Disusun oleh:
Nama : Asti Fauziah
NIM : 4442190099
Kelas : III D
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
dasar-dasar perlindungan tanaman yang berjudul “Insektarium” dengan baik
meskipun masih banyak kekurangan di dalamnya. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada ibu Dewi Hastuti SP., MSc. Dan bapak Julio Eiffelt Rossaffelt
Rumbiak, SP., MP selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar-dasar Perlindungan
Tanaman, dan Deden Sutrisno, Ajeng Siwi Nuraini, Ayu Saesarani, Elfrisda
Miami Asrul Sany serta Savira Rafa Na’imah C. selaku Asisten Laboratorium
mata kuliah dasar-dasar perlindungan tanaman.
Penulis sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai insektarium. Penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan laporan yang telah penulis buat untuk masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran dan kritik yang
membangun bagi penulis.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami macam-macam awetan serangga.
2. Untuk mengetahui dan memahami cara pembuatan awetan serangga.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
kegiatan koleksi hewan perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya jangan
sampai menggangu keberadaan satwa langka atau merusak sisa-sisa peninggalan
dalam gua yang sudah ditingalkan manusia purba. Hewan yang dikoleksi adalah
hewan-hewan yang dibutuhkan untuk pengawetan dengan tujuan pengujian di
kemudian hari. Semua spesimen koleksi harus diberi label yang berisi keterangan
tantang nama spesies, lokasi penemuan tanggal koleksi dan data lain yang
diperlukan. Label harus ditulis ketika spesimen diawetkan agar tidak terjadi
kesalahan informasi mengenai spesies awetan (Jasin, 1989).
Kegiatan analisis sampel merupakan pekerjaan yang membutuhkan waktu
lama, sehingga sampel perlu diawetkan. Pengawetan objek dilakukan agar
menjadi awet, jaringanya tidak rusak dan terhindar dari serangan bakteri maupun
jamur. Ikan, Moluska, Reptil dan Mamalia air dapat dilakukan dengan
pengawetan basah. Pengawetan kering dilakukan dengan mengeringkan obyek
biologi hingga kadar air yang sangat rendah, sehingga organisme perusak atau
penghancur tidak bekerja (Suhardjono, 1999). Spesimen awetan yang dibuat harus
dibersihkan dari rambut dan kulit dengan cara dikerok hal ini digunakan untuk
isolasi dari bakteri patogen dan jamur (Dermici, 2012). Terdapat dua macam tipe
koleksi spesimen, yaitu koleksi basah dan koleksi kering. Koleksi basah adalah
koleksi yang disimpan dalam larutan pengawet ethanol 70%, sedangkan koleksi
kering berupa tulang dan kulit yang diawetkan dengan bahan kimia formalin atau
boraks.
3
digunakan penelitian terlebih dahulu telah divalidasi oleh pakar media, sehingga
diketahui layak atau tidak digunakan dalam penelitian (Prijono, 1999).
4
BAB III
METODE PRAKTIKUM
5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Awetan Basah dan Awetan Kering (Insektarium)
No Gambar Keterangan
1. Jenis Awetan: Awetan Basah
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Tephritoidea
Genus : Tephritidae
Lalat buah (Tephritidae)
Spesies : Tephritidae
6
Family : Scarabaeidae
Genus : Dynastinae
Spesies : Dynastinae
7
Jangkrik (Grylloidea) Ordo : Orthoptera
Family : Gryllidae
Genus : Gryllodeia
Spesies : Grylloidea
7. Jenis Awetan: Awetan Kering
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Family : Vespidae
Tawon periuk (Delta Genus : Delta
unguiculatum) Spesies : Delta unguiculatum
8
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Family : Libelluidae
Genus : Sympetrum
Spesies : Sympetum
sanguineum
4.2 Pembahasan
Praktikum insectarium dilaksanakan dengan tujuan mengawetkan berbagai
jenis serangga agar lenih mudah diamati dari dekat dan mudah diidentifikasi ordo
serta morfologinya. Pengawetan serangga dilakukan dengan menggunakan dua
metode yaitu metode pengawetan kering dan pengawetan basah. Pada praktikum
insectarium ini, praktikkan menggunakan alkohol 70% sebagai bahan pengawet.
Bahan-bahan pengawet ini mudah dicari, murah dan hasilnya cukup bagus,
meskipun ada beberapa kelemahan. Alkohol sendiri mengandung seperti pendapat
Kurniasih (2008), Alkohol merupakan bahan yang mudah terbakar, bersifat
disinfektan dan tidak korosif.
Adapun ke sepuluh serangga yang didapatkan oleh praktikkan adalah lalat
buah, kepik sejati, kumbang badak, kumbang koksi, belalang hijau, semut gila,
tawon periuk, capung, ngengat sutera, dan jangkrik. Dari ke-10 serangga tersebut,
terdapat beberapa ordo diantaranya adalah ordo hemiptera, Lepidoptera, diptera,
9
orthoptera, hymenoptera, coleoptera, dan odonata. Serangga-serangga yang
diawetkan dengan metode pengawetan basah adalah lalat buah (Tephritidae) lalat
dimasukkan ke dalam botol kaca lalu diisi dengan alkohol 70% setelah itu diberi
label. Lalat buah termasuk ke dalam ordo diptera dan diawetkan menggunakan
metode awetan basah karena sulit jika diawetkan dengan metode kering.
Serangga-serangga yang diawetkan dengan metode awetan kering adalah
Kepik Sejati (Tessaratoma papillosa), Kumbang badak (Dynastinae), Ngengat
sutera (Bombyx mori), Belalang hijau (Atractomorpha crenulata), Jangkrik
(Grylloidea), Tawon periuk (Delta unguiculatum), Kumbang koksi
(Coccinellidae), Capung (Sympetum sanguineum), dan Semut gila (Paratrechina
longicornis). Kepik sejati termasuk kedalam ordo hempitera, berasal dari keluarga
tessaratomidae. Kumbang badak termasuk kedalam ordo coleoptera, dengan
keluarga dynastinae. Selanjutnya adalah ngengat sutera yang memiliki ordo
Lepidoptera dan keluarga Bombycidae. Belalang hijau dengan ordo orthoptera
dan berasal dari keluarga prygomorphidae. Jangkrik dengan ordo orthoptera sama
dengan belalang, jangkrik berasal dari keluarga gryllidae. Tawon periuk dengan
ordo hymenoptera berasal dari keluarga vespidae. Kumbang koksi ber ordo
coleopteran yang berasal dari keluarga coccinellidae. Capung yang memiliki ordo
odonata berasal dari keluarga libellulidae. Dan yang terakhir adalah semut gila
yang memiliki ordo hymenoptera yang berasal dari keluarga formicidae. Ke-9
serangga tersebut diawetkan dengan metode kering, dengan cara membius
serangga terlebih dahulu lalu ditetesi alkohol atau diselimuti oleh kapas yang
sudah diberikan alkohol sampai mati.
Dengan melaksanakan praktikum insectarium ini, praktikkan mengetahui
berbagai ordo pada serangga yang telah ditemukan, klasifikasinya, serta
bagaimana cara mengawetkannya.
10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum insectarium ini adalah ada
dua metode yang dipakai untuk membuat awetan serangga yaitu metode awetan
basah dan metode awetan kering. Cara mengawetkan serangga dengan awetan
basah adalah dengan merendam serangga di dalam botol kaca yang berisi alkohol
70%. Untuk metode awetan kering, dengan cara membius serangga lalu ditetesi
alkohol 70% atau dengan cara diselimuti dengan kapas yang sudah diberikan
alkohol sampai mati. Ada 10serangga yang didapatkan oleh prakktikan, dari 10
serangga tersebut yang dijadikan awetan basah adalah lalat buah. Sisanya
dijadikan sebagai awetan kering yaitu belalang hijau, kepik sejati, kumbang koksi,
kumbang badak, jangkrik, capung, semut gila, tawon periuk, dan ngengat hijau.
Dalam 10 serangga tersebut terdapat 7 ordo yaitu Lepidoptera, diptera, hemiptera,
hymenoptera, orthoptera, coleopteran, dan odonata.
5.2 Saran
Semoga untuk praktikum yang selanjutnya, praktikkan bisa memberikan
yang kebih baik lagi dan mengerjakan laporan praktikum tidak mepet dengan
deadline.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN I