4.16. Morfologi Katak
(Adam & Crawley, 2013).

55
20. Morfologi dan Anatomi Amfibi Extremitas posterior, terdiri dari:
 Femur (paha)
Tubuh amfibi terdiri atas beberapa bagian yaitu:  Crus (tungkai bawah)
Caput (kepala), berbentuk segitiga dan  Pas (tapak kaki)
terdapat alat-alat sebagai berikut:  Web (selaput renang)
Rima oris (celah mulut)  Digiti (jari), 5 buah
Cavum oris (rongga mulut), di dalamnya
ditemukan: Kulit, tidak melekat pada jaringan sebelah
 Maxilla (rahang atas), mempunyai gigi- dalam tetapi terpisah oleh ruang-ruang yang
gigi (dentis) yang berguna untuk berisi cairan lymph, yang menjaga
memegang mangsa, tidak untuk kelembaban kulit, ruangan ini disebut saccus
menghaluskan makanan. lymphaticus subcuteanus, yang terdiri dari:
 Mandibulla (rahang bawah), tidak  Saccus submandibularis
mempunyai dentis.  Saccus pectoralis
 Palatum (langit-langit)  Saccus branchialis
 Os vormer yang berbentuk huruf v,  Saccus abdominalis
mempunyai dentis  Saccus lateralis
 Nares posterior sive choane, merupakan  Saccus femoralis
dua lubang di kiri kanan os vormer  Saccus cruralis
yang menghubungkan cavum nasal  Saccus dorsalis
(rongga hidung) dan cavum oris.
 Lingua (lidah), berpangkal di cranial Rangka (skeleton), Pada yang dewasa skeleton
mandibula bersifat bifida (bercabang), berupa tulang keras, sedangkan pada tingkat
ujung caudalnya bebas dan dapat larva, skeleton dari cartilage (tulang rawan).
dikeluarkan untuk menangkap mangsa. Pada hewan ini hanya ditemukan
 Ostium tuba auditive, lubang dekat endoskleleton (rangka dalam), yang
dengan rongga telinga. dibedakan atas:
 Saccus vocalis (kantung suara), terdapat  Skeleton truci, yang terdiri dari:
pada kiri kanan lingua, hanya dijumpai cranium, sternum, columna vertebralis
pada yang jantan dan cartilage hyoidea.
Nares anterior (lubang hidung sebelah luar)  Skeleton membrane anterior dan
terdapat di sebelah dorsal rima oris. posterior, terdiri dari: singulu pectoral
Organon visus (organ penglihatan) terdiri dari: dan singulum pelvinum.
 Palpebra superior (kelopak mata atas) Cranium (tulang otak), melindungi
 Palpebra interior (kelopak mata bawah) encephalon (otak)
 Membrane nictitans, merupakan selaput Columna vertebralis (tulang punggung),
tansparan yang menjaga mata dari memanjang dari cranial sampai cauda,
kekeringan dan gesekan dalam air terdiri atas 9 vertebrae dan 1 urostilus
 Bulbus oculi (bola mata) (vertebrae terakhir yang meruncing di
Cervic (leher) caudal), ruas-ruas tulang punggung
Truncus (badan), terdapat arah caudal caput, (vertebrae), terdiri dari:
yang betina relative besar.  Sentrum (pusat) procesus
Extremitas (anggota badan), ada dua pasang: tranversusarcus neuralis, terdiri dari
Extremitas anterior, terdiri dari: pedicula dan lamina
 Branchium (lengan atas)  Zygapophyse, suatu tonjolan yang
 Ante branchium (lengan bawah) merupakan pertemuan antara pedicula
 Manus (telapak tangan) dan lamina.
 Digiti (jari), 4 buah Sternum (tulang dada), tediri dari:

55
 Episternum, sebelah cranila, dibangun  Uterus
oleh cartilage  Cloaca
 Omternnum, sebelah caudal
 Mesosternum
 Xyphisternum
Operculum pectoral, terdiri dari:
 Precoracoid, melekat pada sternum
arah cranial
 Coracoid, melekat pada sternum arah
cranial. Antar precoracoid dan coracoid
terdapat lubang
 Epicoracoid, yang mengubungkan
mesosternum dan homosternum
 Scapula supra scapula. Batas scapula
dengan coracoid terdapat cekungan
yang disebut dengan cavitas
glenoidalis.

Sistem pencernaan (digestivus), dibedakan


atas tractus digestivus dan glandula
digestoria.
Tractus digestivus, terdiri dari:
 Cavum oris, lingua bifida, pharynx,
oesophagus, ventriculus, intestinum,
cloaca.
 Glandula digestoria, terdiri dari:
 Hepar, fisica felea dan pancreas.
Sistem respirasi (respiratoty sistem), terdiri
dari: rima glots, larynx, truncus, pulmo.
Sistem urogenitalia (sistem reproduksi),
dibedakan atas sistem urogenitalia jantan,
yang terdiri dari:
 Corpus adiphosum
 Testis
 Fassa differentia
 Ductus wolfiivesicula seminalis
 Cloaca
 Mesorchium
Organ uropitica jantan, terdiri dari:
 Ductus wolfii
 Ren (ginjal)
 Adrenalis
 Vesica urinaria
Organ urogenitalia betina, terdiri dari:
 Corpus adiposum
 Ovarium
Gambar 4.17. Anatomi katak (Adam &
 Oviduct
Crawley, 2013).

56
Organ uropoitica betina, terdiri dari:  Medulla oblongata
 Ren  Infudibullum
 Ductus mesonephiridicus  Hipophisis
 Vesica urinaria
 Cloaca 21. Soal Latihan
Enchephalon (otak) terdiri dari: 1) Sebutkan karakteristik utama kelas amfibi.
 Nervus alvactorius 2) Jelaskan perbedaan ordo-ordo pada kelas
 Lobus alvactorius amfibi.
 Hemispaerium cerebrie 3) Bagaimanakah proses metamorfosis katak?
 Epyhisis 4) Bagaimanakah katak mengatur kehilangan
 Lobus abticus dan kebutuhan air bagi tubuhnya?
 Cereblum 5) Apakah katak dan kodok sama? Jelaskan
alasan jawaban Anda.
 Fossaromboidea

57
PRAKTIKUM 4
Amphibi – KATAK DAN KODOK

Amfibi merupakan hewan yang hidup pada dua lingkungan. Pada tingkat berudu
hidup di air dan bernapas dengan insang dan setelah dewasa hidup di darat dan bernapas
dengan paru-paru (pulmo). Secara struktur hewan ini merupakan peralihan dari ikan air
tawar sejati dengan reptil darat sejati. Meskipun beradaptasi dengan daratan, tetapi
beberapa tidak dapat sepenuhnya menjauhi kondisi lembab (basah). Beberapa spesies
mengembangkan strategi untuk memelihara telur-telurnya di darat sehingga kemungkinan
larvanya terekspose dan dimangsa oleh predator. Hewan Amphibia dikelompokan ke
dalam 3 ordo: salamandar berekor, (ordo Caudata) hampir semua amphibia air; Ordo
Anura (tidak berekor).

Tujuan: untuk mempelajari dan memahami anatomi dan morfologi dari katak.
Alat dan Bahan:
- Kodok (Bufo sp.) dan Katak (Rana sp.) - Alcohol/clorofom
- Papan bedah - Dissecting set
- Jarum pentul - Pipet

Cara kerja:
1. Letakkan katak/kodok pada papan bedah, kemudian bedahlah milai dari bagian anus
katak kearah kepala melewati perut dengan menggunakan gunting bedah atau pisau
bedah.

2. Mulailah dengan mengangkat kulit yang telah terbuka, hati-hati jangan sampai saluran
pencernaan dan organ dalam lainnya ikut terpotong. potong tulang dada dan rusuknya
agar dapat mengamati organ paru-paru beserta jantung yang masih berdetak.

3. Kemudian bukalah bagian yang telah dibedah untuk diamati dan gunakan jarum
pentul sebagai alat bantu.
4. Lakukan pengamatan anatomi meliputi: sistem pencernaan, respirasi, peredaran darah,
ekskresi, reproduksi, indera, sistem gerak dan rangka.
5. Tiup trakea katak menggunakan pipet untuk melihat dengan jelas organ paru-paru.
6. Foto pengamatan Anda.
7. Diskusikan dengan kelompok Anda mengenai hasil pengamatan.
8. Buatlah laporan praktikum sesuai format.

58
V. REPTIL
Kelas Reptilia (repto = melata) merupakan
hewan vertebrata darat sejati. Terdiri atas 7000
spesies yang menempati berbagai macam habitat
air dan daratan, merupakan hewan yang sukses
berevolusi. Reptilia hidup pad zaman Jurasic
dan Creta pada era Mesozoic, dengan ukuran
tubuh yang sangat besar yang menunjukkan dominansinya di daratan pada msaa itu. Dari
sekian banyak jenis reptil yang berevolusi, saat ini hanya tesisa 4 ordo. Yang paling sukses
bertahan adalah bangsa kadal dan ular ordo Squamata. Kelompok yang kedua adalah Buaya
(ordo Crocodilia) yang bertahan hampir 200 juta tahun. Kelompok ketiga adalah bangsa
Kura-kura, yang hampir tidak berbeda dari nenek moyangnya. Ordo keempat
Rhyncocephalia yang berada di New Zealand. Hewan-hewan pada kelas Reptil dimasukkan
ke dalam 4 ordo utama yaitu ordo Testudinae, Squamata, Crocodilia, dan Rhynchocephalia.

1. Penyesuaian radiasi dan asal Reptilia


Para ahli biologi sependapat bahwa reptilia berasal dari amphibia labirynthodont
sebelum masa Permia, 280 juta tahun yang lalu. Yang paling tua ”reptilia cabang”
captorhinomorphs berukuran kecil seperti kadal makanannya serangga kecil yang
mengalami radiasi dalam waktu yang bersamaan, dan dalam jumlah yang banyak. Pada
awal evolusinya, captorhinomorphs agak cepat berkembang dan mengalami perubahan
menjadi beberapa garis keturunan yang terspesialisasi dan mengalami sejarah evolusi yang
panjang dan spektakuler hingga seperti bentuk sekarang. Keturunannya termasuk
diantaranya: dinosaurus, reptilia laut, reptilia terbang (ptesaurus), dan reptilia yang seperti
mamalia (therapsid) yang merupakan cikal-bakal nenek moyang mamalia. Semuanya
merupakan kelompok yang sangat sukses berevolusi.
Penyesuaian radiasi pada reptilia, khsususnya pada periode triasik berhubungan dengn
munculnya habitat ekologi yang baru. Hal ini terjadi karena adanya perubahan geologis dan
iklim yan terjadi apda waktu itu, seperti perubahan iklim panas menjadi dingin.
Transformasi gunungdan daratan begitu juga dengan tanamannya. Era Mesozoic
merupakan zaman keemasan reptilia. Dan kemudian tiba-tiba mereka menghilang
mendekati zaman Creta kira-kira 65 juta tahun yang lalu. Apa yang menyebabkan mereka
lenyap? Menurut L.W. Alvarez hal ini disebabkan karena planet bumi bertabrakan dengan
bintang yang berdiameter besar. Dampak dari tabrakan ini adalah terbentuknya lapisan
debu pada lapisan stratosfir yang sangat besar yang menutupi dan mengelilingi dunia
selama beberapa bulan, bumi menjadi gelap. Ketidakadaan sinar matahari menghentikan
proses fotosyntesis, mengganggu basis rantai makanan. Algae dan tanaman pun mati

59
sehingga menyebabkan hewan hebivora dan carnivora juga hilang kecuali hewan yang
memakan insek atau tanaman yang membusuk. Hipotesis ini didukung oleh catatan fosil,
yang mengungkapkan bahwa banyak kelompok organisme laut yang tergantung atau yang
tidak tergantung pada fotosintesis., dan juga semua hewan yang berukuran lebih besar dari
25 kg, punah pada waktu ini. Tetapi hipotesis Alvarez ini meskipun didukung dengan fakta
ini , masih kontroversial dan maih dipertanakan oleh para ahli.
Perubahan lain mungkin jiuga terjadi padasaat itu, Reptilia ini mungkin tidak dapat
menyesuaikan diri dengan baik dan bertahan dari pengaruh gabungan perubahan iklim,
penyebaran tanaman modern yang cepat, dan sifat mamalia yang agresif dan lebih pintar.
Kompetisi dengan mammalia paling bepengaruh, namun reptlia masih bisa bertahan. Kuru-
kura mempunyai cangkang pelindung,ular dan kadal berevolusi dalam habitat hutan yang
rapat dimana mereka bertemu dan berkompetisi dengan hewan tetrapoda. Buaya karena
ukurannya, agresif, dan kuat, pindah ke habitat air dinama hanya sedikit musuhnya.

Gambar 5.1. Struktur internal buaya jantan (Hickma, 2008).

2. Karakteristik
Karakteristik utama pada kelas Reptilia adalah sebagai berikut:
1) Bentuk tubuhnya bervariasi, ada yang padat, ada yang memanjang, tubuhnya ditutupi
oleh exoskleton yang merupakan sisik epidermis menanduk dengan tambahan lempeng
kulit bertulang, integumen hanya mempunyai sedikit kelenjar.
2) 2 pasang anggota tubuh dengan 5 jari yang beradaptasi untuk memanjat, berlari, atau
merayap, pada ular dan kadal tidak ada.
3) Rangka tulang keras pada : tulang rusuk yang membentuk rangka dada, tengkorak
kepala dengan satu condly occipital (rongga mata).
4) Pernafasan dengan paru-paru, tidak ada insang, cloca digunakan sebagai pernafasan
kedua pada beberapa hewan.

60
5) jantung mempunyai 3 ruang: buaya 4 ruang, biasanya ada satu pasang lengkung aorta
(arcus aorta).
6) Ginjal sepasang tipe metanephros : asam urat sebagai zat buangan dari nitrogen.
7) Ectothermic, beberapa ular dan kadal thermoregulate (suhu tubuh menyesuaikan
dengan suhu lingkungan).
8) Sistim saraf dengan lobus optilkus, pada bagian doesal otak: ada 12 pasang saraf otak
9) Kelamin jantan dan betina terpisah: fertilisasi internal
10) Telur bungkus oleh cangkang yang seperti kulit mengandung calcium; ada membran
ekstraembrionik (amnion, chorion, Yolk sack, dan alantois) ada selama kehidupan
embrio.

3. Reptilia lebih berkembang dibandingkan dengan Amphibia


Reptilia mempunyai kulit yang keras, kering dan
bersisik, yang mencegahnya dari kekeringan dan
benturan. Kulit terdiri atas epidermis tipis yang
mengelupas secara periodik, dan dermis yang lebih
berkembang dan tebal. Dermis mengandung
chromatophora (sel berpigmen warna yang
membentuk warna kadal dan kulit ular berwarna-
warni). Karena corak warna dari kulit inilah yang
Gambar 5.2. Kulit reptil
menyebabkan dompet, sepatu maupun baang-barang (Hickman, 2008).
yang terbuat dari kulit ular dan buaya sangat mahal.
Sisik berasal dari lapisan epidermis, berbeda dengan sisik ikan yang merupakan dermisnya
dan tersusun atas tulang yang keras. Pada beberapa jenis buaya pergantian kulit sangat
lambat (sisik tidak mengelupas sepanjang hidupnya), tetapi pada jenis ular dan kadal sisik
mengelupas secara berkala.
Cangkang telur Reptilia (Gambar 5.3) mengandung makanan dan membran pelindung
untuk menunjang pertumbuhan embrio di tempat kering. Reptilia meletakkan telurnya di
tanah. Anak yang menetas sudah mempunyai
paru-paru dan bukan larva yang hidup di air
seperti pada katak. Munculnya cangkang pada
telur amniotik ini memperlebar garis evolusi
antara reptil dengan amphibia dan mungkin lebih
dari jenia adaptasi lainnya yang menyumbang
pada kepunahannya amphibia dan nenekmoyang
reptilia. Gambar 5.3. Telur amniotik reptil
(Hickman, 2008).
Rahang reptilia dirancang secara efisien untuk
mengunyah atau mencabik mangsnya. Rahang ikan dan amphibia dirancang untukmenutup
dengan cepat. Pada reptilia, rahang nya lebar dan besar, panjang, dan rancangannya lebih

61
menguntungkan secara mekanik. Reptilia mempunyai beberapa bentuk organ kopulasi,
sehingga fertilisasinya internal. Fertilisasi nternal sangat diperlukan untuk telur yang
bercangkang, karena sperma harus mencapai telur sebelum telur ditutupim cangkang.
Sperma dari sepasang testis dibawa oleh vas deferens ke organ kopulasi yang merupakan
evaginasi dari dinding kloaka. Sistem reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium dan
oviduk. Dinding ovduk mengandung kelenjar yang mensekresi albumin (persediaan air)
dan cangkang untuk telur besar.
Reptilia mempunyai sistem sirkulasi yang lebih efisien dan tekanan darah yang lebih
tinggi dibandingkan dengan amphibia. Pada semua reptilia, atrium kanan, yang menerima
darah yang tidak mengandung O2 dari seluruh tubuh, telah terpisah secara sempurna dari
atrium kiri yang menerima darah mengandung O2 dari paru-paru, demikain juga pada
buaya. Pada reptil yang lain ruang tersebut tidak terpisah dengan sempurna. Oleh karena itu
Crodilia merupakan vertebrata pertama yang memunai jantung dengan 4 ruang. Bahkan
pada reptili dengan ventrikel yang tidak terpisah dengan sempurna , pola aliran darah dalam
hantung mencegah tercampurnya darah sistemik (O2 rendah) dan darah dari paru-paru (O2
tinggi); Dengan demikian semua reptilia mempunyai dua peredaran darah terpisah yang
fungsional.
Paru-paru reptilia lebih berkembang dibandingkan dengan paru-paru amphibia.
Reptilia sangan tergantung pada paru-paru untuk pertukaran gasnya, untuk ini ditunjang
oleh pharyngeal respiration ( pernafasan pharynx) pada beberapa jenis kura-kura air. Paru-
paru mempunyai permukaan respirai yang lebar pada reptilia dibandingkan amphibia, dan
pernadsan dilakukan dengan tekanan negatif, yaitu udara dihisap ke paru-paru seperti pada
vertebrata tingkat tinggi lainnya, dibandingkan dengan pada amphibia yang menggunakan
otot-otot mulutnya untuk “memaksa” udara masuk. Pernafsan kulit yang sangat penting pad
amphibia, sudah tidak ada lagi pad Reptilia.
Ginjal reptilia bertipe metanepros yang mempunyai ureter. Ginjal sangat efektif dalam
menghasilkan sedikit urin, menjaga ketersediaan air. Faeces berupa nitrogen yang dibuang
dalam bentuk asam urat bukan ammoniak atau urea. Asam urat mempunyai kelarutan yang
rendah dan langsung mengendap terpisah dari larutan. Akibatnya urin kebanyakan reptilia
berbentuk semisolid.
Semua reptilia, kecuali anggota yang tidak mempunyai kaki, mempunyai penunjang
tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan Amphibia dan kakinya dirancang lebih efisien
untuk berjalan di darat. Banyak dinosaurus yang berjalan dengan kaki-kakinya. Sistem
saraf reptilia relatif lebih berkebang dibandingkan dengan amphibia. Meskipun otak reptilia
relatif kecil, tetapi cerebrum (otak besarnya) lebih besar dibandingkan bagian otak lainnya.
Buaya merupakan vertebrata yang mempunyai korteks cerbrral (neopallium), sistem saraf
pusat sudah lebih berkembang.

62
4. Ordo Testudinae
Ordo Testudinae (Chelonia=bangsa Kura-kura).
Anggota perintah Testudin (tes-tu-din-ez) (L. testudo,
kura-kura). Sekitar 225 jenis kura-kura memiliki ciri
utama yaitu bercangkang keras, anggota badan
terhubung secara internal ke tulang rusuk, dan paruh
yang keratinisasi. Bagian dorsal dari cangkang adalah
karapaks, yang terbentuk dari perpaduan tulang
belakang, tulang rusuk yang diperluas, dan tulang-
tulang pada dermis kulit. Keratin menutupi karapaks.
Bagian ventral dari cangkang adalah plastron. Ini
terbentuk dari tulang dada dan tulang dermal, dan
keratin juga menutupinya (Gambar 5.4). Pada
beberapa kura-kura, seperti kura-kura kotak Amerika
Utara (Terrapene), kulitnya memiliki area fleksibel,
atau engsel, yang memungkinkan tepi anterior dan
posterior plastron dinaikkan. Engsel memungkinkan
cangkang dapat dibuka dan ditutup saat kura-kura
tersebut menarik diri ke dalam cangkangnya. Kura-
kura memiliki delapan vertebra serviks yang
membentuk huruf S, yang memungkinkan kepala
ditarik ke dalam cangkangnya.
Kura-kura merupakan kelompok hewan purba
yang telah ada sejak Zaman Triasik dan tidak banyak
mengalami perubahan morfologi dasarnya sampai
sekarang. Tubuhnya di selubungi oleh cangkang
karapaks dan plastron kaku (Gambar 5.5) yang tidak Gambar 5.4. Rangka kura-kura
(Miller & Harley, 2001)
seperti yang terlihat dalam cangkang pelindungnya,
hewan ini beragam jenisnya dan merupakan kelompok
ang sukses berakomodasi terhadap keberadaan manusia. Cangkang merupakan bagian dari
hewan yang menyatu dengan vertebrae dan tualng rusuk. Seperti jaket tentara, cangkang
melindungi kepala yang dapat ditarik masuk ke dalam cangkang (pada kura-kura). Tetapi
dikarenakan tulang rusuk menyatu dengan cangkang, kura-kura tidak bisa memperluas
dadanya untuk bernafas, tetapi harus memaksa udara masuk dan keluar dari paru-paru
melalui kontraksi otot-otot tepi dan bahu. Sistem peredaran darah pada kua-kura merupakan
sistem peredaran darah tertutup dan ganda. Kura-kura hidup di darat namun bisa juga
berada di dalam air dalam waktu yang relatif lama, padahal organ pernafasannya adalah
paru-paru sehingga hanya bisa memasukkan O2 bebas.

63
Gambar 5.5. Cangkang kura-kura (Hickman, 2008).

Karena tidak mempunyai gigi, rahang kura-kura sangat kuat tersusun atas lempengan
yang menanduk untuk memggigit makanan. Kura-kura tidak merespon terhadap suara, dan
kura-kura sangat ”pendiam”. Sebagai kompensasi pada kekurangan pendengarannya, kura-
kura mempunyai indera penciuman dan penglihatan yang tajam. Kura-kura adalah hewan
ovipar dan fertlisasinya internal, penis merupakan dinding ventral cloaka.
Kura-kura memiliki rentang umur yang panjang. Sebagian besar mencapai kematangan
seksual setelah tujuh atau delapan tahun, dan hidup 14 tahun atau lebih. Kura-kura besar
Kepulauan Galápagos dapat hidup lebih dari 100 tahun. Kura-kura betina menggunakan
kaki belakang mereka untuk menggali sarang di tanah. Di sana mereka terbaring dan
ditutup dengan tanah cengkeraman 5 sampai 100 butir telur. Perkembangan memerlukan
waktu empat minggu sampai satu tahun, dan orang tua tidak menunggu telur selama itu.
Kura-kura muda tidak bergantung pada induk saat menetas. Dalam beberapa tahun terakhir,
program konservasi penyu banyak dilakukan. Tingkat pertumbuhan yang lambat dan masa
muda yang panjang membuat kura-kura rentan terhadap kepunahan saat menghadapi
tingkat kematian yang tinggi. Perburuan penyu dan predasi pada kura-kura muda dan
sarangnya oleh anjing dan hewan lainnya telah sangat mengancam beberapa spesies,
khususnya kura-kura laut yang bersarang di pantai tertentu dari tahun ke tahun. Konservasi
kura-kura laut dipersulit karena memiliki jarak ribuan kilometer persegi samudera,
sehingga kawasan pelindung harus mencakup perairan di bawah yurisdiksi berbagai negara.

5. Ordo Squamata
Ordo Squamata (squama=sisik). Kulit dengan lapisan terluar dari sisik atau lempengan
epidermal yang mengelupas secara periodik; gigi menempel pada rahang, quadrat bebas
bergeak vertebrae biasanya cembung; anus merupakan celah transversal. Squamata dibagi
menjadi dua subordo utama yaitu subordo Sauria dan Serpentes.
Suborder Sauria-The Lizards terdapat sekitar 3.300 spesies kadal (Gr. Sauro, kadal).
Berbeda dengan ular, kadal biasanya memiliki dua pasang kaki, dan rahang atas dan bawah
mereka bersatu di anterior. Kadal bervariasi panjangnya, ada yang hanya beberapa
sentimeter sampai 3 m. Banyak kadal hidup di permukaan substrat, di bawah batu atau
kayu, ada juga yang menghuni pohon. Sebagian besar kadalnya ovipar; ada yang
ovovivipar atau vivipar. Hewan ini biasanya menyimpan telur di bawah batu atau lubang

64
tanah. Cicak/tokek (Gecko), yang biasa ditemukan di dinding tempat tinggal manusia di
daerah semitropis, pendek dan gemuk. Cicak nokturnal, dan tidak seperti kebanyakan
kadal, mampu mengatur vokalisasi. Mata cicak besar, dengan pupil yang berkontraksi
hingga celah sempit di siang hari dan melebar luas di malam hari, disesuaikan dengan
penglihatan malam hari. Permukaan adhesiv pada jari cicak membuatnya dapat menempel
pada pepohonan dan dinding.

Gambar 5.4. Kadal beracun gilamonster (Heloderma suspectum) dan (Amphisbaenia alba).

Iguana memiliki tubuh yang kuat, leher pendek, dan kepala yang berbeda. Kelompok
ini mencakup iguana laut Kepulauan Galápagos dan naga terbang (Draco) Asia Tenggara.
Yang terakhir memiliki lipatan lateral kulit yang didukung oleh tulang rusuk. Seperti tulang
rusuk payung, tulang rusuk Draco bisa melebar untuk membentuk permukaan meluncur.
Ketika kadal ini meluncurkan dirinya dari pohon, ia bisa meluncur 30 m atau lebih!
Kelompok iguana lain, bunglon, hidup terutama di Afrika dan India. Bunglon disesuaikan
dengan gaya hidup arboreal dan menggunakan lidah yang panjang dan lengket untuk
menangkap serangga. Anolis, atau "bunglon pet shop", juga merupakan iguana, tapi bukan
bunglon sejati. Bunglon dan Anolis dikenal karena kemampuannya untuk berubah warna
dalam menanggapi pencahayaan, suhu, atau keadaan perilaku mereka. Satu-satunya kadal
berbisa adalah monster gila (Heloderma suspectum) dan kadal manik-manik Meksiko
(Heloderma horridum). Kadal bertubuh berat ini berasal dari barat daya Amerika Utara.
Racun dilepaskan ke permukaan gigi dan dimasukkan ke dalam mangsa saat kadal
mengunyah. Namun gigitan kadal tidak berbahaya bagi manusia.
Bangsa kadal sangat bervariasi, ada yang hidup ditanah, mengubur diri, di air, di
pohon, dan di udara. Cecak adalah bangsa kadal yang paling dikenal, tubuhnya kecil,
lincah, nocturnal, pada telapak kaki mempunyai bantalan sehingga tidak jatuh pada waktu
merayap dengan posisi transversal pada permukaan. Selain itu tokek, kadal, iguana, juga
termasuk bangs ini. Tidak seperti ular, kura-kura, dan buaya, yang mempunyai perbedaan
bentuk tubuh dan cara hidup, bangsa kadal telah mengalami adaptasi radiasi secara
ekstensif ke dalam bebagai habitat dan menunjukkan berbagai bentuk tubuh. Tubuhnya ada
yang tidak mempunyai kaki seperti ular.

65
Namun demikian, kadal dapat dibedakan dari ular dalam beberapa hal, salah satu
perbedaannya adalah rahang bawahnya. Bahkan pada kadal yang tidak berkaki, rahangnya
tidak bisa membuka lebar, sehingga tidak mungkin untuk menelan mangsa yang lebih lebar
dari lebar mulutnya. Kadal mempunyai kelopak mata yang dapat digerakan, sedangkan
pada ular matanya ditutupi oleh tutup mata transparant. Kadal mempunyaipenglihatan yang
baik pada siang hari, namun pada tokek mempunyai sel batang retina untuk melihat pada
malam hari.
Kadal mempunyai telinga eksternal sedangkan ular tidak. Tapi seperti pada reptil yang lain,
pendengaran tidak penting bagi kadal, kecuali pada tokek, karena pada tokek jantan suara
yang keras diperlukan sebagai penanda dominansi pada suatu tempat, dan juga untuk
mendengar suara dari individu lain. Banyak kadal hidup di daerah panas dan kering, dan
sudah beradaptasi untuk kehidupan di gurun. Adaptasi morfologi/fisiologi pada kadal gurun
yaitu:
1) kulitnya tidak mempunyai kelenjar sehingga mengurangi kehilangan air.
2) ginjal menghasilkan urin agak padat ( asam urat kristal) hal ini merupakan usaha yang
sangat efisien untuk mencegah kehilangan air). Pada hewan lain ada yang menyimpan
lemak dalam ekornya yang akan diambil pada waktu musim kering untuk persediaan
energi dan metabolisme air.
3) Memelihara suhu tubuhnya dengan pengaturan suhu (thermoregulation)

Subordo Serpentes-Ular. Sekitar 2.300 spesies berada di subkulit Serpentes (L.


serpere, untuk merangkak). Meskipun sebagian besar ular tidak berbahaya bagi manusia,
sekitar 300 spesies berbisa. Di seluruh dunia, 30.000 sampai 40.000 orang meninggal
karena gigitan ular setiap tahunnya. Sebagian besar kematian ini terjadi di Asia Tenggara.
Di Amerika Serikat, kurang dari 100 orang meninggal setiap tahun karena gigitan ular. Ular
memanjang dan tidak memiliki anggota badan, meski dari panggul dan pelengkap
kadangkala kadang ada. Kerangka itu mungkin berisi lebih dari dua ratus vertebra dan
pasang tulang rusuk. Sendi di antara vertebra membuat tubuh sangat fleksibel. Ular
memiliki adaptasi tengkorak yang memudahkan menelan mangsa besar. Adaptasi ini
termasuk rahang atas (Gambar 5.5) yang dapat bergerak pada tengkorak, dan rahang atas
dan bawah yang dilepaskan secara longgar sehingga masing-masing setengah rahang dapat
bergerak secara independen. Perbedaan lain antara kadal dan ular mencakup mekanisme
untuk memusatkan mata dan morfologi retina. Pemanjangan dan penyempitan tubuh telah
mengakibatkan reduksi atau hilangnya paru-paru kiri dan perpindahan kantong empedu,
ginjal kanan, dan seringkali, gonad. Sebagian besar ular itu berbentuk ovipar, meski
beberapa ada yang melahirkan.
Ular tidak mempunyai kaki, (tidak mempunyai tulang anggota dada maupun kaki).
Banyaknya vertebrae pada ular memudahkan gerakan undulatory pada ular sehingga ular
dengan mudah bergerak di tanah dan rumput. Tulang rusuk meningkatkan kekuatan

66
columna vertebral sehingga dapat menahan tekanan dari lateral. Spina neuralis yang miring
memungkinkan otot-ototnya lebih kuat. Selain mempunyai tengkorak yang memungkinkan
hewan ini menelan mangsa yang lebih besar dari ukuran badannya, ular juga bebeda dari
kadal dalam hal tidak mempunyai kelopak mata yang bis digerakkan (mata ular secara
permanen ditutupi oleh kelopak mata atas dan bawah transparant yang menyatu) dan tidak
mempunyai telinga luar. Ular tidak dapat mendengar sama sekali, namun demikian hewan
ini sangat sensitif pada frekuensi getaran yang rendah yang berkonduksi melalui tanah.
Ular mempunyai seperangkat indera yang digunakan untuk memburu mangsana. Selain
tuli, penglihatan ular juga tidak bagus, kecuali pada ular pohon. Beberapa ular pohon
mempunyai mata binokuler yang digunakan untuk mencari jejak mangsanya melalui
cabang pohon bila dia tidak bisa mencium bau mangsanya. Tetapi kebanyakan ular hidup
di tanah dan mengandalkan indera penciumannya untuk mencari mangsanya. Lobus
olfaktorius pad hidungnya tidak berkembang dengan baik, namun ular mempunyai organ
jacobson, sepasang organ seperti celah pada langit-langit mulut. Organ ini berbatasan
dengan epitelium olfaktory dan banyak mengandung serabut saraf.

Gambar 5.5. Rahang ular dan pit organ pada ular (Miller & Harley, 2001; Hickman, 2008).

Lidah bifida, di lemparkan ke udara menangkap partikel-partikel sumber bau, dan


membawanya ke mulutnya. Kemudian lidahnya dimasukkan ke mulut menyentuh organ
jacobson, informasi ini kemudia ditransmisikan ke otak untuk diproses. Ular pada subfamili
Crtalinae pada famili Viperidae disebut Vit piper karena mempunyai pit organ (Gambar
5.5) yang sangat sensitif terhadap panas yang terletak pada kepalanya, diantara nostril
dengan mata. Ular ini sangat beracun. Organ ini mengandung banyak sekali ujung serabut
saraf ke-5 saraf otak. Organ ini sangat peka terhadap energi radiasi (gelombang panjang-
infra merah) dan dapat membedakan temperatur sampai 0,003 derajat C dari permukaan
yang diradiasi. Ogan ini digunakan untuk melacak mangsa berdarah panas dan untuk
menyerangnya sama efektifnya pada keadaan malam mapun siang.
Semua Viperadae mempunyai sepasang gigi yang bermodifikasi menjadi taring, pada
maxiliarynya. Taring ini melipat pada lapisan membran bila mulutnya menutup. Bila
menyerang dan mulutnya membuka, taring akan dikeluarkan. Taring akan menancap pada

67
mangsa dan bisa akan dialirkan melalui taring tersebut. Daerah subtropis dan tropis
merupakan rumah bagi bangsa ular yang tidak berbisa maupun yang berbisa. Ular yang
tidak berbisa membunuh dengan melilit tubuh mangsanya, atau dengan menelannya, dan
menggigitnya. Makanannya terbatas pada jenis tikus, sementara yang lain ada yang makan
reptil, ikan, katak, dan serangga, ada juga yang hanya memakan telur.
Ular berbisa bisanya terbagi menjadi 4 kelompok berdasarkan tipe taringnya.
Viperadae mempunyai tipe taring yang seperti tube pada bagian depan mulutnya.
Kelompok kedua mempunyai tipe taring yang pendek ,menempel selamanya sehingga bisa
akan dikeluarkan pada waktu mengunyah mangsanya .Contoh ular Cobra, ular koral. Ular
laut yang paling berbisa adalah Hydropiidae. Ada 2 tipe bisa ular, tipe neurotoxic terutama
bekerja pada sistem saraf mempengaruhi saraf mata ( menyebabkan kebutaan) atau pada
saraf phrenic pada diafragma (menyebabkan kelumpuhan pernafasan / sesak dada). Tipe
hemolytic, memecah sel darah merah dan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan
pada jaringan. Banyak bisa yang mempunyai efek keduanya. Tiongkat toxisitas bisa/ racun
ditentukan dengan melihat dosis lethal LD50.
Kebanyakan ular merupakan hewan ovipar yang meletakan telurnya dibawah kayu
busuk, dalam lubang, atau dibawah batuan. Namun ada juga yang ovovivipar ( bertelur dan
melahirkan) seperti pit viper, king kobra dll. Dan vivipar (melahirkan = ada placenta). Ular
dapat menyinpan spermanya dan menyimpan telur yang fertil dalam waktu yang lama
setelah kopulasi.
Kadal dan ular merupakan produk evolusi terakhir dari bangsa reptil dan merupakan
hewan yang paling sukses, terdiri atas 95% dari ordo reptilia yang hidup di muka
bumi.Kadal modern memulai mengadaptasi terhadap radiasi selama zaman Creta pada
zaman itu dinosaurus mendominasi daratan. Kesuksesan kadal tersebut mungkin
disebabkan oleh rahangnya yang kuat dan lentur (mobile), sehingga dapat menangkap
mangsa yang besar dan kuat. Ular muncul
selam zaman Creta mungkin berasal dari kadal
yang biasa mengubur diri, meskipun pendapat
ini tidak didukung oleh fosil yang banyak.
Pada ular ada 2 cara adaptasi khusus yaitu:
panjang tubuh yang ekstrim, yang kedua
adalah rahangnya yang mudah digerakkan
sehingga bisa menangkap dan menelan
mangsa yang lebih lebar dari mulutnya.

Gambar 5.6. Alligator (Hickman, 2008).


6. Ordo Crocodilia
Ordo Crocodilia (bangsa buaya), (Gr. Krokodeilos, kadal). Ordo ini memiliki 21
spesies. Sama dengan dinosaurus, buaya berasal dari archosaurs dan dibedakan dari reptil
lain dengan karakteristik tengkorak tertentu: bagian terbuka dari tengkorak di depan mata,

68
segitiga daripada orbit mata melingkar, dan gigi yang tersusun secara lateral. Hewan yang
masih hidup termasuk buaya alligator, buaya gavials, dan caimans. Crocodilia tidak
banyak berubah selama sejarah 170 juta tahun mereka. Moncongnya memanjang dan sering
digunakan untuk menangkap makanan. Lubang hidung ada di ujung moncong, sehingga
binatang bisa bernafas saat tubuh terendam air. Udara mengarah ke kepala memasuki mulut
dan tenggorokan, dan lipatan jaringan di dekat bagian belakang lidah menutup saluran
sehingga kedap air yang memungkinkan bernapas tanpa menghirup air di mulut. Langit-
langit sekunder memisahkan saluran antara hidung dan mulut. Ekor berotot, memanjang,
dan lateral yang digunakan untuk manuver berenang, manuver ofensif dan defensif, dan
menyerang mangsa. Gigi digunakan hanya untuk menangkap mangsa. Makanan ditelan
utuh, tapi jika makanan terlalu besar, buaya mencabiknya dengan memegang dahan dan
memutar tubuh mereka dengan liar sampai mangsanya dipotong-potong. Perutnya seperti
gizzardlike, dan buaya menelan batu dan benda lainnya sebagai abrasif untuk
menghancurkan makanan yang tertelan. Crocodilia termasuk hewan ovipar dan
menunjukkan perilaku perawatan anak yang sama seperti burung.

7. Ordo Rhynchocephalia
Ordo Rhynchocephalia, (Rhyncho=moncong, cephalia=kepala). Vertebra bikonkaf,
quadrate imobile; mata berkembang dengan baik terletak di kedua sisi dan mudah terlihat;
anus berbentuk celah transversal. Satu spesies yang masih hidup dari ordo Rhynchocephalia
adalah tuatara (Sphenodon punctatus). Reptil ini mirip kadal yang hampir tidak berubah
dari kerabat yang telah punah yang hadir pada awal era Mesozoikum, hampir 200 juta
tahun yang lalu. Susunan dan struktur gigi membedakan tuatara dari reptil lainnya. Dua
baris gigi di rahang atas dan satu baris gigi di rahang bawah menghasilkan gigitan geser
yang bisa memenggal seekor burung kecil. Dulu tersebar luas di Selandia Baru, tuatara
menjadi buruan manusia dan hewan piaraan. Sekarang hanya ada di pulau lepas pantai
terpencil dan dilindungi oleh undang-undang Selandia Baru. Hewan ini ovipar dan
menyimpannya di lubang tanah dengan burung laut bersarang.

8. Struktur Eksternal dan Pergerakan


Berbeda dengan amfibi, kulit reptil tidak memiliki fungsi pernafasan. Kulit reptil tebal,
kering, dan keratin. Timbangan dapat dimodifikasi untuk berbagai fungsi. Misalnya, ukuran
perut ular memberikan kontak dengan media/habitat selama penggerakan. Meskipun kulit
reptil jauh lebih sedikit kelenjar daripada amfibi, sekresi termasuk feromon tetap berperan
dalam pengenalan dan pertahanan seks. Semua reptil secara berkala melepaskan lapisan
kulit luar dan epidermis dalam proses yang disebut ecdysis. Karena suplai darah ke kulit
tidak meluas ke dalam epidermis, sel epidermis luar kehilangan kontak dengan suplai darah
dan mati. Gerakan aliran cairan getah bening di antara lapisan epidermis dalam dan luar
melonggarkan epidermis luar. Ecdysis umumnya dimulai di daerah kepala, dan pada ular

69
dan banyak kadal, lapisan epidermis lepas dalam satu bagian. Pada kadal lainnya, kulit
mengelupas dengan ukuran yang lebih kecil. Frekuensi ecdysis bervariasi dari satu spesies
ke spesies lainnya, dan terjadi lebih sering pada reptil muda daripada dewasa. Kromatofor
reptil terutama berasal dari kulit dan fungsinya seperti amfibi. Pewarnaan kriptik, mimikri,
dan pewarnaan aposematik terjadi pada reptil. Warna dan perubahan warna juga berfungsi
dalam pengenalan dan termoregulasi seks.

Gambar 5.7. Rangka kadal dan struktur kulit reptil.

Kerangka ular, kadal, dan kura-kura menunjukkan modifikasi. Namun, dalam


bentuknya yang umum, kerangka reptil (Gambar 5.7) didasarkan pada satu warisan dari
amfibi kuno. Kerangka ini sangat terlipat untuk memberikan dukungan rangka lebih besar.
Tengkorak lebih panjang dari pada amfibi, dan tulang pipih, palatum sekunder,
memisahkan sebagian nasal dari rongga mulut. Reptil memiliki lebih banyak vertebra
serviks daripada amfibi. Dua vertebra serviks pertama (atlas dan sumbu) memberikan
kebebasan bergerak bagian kepala. Tulang atlas mengartikulasikan dengan kondilus tunggal
di tengkorak dan memudahkan mengangguk. Sumbu dimodifikasi untuk gerakan rotasi.
Sejumlah vertebra servikal lainnya memberikan fleksibilitas leher tambahan.
Tulang rusuk ular memiliki koneksi otot ke bagian perut untuk membantu pergerakan.
Vertebra serviks kobra memiliki tulang rusuk yang berkontraksi ketika hewan agresif. Dua
atau lebih tulang belakang sakral dilengkapi dengan tulang pelvis pada kolumna vertebra.
Vertebra caudal pada kadal memiliki bidang fraktur vertikal. Bila kadal digenggam
ekornya, tulang belakang ekor terpotong, dan sebagian ekornya hilang. Kehilangan ekor,
atau autotomi, adalah adaptasi yang memungkinkan kadal untuk melepaskan diri dari
genggaman predator, atau potongan ekor yang terputus akan bergerak dan mengalihkannya
dari pemangsa. Kadal kemudian meregenerasi bagian ekor yang hilang.

9. Sistem Pencernaan
Kebanyakan reptil adalah karnivora, meski kura-kura makan semua sumber makanan
organik. Lidah kura-kura dan buaya tidak mudah memanjang dan lidahnya membantu
dalam menelan. Seperti beberapa Anura, beberapa kadal dan tuatara memiliki lidah lengket
untuk menangkap mangsa. Perpanjangan lidah bunglon melebihi panjang tubuh mereka.

70
Adaptasi ular yang paling luar biasa melibatkan modifikasi tengkorak untuk makan. Tulang
tengkorak dan rahang longgar bergabung dan dapat menyebar terpisah untuk menelan
mangsa yang jauh lebih besar daripada ukuran kepala normal ular (Gambar 5.5). Tulang
rahang atas bergerak dan ligamen longgar bergabung dengan kedua bagian rahang atas dan
bawah di anterior. Oleh karena itu, setiap setengah rahang atas dan bawah bisa bergerak
secara independen satu sama lain. Setelah mangsa ditangkap, sisi berlawanan dari rahang
atas dan bawah bergantian maju dan ditarik kembali. Gigi posterior mencegah mangsa
melarikan diri dan membantu memaksa makanan masuk ke kerongkongan. Glotis, lubang
pernafasan, yang terletak di depan memudahkan ular untuk bernafas sambil perlahan
menelan mangsanya.

10. Sistem Peredarah Darah


Sistem peredaran darah reptil didasarkan pada amfibi. Karena reptil rata-rata lebih
besar dari amfibi, darah mereka harus bergerak di bawah tekanan tinggi untuk mencapai
bagian tubuh lain yang jauh. Sebagai contoh ekstrem, darah dinosaurus Brachiosaurus
harus dipompa dengan jarak sekitar 6 m dari jantung ke kepala, tekanan darah jerapah
sekitar dua kali lipat dari manusia untuk memompa darah dari ke jantung dan kepala.
Seperti amfibi, reptil memiliki dua atrium yang benar-benar terpisah pada reptil dewasa dan
memiliki pembuluh darah pada seluruh tubuh dan paru-paru. Kecuali kura-kura, sinus
venosus sudah tidak lagi menjadi bilik namun telah menjadi sepetak sel yang berfungsi
sebagai alat pacu jantung. Ventrikel reptil yang hilang terbagi secara tidak sempurna
(Gambar 5.9). (Hanya pada buaya septum ventrikel yang lengkap.) Aorta dan conus
arteriosus membelah selama perkembangan dan menjadi tiga arteri utama yang
meninggalkan jantung. Arteri pulmonalis meninggalkan sisi ventral ventrikel dan
membawa darah ke paru-paru. Dua arteri sistemik, satu dari sisi ventral jantung dan sisi lain
dari sisi dorsal jantung, membawa darah ke tubuh bagian bawah dan kepala. Darah yang
rendah oksigen memasuki ventrikel dari atrium kanan dan meninggalkan jantung melalui
arteri pulmonalis dan bergerak ke paru-paru. Darah yang tinggi oksigen memasuki ventrikel
dari paru-paru melalui vena paru-paru dan atrium kiri, dan meninggalkan jantung melalui
arteri sistemik kiri dan kanan. Pemisahan ventrikel yang tidak sempurna memungkinkan
terjadi perpindahan pada beberapa darah dari sirkuit pulmonal ke sirkuit sistemik dengan
penyempitan otot yang berhubungan dengan arteri pulmonalis. Hal ini menguntungkan
karena hampir semua reptil bernafas sebentar-sebentar. Saat kura-kura masuk ke dalam
cangkangnya, metode ventilasi paru-paru mereka tidak dapat berfungsi. Mereka juga
berhenti bernapas saat menyelam. Selama periode apnea ("tidak bernafas"), aliran darah ke
paru-paru terbatas, yang menghemat energi dan memungkinkan penggunaan oksigen dalam
jumlah yang lebih baik.

71
Gambar 5.8. Jantung reptil (Miller & Harley, 2001).

11. Sistem Pernapasan


Reptil menukar gas-gas yang berulang di permukaan
pernafasan internal untuk menghindari kehilangan sejumlah
besar air. Sebuah laring ada pada saluran tapi pita suara biasanya
tidak ada. Kartilago mendukung bagian pernafasan reptil, dan
paru-paru dipartisi menjadi sponelike, ruang yang saling
berhubungan. Ruang paru-paru menyediakan area permukaan
Gambar 5.9. Paru-paru
yang luas untuk pertukaran gas. Pada sebagian besar reptil, reptil.
mekanisme tekanan negatif bertanggung jawab atas ventilasi
paru. Gerakan posterior rusuk dan dinding tubuh memperluas rongga tubuh, mengurangi
tekanan di paru-paru dan menarik udara ke paru-paru. Udara dikeluarkan oleh lapisan
elastis paru-paru dan gerakan ke depan dari tulang rusuk dan permukaan tubuh, yang
menekan paru-paru.
Tulang kura-kura adalah bagian dari
cangkangnya; Dengan demikian, gerakan tubuh
yang dipengaruhi tulang rusuk tidak mungkin
dilakukan. Kura-kura menghembuskan napas
dengan mengkontraksikan otot yang memaksa
organ dalam ke atas, menekan paru-paru. Mereka
menarik napas dengan mengkontraksikan otot
yang meningkatkan volume rongga viseral,
menciptakan tekanan negatif untuk menarik
Gambar 5.10. Termoregulasi reptil
udara ke paru-paru. (Miller & Harley, 2001).

12. Termoregulasi
Saat menyelam ke laut yang sejuk, Iguana laut mengurangi detak jantung dan aliran
darah ke kulit, yang memperlambat kehilangan panas. Kromatofor juga membantu
pengaturan suhu. Kromatofor berlapis (dengan demikian, tubuh yang lebih gelap)

72
meningkatkan laju penyerapan panas. Di daerah beriklim sedang, banyak reptil menahan
suhu musim dingin dengan memasuki keengganan saat suhu tubuh dan tingkat metabolisme
menurun. Individu yang biasanya sendirian dapat bermigrasi ke tempat yang sama untuk
menghabiskan musim dingin. Kehilangan panas dari kelompok-kelompok ini, yang disebut
hibernacula, berkurang karena luas permukaan total banyak individu mengelompok
bersama berkurang dibandingkan dengan hewan yang dipisahkan secara luas. Tidak seperti
hibernator sejati, suhu tubuh reptil dalam keadaan tidak bergerak tidak diatur, dan jika
musim dingin terlalu dingin atau retakan terlalu terbuka, hewan bisa membeku dan mati.
Kematian akibat pembekuan merupakan penyebab kematian yang penting bagi reptil
sedang.
Hewan menghasilkan panas sebagai produk sampingan dari metabolisme dan bisa
mendapat panas atau kehilangan panas dari lingkungan. Suhu tubuh total merupakan hasil
interaksi faktor-faktor ini dan dapat dinyatakan sebagai: suhu tubuh sama dengan panas
yang diproduksi secara metabolisme, ditambah panas didapat dari lingkungan, dan
dikurangi panas hilang ke lingkungan. Hewan menggunakan empat proses fisik untuk
menukar panas dengan lingkungan: konduksi, konveksi, penguapan, dan radiasi (Gambar
5.10). Konduksi adalah perpindahan panas antara dua benda yang saling bersentuhan.
Konveksi adalah perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat alir (fluida)
yang bergerak. Radiasi adalah perpindahan panas antara dua benda yang tidak saling
bersentuhan. Evaporasi adalah penguapan yang meliputi proses perubahan benda dari fase
cair ke fase gas (Isnaeni, 2006).

13. Sistem Saraf dan Indera


Otak reptil mirip dengan otak vertebrata lainnya. Belahan otak agak lebih besar
daripada amfibi. Ukuran yang meningkat ini dikaitkan dengan indera penciuman yang lebih
baik. Lobus optik dan serebelum juga membesar, yang mencerminkan peningkatan
keakuratan pada penglihatan dan koordinasi fungsi otot yang lebih halus. Mata bunglon
menonjol menonjol secara independen, dan masing-masing memiliki bidang pandang yang
berbeda. Awalnya, otak menyimpan kedua gambar terpisah, tapi ketika seekor serangga
terlihat, kedua mata bertemu pada mangsa. Penglihatan seperti teropong kemudian
memberikan persepsi mendalam untuk menentukan apakah serangga berada dalam
jangkauan lidah bunglon (Gambar 5.11).
Ular fokus pada objek terdekat dengan menggerakkan lensa ke depan. Kontraksi posisi
iris menekan badan vitreous gel dan perpindahan gel ini mendorong lensa ke depan. Semua
reptil lainnya fokus pada benda-benda di dekatnya saat lensa berbentuk elips biasanya
dibuat lebih bulat, akibat otot-otot siliaris yang menekan tubuh silia ke lensa. Reptil
memiliki sel kerucut yang lebih banyak daripada amfibi. Penglihatan warna berkembang
dengan baik. Kelopak mata atas dan bawah, membran nictitating, dan sinus darah
melindungi dan membersihkan permukaan mata. Pada ular dan beberapa kadal, kelopak

73
mata atas dan bawah menyatu di embrio untuk membentuk lapisan pelindung kulit yang
jernih, disebut tontonan. (Selama ecdysis, lapisan luar tontonan dapat mengganggu
penglihatan ular).

Gambar 5.11. Struktur mata dan otak aligator (Miller & Harley, 2001)

Struktur telinga reptil bervariasi. Telinga ular mendeteksi getaran substrat. Rongga
telinga tengah, tabung pendengaran, dan membran timpani pada reptil kurang berkembang
baik. Sebuah tulang rahang terhubung dengan stapes dan menerima getaran substrat. Ular
juga bisa mendeteksi vibrasi udara. Pada reptil lain, membran timpani mungkin berada di
permukaan atau berukuran kecil di kepala. Telinga bagian dalam reptil mirip dengan
amfibi.
Indra penciuman lebih berkembang baik pada reptil daripada amfibi. Selain palatum
sekunder parsial yang menyediakan lebih banyak permukaan untuk epitel olfaktori, banyak
reptil memiliki kantung pembungkus yang terbuka melalui langit-langit sekunder ke dalam
rongga mulut. Kantong-kantong ini, yang disebut organ Jacobson (vomeronasal). Organ
Jacobson berkembang pada embrio buaya tapi tidak ada
pada hewan dewasa squamata. Anapsid (kura-kura)
memiliki kekurangan organ penciuman ini. Tonjolan pada
kepala ular dan kadal adalah alat pencium aksesori untuk
pengambilan sampel bahan kimia di udara. Lidah ular
dapat keluar memanjang dan kemudian bergerak ke organ
Jacobson untuk merasakan molekul bau. Hewan tuataras
menggunakan organ Jacobson untuk mencicipi benda-
benda yang ada di mulut. Jenis ular lainnya memiliki
organ pit (pit viper) yang peka terhadap panas di setiap
sisi wajah di antara mata dan lubang hidung (Gambar 5.5). Gambar 5.12. Ginjal
metanephros (Hickman, 2008)
14. Osmoregulasi dan Ekskresi
Ginjal reptil (Gambar 5.12) serupa dengan ikan dan amfibi. Kehidupan di darat,
peningkatan ukuran tubuh, dan tingkat metabolisme yang lebih tinggi, bagaimanapun,
membutuhkan ginjal yang mampu mengolah limbah tubuh dengan sedikit kehilangan air.

74
Sebuah ginjal dengan lebih banyak unit penyaringan darah, yang disebut nefron,
menggantikan ginjal embrio ginjal reptil selama perkembangannya. Ginjal fungsional reptil
dewasa disebut ginjal metanephric.
Fungsi ginjal metanephric/metanephros bergantung pada sistem peredaran darah yang
memberi lebih banyak darah pada tekanan yang lebih besar untuk menyaring sejumlah
darah. Kebanyakan reptil mengeluarkan asam urat. Zat tidak beracun, dan relatif tidak larut
dalam air, ia mengendap dalam sistem ekskretoris. Kandung kemih atau dinding kloaka
menyerap kembali air, dan asam urat dapat disimpan dalam bentuk pastelike. Pemanfaatan
asam urat sebagai produk ekskretoris juga memungkinkan pengembangan embrio di
lingkungan terestrial, karena asam urat nontoksik dapat terkonsentrasi pada selaput telur.
Selain reabsorpsi sistem ekskretoris air, permukaan pernapasan internal dan permukaan
terbuka yang relatif kedap air mengurangi kehilangan air evaporatif. Perilaku membantu
juga dalam mengatur suhu tubuh dan menghemat air yang keluar dari tubuh. Kebiasaan
nokturnal dan menghindari suhu permukaan panas di siang hari akan mengurangi
kehilangan air. Saat air tersedia, banyak reptil (contohnya Chuckwallas) menyimpan
sejumlah besar air di ruang limfatik di bawah kulit atau di kandung kemih. Banyak kadal
memiliki kelenjar pada mata yang berfungsi untuk mengeluarkan kelebihan garam.

15. Reproduksi dan Perkembangan


Vertebrata tidak akan sepenuhnya di darat/terestrial dalam proses reproduksi dan
perkembangan embrio, reptil tetap terpapar air. Telur amniotik (Gambar 5.3) tidak
sepenuhnya bebas dari air. Pori-pori di cangkang telur memungkinkan pertukaran gas tapi
juga memungkinkan penguapan air. Telur amniotik membutuhkan pengeluaran energi yang
signifikan dari induknya dalam hal perawatan. Perawatan telur oleh induk terjadi pada
beberapa reptil dan mungkin melibatkan pemeliharaan kelembaban yang relatif tinggi di
sekitar telur. Telur reptil disuplai dengan sejumlah besar kuning telur untuk periode
perkembangan yang panjang, energi dan waktu induk kadang dihabiskan dalam perawatan
pasca menetasnya anak sampai mandiri.
Kopulasi dapat terjadi pada musim gugur, ketika individu berkumpul dalam hibernasi,
sedangkan fertilisasi dan perkembangan dapat terjadi di musim semi, ketika suhu optimal
untuk perkembangan. Fertillisasi terjadi pada saluran reproduksi wanita sebelum membran
telur pelindung diletakkan di sekitar telur. Fertilisasi terjadi di daerah atas saluran telur,
yang mengarah dari ovarium ke kloaka. Daerah kelenjar ovidot mensekresi albumen dan
cangkang telur. Semua reptil jantan, kecuali tuataras, memiliki organ intromit untuk
memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi wanita. Kadal dan ular memiliki
hemipenis pada pangkal ekor yang menghadap ke dalam, seperti jari sarung tangan. Gonad
terdapat di rongga perut. Pada jantan (Gambar 5.1), sepasang duktus mengantarkan sperma
ke kloaka. Setelah kopulasi, sperma dapat disimpan di seminal receptacle di saluran
reproduksi wanita. Sekresi seminal receptacle memberi makan sperma dan menahan

75
aktivitasnya. Sperma dapat disimpan sampai empat tahun pada beberapa kura-kura, dan
sampai enam tahun di beberapa ular.
Populasi betina partenogenetik memiliki potensi reproduksi lebih tinggi daripada
populasi biseksual. Populasi yang mengalami kematian tinggi di musim dingin dapat
bertambah kembali jika semua individu yang masih hidup dapat menghasilkan keturunan.
Kelemahan ini tampaknya merupakan kerugian dari keseragaman genetik akibat
partenogenesis. Reptil seringkali memiliki perilaku reproduksi yang kompleks yang
melibatkan jantan yang secara aktif mencari betina. Seperti pada hewan lain, fungsi
pencarian pasangan untuk pengenalan seksual, persiapan perilaku dan fisiologis untuk
reproduksi. Perilaku pencarian pasangan pada reptil misalnya gerakan kepala kadal jantan
yang digoyangkan, stimulasi taktil pada ular, vokalisasi pada buaya. Selama musim kawin,
jantan saling bermusuhan dan mungkin menggonggong atau batuk sebagai peringatan
teritorial untuk pria lain.
Setelah fertilisasi, telur reptil biasanya ditinggalkan oleh induknya. Hampir semua
kura-kura menguburkan telurnya di tanah atau di serpihan tanaman. Reptil lainnya bertelur
di bawah batu, di puing-puing, atau di liang. Sekitar seratus spesies reptil memiliki
beberapa perawatan parental bagi telurnya. Salah satu contohnya adalah buaya Amerika,
Alligator mississippiensis. Aligator betina membangun gundukan lumpur dan vegetasi
setinggi sekitar 1 m dan berdiameter 2 m. Dia membuka bagian tengah gundukan itu,
sebagian mengisinya dengan lumpur dan puing-puing, menyimpan telurnya di rongga, dan
kemudian menutupi telurnya. Suhu di dalam sarang mempengaruhi jenis kelamin anak-
anak. Suhu pada atau di bawah 31,5°C menghasilkan keturunan betina. Suhu antara 32,5
dan 33°C menghasilkan keturunan jantan. Temperatur sekitar 32°C menghasilkan
keturunan jantan dan betina. Aligator betina tetap berada di sekitar sarang selama
perkembangan untuk melindungi telur dari predasi.

Gambar 5.14. Anatomi reptil (Adam & Crawley, 2013).

76
16. Soal Latihan
1) Tuliskan klasifikasi Reptilia.
2) Jelaskan 6 faktor yang menunjukkan bahwa Reptilia secara struktur dan fungsional
lebih berkembang dibandingan dengan Amphibia.
3) Jelaskan mengapa telur tipe amniota sangat penting dalam evolusi reptilia
4) Jelaskan perbedaan perbedaan (morfologi, struktur) antara Kura-kura dengan
reptilia yang lain.
5) Dalam hal apa ular dan kadal dapat beradaptasi pada daerah yang sangat kering?
6) Tuliskan tiga charaktristik anatomi yang membedakan ula dengan kadal yang tidak
mempunyai kaki.
7) Apa fungsi organ jacobson?
8) Bagaimana mekanisme kerja pit organ?
9) Jelaskan perbedaan yang ada antara buaya dan biawak
10) Kebanyakan ular adalah ovipar, tetapi beberapa ada juga yang ovovivipa, atau
ovipar. Apa arti istilah-istilah tersebut? Apa yang harus anda ketahui untuk
menentukan suatu ular termasuk dalam satu tipe ular tersebut?

77
PRAKTIKUM 5
REPTIL - Squamata

Ular adalah reptilia tak berkaki yang bertubuh panjang. Ular memiliki sisik seperti
kadal dan sama-sama digolongkan ke dalam reptil bersisik (Squamata). Ular tidak
mempunyai anggota badan (extremitas) dan bergerak dengan melata. Merupakan hewan
poikilotermis, dan bila bertelur selalu di darat. Ular memiliki tubuh yang panjang berbeda-
beda setiap jenisnya. Ular tidak memiliki daun telinga dan gendang telinga serta tidak
memiliki keistimewaan atau ketajaman indra mata maupun telinga. Matanya selalu terbuka
dan dilapisi selaput tipis sehingga mudah melihat gerakan di sekelilingnya. Ular juga tidak
memiliki lubang hidung untuk mendeteksi bau.

Tujuan: Mempelajati dan memahami morfologi dan anatomi ular (Mobuya multifisciata)
dan biawak (Varanus salvator).

Alat dan Bahan:


- Biawak - Alcohol/clorofom
- Awetan ular - Kapas
- Papan bedah - Dissecting set
- Jarum pentul

Cara kerja:
1. Lakukan pengamatan morfologi pada awetan ular.
2. Bius biawak yang akan dibedah.
3. Siapkan papan bedah yang telah dilapisi dengan plastik dan seperangkat alat bedah
yang akan digunakan.
4. Letakkan biawak pada bak bedah dengan posisi abdomen menghadap ke atas.
5. Bedah biawak mulai dari bagian anus terus ke arah kepala dengan menggunakan
gunting bedah atau pisau bedah. Hati-hatilah dalam membedah agar tidak merusak
organ dalam.

1. Kemudian bukalah bagian yang telah dibedah untuk diamati dan gunakan jarum
pentul sebagai alat bantu.
2. Lakukan pengamatan anatomi meliputi: sistem pencernaan, respirasi, peredaran darah,
ekskresi, reproduksi, indera, sistem gerak dan rangka.
3. Foto pengamatan Anda.
4. Diskusikan dengan kelompok Anda mengenai hasil pengamatan.
5. Buatlah laporan praktikum sesuai format.

78
PRAKTIKUM 6
REPTIL – Testudinae/Chelonia

Kura-kura adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk golongan reptil.
Termasuk dalam ordo Testudinata (atau Chelonians). Kura-kura memiliki khas dan mudah
dikenali dengan adanya ‘rumah’ atau batok (bony shell) yang keras dan kaku. Tubuh kura-
kura terdiri atas 2 kerangka yaitu eksoskeleton (karapaks-atas dan plastron-bawah) dan
endoskeleton (tulang internal). Endoskeleton terdiri dari kerangka apendikular (tulang
tungkai dan girdle) dan kerangka aksial (tulang rusuk, tulang belakang dan tengkorak)

Tujuan: Mempelajati dan memahami morfologi dan anatomi ular (Mobuya multifisciata)
dan biawak (Varanus salvator) atau kadal.

Alat dan Bahan:


- Kura-kura - Alcohol/clorofom
- Papan bedah - Dissecting set
- Jarum pentul - Kapas

Cara kerja:

1. Bius kura-kura dengan menggunakan kloroform yang diteteskan pada kapas.

2. Dengan bantuan pinset, buat lubang pada kerongkongan bawah kura-kura dan
keluarkan jantung serta paru-parunya. Lubangi juga salah satu selangkangan untuk
mengeluarkan usus dan ginjalnya. (Lubangi pada bagian yang dilingkari)
3. Kemudian bukalah bagian yang telah dibedah untuk diamati dan gunakan jarum
pentul sebagai alat bantu.
6. Lakukan pengamatan anatomi meliputi: sistem pencernaan, respirasi, peredaran darah,
ekskresi, reproduksi, indera, sistem gerak dan rangka.
7. Foto pengamatan Anda.
8. Diskusikan dengan kelompok Anda mengenai hasil pengamatan.
9. Buatlah laporan praktikum sesuai format.

79
VI. AVES
Dari semua hewan vertebrata, burung
merupakan hewan yang paling banyak dipelajari
paling menarik karena bisa bernyanyi, dan hewan
paling cantik. Terdapat 8600 spesies yang
tersebar di beberapa habitat, jumlahnya hampir
menyamai spesies ikan. Bulu pada burung merupakan salah satu keunikan dari hewan ini,
hanya burung yang mempunyai bulu. Ada kesamaan struktur diantara semua burung.
Walaupun sudah berevolusi selama 130 juta tahun dimana pada waktu itu beradaptasi
khusus sesuai dengan kehidupannya, kita selalu bisa mengenal burung. Selain bulu, burung
juga kaki depan yang bermodikasi menjadi sayap (meskipun ada yang tidak digunakan
untuk terbang), mempunyai kaki belakang yang beradaptasi untuk berjalan, berenang, atau
mengenggam, mempunyai paruh yang menanduk, dan bertelur.
Sistem organ pada burung dan mamalia hampir sama namun perkembangan organ
tersebut pada burung dirancang untuk terbang. Kehidupan di udara untuk vertebrata tingkat
tinggi memerlukan perkembangan evolusi yang tinggi pula. Seekor burung tentu saja harus
mempunyai sepasang sayap untuk sebagai alat gaya angkat. Tetapi sayap saja tidak cukup.
Tulang-tulangnya harus ringan dan berongga, tetapi kaku dan bisa membungkus udara.
Untuk mendapatkan kebutuhan metabolisme terbang yang tinggi, burung harus sistem
respirasi yang efesktif dan efisien untuk petukaran udara yang cepat dan menghilangkan
kelebihan pamas tubhnya. Oleh karena itu harus mempercepat aliran daranya dalam sistem
peredaran darah yang bertekanan tinggi. Burung harus makan makanan yang berenergi
tinggi dan mencenanya secepat dan seefisien mungkin. Selain itu, burung harus mempunyai
sistem saraf dan indera yang peka khususnya pada indera mata yang super ntuk melihat
mangsanya yang berada di tanah.
Berdasarkan kemampuan terbangnya, burung terbagi menjadi dua golongan Ratitus
golongan burung yang tidak bisa terbang seperti burung unta yang mempunyai sternum rata
dan otot dada yang tidak berkembang, dan Carinate golongan burung yang bisa terbang
yang mempunyai sternum yang baik tempat otot-otot terbangnya menempel.

1. Karakteristik
Karakteristik utama dari hewan Aves ini antara lain:
1) Tubuhnya terbagi 4 bagian yaitu kepala, leher, badan, dan ekor. Lehernya panjang
tidak proporsional, berguna untuk keseimbangan dan mencari makanan.
2) Kaki depan beradaptasi untuk terbang, kaki belakang beradaptasi untuk
menggenggam, berjalan dan berenang, kaki mempunyai 4 kuku.

80
3) Integumenepidermis dan dermis tipis, tidak mempunyai kelenjar keringat, kulit
tertutupi oleh bulu yang berasal dari epidermis, kaki tertutupi oleh sisik.
4) rangka dari tulang keras yang berongga, setiap rahang ditutupi oleh lapisan tanduk,
membentuk paruh; tidak ada gigi, penguatan prosesus, tulang dada berkembang
dengan baik dengan keel.
5) jantung terdiri 4 ruang dengan arcus aorta kanan (arcus aorta dexter), sel darah merah
mempunyai inti.
6) Sistem saraf berkembang dengan baik : ada 12 pasang saraf otak
7) Pernafasan denganperluasan sedikit pada paru-paru, ventilasinya terdapat pada
kantung udara yang tipis yang berada diantara organ visveral dan rangka, Syrinx
(askus vokalis) berada di pertemuan trachea dengan bronchus.
8) Sistem ecsresi : ginjal tipe metanephros, ureter bermuara ke dalam cloaka, tidak ada
kantung urine, urin semidolid, faeses merupakan asam urat ( dari nitrogen)
9) Jenis kelamin sudah terpisah, hewan betina mempunyai satu ovarium dan oviduct
pada bagian kiri
10) Fertilisasi internal; telur mengandung banyak yolk dan cangkang yang mengandung
Calcium, ada membran embrionik selama perkembangan embrio, incubasi eksternal;
hewan muda aktif pada waktu menetas (precocial) atau tidak aktiv dan tidak berbulu
(altricial).

2. Klasifikasi

Sub Kelas Neorithes: merupakan aves yang hidup di zaman sekarang, tetapi umumnya tidak dapat
terbang. Hanya jenis Tinamous yang dapat terbang. Sub kelas ini terdiri atas atas 2 super ordo,
yaitu Palaeognathae dan Neonagthae.

Palaeognathae terdiri atas 5 ordo, yaitu:


Tinamiformis: sayap dapat digunakn untuk terbang. Pigostil tereduksi dan biasanya
berlarinya sedikit terbang dan terdapat di Amerika Latin. Contoh: Eudromia elegans
(Tinamous)
Apterygiformes: memiliki paruh panjang yang terdapat lubang hidung di ujung paruh.
Sayap bergenerasi, tidak berlunas, bulu filoplum seperti rambut. Contoh: Apteryx australis
(burung Kiwi).
Casuariformes: tidak dapat terbang karena memiliki sayap yang kecil. Tinggi dapat
mencapai 2 meter. Berlari dengan kecepatan 64 km/jam dan hidup di Australia. Contoh:
Dromaius novaehollandiae (Emu atau Kasuari).
Rheiformes: tidak dapat terbang. Tinggi sekitar 1,2 meter dan berasal dari Amerika Latin.
Contoh: Rhea sp.

81
Struthioniformes: Tinggi dapat mencapai 2,4 meter. Mampu berlari dengan kecepatan 65
km/jam. Hidup di gurun dan padang rumput Afrika dan bersifat omnivora. Contoh: Struthio
camelus (burung Unta).
Neonagthae merupakan jenis yang ditemukan paling melimpah saat ini. Terdiri dari banyak ordo,
diantaranya:
Sphenisciformes: Sayap digunkan untuk berenang dan tidak dapat terbang. Memiliki jari-jari
dengan selaput kulit. Bulu kecil-kecil menutupi seluruh tubuh. Dapat dengan mudah
menyelam. Contoh: Aptenodytes forsteri.
Procellariiformes: lubang hidung tubular. Parauh berlapis beberapa papan. Didalam hidung
terdapat kelenjar. Contoh: Diomedea exulans (burung Albatros).
Pelicaniformes: memiliki keempat jari yang berda dalam satu membran kulit. Lubang hidung
vestigal. Paruh besar untuk menyerok ikan laut. Contoh: Pelicanus sp (pelican), Palacrocorax
sp (cormoran).
Podicipediformes: ekor berbulu kapas. Kaki jauh di bagian belakang tubuh. Dapat menyelam
dengan cepat. Hidup di air tawar atau laut. Contoh: Podiceps auritus.
Gaviiformes: kaki pendek pada ujung tubuh. Jari-jari penuh dengan membran kulit. Patella
kecil-kecil. Contoh: Gavia immer.
Ciconiiformes: hidup di sawah. Leher panjang dan kaki panjang. Bulu dekoratif, kadang-
kadang kepala gundul. Paruh bengkok dibagian tengah. Contoh: Phoenicopterus ruber
(flamingo).
Anseriformes: paruh lebar tertutuo dengan lapisan yang banyak mengandung organ sensori.
Kaki pendek, jari dengan membran kulit. Tersebar diseluruh dunia. Contoh: Anas
platyrhynchos (bebek) dan Cygnus sp. (angsa).
Gruiformes: hidup dirawa-rawa. Ekor dan kaki panjang serta bului bewarna abu-abu. Contoh:
Grus sp.
Charadriiformes: Jari kaki dengan membran kulit. Bulu filoplum tersusun padat, kaki panjang
dan sayap kuat. Banyak terdapat di pantai. Contoh: Larus sp.
Strigiformes: kepala besar dan mata besar. Lubang telinga besar kadang mempunyai lembaran
penutup. Paruh pendek dan aktif pada waktu malam. Contoh: Bubo virginianus (burung hantu).
Falconiformes: memiliki paruh yang kuat dengan kait pada ujungnya. Kaki digunakan untuk
menerkam korbannya, dengan kuku-ku tajam. Contoh: Falco sp (burung elang).
Galliformes: kaki pendek. Kaki untuk mengais makanan dan berlari. Contoh: Gallus
domestica (ayam kampung).
Columbiformes: paruh pendek ramping dengan sera pada pangkal paruhnya. Tarus lebih
pendek dari jari-jari. Memiliki tembolok besar. Contoh: Columba livia dan Columba fasciata.
Psittaciformes: paruh pendek kuat, pinggiran tajam dan berkait dengan ujungnya. Bylu
filoplum dan berwarna hijau, biru, kuning atau merah. Hidup di hutan. Contoh: Conuropsis sp.
Cuculiformes: cakar digunakan untuk menangkap mangsa. Yang betina suka bertelur dalam
sarng burung lain dan merebut makann burung lain. Contoh: Geococcyx sp.
Caprimulgiformes: paruh kecil, tapi mulut lebar. Kaki dan tarsus lembek dan kecil. Aktif di
malam hari. Contoh: Antrostomus vociferus.

82
Apodiformes: tubuh kecil, kaki dan jari kecil. Paruh kecil, lembek atau panjang dengan lidah
bentuk tabung. Contoh: Archilochus colibris (burung kolibri).
Coraciiformes: jari ke-3 dan ke-4 bersatu pada dasar. Paruh kuat dan pemakan kupu-kupu
kecil, lebah, kumbang dan lainnya. Banyak terdapat didaerah tropis. Megaceryle alcyon.
Piciformes: bulu ekor kaku. Paruh kuat, lidah kasar. Hidup dihutan, membuat lubang dalam
batang kayu untuk mencari insekta dan larva. Contoh: Dendrocopos villosus.
Passeriformes: banyak yang pandai bernyanyi. Sebagian besar hidup di darat berbagai macam
habitat. Contoh: Corvus sp. (gagak).

3. Struktur Eksternal dan Pergerakan


Penutup kulit pada burung disebut bulu. Bulu memiliki dua fungsi utama yang penting
untuk penerbangan. Bulu pada burung membentuk permukaan tubuh yang menyediakan
daya angkat, kemampuan kemudi, dan pencegahan hilangnya panas yang berlebihan, yang
memungkinkan sistem endotermik dengan tingkat metabolisme tinggi. Bulu juga memiliki
peran dalam pencarian pasangan, inkubasi, dan kedap air (water proof). Bulu berkembang
dengan cara yang mirip dengan epidermis sisik pada reptil, dan kesamaan ini adalah salah
satu sumber bukti yang menunjukkan hubungan evolusioner antara reptil dan burung
(Gambar 6.1). Hanya pulp pada bulu yang mengandung unsur dermal, seperti pembuluh
darah, yang memasok nutrisi dan pigmen untuk bulu yang sedang tumbuh. Seiring
perkembangan bulu menuju kematangan, suplai darah mereka terputus, dan bulu menjadi
mati, keratin, struktur epidermal mengalami invaginasi epidermal pada kulit yang disebut
folikel bulu.
Plumae, terdiri dari :
- Calamus, tangkai bulu yang berongga
- Rachis, tangkai bulu yang tak berongga
- Vexillum, lanjutan calamus yang tak berongga
- Umbilicus inferior, lubang pangkal calamus
- Umbilicus uperior, lubang bagian distal calamus
- Vexillum, dibentuk oleh barbae yang merupakan
cabang kearah lateral dan rachis,
Flumulae, terdapat pada burung yang masih muda,
terdiri dari: Calamus (pendek), Rachis (tereduksi),
Barbae (panjang), Barbulae (pendek)
Filoplumae, mempunyai tangkai yang panjang, pada
ujungnya terdapat beberapa barbae.
Berdasarkan letaknya bulu dapat dibedakan :
- Remiges, bulu pada sayap.
- Retrices, bulu pada ekor.
- Tetrices, bulu pada badan.
- Parapterum, bulu yang terdapat didaerah bahu
antara badan sayap dan sayap.
- Alula sive ala spuria, bulu pada extremitas

Gambar 6.1. Tipe bulu burung dan perkembangannya. A-E perkembangan bulu, F bulu bertangkai,
G filoplumula, H bulu bawah (Hickman, 2008).

83
Bulu yang paling jelas adalah bulu kontur (contour), yang menutupi tubuh, sayap, dan
ekor (Gambar 6.1). Bulu kontur terdiri dari baling-baling dengan jaring bagian dalam dan
luarnya, dan poros yang mendukung. Batang bulu cabang dari poros, dan barbula (barbule)
bercabang dari barb. Barbula dan barb yang berdekatan posisinya saling tumpang tindih.
Ujung barbula dikunci dengan adanya hamuli yang seperti kail. Penguncian pada barb
menjaga bulu kontur kokoh dan halus. Jenis bulu lainnya yaitu bulu bagian bawah, yang
berfungsi sebagai bulu pengisolasi, dan bulu filoplume (pinfeathers), yang memiliki fungsi
sensorik.
Burung memelihara bulu yang bersih dan menjaga kebersihan kulit dari parasit.
Perilaku preening, yaitu menggosokkan paruh pada bulu, menjaga bulu tetap halus, bersih,
dan rapi. Hamuli yang menjadi copot bisa dikaitkan dengan menggunakan paruhnya.
Sekresi kelenjar minyak di ujung ekor tersebar di semua bulu selama preening untuk
menjaga bulu basah dan agar bulu tetap luwes. Sekresi juga melumasi paruh dan kaki untuk
mencegah gesekan. Pengambilan semut (anting) adalah perilaku pemeliharaan yang umum
bagi banyak burung penyanyi yang dilakukan melalui pengambilan semut menggunakan
paruh dan menggosoknya di atas bulu. Asam format yang disekresi semut ternyata beracun
bagi tungau bulu.
Semua burung secara berkala menggugurkan bulunya dan mengganti bulunya (lihat
Gambar 6.1) dalam proses yang disebut molting. Waktu periode molting bervariasi
tergantung jenis burung. Bulu muda yang tumbuh akan sama dengan bulu dewasa/matang.
Saat pertumbuhan bulu selesai, bulu, seperti pada rambut mamalia, strukturnya mati.
Pengguguran bulu, atau molting adalah proses yang sangat teratur. Kecuali pada penguin,
yang molting sekali, bulu digugurkan secara bertahap untuk menghindari kulit yang tidak
tertutup bulu. Bulu pada ekor dan sayap gugur satu per satu dari setiap sisi untuk menjaga
keseimbangan. Pergantian muncul sebelum bulu gugur dan burung dapat tetap terbang
selama periode molting, meskipun pada aves air (bebek, angsa, dan lainnya) kehilangan
semua bulu primer sekali, tidak terbang selama molting. Banyak persiapan untuk molting
dengan berpindah ke perairan terisolasi dimana mereka bisa menemukan makanan dan
lebih mudah melepaskan diri dari musuh. Hampir semua burung molting setidaknya
setahun sekali, biasanya di akhir musim panas setelah musim bersarang.
Kerangka. Kerangka tulang sebagian besar burung ringan dan kuat. Beberapa tulang,
seperti humerus (tulang depan), memiliki ruang udara yang besar dan tegak internal
(reinforced bony bars), yang meningkatkan kekuatan (Gambar 6.2). Insinyur
memanfaatkan prinsip ini dan menemukan balok yang tidak solid (berongga) lebih kokoh
daripada yang solid dengan berat yang sama. Burung juga memiliki jumlah tulang
tengkorak yang lebih sedikit dan selubung keratin yang lebih ringan yang disebut paruh
menggantikan gigi. Tulang yang ringan mendukung burung untuk terbang, berlawanan
dengan beberapa burung yang strukturnya berbeda. Misalnya, beberapa unggas air (burung
loon) memiliki tulang yang padat, yang membantu mengurangi daya apung saat menyelam.

84
Struktur yang digunakan untuk terbang tidak dapat digunakan untuk pembuatan sarang
atau pemberian makan (feeding) anak burung. Paruh, leher dan kaki yang sangat fleksibel
membuat aktivitas tersebut menjadi mungkin. Vertebra serviks memiliki permukaan
artikular berbentuk pelana yang memungkinkan kebebasan gerakan. Selain itu, vertebra
serviks pertama (atlas) memiliki satu titik artikulasi dengan tengkorak (kondilus oksipital),
yang memungkinkan pergerakan rotasi tingkat tinggi antara tengkorak dan leher. Kondens
oksipital tunggal adalah karakteristik lain yang dimiliki burung dan reptil.
Tulang panggul, kolom vertebral, dan tulang rusuk diperkuat untuk terbang. Daerah
toraks pada kolumna vertebra terdiri dari tulang rusuk, yang menempel pada vertebra
toraks. Sebagian besar tulang rusuk telah mengarah ke belakang mencegah tumpang tindih
tulang rusuk berikutnya dan untuk memperkuat tulang rusuk (Gambar 6.2). Daerah lumbar
berada pada bagian posterior daerah torasik. Bentuk synsacrum dibentuk dari vertebra
toraks posterior, vertebra lumbar dan sakral, dan vertebra kranal anterior. Penyatuan tulang
tersebut membantu mempertahankan postur
penerbangan yang tepat dan mendukung
bagian belakang tubuh saat mendarat,
melompat, dan berjalan. Bagian pada vertebra
kaudal posterior yaitu pygostyle, membantu
menunjang bulu ekor yang penting dalam
kemudi atau penentuan arah terbang.
Sternum (tulang dada) kebanyakan burung
memiliki lekukan median besar yang besar
untuk melekatkan otot-otot penerbangan
(Pengecualian untukpada beberapa burung
yang tidak dapat terbang, seperti burung unta).
Keel melekat erat pada sisa kerangka aksial
pada tulang rusuk. Klavikula berpasangan
menyatu secara medial dan ventral menjadi
furcula (wishbone). Beberapa tulang bagian
depan telah hilang atau menyatu, dan mereka
merupakan titik keterikatan untuk
penerbangan. Rangka bagian belakang
digunakan untuk melompat, berjalan, berlari, Gambar 6.2. Kerangka burung dan otot
dan bertengger. (Miller & Harley, 2001 dan Hickman, 2008).
Otot. Pearching tendon (Gambar 6.2 b)
berada di antara jari-jari kaki di bagian belakang sendi pergelangan kaki ke otot-otot kaki
bagian bawah. Ketika sendi pergelangan kaki dilipat, seperti pada pendaratan pada tempat
bertengger, kontraksi pada tendon meningkat, dan kaki memegang tempat bertengger.
Struktur ini membantu burung bertengger bahkan saat tidur. Otot-otot kaki bagian bawah

85
dapat meningkatkan kontraksi pada tendon ini, misalnya saat elang menangkap ikan
menggunakan cakarnya.
Otot terbesar dan paling kuat kebanyakan burung adalah otot terbang. Otot-otot
menempel pada sternum dan klavikula dan memanjang ke humerus. Otot kebanyakan
burung disesuaikan secara fisiologis untuk terbang. Otot penerbangan harus berkontraksi
dengan cepat dan tidak cepat lelah. Otot-otot ini memiliki banyak mitokondria dan
menghasilkan ATP dalam jumlah besar untuk menyediakan energi yang dibutuhkan untuk
penerbangan, terutama migrasi jarak jauh. Ayam ruminans telah dibiakkan secara selektif
untuk menambah massa otot ("daging putih") yang
disukai manusia untuk dimakan tetapi tidak
beradaptasi dengan baik untuk terbang karena
mengandung serat otot yang dapat berkontraksi
dengan cepat namun memiliki sedikit mitokondria
dan vaskularisasi yang buruk.
Mekanika Penerbangan Burung (Gambar
6.3). (a) Sayap burung bertindak sebagai airfoil.
Udara yang melewati bagian atas sayap bergerak
lebih jauh dan lebih cepat daripada udara yang
melintas di bawah sayap, menciptakan daya
angkat. (b) Meningkatkan sudut terbang akan
meningkatkan daya angkat tetapi juga
meningkatkan turbulensi. (c) Alula mengurangi
turbulensi.
Sayap burung disesuaikan dengan berbagai
jenis penerbangan. Namun, terlepas dari apakah
burung menukik, meluncur, atau memiliki
penerbangan yang mengepak cepat, proses
penerbangannya serupa. Sayap burung
membentuk airfoil. Margin anterior sayap lebih
tebal dari pada margin posterior. Permukaan
bagian atas sayap sedikit cembung, dan
permukaan bawahnya rata atau sedikit cekung.
Udara yang melewati sayap bergerak lebih jauh
dan lebih cepat daripada udara yang melintas di
bawah sayap, mengurangi tekanan udara pada
permukaan atas sayap dan menciptakan daya
angkat (Gambar 6.3). Daya angkat yang dibuat Gambar 6.3. Otot terbang (Hickman,
sayap harus mengatasi berat burung, dan kekuatan 2008) dan mekanisme terbang (Miller
yang mendorong burung ke depan harus & Harley, 2001)

86
mengatasi hambatan saat burung terbang melewati udara yang bergerak. Pergerakan sayap
membentuk sudut pada sayap yang membuat udara mendekat (angle of attack) sehingga
meningkatkan daya angkat.
Ketika sudut terbang meningkat, bagaimanapun, aliran udara di atas permukaan atas
menjadi turbulen dan akan mengurangi daya angkat (Gambar 6.3 c). Turbulensi berkurang
jika udara bisa mengalir dengan cepat melalui sela-sela ujung sayap. Adanya bulu pada
ujung sayap dan alula pada margin anterior sayap akan mengurangi turbulensi. Alula
(Gambar 6.4) adalah sekelompok bulu kecil yang tulangnya terhubung dengan tulang jari
medial. Selama lepas landas, mendarat, dan melayang terbang, sudut terbang meningkat,
dan alula dinaikkan.
Dalam penerbangan normal, sayap dikepakkan ke bawah dan ke depan sepenuhnya
direntangkan (Gambar 6.4). Daya dorong diperoleh dari bulu-bulu utama pada ujung sayap.
Untuk memulai hentakan, sayap ditekuk, digerakkan ke atas dan ke belakang. Sayap
direntangkan untuk kepakan berikutnya. Selama terbang menukik ke atas dan cepat, sudut
terbang berkurang. Bagian distal sayap menghasilkan kekuatan pendorong untuk terbang.
Karena lebih jauh dari sendi bahu, bagian distal sayap bergerak lebih jauh dan lebih cepat
dari bagian proksimal sayap. Pada saar mengepakkan sayap ke bawah (downstroke), ujung
sayap distal berorientasi sedikit ke bawah dan menciptakan daya dorong yang analog
dengan baling-baling pesawat terbang. Saat mengepakkan sayap ke atas (upstroke), bagian
distal sayap berorientasi ke atas untuk menurunkan resistansi. Bulu pada sayap tumpang
tindih sehingga saat mengepakkan sayap ke bawah, udara menekan bulu-bulu di pinggiran
sayap sehingga sedikit udara kecil melewatinya dan meningkatkan daya angkat dan
kekuatan pendorong.

Gambar 6.4. Mekanisme burung terbang (Hickman, 2008).

87
Ekor burung berperan sebagai penyeimbang, kemudi, dan pengereman selama
penerbangan. Ekor juga meningkatkan daya angkat yang dihasilkan sayapnya saat
penerbangan dengan kecepatan rendah. Selama penerbangan horizontal, burung
membentangkan bulu ekor sehingga meningkatkan daya angkat di bagian belakang burung
dan menyebabkan kepala menunduk. Merapatkan bulu pada ekor memiliki efek sebaliknya.
Saat burung mendarat, ekornya mengarah ke bawah, berfungsi sebagai rem udara. Burung
yang berbeda, atau burung yang sama pada waktu yang berbeda, menggunakan berbagai
jenis penerbangan. Saat meluncur terbang, sayapnya tidak bergerak, dan seekor burung
akan bergerak turun. Penerbangan yang mengepak menghasilkan kekuatan untuk
penerbangan dan merupakan jenis terbang yang paling umum.
Banyak variasi dalam bentuk sayap dan pola mengepak menghasilkan kecepatan
spesifik dan kemampuan manuver yang berbeda. Penerbangan yang melayang
memungkinkan beberapa burung tetap berada di udara dengan sedikit pengeluaran energi.
Selama melayang, sayap pada dasarnya tidak bergerak, dan burung memanfaatkan arus
udara untuk berada di ketinggian. Elang, burung pemakan bangkai, dan burung-burung
lainnya sering terbang di sepanjang lembah pegunungan, melayang melawan angin,
menaikkan kecepatan dan kemudian berbalik melawan angin untuk menambah ketinggian.
Saat burung melambat dan mulai menurun, ternyata angin bertiup kembali. Sayap burung
memberikan manuver maksimum pada kecepatan yang relatif rendah. Burung laut seperti
burung albatros dan burung frigat, memiliki sayap yang panjang dan sempit yang
memberikan daya angkat maksimal pada kecepatan tinggi, namun mereka memiliki kendala
dengan manuver, burung ini mudah untuk lepas landas dan mendarat. Kolibri melakukan
terbang melayang. Mereka melayang di udara dengan mengepakkan sayapnya bolak-balik
(50 sampai 80 denyut per detik) untuk tetap tersuspensi saat berada di ladang bunga.
Sama seperti pesawat terbang yang dirancang untuk terbang, burung juga demikian.
Semua spesies beradaptasi pada 2 struktur tubuh: lebih bertenaga (powerfull) dan tubuh
yang lebih ringan. Karena selain terbang burung harus melakukan hal-hal lain terkait
dengan kehidupnanya seperti: memberi makan tubuhnya, harus dapat merubah makanan
menjadi bahan bakar tinggi energi, harus menghindari predator, harus bisa menyembuhkan
luka, harus bisa mendinginkan tubuhnya apabila kepanasan, juga harus bisa menghangatkan
tubuhnya pada waktu iklim dingin, dan yang paling penting harus melakukan reproduksi.

4. Pencernaan
Kebanyakan burung memiliki nafsu makan yang tinggi untuk mendukung tingkat
metabolisme tinggi bagi hewan endothermi dan terbang. Misalnya, kolibri makan terus
menerus di siang hari. Terlepas dari tingginya tingkat konsumsi makanan, mereka
seringkali tidak dapat mempertahankan metabolisme cepat mereka dalam semalam, dan
bisa menjadi lapar, maka suhu tubuh dan laju pernafasan akan berkurang, sampai mereka
bisa makan lagi di pagi hari. Paruh dan lidah burung dimodifikasi untuk berbagai kebiasaan

88
makan dan sumber makanan (Gambar 6.5). Misalnya, lidah burung pelatuk berduri untuk
mengeluarkan belatung dari kulit pohon. Sapsucker menggali lubang di pohon dan
menggunakan lidah seperti sikat untuk menjilati getah yang
menumpuk di lubang-lubang pohon. Lidah burung kolibri
dapat masuk ke dalam tabung untuk mengeluarkan nektar
dari bunga.
Pada banyak burung, divertikulum kerongkongan (crop)
adalah struktur adaptasi yang memungkinkan burung cepat
menelan sejumlah besar makanan. Mereka kemudian bisa
mencari tempat aman sambil mencerna makanannya. Crop
pada merpati menghasilkan "susu merpati," mensekresikan
mukus yang dibentuk melalui proliferasi dan melapisi
dinding crop. Merpati muda (squabs) memberi makan “susu
merpati” sampai mereka bisa makan gandum/biji-bijian.
Cedar waxwings, burung nasar, dan burung pemangsa
menggunakan esophagus mereka untuk menyimpan. Crop
kurang berkembang dengan baik pada unggas pemakan
serangga karena unggas pemakan serangga makan sepanjang
hari.
Perut burung dimodifikasi menjadi dua daerah yaitu
proventrikulus dan ventrikulus. Proventriculus mengeluarkan
cairan lambung yang memulai pencernaan (Gambar 6.6).
Ventrikulus (rempela) memiliki dinding berotot untuk
mengikis dan menghancurkan biji atau makanan keras
lainnya. Burung dapat menelan pasir dan bahan abrasif
lainnya untuk membantu pencernaan. Sebagian besar
pencernaan dan penyerapan enzimatik terjadi di usus halus,
dibantu oleh sekresi dari pankreas dan hati. Sepasang ceca
terletak di antara usus besar dan halus. Ceca mengandung
bakteri yang membantu pencernaan selulosa. Burung
biasanya mengeluarkan makanan yang tidak tercerna melalui
cloaca; Namun, burung hantu membentuk pelet tulang, bulu,
yang dikeluarkan dari ventriculus melalui mulut. Pelet
burung hantu terakumulasi di dalam dan di sekitar sarang
burung hantu dan berguna dalam mempelajari kebiasaan Gambar 6.5. Paruh burung
makan mereka. (Hickman, 2008).

89
5. Peredaran Darah dan Respirasi
Sistem peredaran darah burung mirip dengan reptil,
kecuali bahwa hati telah benar-benar memisahkan atria dan
ventrikel, sehingga menghasilkan sirkuit pulmoner dan
sistemik yang terpisah. Pemisahan ini mencegah
pencampuran darah beroksigen tinggi dengan sedikit darah
beroksigen. Dalam evolusi vertebrata, sinus venosus secara
bertahap mengalami penurunan ukuran. Ini adalah ruang
terpisah pada ikan, amfibi, dan kura-kura dan menerima
darah dari sistem vena. Pada reptil lainnya, ini adalah
sekelompok sel di atrium kanan yang berfungsi sebagai
alat pacu jantung. Pada burung, sinus venosus juga
menetap hanya sebagai patch jaringan alat pacu jantung di
atrium kanan. Jantung burung relatif besar (hingga 2,4%
dari total berat badan), dan itu berdetak dengan cepat. Gambar 6.6. Sistem
pencernaan burung (Miller &
Denyut jantung 1.000 denyut per menit pada burung
Harley, 2001)
kolibri. Burung yang lebih besar memiliki jantung yang
relatif lebih kecil dan detak jantung lebih lambat. Denyut jantung
burung unta, misalnya, bervariasi antara 38 dan 176 denyut per
menit. Jantungnya besar, denyut jantung cepat, dan pemisahan
yang sempurna dari oksigen yang sangat banyak dan darah yang
kurang beroksigen, hal ini adalah adaptasi penting untuk
mengalirkan darah yang dibutuhkan untuk endothermi dan
penerbangan.
Sistem pernapasan burung sangat kompleks dan efisien.
Sistem terdiri dari nares eksternal, yang mengarah ke saluran
hidung dan faring. Tulang keras dan tulang rawan menyokong
trakea. Kotak suara khusus, yang disebut syrinx, terletak dekat
trakea yang terbagi menjadi bronkus. Otot-otot syrinx dan
bronchi, serta karakteristik trakea, menghasilkan vokalisasi/suara
burung. Bronkus menyebabkan sistem kantung udara yang
kompleks yang memenuhi sebagian besar tubuh dan meluas ke
beberapa tulang dari sistem rangka. Kantung udara dan bronkus
terhubung ke paru-paru. Paru-paru burung berbentuk tabung
udara yang kecil disebut parabronchi. Kapiler udara berdiameter
sekitar 10 mm dan dihubungkan dengan kapiler untuk
pertukaran gas. Gambar 6.7. Sistem
Inspirasi dan ekspirasi merupakan hasil dari peningkatan peredaran darah burung
(Hickman, 2008)
dan penurunan volume thorax dan dari ekspansi alternatif dan

90
kompresi/penekanan kantung udara selama penerbangan dan kegiatan lainnya. Saat
bernafas, gerakan tulang dada dan rusuk posterior memampatkan kantung udara toraks.
Distorsi dan recoiling membantu penekanan/kompresi dan memperluas kantung udara di
antara dua poros tulang. Selama inspirasi, udara bergerak ke kantong udara perut. Pada saat
yang sama, udara sudah di paru-paru bergerak melalui parabronchi ke kantung udara toraks
(Gambar 6.8-siklus 1). Selama ekspirasi, udara di kantung udara toraks bergerak keluar dari
sistem pernapasan, dan udara di kantung udara perut bergerak ke parabronchi. Pada
inspirasi berikutnya (siklus 2), udara bergerak ke kantung udara toraks, dan dikeluarkan
selama ekspirasi berikutnya. Dibutuhkan dua siklus ventilasi untuk memindahkan volume
udara tertentu melalui sistem pernapasan burung. Karena tingkat metabolisme yang tinggi
terkait dengan penerbangan, burung memiliki tingkat konsumsi oksigen yang lebih besar
daripada vertebrata lainnya. Selain mendukung tingkat metabolisme yang tinggi, sistem
pertukaran gas yang efisien ini mungkin juga menjelaskan bagaimana burung dapat hidup
dan terbang di tempat yang tinggi, di mana tekanan oksigen rendah. Selama migrasi, angsa
berkepala biru terbang di atas puncak pegunungan Himalaya di ketinggian 9.200 m.
Berbeda dengan seorang pendaki gunung manusia mulai merasakan gejala penyakit dan
harus membawa persediaan oksigen tambahan di atas 2.500 m.

Gambar 6.8. Repirasi burung (Hickman, 2008).

6. Termoregulasi
Burung mempertahankan suhu tubuh antara
38 dan 45°C. Pada suhu dingin, burung yang
sedang beristirahat mengibaskan bulu untuk
meningkatkan mengisolasi panas. Burung juga
menundukkan paruhnya ke tubuhnya yang
berbulu untuk mengurangi kehilangan panas dari
saluran pernafasan. Bagian burung yang paling
terbuka adalah kaki dan tarsi, yang tidak memiliki
otot yang berdaging atau suplai darah yang kaya. Gambar 6.9. Termoregulasi burung
Pertukaran panas antara darah hangat yang mengalir (Miller & Harley, 2001).

91
ke kaki, dan darah dingin yang mengalir ke tubuh dari kaki, mencegah kehilangan panas
yang berlebihan pada kaki. Panas dikembalikan ke tubuh sebelum menuju ke ekstremitas
dan hilang ke lingkungan. Menggigil juga menghasilkan panas tubuh. Peningkatan
metabolisme selama bulan-bulan musim dingin juga meningkatkan kebutuhan makanan
tambahan. Aktivitas otot selama penerbangan menghasilkan panas dalam jumlah besar.
Kehilangan panas melalui penguapan/evaporasi dari mulut meningkat melalui membran
vaskular pada bagian otot.

7. Sistem Saraf dan Indera


Otak depan burung lebih besar (Gambar 6.10) daripada reptil karena pembesaran
belahan otak, termasuk wilayah abu-abu (korpus striatum). Korpus striatum berfungsi
dalam kemampuan visual, makan, pencarian pasangan, dan bersarang. Organ pineal di
bagian atas otak depan berperan dalam merangsang perkembangan ovarium dan untuk
mengatur fungsi-fungsi lain yang dipengaruhi oleh periode terang dan gelap. Tektum optik
(otak tengah), bersama dengan korpus striatum, berperan penting dalam mengintegrasikan
fungsi sensorik. Otak tengah juga menerima masukan sensorik dari mata. Seperti pada
reptil, otak belakang meliputi otak kecil dan medulla oblongata, yang mengkoordinasi
aktivitas motorik dan mengatur kecepatan denyut jantung dan pernapasan.

Gambar 6.10. Otak burung (Hickman, 2008 dan Miller & Harley, 2001).

Struktur mata burung mirip dengan vertebrata lainnya, tetapi mata burung jauh lebih
besar dibandingkan dengan ukuran tubuh daripada vertebrata lainnya (Gambar 6.11). Mata
biasanya agak rata dalam arah anteroposterior; Namun, mata burung pemangsa menonjol di
anterior karena adanya kornea yang menonjol. Burung memiliki mekanisme fokus ganda
yang unik. Struktur padlike (mirip dengan reptil) mengontrol kelengkungan lensa, dan otot
silium mengubah lengkungan kornea. Fokus ganda, memungkinkan burung osprey atau
burung pemangsa lainnya untuk tetap fokus pada ikan dalam waktu singkat saat terbang
cepat dan menukik.

92
Gambar 6.11. Mata burung dan sudut pandang burung (Miller & Harley, 2001).

Retina mata burung tebal dan berisi kedua batang dan kerucut (Gambar 6.11). Sel
batang aktif di bawah intensitas cahaya rendah, dan sel kerucut aktif di bawah intensitas
cahaya tinggi. Sel kerucut sangat terkonsentrasi (1.000.000/mm2) pada focal point yang
disebut fovea. Tidak seperti vertebrata lainnya, beberapa burung memiliki dua foveae dari
setiap mata. Bagian tengah retina disebut juga search fovea karena memberikan burung
sudut pandang monokuler yang lebar. Fovea yang lain ada di margin posterior retina
berfungsi untuk penglihatan binokular. Fovea posterior disebut pursuit fovea karena
penglihatan binokular menghasilkan persepsi tajam, yang diperlukan untuk menangkap
mangsa. Burung lain menggunakan search fovea untuk mengamati lingkungan di bawah
selama terbang dan pursuit fovea diperlukan untuk penglihatan yang fokus untuk mendarat
di cabang pohon.
Posisi mata di kepala juga mempengaruhi penglihatan jauh (Gambar 6.11). Burung
merpati memiliki mata yang terletak jauh di sisi kepala mereka, memberi mereka
pengliahatan monokular hampir 360°, tapi bidang binokularnya sempit. Burung merpati
tidak harus mengejar makanan mereka (biji-bijian), dan bidang pandang monokular yang
luas membantu mereka tetap waspada terhadap predator saat
makan di tanah. Elang dan burung hantu memiliki mata yang
terletak lebih ke depan di kepala. Struktur ini meningkatkan
bidang pandang binokuler elang dan mengurangi bidang
pandang monokular mereka. Burung memiliki membran
nictitan di atas permukaan mata untuk membersihkan dan
melindungi mata. Nares eksternal terbuka di dekat pangkal
paruhnya, tetapi epitel penciuman tidak berkembang dengan
baik. Pengecualian pada burung nasar kalkun, yang
menemukan mangsa mati dan sekarat melalui bau.

8. Ekskresi dan Osmoregulasi


Burung dan reptil memiliki sistem ekskretoris Gambar 6.12. Kelenjar garam
(Gambar 5.12) dan osmoregulator yang sama. Seperti pada burung laut (Hickman,
2008).

93
reptil, burung mengeluarkan asam urat, yang disimpan sementara di kloaka. Air juga
diserap kembali di kloaka. Seperti reptil, ekskresi asam urat menghemat air dan mendukung
perkembangan embrio di lingkungan terestrial. Selain itu, beberapa burung memiliki
kelenjar garam supraorbital yang mengalirkan kelebihan natrium klorida melalui bukaan
hidung ke bagian luar tubuh. Ini sangat penting bagi burung laut yang meminum air laut
dan makan invertebrata yang mengandung sejumlah besar garam pada jaringannya.
Kelenjar garam (Gambar 6.12) bisa mensekresikan larutan garam dua sampai tiga kali lebih
konsentrasi dibanding cairan tubuh lainnya. Kelenjar garam mengkompensasi
ketidakmampuan ginjal untuk memusatkan garam ke dalam urin.

9. Reproduksi dan Perkembangan


Aktivitas seksual burung meliputi mencari pasangan,
membangun sarang, mengerami telur, dan memberi makan
anak. Pada burung jantan, onad berada di daerah perut
bagian dorsal, di samping ginjal. Testes sepasang dan
tubulus (vasa deferentia) menyalurkan sperma ke kloaka.
Pembesaran vasa deferentia, vesikula seminalis berperan
untuk penyimpanan sementara dan pematangan sperma
sebelum fertilisasi. Testes membesar selama musim kawin.
Kecuali unggas air dan burung unta tertentu, unggas tidak
memiliki organ intromit, dan sperma dipindahkan melalui
kontak kloaka saat jantan tersebut menunggang betina.
Pada betina terdapat dua ovarium yang terbentuk
selama perkembangan, tapi biasanya hanya ovarium kiri
yang berkembang sepenuhnya (Gambar 6.13). Bukaan
berbentuk corong besar (ostium) menyelubungi ovarium
Gambar 6.13. Sistem
dan menerima telur setelah ovulasi. Telur dibuahi di reproduksi burung betina
bagian atas saluran telur, dan albumen dari kelenjar pada (Hickman, 2008).
dinding saluran telur disekresikankan secara bertahap
untuk menyelubungi zigot. Suatu kelenjar di bagian bawah saluran telur mensekresikan
suatu cangkang. Saluran telur terbuka ke kloaka.
Banyak burung membangun sarang sebelum kawin. Meskipun ukuran dan fungsi
sangat bervariasi di antara spesies, sarang umumnya memungkinkan burung untuk kawin
tanpa gangguan. Mereka menyediakan lokasi sarang dan terkadang sumber makanan untuk
burung dewasa dan keturunan. Burung mempertahankan wilayah mereka dan mengusir
penyusup dari spesies yang sama. Perilaku kawin mengutamakan daya tarik pasangan yang
ditunjukkan di suatu wilayah. Burung layang-layang jantan mengibas-ngibaskan sayapnya
ke batang kayu dan menciptakan suara yang bisa didengar sejauh bermil-mil. Cranes
memiliki tarian pencarian pasangan yang meliputi loncatan, pembungkukan, peregangan,

94
dan lompatan pajang. Kawin terjadi penerimaan panggilan atau sikap pasangan. Fertilisasi
dilakukan dengan cepat tetapi berulang kali untuk memastikan pembuahan semua telur
yang akan diletakkan.
Sebagian besar burung bersifat monogami. Satu pasang jantan dengan satu betina
selama musim kawin. Beberapa burung (angsa, angsa, elang) berpasangan seumur hidup.
Sering kawin ternyata memperkuat ikatan pasangan yang berkembang. Monogami biasa
terjadi bila sumber daya tersebar luas dan merata, dan satu burung tidak mengendalikan
akses terhadap sumber daya. Monogami juga menguntungkan karena kedua induk biasanya
berpartisipasi dalam membangun sarang dan merawat anak. Satu induk mengeram dan
melindungi telur atau anak sementara yang lain mencari makanan. Beberapa burung
bersifat poligini. Jantan kawin dengan lebih dari satu betina, dan betina merawat telur dan
anak. Poligini cenderung terjadi pada spesies yang kurang bergantung pada penetasan dan
dalam situasi di mana distribusi sumber dapat menarik banyak betina ke daerah
perkembangbiakan yang relatif kecil, contohnya ayam Prairie.

10. Soal Latihan


1) Tuliskan klasifikasi Aves.
2) Jelaskan 6 faktor yang menunjukkan bahwa Aves secara struktur dan fungsional
lebih berkembang dibandingan dengan Reptil.
3) Jelaskan perbedaan perbedaan (morfologi, struktur) antara ayam dan burung.
4) Bagaimanakah mekanisme termoregulasi dan osmoregulasi pada burung laut?

95
PRAKTIKUM 7
AVES - Gallus

Ayam termasuk ke dalam kelas Aves dalam ordo Galliformes. Hewan yang termasuk
dalam kelas Aves memiliki bulu yang menutupi seluruh tubuhnya, yang berguna untuk
mengisolasi panas tubuhnya terhadap keadaan sekelilingnya. Merupakan hewan
homoioterm. Ayam memiliki paruh yang pendek, suka makan padi dan kakinya dapat
digunakan untuk mengais ataupun berlari.

Tujuan: Mempelajari dan memahami morfologi dan anatomi dari ayam (Gallus gallus)
Alat dan Bahan:
- Ayam (Gallus gallus) - Kapas
- Kloroform - Plastik
- Papan bedah - Dissectting set

Cara kerja:
1. Lakukan pengamatan morfologi ayam.
2. Siapkan papan bedah yang telah dilapisi dengan plastik dan seperangkat alat bedah
yang akan digunakan.
3. Pakailah sarung tangan dan masker sebelum melakukan pembedahan.
4. Letakkan telentang ayam yang akan dibedah pada bak bedah agar bagian
ventral terbuka untuk memudahkan dalam pembedahan.
5. Bius ayam yang akan dibedah.
6. Mulailah membedah dari anus kearah caput, sampai di sternum belokkan bedahan
kearah rusuk, potong semua rusuk dan angkat sternum untuk dapat mengamati jantung
dan paru-paru. Hati-hati jangan sampai organ pencernaanya terpotong atau
tergores.

7. Kemudian bukalah bagian yang telah dibedah untuk diamati dan gunakan jarum
pentul sebagai alat bantu.
8. Lakukan pengamatan anatomi meliputi: sistem pencernaan, respirasi, peredaran darah,
ekskresi, reproduksi, indera, sistem gerak dan rangka.
9. Foto pengamatan Anda.
10. Diskusikan dengan kelompok Anda mengenai hasil pengamatan.
11. Buatlah laporan praktikum sesuai format.

96
PRAKTIKUM 8
AVES - BURUNG

Burung atau unggas adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang


(vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Hewan yang termasuk dalam kelas Aves
memiliki bulu yang menutupi seluruh tubuhnya, yang berguna untuk mengisolasi panas
tubuhnya terhadap keadaan sekelilingnya. Merupakan hewan homoioterm. Burung adalah
hewan berdarah panas sama seperti mamalia, burung berkembang biak dengan ovipar
(bertelur). Sebagian mereka hidup menetap, dan ada juga yang hidup berpindah tempat
(migrasi).

Tujuan: Mempelajari dan memahami morfologi dan anatomi dari burung


Alat dan Bahan:
- Burung - Kapas
- Kloroform - Plastik
- Papan bedah - Dissectting set

Cara kerja:
1. Lakukan pengamatan morfologi ayam.
2. Siapkan papan bedah yang telah dilapisi dengan plastik dan seperangkat alat bedah
yang akan digunakan.
3. Pakailah sarung tangan dan masker sebelum melakukan pembedahan.
4. Letakkan telentang ayam yang akan dibedah pada bak bedah agar bagian
ventral terbuka untuk memudahkan dalam pembedahan.
5. Bius ayam yang akan dibedah.
6. Mulailah membedah dari anus kearah caput, sampai di sternum belokkan bedahan
kearah rusuk, potong semua rusuk dan angkat sternum untuk dapat mengamati
jantung dan paru-paru. Hati-hati jangan sampai organ pencernaanya terpotong
atau tergores.

7. Kemudian bukalah bagian yang telah dibedah untuk diamati dan gunakan jarum
pentul sebagai alat bantu.
8. Lakukan pengamatan anatomi meliputi: sistem pencernaan, respirasi, peredaran darah,
ekskresi, reproduksi, indera, sistem gerak dan rangka.
9. Foto pengamatan Anda.
10. Diskusikan dengan kelompok Anda mengenai hasil pengamatan.
11. Buatlah laporan praktikum sesuai format.

97
VII. MAMALIA
Awal periode Tersier, sekitar 70 juta tahun yang lalu,
adalah awal kemunculan mamalia. Saat itu bertepatan
dengan kepunahan banyak keturunan reptil, yang
disebabkan radiasi adaptif. Karakteristik mamalia
berevolusi secara bertahap selama 200 juta tahun. Sinapsid
awal adalah pelycosaurs. Beberapa herbivora menunjukkan
adaptasi skeletal yang menunjukkan penikatan efektivitas organ sebagai predator. Gigi
anterior rahang atas berukuran besar dan dipisahkan dari gigi posterior oleh celah yang
mengakomodasi gigi anterior rahang bawah ketika rahang tertutup. Langit-langit
melengkung, yang memperkuat rahang atas dan memungkinkan untuk melewati mangsa
yang ada di mulut. Kaki lebih panjang dan lebih ramping dibandingkan dengan amniote
lainnnya.
Mamalia, memiliki sistem saraf yang sangat maju dan banyak mengalami adaptasi,
mamalia hidup di setiap lingkungan yang mendukung kehidupan. Mamalia terdiri dari
sekitar 4.800 spesies yang ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan 9700 spesies burung,
28.000 spesies ikan, dan 1.100.000 spesies serangga. Kelas Mammalia (L.
Mamma=payudara) adalah kelompok yang paling terdiferensiasi secara biologis di kerajaan
hewan. Mamalia sangat beragam dalam ukuran, morfologi dan fisiologi. Ukurannya
beragam mulai dari kelelawar Kitti di Thailand, dengan berat hanya 1,5 g, sampai paus biru
yang beratnya melebihi 130 ton. Adaptasi hewan mamalia sangat dipengaruhi oleh aktivitas
manusia, hewan lain, dan lingkungan. Mamalia banyak dimanfaatkan sebagai makanan,
kendaraan, hewan peliharaan, dan penelitian biomedis.

1. Karakteristik
Karakteristik utama hewan mamalia adalah sebagai berikut:
1) Kulit mamalia tebal dan protektif dan memiliki penutup insulasi rambut. Sebagian
besar tubuh ditutupi rambut, tetapi berkurang di beberapa integument yang
menghasilkan keringat, aroma, sebasea, dan kelenjar susu, karena memiliki lapisan
lemak tebal.
2) Adaptasi gigi dan saluran pencernaan memungkinkan mamalia untuk mengkonsumsi
berbagai sumber makanan.
3) Sistem yang efisien pada sirkulasi darah dan pertukaran gas mendukung tingkat
metabolisme yang tinggi terkait dengan endothermi mamalia. Jantung terdiri dari
empat ruang (dua atrium dan dua ventrikel); lengkung aorta kiri yang menetap, dan sel
darah merah.

98
4) Sistem pernapasan menggunakan paru-paru dengan alveoli, dan laring; langit-langit
sekunder (palatum tulang anterior dan kelanjutan posterior jaringan lunak, langit-langit
lunak) memisahkan saluran udara dan makanan; diafragma otot untuk pertukaran udara
memisahkan rongga toraks dan perut; tulang konka yang berbelit-belit di dalam rongga
hidung untuk menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk.
5) Otak mamalia memiliki korteks serebral yang diperluas yang memproses informasi
dari berbagai struktur sensoris. Otak sangat berkembang, terutama korteks serebral; 12
pasang saraf kranial; saraf olfaktori sangat berkembang
6) Ginjal metanephric memungkinkan mamalia mengeluarkan urea tanpa kehilangan air
yang berlebihan. Sistem ekskresi ginjal metanephric memiliki ureter yang biasanya
terbuka ke kandung kemih.
7) Sebagian besar mamalia adalah vivipar dan memiliki siklus reproduksi yang membantu
memastikan pembuahan internal dan perkembangan yang sukses.
8) Tengkorak terdiri dari dua kondilus occipital dan langit-langit sekunder; tulang konka
tulang di rongga hidung; sendi rahang antara tulang squamosal dan dentary, telinga
tengah dengan tiga ossicles (malleus, incus, stapes); tujuh vertebra serviks (kecuali
beberapa xenarthrans edentates dan manate); tulang panggul menyatu.
9) Mulut dengan gigi diphyodont (susu, atau gugur, gigi diganti dengan set permanen);
gigi heterodont di sebagian besar (bervariasi dalam struktur dan fungsi); rahang bawah
satu tulang yang diperbesar (dentary)
10) Kelopak mata yang dapat bergerak dan telinga eksternal yang imbang (pinnae)
11) Endotermik dan homeothermic
12) Cloaca monotremata
13) Jenis kelamin terpisah; organ reproduksi penis, testis (biasanya dalam skrotum),
ovarium, saluran telur, dan rahim; penentuan jenis kelamin oleh kromosom (jantan
bersifat heterogametik)
14) Fertilisasi internal; embrio berkembang di uterus dengan perlekatan plasenta (kecuali
dalam monotremata); selaput janin (amnion, chorion, allantois), anak yang baru lahir
memperoleh makanan dari kelenjar susu.

2. Klasifikasi
Meskipun perburuan komersil telah menurun, populasi manusia yang terus meningkat
dan merusak habitat liar dan mengurangi fauna mamalia. Pada tahun 2006, 510 spesies
mamalia terdata sebagai "terancam kritis" atau "terancam punah" oleh Uni Internasional
untuk Pelestarian Alam dan Sumber Daya Alam (IUCN), termasuk sebagian besar cetacea,
kucing (kecuali kucing domestik), berang-berang, dan primata (kecuali manusia).
Kehadiran manusia di planet ini membuat kita bertanggung jawab atas karakter lingkungan
alam kita. Kita harus melestarikan lingkungan alam di mana semua mamalia, termasuk diri
kita sendiri, adalah bagiannya. Kita perlu mengingat bahwa alam dapat hidup tanpa

99
manusia tetapi manusia tidak bisa hidup tanpa alam. Berikut ini adalah klasifikasi kelas
mamalia:

Kelas Mammalia, Kelenjar susu; rambut; diafragma; tiga ossicles telinga tengah; gigi
heterodont; keringat, sebasea, dan kelenjar wangi; hati empat hati; korteks serebral besar.
Subclass Prototheria (Gr. Ornis=burung), Subclass ini sebelumnya berisi
monotremes. Monotremes baru-baru ini telah direklasifikasi, dan subkelas ini sekarang
hanya spesies yang punah.
Infraclass Ornithodelphia, Karakteristik struktur tengkorak membedakan
anggota infraclass ini, Monotremes.
Subclass Theria, Karakteristik struktur tengkorak membedakan anggota ini subkelas.
Infraclass Metatheria, plasenta primitif; bayi lahir lebih awal dan sering dibawa
dalam kantong marsupial pada perut betina yang beranak-pinak.
Infraclass Eutheria, Placenta kompleks; bayi berkembang hingga tahap lanjut
sebelum kelahiran.
Ordo Insectivora, Beragam kelompok mamalia kecil dan primitif; urutan
mamalia terbanyak ketiga. Contohnya Hedgehog, tenrecs, tahi lalat, shrews.
Ordo Chiroptera, banyak terdapat di daerah tropis; tulang lengan dan tangan
memanjang dan ramping, kebanyakan pemakan serangga, tapi beberapa adalah
pemakan buah, pemakan ikan, dan pengumpan darah; urutan mamalia terbesar
kedua. Contohnya kelelawar
Ordo Primata, Adaptasi primata mencerminkan adaptasi untuk fleksibilitas
gerakan di habitat arboreal (pohon-tinggal); diet omnivora; gigi tidak
terspesialisasi; Contohnya Lemur (Madagaskar dan Kepulauan Comoro), tarsius
(hutan Sumatera dan Timur Hindia), monyet, owa, kera besar (kera dan manusia).
Ordo Edentata atau Xenarthra, Gigi seri dan kaninus tidak ada; kekurangan
enamel; tempurung otak panjang dan silindris; hindfoot terdiri empat jari kaki;
kaki depan memiliki dua atau tiga jari kaki yang menonjol dengan cakar besar;
anggota badan khusus untuk memanjat atau menggali; vertebra lumbar. Contohnya
armadillo.
Ordo Lagomorpha, Dua pasang insisivus atas; satu pasang gigi seri bawah; gigi
seri selalu tumbuh untuk makan. Contohnya Kelinci, pikas.
Ordo Rodentia, Mamalia berukuran besar; rahang atas dan bawah menopang
sepasang gigi seri yang terus tumbuh. Contohnya Squirrel, chipmunks, tikus,
berang-berang, landak, woodchucks, lemming.
Ordo Cetacea, hampir tidak berambut, dan mengisolasi panas dengan kulit tebal
dan berlemak (lemak); tidak ada kelenjar sebasea; anggota badan diubah menjadi
sirip seperti dayung untuk berenang; kaki belakang berkurang dan tidak terlihat
secara eksternal; naris eksternal (lubang sembur) di atas tengkorak; Bergigi,

100
contohnya ikan paus (paus paruh, narwhal, paus sperma, lumba-lumba, lumba laut,
paus pembunuh); Tidak bergigi, conothnya paus (paus kanan, paus abu-abu, paus
biru, dan paus bungkuk).
Ordo Carnivora, Mamalia predator; biasanya memiliki sistem saraf yang sangat
berkembang, terutama penciuman; gigi premolar dan molar dimodifikasi menjadi
carnassial; tiga pasang gigi atas dan gigi seri bawah, dan gigi taring berkembang
dengan baik. Contohnya anjing, kucing, beruang, rakun, cerpelai, singa laut, anjing
laut, walrus, berang-berang.
Ordo Proboscidea, tubuhnya panjang, belalai berotot; tengkorak; gigi seri kedua
pada setiap sisi rahang atas diubah menjadi taring; enam gigi pipi ada di setiap
rahang; gigi tumbuh secara berurutan dari depan ke belakang. Contohnya gajah
Afrika dan India.
Ordo Sirenia, hewan herbivora air besar yang beratnya lebih dari 600 kg; hampir
tidak berambut, kulit tebal dan keriput; kerangka berat; kaki depan mirip sirip, dan
kaki belakang adalah vestigial; diafragma berorientasi horizontal; gigi tidak
memiliki enamel. Contohnya Manate (sungai pesisir Amerika dan Afrika), dugong
(Pasifik barat dan India Lautan).
Ordo Perissodactyla, Tengkorak biasanya memanjang, molar besar dan premolar;
terutama grazers. (Artiodactyla juga memiliki kuku. Artiodactyls dan
perissodactyls, oleh karena itu disebut ungulates-ungula, kuku. Contohnya kuda,
badak, zebra, tapir.
Ordo Artiodactyla, sumbu dukungan melewati antara ketiga dan keempat digit;
digit satu, dua, dan lima dikurangi atau hilang; terutama hewan penggembalaan
dan penjelajah (babi adalah pengecualian yang jelas). Babi, kuda nil, unta, antelop,
rusa, domba, jerapah, ternak.

3. Integumen
Kulit mamalia dan khususnya modifikasinya membedakan mamalia sebagai kelompok.
Kulitnya sebagai perantara utama antara hewan dan lingkungannya, kulit sangat
dipengaruhi oleh cara hidup hewan. Secara umum kulit lebih tebal pada mamalia
dibandingkan kelas vertebrata lainnya, kulit tersusun dari epidermis dan dermis (Gambar
7.1). Epidermis lebih tipis dibandingkan dermis, epidermis merupakan bagian yang
terlindungi dengan baik oleh rambut, tetapi di tempat-tempat yang banyak bersentuhan
dengan habitat ataupun benda, seperti telapak tangan atau telapak kaki, bagian luar
lapisannya menjadi tebal dan keras dengan kandungan keratin.
Kulit berperan dalam melindungi dari cedera mekanis, invasi oleh mikroorganisme,
dan sinar ultraviolet matahari. Kulit juga penting dalam pengaturan suhu, persepsi sensorik,
ekskresi, dan pengaturan air (Gambar 7.1). Rambut merupakan turunan keratin dari
epidermis kulit. Kulit terbentuk dari invaginasi epidermis, yang disebut folikel rambut.

101
Sehelai rambut, yang disebut pelage, biasanya terdiri dari dua jenis panjang rambut.
Rambut yang lebih panjang memiliki lapisan yang lebih tebal sehingga melindungi rambut
yang lebih pendek, menutupi bagian bawah yang terisolasi. Karena rambut sebagian besar
terdiri dari sel-sel mati, maka harus berganti secara berkala.

Gambar 7.1 Struktur kulit mamalia dan rubah Artik (Hickman, 2008 & Miller, 2001).

Rambut tumbuh terus menerus melalui proliferasi cepat sel pada folikel. Ketika batang
rambut terdorong ke permukaan, sel-sel baru dibawa menjauh dari sumber makanan
(peredaran darah) dan mati, kemudian terisi dengan jenis protein berserat padat yang sama,
yang disebut keratin, yang membentuk kuku, cakar, tapak, dan bulu. Jadi rambut asli, yang
hanya ditemukan pada mamalia, terdiri dari sel-sel epidermal yang mati dan keratin.
Mamalia memiliki dua jenis rambut yang membentuk susunan rambut (mantel bulu): (1)
Underhair, rambut lebih pendek dan lembut untuk isolasi suhu dan (2) Guardhair, rambut
penjaga lebih kasar dan lebih panjang untuk perlindungan terhadap gesekan dan untuk
memberikan warna. Pada mamalia air, seperti anjing laut, berang-berang, rambutnya lebih
rapat sehingga hampir tidak mungkin basah. Di dalam air, guardhair menjadi basah dan
menempel satu sama lain, membentuk selimut pelindung di atas underhair.
Ketika rambut mencapai panjang tertentu, rambut berhenti tumbuh. Biasanya tetap di
folikelnya sampai pertumbuhan baru dimulai, dan rambut lama rontok. Pada sebagian besar
mamalia terjadi molting (pergantian rambut) secara periodik yang terjadi keseluruhan. Pada
manusia, rambut tumbuh dan diganti sepanjang hidup (meskipun ada pria yang mengalami
kebotakan). Rambut lebih dari seuntai keratin. Keratin terdiri dari tiga lapisan: medula atau
empulur di tengah rambut, korteks dengan butiran pigmen di sebelah medula, dan kutikula
luar tersusun dari sisik-sisik. Rambut mamalia yang berbeda menunjukkan struktur yang
berbeda juga. Misalnya defisien pada korteks, seperti rambut yang rapuh, atau mungkin
defisien di medula, seperti rambut berongga. Rambut kelinci dan beberapa lainnya bersisik
untuk saling mengunci saat ditekan bersama. Rambut keriting, seperti domba, tumbuh dari

102
folikel melengkung. Dalam kasus yang paling sederhana, seperti rubah dan anjing laut,
mantelnya dilepaskan sekali setiap musim panas.
Sebagian besar mamalia memiliki dua molts (pergantian rambut) tahunan, sekali di
musim semi dan sekali di musim gugur. Rambut musim panas selalu lebih tipis daripada
rambut musim dingin dan pada beberapa mamalia mungkin warna rambutnya yang
berubah. Beberapa karnivora seperti musang memiliki mantel musim dingin putih dan
mantel musim panas cokelat. Pernah dipercaya bahwa pelipit dalam putih hewan Arktik
melestarikan panas tubuh dengan mengurangi kehilangan radiasi; nyatanya, bulu-bulu
hitam dan putih memancarkan panas dengan sama baiknya. Rambut putih musim dingin
pada hewan Arktik hanyalah kamuflase di tanah salju. Beragam kelinci Amerika Utara
memiliki tiga molts tahunan: rambut musim dingin putih digantikan oleh rambut musim
panas abu-abu kecoklatan, dan rambut musim gugur diganti abu-abu, yang akan segera
berganti rambut putih musim dingin di bawahnya.
Pada beberapa mamalia (misalnya, manusia), molting (pergantian rambut/kulit) terjadi
secara bertahap dan mungkin tidak terasa. Rambut yang rontok terjadi dengan cepat dapat
menyebabkan perubahan karakteristik pelage. Pada
musim gugur, banyak mamalia yang membuat lapisan
tebal sebagai insulasi panas di bawah rambut, dan
warna rambut dapat berubah. Sebagai contoh, rubah
Arktik (Gambar 7.1) yang rambutnya berwarna putih
atau krem pada saat musim gugur, yang membantu
menyembunyikan rubah di lingkungan bersalju. Saat
musim semi, rubah Arktik memiliki rambut berwarna
abu-abu dan kuning. Warna rambut tergantung pada
jumlah pigmen (melanin) yang tersimpan di dalamnya
dan kuantitas udara di batang rambut. Rambut sebagian
besar mamalia berwarna lebih gelap di atas dan lebih
cerah pada bagian bawahnya. Pola ini membuat
mamalia kurang mencolok di habitatnya. Beberapa
mamalia beradaptasi untuk pertahanan diri dengan
menggunakan pewarnaan (peringatan) aposematic.
Warna rambut yang kontras pada sigung sebagai Gambar 7.2. Cakar, kuku, dan
tapak (Miller & Harley, 2001).
contohnya.
Helaian rambut berkurang banyak pada mamalia besar pada iklim yang panas
(misalnya, gajah dan kuda nil) dan beberapa mamalia air (misalnya, paus) yang memiliki
insulasi berlemak pada tubuhnya. Beberapa mamalia (misalnya, tikus mol telanjang)
hampir tidak memiliki rambut. Cakar dimiliki oleh semua hewan pada kelas amniote. Cakar
digunakan untuk gerakan dan perilaku ofensif dan defensif. Cakar terbentuk dari akumulasi

103
keratin yang menutupi phalanx terminal (tulang) dari digit (jari). Pada beberapa mamalia,
dikhususkan untuk membentuk kuku atau tapak/tapal (Gambar 7.2).
Rambut juga penting untuk indera peraba. Perpindahan mekanis rambut menstimulasi
sel-sel saraf yang terkait dengan akar rambut. Penjaga rambut kadang-kadang dapat
dimodifikasi menjadi rambut tebal yang disebut vibrissae. Vibrissae terbentuk di sekitar
kaki, hidung, mulut, dan mata banyak mamalia. Akar rambut vibrissae sangat sensitif
terhadap perpindahan. Ruang udara terletak di batang rambut dan udara yang terperangkap
di antara rambut dan kulit memberikan lapisan isolasi suhu yang efektif. Serangkaian otot
polos, yang disebut otot arrektor pili, otot ini terdapat di antara folikel rambut dan
epidermis bawah. Ketika otot berkontraksi, rambut-rambut berdiri tegak, dan akan
meningkatkan jumlah udara yang terperangkap di dalam pelage (sehelai rambut) dan
meningkatkan sifat insulasinya terhadap suhu. Otot-otot pili arrector berada di bawah
kendali sistem saraf otonom, yang juga mengendalikan respons "fight-or-flight" mamalia.
Dalam situasi yang mengancam, rambut (terutama pada leher dan ekor) berdiri tegak dan
dapat memberikan persepsi tentang ukuran tubuh dan kekuatan yang meningkat.

4. Kelenjar
Dari semua vertebrata, mamalia memiliki variasi kelenjar-kelenjar insektum terbesar.
Sebagian besar terdiri dari empat macam yaitu: keringat, aroma, sebasea, dan mammae.
Semua adalah turunan dari epidermis (lihat Gambar 7.1). Kelenjar berkembang dari
epidermis kulit. Kelenjar sebaceous (minyak) berhubungan dengan folikel rambut, dan
sekresi minyak untuk melumasi dan membuat kulit dan rambut kedap air.
Kelenjar keringat berbentuk tabung, kelenjar yang sangat melingkar di sebagian besar
permukaan tubuh mamalia. Sebagian besar mamalia juga memiliki kelenjar yang
menghasilkan keringat. Kelenjar sudoriferous kecil (kelenjar eccrine) mensekresikan air
yang digunakan unutk pendinginan tubuh melalui evaporasi (penguapan). Kelenjar
sudoriferous yang lebih besar (kelenjar apokrin) mengeluarkan campuran garam, urea, dan
air, yang mana mikroorganisme pada kulit diubah menjadi produk sekret yang berbau.
Kelenjar yang menghasilkan bau terdapat di sekitar wajah, kaki, ketiak, dan anus banyak
mamalia. Kelenjar ini mengeluarkan feromon, yang juga terlibat dalam pertahanan diri, ciri
khas spesies, jenis kelamin, dan perilaku teritorial.
Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu: eccrine dan apocrine. Kelenjar eccrine
mengeluarkan cairan berair yang, jika menguap di permukaan kulit, menarik panas dari
kulit dan mendinginkannya. Kelenjar-kelenjar eccrine terdapat di daerah tanpa rambut,
terutama tapak kaki, di sebagian besar mamalia, meskipun pada kuda dan sebagian besar
primata memiliki kelenjar eccrine di seluruh tubuh. Kelenjar eccrine berkurang atau tidak
ada pada hewan pengerat, kelinci, dan ikan paus. Kelenjar apokrin lebih besar dari kelenjar
eccrine dan memiliki saluran yang lebih panjang dan lebih berbelit-belit. Kumparan
sekretori mereka ada di dermis dan meluas jauh ke dalam hypodermis. Kelenjar apokrin

104
selalu membuka ke folikel rambut atau di mana rambut tumbuh. Kelenjar apokrin
berkembang pada usia pubertas dan dibatasi (pada manusia) ke aksila (ketiak), mons pubis,
payudara, preputium, skrotum, dan pendengaran kanal eksternal. Berbeda dengan sekresi
air dari kelenjar eccrine, sekresi apokrin adalah cairan keputih-putihan atau kuning, yang
kering pada kulit untuk membentuk selaput. Kelenjar apokrin tidak terlibat dalam
pengaturan panas. Aktivitasnya berkorelasi dengan fungsi reproduksi seperti tahap siklus
menstruasi, dan tingkat kematangan dan keterkaitan individu dalam suatu spesies.
Kelenjar susu (Gambar 7.3) bersifat fungsional pada mamalia betina dan juga terdapat
pada mamalia jantan, tetapi tidak berfungsi. Kelenjar susu (mammae) dapat mengeluarkan
air, karbohidrat (terutama gula laktosa), lemak,
protein, mineral, dan antibodi. Kelenjar mammae
secara evolusi berasal dari kelenjar apokrin dan
biasanya mengandung endapan lemak yang besar.
Monotremata memiliki kelenjar susu yang tidak
memiliki puting. Kelenjar mengeluarkan susu ke
dalam lekukan di perut, yang ada di dalam kantung
perut untuk anak. Pada mamalia lain, kelenjar susu
terbuka melalui puting atau puting susu untuk
menyusui anaknya. Kelenjar susu berkembang dari
penebalan epidermis untuk membentuk garis susu di
sepanjang sisi perut ketika embrio. Pada bagian-bagian
tertentu dari garis-garis ini mammae muncul ketika
bagian permukaan menghilang. Kelenjar mammae Gambar 7.3. Kelenjar mammae
bertambah besar saat dewasa (pada betina/wanita), (Miller & Harley, 2001).
berukuran lebih besar selama kehamilan dan masa menyusui. Pada manusia, jaringan
adiposa mulai menumpuk di sekitar kelenjar susu saat pubertas untuk membentuk
payudara.
Kelenjar scent terdapat di hampir semua mamalia. Lokasi dan fungsi mereka sangat
bervariasi. Kelenjar ini digunakan untuk komunikasi dengan anggota spesies yang sama,
untuk menandai batas-batas teritorial, untuk peringatan, atau untuk pertahanan. Kelenjar
penghasil aroma terletak di daerah orbital, metatarsal, dan interdigital (rusa); di belakang
mata dan di pipi (pica dan woodchuck); penis (muskrat, berang-berang, dan banyak gigi
taring); pangkal ekor (serigala dan rubah); belakang kepala (dromedary); dan wilayah anal
(sigung, cerpelai, dan musang). Yang terakhir, yang paling bau dari semua kelenjar, terbuka
oleh saluran ke anus; sekresi kelenjar scent dapat dibuang dengan paksa selama 2 hingga 3
meter. Selama musim kawin banyak mamalia mengeluarkan aroma yang kuat untuk
menarik yang sebaliknya seks. Manusia juga dikaruniai kelenjar aroma. Namun kita
cenderung tidak menyukai aroma kita sendiri, kekhawatiran yang telah mendorong industri
deodoran untuk menghasilkan produk sabun dan pewangi tubuh yang tak ada habisnya.

105
Kelenjar sebaceous (lihat Gambar 7.1) berhubungan dengan folikel rambut, meskipun
beberapa bebas dan terbuka langsung ke permukaan. Lapisan sel kelenjar dibuang dalam
proses sekresi dan harus diperbarui untuk sekresi lebih lanjut. Sel-sel kelenjar ini membesar
karena akumulasi lemak, kemudian mati, dan dikeluarkan sebagai campuran berminyak
yang disebut sebum ke dalam folikel rambut. Peran sel kelenjar ini untuk menjaga kulit dan
rambut agar tetap lentur dan mengkilap. Sebagian besar mamalia memiliki kelenjar
sebaceous di seluruh tubuhnya, pada manusia paling banyak terdapat di kulit kepala dan
wajah.

5. Tanduk
Beberapa jenis tanduk atau struktur mirip tanduk ditemukan pada mamalia. Tanduk
sejati, ditemukan dalam anggota keluarga Bovidae (misalnya, domba dan sapi). Tanduk
adalah selubung berlubang dari epidermis keratin yang memiliki inti tulang yang timbul
dari tengkorak (lihat Gambar 7.3). Tanduk sejati tidak terlepas, tidak bercabang (meskipun
mungkin sangat melengkung), tumbuh terus menerus, dan terdapat pada kedua jenis
kelamin.
Tanduk rusa Cervidae bercabang dan terdiri
dari tulang yang padat ketika dewasa. Selama
pertumbuhan musim semi tahunan mereka, tanduk
berkembang di bawah penutup kulit lunak yang
sangat vaskular yang disebut beludru (Gambar 7.4).
Kecuali karibu, hanya rusa jantan dari spesies yang
menghasilkan tanduk. Ketika pertumbuhan tanduk
selesai tepat sebelum musim berkembang biak,
pembuluh darah menyempit dan rusa jantan
menghilangkan beludru dengan menggosok
tanduknya ke pepohonan. Tanduk akan dilepaskan
setelah musim kawin. Tunas baru muncul beberapa
bulan kemudian untuk menandai tanduk rusa Gambar 7.4. Pertumbuhan tanduk
berikutnya. Selama beberapa tahun setiap pasang pada rusa (Hickman, 2008)
tanduk baru lebih besar dan lebih rumit dari tanduk
sebelumnya. Pertumbuhan tahunan tanduk mengganggu metabolisme mineral, karena
selama musim tumbuh tanduk, rusa harus mengumpulkan 50 atau lebih kilogram garam
kalsium dari diet nabati. Tanduk dari antelop pronghorn (Antilocapridae) mirip dengan
tanduk sejati bovids kecuali pada bagian keratinisasi bercabang yang dilepaskan setiap
tahun. Tanduk jerapah mirip dengan tanduk tetapi tetap mempertahankan penutupnya dan
tidak dilepaskan.

106
6. Tengkorak dan Gigi
Tengkorak mamalia menunjukkan modifikasi penting dibandingkan reptil. Salah satu
fitur yang digunakan ahli zoologi untuk membedakan reptil dari tengkorak mamalia yaitu
metode artikulasi/sambungan rahang. Pada reptil, rahang dihubungkan oleh dua tulang kecil
di bagian belakang rahang. Pada mamalia, tulang-tulang ini telah pindah ke telinga tengah,
dan bersama dengan stapes, membentuk ossicles telinga-tengah. Satu tulang rahang bawah
menghubungkan rahang mamalia.
Pada mamalia, langit-langit sekunder rahang
meluas ke posterior dari lipatan kulit, yang disebut
langit-langit lunak, yang hampir sepenuhnya
memisahkan saluran hidung dari rongga mulut.
Tidak seperti vertebrata lain yang menelan makanan
utuh atau dalam potongan kecil, beberapa mamalia
mengunyah makananya. Langit-langit sekunder
yang lebih luas memungkinkan mamalia untuk
bernapas saat mengunyah. Pernapasan harus
berhenti sebentar saat menelan (Gambar 7.5).
Struktur dan pengaturan gigi merupakan indikator
penting gaya hidup mamalia. Pada hewan reptil, gigi
secara seragam berbentuk kerucut, yang disebut
sebagai homodont. Pada mamalia, gigi sering
dikhususkan untuk fungsi yang berbeda, suatu
kondisi yang disebut heterodont. Gigi reptilia
Gambar 7.5. Struktur mulut
menempel di sepanjang bagian atas atau di dalam mamalia (Miller & Harley, 2001).
rahang, sedangkan pada mamalia, gigi diatur ke
dalam soket rahang.
Sebagian besar mamalia memiliki dua pasang gigi selama hidup mereka. Gigi pertama
muncul sebelum atau segera setelah lahir dan disebut gigi susu. Gigi-gigi ini hilang, dan
gigi permanen menggantikannya. Mamalia dewasa memiliki hingga empat jenis gigi. Gigi
seri adalah gigi yang paling anterior di rahang. Gigi ini biasanya seperti pahat dan
digunakan untuk mengunyah atau menggigit. Gigi anjing biasanya berukuran panjang,
besar, dan berbentuk kerucut, dan biasanya digunakan untuk menangkap, membunuh, dan
mencabik mangsa. Gigi seri anjing memiliki akar tunggal. Premolar diposisikan di samping
gigi taring, dan memiliki satu atau dua akar dan permukaan rata untuk mengunyah. Molars
memiliki permukaan mengunyah yang luas dan dua (molar atas) atau tiga (geraham bawah)
akar. Spesies mamalia memiliki jumlah karakteristik dari setiap jenis gigi dewasa. Ahli
zoologi menggunakan formula gigi untuk mengkarakterisasi taksa dari jumlah gigi pada
rahang atas dan bawah (Gambar 7.6). Gigi rahang atas terdapat di atas rahang bawah dalam
urutan sebagai berikut: gigi seri, kaninus, premolar, dan molar.

107
Gambar 7.6. Spesialisasi rahang dan giig mamalia (Hickman, 2008).

7. Rangka dan Otot


Koluma vertebralis mamalia dibagi menjadi lima bagian. Seperti reptil dan burung, dua
vertebra serviks pertama adalah atlas dan aksis. Lima vertebra serviks lainnya biasanya
mengikuti. Bahkan jerapah dan paus memiliki tujuh vertebra leher, yang sangat memanjang
atau terkompresi. Pada mamalia, pembagian vertebra berkorelasi dengan metode
pernapasannya. Wilayah toraks berisi tulang rusuk. Sebagian besar tulang rusuk terhubung
ke vertebra torakalis dan ke tulang dada melalui kartilago kosta. Tulang rusuk lainnya
hanya menempel pada vertebra toraks atau tulang rusuk lainnya melalui kartilago. Semua
tulang rusuk melindungi jantung dan paru-paru. Artikulasi antara vertebra torakalis
menyediakan fleksibilitas yang dibutuhkan dalam memutar, memanjat, dan berbaring
menyamping untuk menyusui. Vertebra lumbar memiliki peran untuk memberi dukungan,
tetapi kebebasan bergeraknya hanya sedikit.
Kerangka appendikular mamalia berotasi di bawah tubuh sehingga sendi biasanya
terdapat di bawah tubuh. Sendi biasanya membatasi pergerakan ke anteroposterior tunggal,
menyebabkan ujung sendi untuk bergerak. Tulang-tulang korset panggul menyatu pada
orang dewasa, suatu kondisi yang menguntungkan untuk bergerak tetapi menjadi masalah
pada saat kelahiran anak. Pada wanita hamil, sendi ventral antara paruh panggul simfisis
pubis akan mengendur sebelum lahir, memungkinkan panggul melebar selama kelahiran.

108
Otot. Massa otot terkonsentrasi di bagian atas
dan girdle. Banyak mamalia yang berlari (misalnya,
Rusa ordo Artiodactyla) memiliki otot kecil di kaki
bawahnya yang akan memperlambat pergerakan kaki.
Sebaliknya, tendon berada di sepanjang otot-otot di
kaki hingga dapat menggerakkan sendi bawah.
Banyak otot tidak hanya menghasilkan gerakan tetapi
juga memberikan bentuk dukungan tulang yang unik.
Belalai gajah adalah contoh sempurna dari struktur
yang tidak memiliki bentuk dukungan tulang, namun
mampu membengkokkan, memilin, memanjang, dan
mengangkat beban berat (Gambar 7.7). Belalai gajah,
Gambar 7.7. Struktur belalai gajah
lidah mamalia dan reptil, dan tentakel mollusca (Hickman, 2008).
cephalopoda adalah contoh hidrostat berotot. Seperti
kerangka hidrostatik cacing, hidrostats otot bekerja karena terdiri dari jaringan padat yang
tetap pada volume konstan. Gerakan hidrostat otot yang sangat beragam bergantung pada
otot yang diatur dalam pola yang kompleks.

8. Nutrisi dan Sistem Percernaan


Saluran pencernaan mamalia mirip dengan vertebrata lain tetapi memiliki banyak
spesialisasi
untuk kebiasaan makan yang berbeda. Kebiasaan makan mamalia sulit untuk
digeneralisasikan. Kebiasaan makan mencerminkan spesialisasi ekologi yang telah
berevolusi. Sebagai contoh, sebagian besar anggota ordo Carnivora memakan daging
hewan. Anggota lain dari seperti beruang, memakan berbagai produk tanaman dan hewan
yang merupakan omnivora. Beberapa mamalia karnivora memakan arthropoda atau
invertebrata bertubuh lunak, dan sering disebut sebagai insektivora. Hewan ini termasuk ke
dalam ordo Insectivora (misalnya tikus), Chiroptera (kelelawar), dan Edentata (pemakan
semut).
Herbivora seperti rusa (memesan Artiodactyla) dan zebra (memesan Perissodactyla)
memakan tanaman, tetapi mereka juga memakan invertebrata yang dicerna secara tidak
sengaja saat menyusui. Spesialisasi dalam saluran pencernaan kebanyakan herbivora
mencerminkan kesulitan mencerna makanan yang kaya selulosa. Kuda, kelinci, dan banyak
hewan pengerat memiliki sekum yang membesar di persimpangan usus besar dan kecil.
Sekum adalah kantong fermentasi di mana mikroorganisme membantu pencernaan selulosa.
Domba, ternak, dan rusa disebut ruminansia (L. ruminare, untuk mengunyah kembali)
(Gambar 7.8). Perut ruminansia dimodifikasi menjadi empat ruang. Tiga ruang pertama
adalah ruang penyimpanan dan fermentasi yang mengandung mikroorganisme yang
mensintesis enzim selulosa yaitu selulase. Gas yang dihasilkan fermentasi secara berkala

109
dikeluarkan melalui sendawa, dan beberapa makanan yang sudah ditelan dimuntahkan
kembali dan dikunyah ulang. Mikroorganisme lain mengonversi senyawa nitrogen dalam
makanan menjadi protein baru.

Gambar 7.8. Saluran pencernaan mamalia (Hickman, 2008).

9. Peredaran Darah
Jantung burung dan mamalia secara anatomi mirip. Keduanya menggunakan pompa
empat bilik yang menjaga darah pada sirkuit sistemik dan paru-paru terpisah, dan keduanya
berevolusi dari jantung reptil kuno. Kesamaan jantung antara burung dan mamalia adalah
hasil dari adaptasi terhadap gaya hidup yang aktif. Evolusi struktur yang serupa termasuk
ke dalam garis keturunan yang berbeda disebut evolusi konvergen. Jantung mamalia
berevolusi dalam garis keturunan reptil sinapsid, sedangkan jantung burung berevolusi
dalam garis keturunan archosaur (Gambar 7.9). Salah satu adaptasi terpenting dalam sistem
sirkulasi mamalia Eutherian mendistribusi gas pernapasan dan nutrisi pada janin melalui
plasenta. Meskipun pembuluh darah ibu dan janin berhubungan erat, tidak ada darah yang
benar-benar bercampur. Nutrisi, gas, dan limbah hanya menyebar antara pasokan darah
janin dan ibu.

110
A B
Gambar 7.9. Jantung hewan vertebrata dan pembuluh darah respirasi (Miller & Harley, 2001).

Darah yang memasuki atrium kanan janin kembali dari plasenta dan sangat beroksigen.
Karena paru-paru janin tidak meningkat, resistensi terhadap aliran darah melalui arteri
pulmonal tinggi. Oleh karena itu, sebagian besar darah yang memasuki atrium kanan
melewati ventrikel kanan dan masuk ke atrium kiri melalui pembukaan katup antara atria
(foramen ovale). Namun, beberapa darah dari atrium kanan masuk ke ventrikel kanan dan
arteri pulmonalis. Karena resistensi pada paru-paru yang tidak terlokalisir, sebagian besar
darah ini dialirkan ke aorta melalui pembuluh yang menghubungkan aorta dan arteri
pulmonalis kiri (duktus arteriosus). Saat lahir, plasenta hilang, dan paru-paru meningkat.
Penghambatan aliran darah melalui paru-paru berkurang, dan aliran darah ke paru-paru
meningkat. Aliran melalui duktus arteriosus menurun, dan pembuluh secara bertahap
dikurangi menjadi ligamen. Aliran darah kembali ke atrium kiri dari paru-paru secara
bersamaan meningkat, dan katup foramen ovale menutup dan secara bertahap menyatu
dengan jaringan yang memisahkan kanan dan kiri.

111
10. Pertukaran gas
Tingkat metabolisme yang tinggi memerlukan adaptasi untuk pertukaran gas yang
efisien. Sebagian besar mamalia memiliki rongga hidung dan mulut yang terpisah dan
moncong yang lebih panjang, yang memberikan peningkatan luas permukaan untuk
menghangatkan dan melembabkan udara yang terinspirasi. Saluran pernapasan sangat
bercabang, dan area permukaan yang luas tersedia untuk pertukaran gas. Karbon dioksida
yang dihasilkan oleh respirasi sel berdifusi dari jaringan ke dalam plasma dan sel darah
merah (Gambar 7.10 A). Karbon anhidrase dalam sel darah merah mengkatalisis konversi
karbon dioksida menjadi asam karbonat, ion bikarbonat dan hidrogen. Bikarbonat berdifusi
keluar dari sel, dan difusi ke dalam dan ion klorida mempertahankan keseimbangan ion. Ion
hidrogen bergabung dengan hemoglobin. Tekanan parsial karbon dioksida yang lebih
rendah di alveoli paru-paru mendukung pembalikan reaksi-reaksi ini (Gambar 7.10 B).
Dalam jaringan, gas juga bergerak sepanjang gradien konsentrasinya (Gambar 7.9 B).
Sel-sel tubuh terus menggunakan dan menghasilkan oksigen dan karbon dioksida, sehingga
tekanan parsial oksigen dalam darah arteri (100 mm Hg) yang memasuki jaringan lebih
besar daripada di jaringan (0 hingga 30 mm Hg), dan tekanan parsial dari karbon dioksida
dalam jaringan (45-68 mm Hg) lebih besar dari pada darah (40 mm Hg). Gas menyebar dari
lokasi konsentrasi yang lebih tinggi ke salah satu konsentrasi yang lebih rendah.

Gambar 7.10. Paru-paru manusia dan pertukaran gas (Hickman, 2008).

Paru-paru mammalia menyerupai spons yang sangat vaskular, bukan struktur paru-paru
yang mirip amfibi dan beberapa reptil yang paru-parunya mengembang menggunakan
mekanisme tekanan negatif. Tidak seperti reptil dan burung, mamalia memiliki diafragma
otot yang memisahkan rongga toraks dan perut. Hasil inspirasi dari kontraksi diafragma dan
perluasan tulang rusuk, keduanya menurunkan tekanan intratoraks dan memungkinkan
udara masuk ke paru-paru. Peningkatan elastisitas paru-paru dan relaksasi otot inspirasi
menurunkan volume rongga toraks. Kontraksi otot-otot toraks dan abdomen lainnya dapat
menghasilkan pernafasan yang kuat.
Paru-paru mengandung banyak jaringan ikat elastis. Paru-paru ditutupi oleh lapisan
tipis epitelium keras yang disebut pleura visceral. Setelah lapisan ini terdapat lapisan yang
sama yaitu pleura parietalis, yang melapisi permukaan bagian dalam dinding dada (Gambar

112
7.10). Kedua lapisan pleura bersentuhan dekat, dilumasi oleh cairan jaringan, dan bergeser
satu sama lain saat paru-paru mengembang dan berkontraksi. "Ruang" antara pleura, yang
disebut rongga pleura, mempertahankan vakum parsial, atau tekanan intrapleural negatif,
yang membantu menjaga paru-paru untuk tetap mengisi rongga pleura, dan karena itu tidak
ada ruang pleura yang nyata. Rongga dada dibatasi oleh tulang belakang, tulang rusuk,
tulang dada, dan diafragma pada bagian bawah, sebuah lengkungan, yaitu partisi berotot
antara rongga dada dan perut.

11. Termoregulasi
Mamalia tersebar luas di bumi, dan beberapa lainnya menghadapi suhu lingkungan
yang ekstrim. Hampir semua suhu wajah yang mengharuskan mamalia untuk membuang
panas berlebih pada beberapa waktu dan untuk menghemat dan menghasilkan panas di lain
waktu. Mekanisme penghasil panas mamalia dibagi menjadi dua kategori. Termogenesis
shivering (menggigil) adalah aktivitas otot yang menghasilkan sejumlah besar panas tetapi
sedikit gerakan. Termogenesis nonshivering melibatkan produksi panas oleh metabolisme
seluler umum dan metabolisme deposit lemak khusus yang disebut brown fat.

Gambar 7.11. Termoregulasi tikus dan rusa (Hickman, 2008).

Pada tikus kangguru (tikus gurun), perilakunya yaitu tidak minum air sama sekali
(Gambar 7.11). Tikus kanguru memperoleh semua air mereka dari makanan mereka yang
sekitar 90% adalah air metabolik yang berasal dari oksidasi molekul bahan bakar dan 10%
berasal dari kelembaban dalam makanan. Makanannya rendah protein, yang mengurangi
produksi urea, meminimalkan kehilangan air ekskretoris. Biji-bijian yang hampir kering
yang dikonsumsi tikus kanguru adalah sumber karbohidrat dan banyak lemak. Oksidasi
metabolik karbohidrat menghasilkan air sebagai produk sampingan. Meskipun makan
makanan dengan kandungan air yang jauh lebih tinggi daripada biji kering, manusia masih
harus minum separuh dari kebutuhan air total. Kotorannya hampir kering, dan kebiasaan
nokturnalnya mengurangi kehilangan air yang menguap. Kondensasi udara hangat di

113
saluran pernapasan yang bertemu dengan saluran hidung yang dingin meminimalkan
kehilangan air pada pernapasan.
Pertukaran panas terjadi antara mamalia besar dan lingkungannya pada hari yang panas
(Gambar 7.11). Mamalia memperoleh panas dari radiasi matahari secara langsung dan
refleksi radiasi matahari, mamalia dapat kehilangan panas melalui pendinginan evaporatif
(penguapan), konduksi ke tanah, radiasi gelombang panas ke angkasa, dan konveksi angin.
Jika suhu udara dan udara lebih hangat dari hewan, panah untuk konveksi angin, konduksi,
dan radiasi akan terbalik. Kemudian hewan itu bisa kehilangan panas hanya dengan
pendinginan evaporatif.
Produksi panas berlangsung cukup efektif dalam termoregulasi mamalia karena tubuh
mengisolasi panas dengan adanya rambut-rambut dan timbunan lemak. Deposit lemak juga
merupakan sumber energi untuk mempertahankan tingkat metabolisme yang tinggi.
Mamalia tanpa rambut dapat menghemat panas dengan membiarkan suhu jaringan
permukaan turun. Seekor walrus di perairan dingin Arktik memiliki suhu permukaan
mendekati 0°C; Namun, beberapa sentimeter di bawah permukaan kulit, suhu tubuh sekitar
35°C. Setelah muncul dari air dingin, walrus dengan cepat menghangatkan kulitnya dengan
meningkatkan aliran darah perifer. Sebagian besar jaringan tidak dapat mentoleransi
fluktuasi suhu yang cepat dan ekstrim seperti itu. Meskipun sebagian besar tubuh mamalia
kutub sangat terisolasi dengan baik, bagian persendian dilengkapi lapisan rambut tipis
sebagai adaptasi untuk mengubah kebutuhan termoregulasi. Bahkan di musim dingin,
mamalia yang aktif kadang-kadang menghasilkan lebih banyak panas daripada yang
diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh.

Gambar 7.12. Adaptasi fisiologis dan perilaku mamalia di Savana panas (Hickman, 2008).

Lingkungan yang panas dan kering menghadirkan masalah yang jauh lebih besar,
karena pendinginan evaporatif dapat merusak keseimbangan air. Kelinci dan gajah
menggunakan telinga panjang mereka untuk memancarkan panas. Mamalia kecil sering

114
menghindari panas dengan tetap berada di sarang pada siang hari dan mencari makanan di
malam hari. Mamalia lainnya mencari naungan atau lubang air untuk pendinginan.
Saat hewan menghirup udara yang dingin dan kering, diteruskan melewati hidungnya
yang akan dipanaskan dan dilembabkan. Pada saat yang sama, jaringan hidungnya
didinginkan. Ketika hewan menghembuskan nafas, panas akan dilepaskan ke hidung yang
sebelumnya didinginkan. Udara membawa lebih sedikit uap air, dan kondensasi terjadi
pada hidung hewan (Gambar 7.13).
Sistem pertukaran panas arus balik (countercurrent) dapat membantu mengatur
kehilangan panas dari area yang terbuka (Gambar 7.13). Arteri yang melewati perifer
melalui inti persendian kaki yang dikelilingi oleh vena yang membawa darah kembali ke
tubuh. Ketika darah kembali ke tubuh melalui vena-vena ini, panas ditransfer dari darah
arteri ke darah vena dan kembali ke tubuh. Ketika kelebihan panas dihasilkan, darah
dialirkan dari vena berlawanan arah ke pembuluh perifer, dan kelebihan panas diradiasikan
ke lingkungan. Mamalia memiliki beberapa masalah untuk membuang kelebihan panas di
lingkungan yang sejuk dan basah. Panas dapat dikeluarkankan ke udara dari pembuluh
dekat permukaan kulit atau hilang oleh pendinginan evaporatif dari kelenjar keringat atau
permukaan pernapasan selama terengah-engah.

Gambar 7.13. Pertukaran panas melalui pernapasan dan countercurrent (Miller & Harley, 2001).

Mamalia bereaksi dengan berbagai cara terhadap suhu ekstrem lingkungan. Caribou
bermigrasi untuk menghindari suhu ekstrim, dan rusa kutub bermigrasi untuk menghindari
kekeringan musiman. Mammalia lainnya masuk ke lubang tanah di bawah salju, di mana
mereka menjadi kurang aktif tetapi masih relatif waspada dan mudah menerima rangsang,
kondisi ini yang disebut tidur musim dingin. Misalnya, beruang dan rakun masuk ke sarang

115
di musim dingin. Suhu tubuh dan tingkat metabolisme mereka sedikit menurun, tetapi
mereka tidak selalu tetap tidak aktif sepanjang musim dingin.
Hibernasi adalah periode tidak aktif musim dingin di mana hipotalamus otak
memperlambat metabolisme, jantung, dan tingkat pernapasan. Hibernator sejati termasuk
monotremata (echidna dan platypus berparuh bebek) dan banyak anggota Insectivora,
Rodentia (misalnya, chipmunks dan woodchucks), dan Chiroptera (kelelawar). Pada
persiapan untuk hibernasi, mamalia biasanya mengakumulasi sejumlah besar lemak tubuh.
Setelah mamalia hibernasi di dalam liang atau sarang, hipotalamus mengatur termostat
tubuh menjadi sekitar 2°C. Tingkat pernapasan tupai tanah yang berhibernasi turun dari 100
hingga 200 napas per menit menjadi sekitar empat napas per menit. Denyut jantung turun
dari 200 hingga 300 denyut per menit menjadi sekitar 20 denyut per menit. Selama
hibernasi, mamalia dapat kehilangan sepertiga hingga setengah dari berat tubuhnya. Energi
untuk hibernasi diperoleh dari pemanasan metabolik, yaitu deposit brown fat, dan
dibutuhkan beberapa jam untuk menaikkan suhu tubuh hingga mendekati 37°C.

12. Sistem Saraf Sensorik


Struktur dasar sistem saraf vertebrata dipertahankan pada mamalia. Perkembangan
fungsi saraf dan sensorik yang kompleks bersesuaian dengan gaya hidup aktif dan paling
nampak pada pembesaran belahan otak dan serebelum mamalia. Sebagian besar fungsi
integratif beralih ke korteks serebral yang diperbesar (neokorteks). Pada mamalia, indera
peraba berkembang dengan baik. Reseptor berhubungan dengan basis folikel rambut dan
dirangsang ketika rambut baru tumbuh. Mamalia dapat merasakan rangsangan penciuman
dari jarak jauh baik siang maupun malam hari untuk mencari makanan, mengenali anggota
spesies yang sama, dan menghindari predator.
Indra pendengaran juga penting bagi mamalia awal. Adaptasi terbaru termasuk penutup
telinga (pinna) dan saluran telinga eksternal yang mengarah ke tympanum yang
mengarahkan suara ke telinga tengah. Telinga tengah (Gambar 7.14) terdiri dari tiga
ossicles telinga yang menyebarkan getaran ke telinga bagian dalam. Organ sensorik pada
telinga bagian dalam yang mengandung reseptor suara panjang dan melingkar disebut
koklea. Struktur ini menyediakan lebih banyak area permukaan untuk sel-sel reseptor dan
memberi mamalia kepekaan yang lebih besar terhadap pitch dan volume daripada yang ada
pada reptil. Pada telinga juga terdapat static equilibrium (keseimbangan). Sel-sel rambut
reseptor dalam utrikulus dan saccule merespons gerakan ke samping atau naik atau turun.
Ketika kepala tegak, otolit berada di atas silia sel-sel rambut reseptor. Ketika kepala
membungkuk ke depan, otolit bergeser, dan silia sel-sel rambut menekuk. Penekukan
rambut ini memicu potensi keseimbangan tubuh.

116
Gambar 7.14. Struktur telinga manusia dan otolit (Hickman, 2008).

Penglihatan adalah indera penting pada banyak mamalia, dan struktur mata mirip
dengan yang ada pada vertebrata lainnya. Akomodasi terjadi dengan mengubah bentuk
lensa (Gambar 7.15). Penglihatan warna kurang berkembang baik pada mamalia
dibandingkan pada reptil dan burung. Sel batang mendominasi retina sebagian besar
mamalia, yang mendukung hipotesis bahwa mamalia awal adalah hewan nokturnal.
Primata, tupai, dan beberapa mamalia lainnya memiliki visi warna yang berkembang
dengan baik.

Gambar 7.15. Anatomi mata manusia (Miller & Harley, 2001).

Lumba-lumba dapat memanfaatkan sonar yang dihasilkan dari udara yang bergerak
melalui saluran hidung dan difokuskan ke target melalui melon (Gambar 7.16). Suara yang
kembali terutama diterima melalui jendela akustik (acoustic window), bagian posterior
mandibula dengan tulang sangat tipis, dan disalurkan ke telinga tengah dan dalam.

117
Gambar 7.16. Sistem sonar pada lumba-lumba (Hickman, 2008).

13. Ekskresi dan Osmoregulasi


Mamalia, seperti semua amniota, memiliki ginjal metanephric (Gambar 7.17). Tidak
seperti reptil dan burung, yang mengeluarkan terutama asam urat, mamalia mengeluarkan
urea. Urea lebih tidak beracun daripada amonia dan tidak membutuhkan banyak air dalam
ekskresinya. Tidak seperti asam urat, bagaimanapun, urea sangat larut dalam air dan tidak
dapat diekskresikan dalam bentuk semipadat; dengan demikian, sebagian air hilang.
Ekskresi pada mamalia selalu merupakan rute utama untuk membuang air.
Di nefron ginjal, cairan dan zat terlarut kecil disaring dari darah melalui dinding
sekelompok pembuluh mirip kapiler, yang disebut glomerulus. Sisa nefron terdiri dari
tubulus yang menyerap kembali air dan zat terlarut penting dan mengeluarkan ion tertentu
ke dalam filtrat. Adaptasi utama dari nefron mamalia adalah bagian dari sistem tubulus
yang disebut loop nefron. Renal corpuscle, menunjukkan perluasan filtrasi cairan melalui
membran glomerulus kapiler. Air, elektrolit, dan molekul kecil lainnya melewati
penghalang filtrasi berpori, tetapi hampir semua protein plasma terlalu besar untuk
melewati penghalang. Proses pengangkutan pada nefron dan sisa dari sistem tubulus
memungkinkan mamalia menghasilkan urin yang lebih pekat daripada darah. Sebagai
contoh, berang-berang menghasilkan urin yang dua kali lebih terkonsentrasi sebagai darah,
sementara tikus Australia menghasilkan urin yang 22 kali lebih pekat daripada darah. Hal
ini menyelesaikan fungsi yang sama yang dilakukan oleh kelenjar garam hidung dan orbital
pada reptil dan burung.

118
Gambar 7.17. Anatomi ginjal mamalia (Hickman, 2008).

14. Reproduksi dan Perkembangan


Tidak ada kelompok hewan lain yang memiliki viviparitas yang berkembang sejauh ini
pada mamalia. Viviparitas mamalia membutuhkan pengeluaran besar energi pada
betina/wanita selama kehamilan dan pengasuhan anak. Viviparitas menguntungkan karena
betina tidak perlu terikat dengan satu sarang, tetapi dapat menjelajah atau bermigrasi untuk
mencari makanan atau iklim yang tepat. Viviparitas disertai dengan evolusi sebagian dari
saluran reproduksi di mana anak diberi makan dan berkembang. Pada mamalia vivipar,
saluran telur diubah menjadi satu atau dua uteri (Uterus).
Sebagian besar mamalia memiliki waktu selama bertahun-tahun dimana ovum (telur)
matang dan mampu dibuahi. Reproduksi biasanya terjadi ketika kondisi iklim dan
karakteristik sumber daya mendukung pengembangan yang sukses. Mamalia yang hidup di
lingkungan dengan beberapa perubahan musim dan mereka yang melakukan kontrol yang
tinggi terhadap kondisi lingkungan langsung (misalnya, manusia) dapat bereproduksi setiap
saat sepanjang tahun. Namun, reproduksi masih terikat pada siklus fisiologis betina yang
menentukan kapan sel telur dapat dibuahi. Sebagian besar mamalia betina mengalami siklus
estrus, yang mencakup suatu waktu di mana betina berperilaku sesuai dorongan fisiologis
terhadap pria. Selama siklus estrus, perubahan hormon merangsang pematangan ovum di
ovarium dan menginduksi ovulasi (pelepasan satu atau lebih ovum matang dari folikel
ovarium). Beberapa mamalia (misalnya, kelinci, musang, dan bulu) adalah ovulator yang
diinduksi; koitus (sanggama) menginduksi ovulasi.
Hormon juga memediasi perubahan pada uterus dan vagina. Ketika ovum semakin
matang, lapisan dalam uterus berproliferasi dan menjadi lebih vaskular sebagai persiapan
untuk menerima embrio yang sedang berkembang. Pembengkakan eksternal di daerah
vagina dan peningkatan debit kelenjar/mukus menyertai proliferasi mukosa vagina. Selama
waktu ini, jantan menunjukkan minat yang tinggi pada betina, dan betina menerima jantan.
Jika pembuahan tidak terjadi, perubahan pada uterus dan vagina kembali sampai siklus

119
berikutnya dimulai. Tidak ada perdarahan atau peluruhan lapisan rahim yang biasanya
terjadi.
Banyak mamalia adalah monestrus dan hanya memiliki satu siklus estrus tahunan yang
sangat musiman. Anjing liar, beruang, dan singa laut adalah monestrus; anjing domestik
diestrus. Mamalia lainnya adalah polyestrus. Tikus memiliki siklus estrus yang berulang
setiap empat hingga enam hari. Siklus menstruasi manusia, kera, dan monyet betina mirip
dengan siklus estrus karena menghasilkan proliferasi periodik pada lapisan dalam rahim
dan berkorelasi dengan pematangan ovum. Jika pembuahan tidak terjadi sebelum akhir
siklus, menstruasi (pengelupasan lapisan uterus) akan terjadi.

Gambar 7.18. Perkembangan embrio mamalia (Miller & Harley, 2001).

Fertilisasi biasanya terjadi di sepertiga bagian saluran telur (Gambar 7.18) dalam
beberapa jam setelah koitus. Dalam beberapa mamalia, fertilisasi mungkin tertunda. Pada
beberapa kelelawar, misalnya, koitus terjadi di musim gugur, tetapi pembuahan ditunda
hingga musim semi. Wanita menyimpan sperma di rahim selama lebih dari dua bulan.
Fertilisasi yang tertunda ini merupakan adaptasi terhadap dormansi musim dingin.
Fertilisasi dapat terjadi segera setelah betina bangun dari dormansi tanpa harus menunggu
jantan mencapai kondisi pembiakan mereka. Pada banyak mamalia lain, fertilisasi terjadi
tepat setelah hubungan seksual, tetapi perkembangan di rahim terjadi setelah satu atau dua
minggu pertama. Adaptasi ini dikenal dengan diapause embrio, yang terjadi pada beberapa
kelelawar, beruang, martens, dan marsupial. Pada singa laut, diapause embrio
memungkinkan induk untuk melahirkan dan kawin dalam interval pendek, tetapi tidak
memiliki sumber daya untuk pengasuhan dan kehamilan. Dimungkinkan juga anak untuk
dilahirkan pada saat sumber daya mendukung kelangsungan hidup. Pada beberapa

120
kelelawar, pembuahan terjadi pada musim gugur sebelum hibernasi, tetapi kelahiran
ditunda sampai sumber daya melimpah di musim semi.

Gambar 7.19. Perkembangan dan pengasuhan kangguru (Hickman, 2008).

Monotremes bersifat ovipar. Ovarium melepaskan ovum dengan kuning telur yang
besar. Setelah pembuahan, sel pada dinding oviduk menyimpan selubung di sekitar ovum
dan membentuk sel telur. Echidnas betina menetaskan telur dalam kantong ventral. Telur
Platypus diletakkan di liang mereka. Semua mamalia lainnya memiliki plasenta untuk
perkembangan anaknya. Aliran darah induk memasok nutrisi.
Pada marsupial, sebagian besar makanan untuk janin berasal dari "uterine milk" yang
dilepaskan sel-sel rahim. Beberapa nutrisi menyebar dari darah ibu ke kantung kuning telur
yang sangat vaskular yang membuat kontak dengan uterus. Pada marsupial disebut dengan
plasenta primitif. Periode kehamilan marsupial (lamanya waktu embrio berkembang di
dalam saluran reproduksi wanita) bervariasi antara 8 dan 40 hari pada spesies yang berbeda.
Masa gestasi pendek karena ketidakmampuan marsupial untuk mempertahankan produksi
hormon yang mempertahankan lapisan uterus. Setelah lahir, bayi kecil merangkak ke
marsupium dan menempel pada puting, di mana mereka menyusu untuk tambahan 60
hingga 270 hari (Gambar 7.19). Pada mamalia eutherian, embrio tertanam jauh ke dalam
dinding uterus. Jaringan embrio dan uterus tumbuh dengan cepat dan menjadi sangat
terlipat dan vaskular, membentuk plasenta. Meskipun darah ibu dan janin tidak bercampur,
nutrisi, gas, dan limbah menyebar di antara dua aliran darah. Periode kehamilan mamalia
eutherian bervariasi dari 20 hari (beberapa hewan pengerat) hingga 19 bulan (gajah Afrika).
Setelah lahir, plasenta dan jaringan lain yang mengelilingi janin di rahim dikeluarkan. Bayi
yang baru lahir dari banyak spesies (misalnya, manusia) tidak berdaya saat lahir; yang lain
(misalnya, rusa dan kuda) dapat berjalan dan berlari segera setelah lahir.

121
Gambar 7.20. Evolusi manusia purba (Hickman, 2008).

122
PRAKTIKUM 9
MAMALIA - Eutheria

Tujuan : Untuk mempelajari dan memahami morfologi dan anatomi (kelinci atau
marmut).

Tubuh ditutupi oleh rambut, mempunyai glandula mamae, bersifat homoitermis. Hewan ini
termasuk ke dalam Ordo Rodentia dengan ciri kaki dengan 5 jari dan bercakar dan tidak
mempunyai taring.

Morfologi Marmut
Tubuh terbagi atas tiga bagian
a. Caput, terdpat organ-organ: rima oris,labium superior, labium inferior, nares, organon
visus (palpebra superior dan palpebra inferior), auricular(daun telinga), porus acusticus
externus.
b. Truncus, terdiri dari : thorax, abdomen, dorsum, glutea (pantat), perineum daerah antara
alat kelamin luar dan anus), cauda, bila ditelentangkan akan terlihat papilla mammae,
vulva, labium mayus, glitoris ( pad betina) sedangkan pada jamntan akan terlihat penis,
scrotum, anus.
c. Extremitas

Morfologi Kelinci
Tubuh kelinci (Oryctolagus sp.) diliputi oleh kulit yang berambut, yang merupakan ciri
khas untuk hewan mammalia. Batas antara kepala (caput), leher (cervix), badan (truncus),
ekor (caudal) yang rudimenter, dan anggota gerak (extremitas) terlihat dengan jelas.
Kelinci mempunyai gigi seri yang di gunakan untuk memotong- motong makanan sebelum
makanan ditelan. Telinga kelinci yang panjang, sekitar 10 cm lebih, mungkin asalah
bentuk adaptasi kelinci untuk mendeteksi predator. Kelinci memiliki kaki belakang yang
besar dan kuat. Pada setiap kaki terdapat 5 jari, dan salah satunya lebih kecil dari lainnya.
Kelinci berjalan dengan ujung – ujung kakinya.

Tubuh terbagi atas tiga bagian:


a. Caput, terdpat organ-organ: rima oris,labium superior, labium inferior, nares, organon
visus (palpebra superior dan palpebra inferior), auricular(daun telinga), porus acusticus
externus.
b. Truncus, terdiri dari : thorax, abdomen, dorsum, glutea (pantat), perineum daerah antara
alat kelamin luar dan anus), cauda, bila ditelentangkan akan terlihat papilla mammae,
vulva, labium mayus, glitoris ( pad betina) sedangkan pada jamntan akan terlihat penis,
scrotum, anus.
c. Extremitas

Anatomi mamlia
Cavum oris terdiri dari :
- Pakatum durum (langit-langit keras)
- Palabum (langit-langit lunak)
- Dentis mempunyai tiga bagian
1. Radix (akar gigi)
2. Corona (puncak gigi)
3. Collum (antara radix dan corona)

Sistem digestivus
123
 Tractus digestivus terdiri dari : oesophagus, ventriculus, duodenum, intestinum
tenue, caecum, taenia, intestinum grasum, rectum, anus.
 Glandula digestoria, terdiri dari : hepar, vesica felea, pancreas, ductus
coleodocus, ductus hepaticus,dan ductus cisticus.
PRAKTIKUM 9
MAMALIA - Eutheria

Sistem digestivus
 Tractus digestivus terdiri dari : oesophagus, ventriculus, duodenum, intestinum
tenue, caecum, taenia, intestinum grasum, rectum, anus.
 Glandula digestoria, terdiri dari : hepar, vesica felea, pancreas, ductus
coleodocus, ductus hepaticus,dan ductus cisticus.

Sistem urogenitalia
 Organ genetalia jantan, terdiri dari : testis, adiposum, epididimis, ductus differens,
glandula bulbo uretalis, glandula prosteta, muara ductus ejakulatorius, uterus
masculinus.
 Organ uropoetica terdiri dari : ren, urether, vesica urinaria, uretra.
 Organ genetalia betina terdiri dari : ovarium, mesovarium ostium, abdominale, oviduct,
uterus, vagina.

Alat dan Bahan:


- Kelinci, marmut - Dissecting set,
- Kloroform, - Jarum pentul,
- Kapas, - Papan bedah

Cara kerja :
1. Tuangkan khloroform pada kapas, setelah itu bius kelinci/marmut dengan
menggunakan khloform selama tiga menit.

2. Letakkan mamalia pada bak bedah, dengan posisi telentang kemudian bedahlah bagian
anus terus kearah kepala menggunakan gunting bedah atau pisau bedah.

3. Potong tulang rusuk yang menghalangi jalannya arah pembedahan.


4. Gunakan jarum pentul untuk membantu memudahkan pengamatan.
Bersihkan darah yang menutupi organ pencernaan agar bagian tersebut mudah diamati.
124
PRAKTIKUM 9
MAMALIA - Eutheria

3. Potong tulang rusuk yang menghalangi jalannya arah pembedahan.


4. Gunakan jarum pentul untuk membantu memudahkan pengamatan.
5. Bersihkan darah yang menutupi organ pencernaan agar bagian tersebut mudah
diamati.
6. Kemudian bukalah bagian yang telah dibedah untuk diamati dan gunakan jarum
pentul sebagai alat bantu.
7. Lakukan pengamatan anatomi meliputi: sistem pencernaan, respirasi, peredaran
darah, ekskresi, reproduksi, indera, sistem gerak dan rangka.
8. Foto pengamatan Anda.
9. Diskusikan dengan kelompok Anda mengenai hasil pengamatan.
10. Buatlah laporan praktikum sesuai format.

125
PRAKTIKUM 10
PENGAWETAN HEWAN (TAKSIDERMI)

Taksidermi adalah hewan hasil pengawetan, biasanya golongan vertebrata yang dapat
dikuliti. Pada pembuatan taksidermi, hewan dikuliti, organ-organ dalam dibuang, untuk
selanjutnya dibentuk kembali seperti bentuk aslinya. Hewan-hewan vertebrata yang sering
dibuat taksidermi misalnya berbagai jenis mamalia, kadal atau reptil, dsb. Taksidermi
seringkali dipergunakan sebagai bahan referensi untuk identifikasi hewan vertebrata, juga
menunjukkan berbagai macam ras yang dimiliki suatu spesies. Selain itu, tentu saja
taksidermi dapat dijadikan sebagai media pembelajaran biologi.

Alat dan Bahan:


- Bak bedah;
- Alat-alat bedah seperti gunting dan pinset;
- Alat-alat dan bahan pembius misal kloroform dan sungkup;
- Kawat, benang, kapas, dan jarum jahit;
- Zat pengawet seperti boraks atau tepung tawas, formalin;
- Air.

Langkah pembuatan:
1. Penangkapan/penentuan jenis hewan yang akan diawetkan.

2. Pematian Hewan.
Teknik pematian hewan ini berbeda tergantung jenis hewan apa yang akan kita
matikan. Proses pematian ini prinsipnya darah tidak keluar dari organ tubuh, dan
dipastikan benar bahwa hewan tersebut benar-benar mati. Pematian hewan biasanya
dengan cara membius hewan tersebut menggunakan kloroform.

126
PRAKTIKUM 10
PENGAWETAN HEWAN (TAKSIDERMI)

3. Pengulitan (Skining).
Tahapan ini adalah bagaimana caranya kita melepaskan kulit yang melekat pada
otot/menempel pada daging hewan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya
kita harus dilengkapi dengan seperangkat alat bedah yang lengkap dan tajam sehingga
proses pengulitan berjalan dengan baik (kilit terkuliti, tidak ada otot/daging yang
menempel pada kulit).

4. Pengawetan Kulit (Preserving).


Pengawetan kulit ini penting dilakukan karena bisa menyebabkan bau busuk bila kita
tidak benar-benar memahami tahapan ini. Setelah selesai pengulitan, kita lanjutkan
dengan pengawetan kulit dengan cara memberi pengawet kulit (formalin) yang
ditaburkan ke seluruh kulit yang dikuliti (bagian dalam). Setelah itu untuk beberapa
hari dikeringkan. Lama pengeringan tergantung jenis hewannya.

5. Penataan (Stuffing)
Kemudian bentuk hewan sebagaimana hewan tersebut sewaktu masih hidup. Sebagai
pengganti mata, gunakan bola mata tiruan. Bentuk tubuh hewan kembali dengan
menggunakan kapuk/kaps dan kawat, lalu jahit dengan rapi. Atur posisi hewan
sebagaimana kebiasan hewan sewaktu masih hidup.

6. Peletakan (Mounting)
Pajang taksidermi pada tempat-tempat yang aman dan terhindar dari serangan serangga,
bersih dan kering. Insektisida, atau kamper (naftalen) dapat ditambahkan untuk
mencegah serangan jamur. Ada baiknya taksidermi disimpan dalam boks kaca.

127
DAFTAR PUSTAKA

Adams, B dan Crawley, J. 2013. Zoology Laboratory. Eaglewood: Morton Publishing.


Burhanuddin, A. 2015. Ikhtiologi, Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya. Jakarta:
Deepublish.
Campbell, Reece, Urry, Cain. 2012. Biology. USA: Pearson Benjamin Cummings.
Hickman, et al. 2008. Zoology. New York: Mc Graw Hill.
Miller dan Harley. 2001. Zoology. New York: Mc Graw Hill.

128
PROFIL PENULIS

Ismi Rakhmawati, S. Pd., M. Pd. adalah dosen jurusan Pendidikan MIPA


FKIP Universitas Lampung (Unila). Memperoleh gelar S.Pd pada bidang
Pendidikan Biologi Universitas Lampung (2010), memperoleh gelar M.Pd
pada bidang ilmu Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia
(2013). Mengampu mata kuliah Zoologi Invertebrata, Zoologi Vertebrata,
Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Bahasa Inggris Profesi dan
Ilmu Gizi dan Kesehatan.

Dina Maulina, S. Pd, M. Si. adalah dosen Prodi Pendidikan Biologi Jurusan
Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung (Unila). Memperoleh gelar S.Pd
pada bidang Pendidikan Biologi Universitas Lampung (2008), memperoleh
gelar M.Si pada bidang Ilmu Hayati Biologi di Institut Teknologi Bandung
(2013). Mengampu mata kuliah Zoologi Vertebrata, Zoologi Invertebrata,
Perkembangan Hewan, Bahasa Inggris Profesi, dan Struktur Hewan.

Berti Yolida, S. Pd, M.Pd. adalah dosen Prodi Pendidikan Biologi Jurusan
Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung (Unila). Memperoleh gelar S.Pd
pada bidang Pendidikan Biologi Universitas Lampung (2005), memperoleh
gelar M.Pd pada bidang ilmu Pendidikan IPA Universitas Pendidikan
Indonesia (2010). Mengampu mata kuliah Toksikologi, Pembelajaran Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi, Dasar dan Pengembangan Kurikulum.

Penyusunan buku ajar ini juga dibantu oleh Asisten Praktikum pada Mata Kuliah Zoologi
Vertebrata yaitu mahasiswa Pendidikan Biologi angkatan 2014 dan mahasiswa angkatan
2015.

129

Anda mungkin juga menyukai