ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur potong ternak dan konsentrasi larutan
asam asetat terhadap sifat fisik dan kimia gelatin kulit babi. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap pola faktorial 3x3 dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama yaitu umur potong ternak
babi (5, 7 dan 9 bulan), faktor kedua adalah konsentrasi larutan asam asetat (2, 4 dan 6%). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa interaksi umur potong dan konsentrasi asam asetat tidak berpengaruh
terhadap kekuatan gel, kadar air, kadar abu dan kadar lemak gelatin kulit babi. Kesimpulan yang
diperoleh menunjukkan bahwa gelatin kulit babi yang diproduksi dari babi umur 5,7 dan 9 bulan
dengan konsentrasi larutan asam asetat 2, 4 dan 6 % memiliki sifat fisik dan kimia baik dan hampir
sama dengan gelatin komersial.
Kata kunci : gelatin, kulit babi, umur potong, konsentrasi asam asetat
Effect of Animal Age and Acetic Acid Concentration on Physical and Chemical Properties
of Pig Skin Gelatin
ABSTRACT
This research was aimed to study the influence of animal age and acetic acid solution
concentration on physical and chemical properties. The experiment used Randomized Complete
Design (RCD) with two factors and three replicates. The first factor was animal age consisted 3 levels
(5, 7 and 9 months). The second factor was concentration of acetic acid solution consisted of 3 levels
(2, 4 and 6 percents). The result showed that interaction of animal age period and concentration of
acetic acid had no significant effect on gel strength, moisture content, ash content and fat content of
pigskin gelatin. It was concluded that pigskin gelatin from ages of 5, 7 and 9 months and
concentration acetic acid 2, 4 and 6 % had similar physical and chemical peoperties with the
commercial gelatin.
Key words: gelatin, pig skin, animal age, acetic acid concentration
15
PENDAHULUAN tipe A dihasilkan melalui proses asam dan
tipe B dihasilkan melalui proses alkali
Gelatin banyak digunakan dalam (Imeson, 1992). Proses asam digunakan
industri pangan dibandingkan dengan untuk bahan baku kulit babi dan kulit ikan.
hidrokoloid yang lain karena keunikan dan Secara ekonomis, proses asam lebih disukai
sifat fungsionalnya yang luas untuk aplikasi dibandingkan dengan proses basa. Hal ini
dalam berbagai industri dan untuk karena perendaman yang dilakukan dalam
meningkatkan protein pada bahan pangan. proses asam relatif lebih singkat yaitu 3 - 4
Gelatin sangat penting dalam diversifikasi minggu dibandingkan dengan proses basa
bahan makanan karena nilai gizinya yang sekitar 3 bulan (Said, 2011a). Menurut
tinggi terutama kadar protein khususnya Kasankala et al., (2007) bahwa rendemen
asam amino dan rendahnya kadar lemak dan kualitas gelatin yang dihasilkan
(Wulandari, 2006). Penggunaan gelatin tergantung metode ekstraksi yang dilakukan
sangat luas antara lain dapat digunakan terhadap kolagen.
sebagai bahan makanan yaitu sebagai agen Kandungan protein kolagen dalam
pembentuk gel, pengental, pengemulsi, kulit hewan dipengaruhi oleh umur,
pembentuk busa dan edible film, di bidang semakin bertambah umur hewan maka
farmasi, gelatin banyak digunakan dalam protein kolagennya semakin bertambah dan
industri kapsul dapat dibuat kapsul lunak serabut kolagennya semakin kuat
dan keras (Imeson, 1992; Antoniewski, (Swatland, 1984). Menurut Cole dan
2007; Karim dan Bhat, 2008 dan Park et al., Roberts (1997), umur ternak berpengaruh
2008 ) terhadap produk yang berasal dari kulit atau
Pada prinsipnya gelatin dapat dibuat kolagen, umur ternak dapat memberikan
dari bahan yang kaya akan kolagen seperti suatu efek penting pada produk yang
kulit sapi, babi maupun hewan lainnya. terbuat dari kolagen atau kulit, karenanya,
Akan tetapi, apabila dibuat dari kulit sapi bila keseragaman produk merupakan
atau hewan besar lainnya, proses produksi pertimbangan maka usia ternak harus
lebih lama dan membutuhkan air pencuci/ menjadi perhatian utama.
bahan penetral yang lebih banyak, sehingga Sifat fisik dan kimia dari gelatin
kurang berkembang karena memerlukan sangat dipengaruhi oleh bahan baku, umur
investasi besar sehingga dengan sendirinya hewan, tipe kolagen, metode pembuatan,
harga gelatin relatif mahal (Triatmojo et al., tipe jaringan, spesies, karakteristik kolagen
2008). Potensi kulit babi sebagai sumber dan proses perlakuan (Gomes-Guillen et
gelatin dapat dilihat dengan semakin al., 2009; Kołodziejska et al., 2008).
meningkatnya jumlah populasi ternak babi Semakin tua umur hewan makin
di Indonesia khususnya di Sulawesi Utara meningkat rendemen, kadar abu dan
kurun waktu tiga tahun terakhir cenderung lemak gelatin yang dihasilkan (Muyonga
mengalami peningkatan. Berdasarkan data et al., 2004), sedangkan semakin meningkat
dari Dinas Pertanian dan Peternakan suhu dan lama ekstraksi, nilai viskositas
Provinsi Sulawesi Utara tahun 2011, jumlah semakin rendah serta kemampuan
pemotongan ternak babi untuk tiga tahun membentuk gel dan sifat fisik gelatin
terakhir meningkat. Dari segi pertumbuhan menurun (Godmundson, 2002)
ternak babi sangat mudah dikembangkan Menurut Ulfah (2011), kulit kaki ayam
karena ternak babi merupakan ternak dengan konsentrasi asam asetat 3,5%
prolific. Berdasarkan data tersebut berpengaruh nyata terhadap sifat fisik
menunjukkan bahwa potensi pemanfaatan gelatin kulit kaki ayam. Lee et al. (2004)
kulit babi sebagai bahan baku pembuatan melaporkan juga bahwa campuran gelatin
gelatin secara ekonomi cukup menjanjikan. kulit babi dengan gellan untuk mendapatkan
Ditinjau dari proses pembuatannya, film komposit untuk kemasan atau bahan
gelatin dibedakan menjadi dua tipe yaitu pelapis.
menentukan penerimaan, kesegaran dan yang ada pada bahan pangan (Sudarmadji,
daya tahan bahan tersebut. Rerata 1997). Penentuan kadar abu merupakan
persentase kadar air gelatin kulit babi salah satu cara untuk mengetahui kemurnian
dengan perlakuan perbedaan umur potong suatu bahan. Rerata persentase kadar abu
dan konsentrasi asam asetat disajikan pada gelatin kulit babi dengan perlakuan
Tabel 2. Terdapat interaksi antara umur perbedaan umur potong dan konsentrasi
potong dan konsentrasi asam asetat asam asetat disajikan pada Tabel 3.
memberikan pengaruh yang berbeda tidak H asil analisis statistik menunjukkan
nyata, sedangkan masing-masing faktor bahwa interaksi antara umur potong dan
memberikan pengaruh yang berbeda sangat konsentrasi asam asetat memberikan
nyata (P<0,01) terhadap persentase kadar pengaruh yang berbeda tidak nyata,
air gelatin kulit babi. sedangkan masing-masing faktor
Tabel 2 menunjukkan adanya memberikan pengaruh yang berbeda sangat
perbedaan yang nyata antar setiap perlakuan nyata (P<0,01) terhadap persentase kadar
umur potong dan konsentrasi asam asetat, abu gelatin kulit babi. Hasil uji Duncan
artinya semakin meningkat umur ternak (Tabel 3) untuk perlakuan umur potong
persentase kadar air gelatin semakin menunjukkan adanya pengaruh yang
menurun dan semakin tinggi konsentrasi berbeda nyata, artinya semakin
asam asetat semakin menurun juga kadar air meningkatnya umur ternak semakin tinggi
gelatin. Menurunnya kadar air gelatin persentase kadar abu gelatin kulit babi.
disebabkan struktur kolagen yang terbuka Tingginya kadar abu gelatin disebabkan
dan lemah sehingga menghasilkan gelatin terjadinya proses mineralisasi pada kulit
dengan struktur yang lemah, akibatnya daya ternak yang lebih tua sehingga gelatin yang
mengikat air pada gelatin kurang kuat. Daya dihasilkan kadar abunya lebih tinggi. Hal ini
ikat air yang lemah membuat air mudah sejalan dengan pernyataan Muyonga et al.
menguap pada saat pengeringan, dengan (2004) bahwa kadar abu pada kolagen kulit
demikian kadar air gelatin kering menjadi ikan Nila perch dewasa lebih tinggi
lebih rendah (Astawan dan Aviana, 2002 dibanding kolagen dari ikan muda
dan Ulfah, 2011). Gelatin kulit babi hasil disebabkan meningkatnya mineralisasi.
penelitian mengandung kadar air 6,09– Hasil uji Duncan (Tabel 3) untuk
8,30%, menurut Cole (2000) kadar air perlakuan konsentrasi asam asetat
gelatin 11% dan standart maksimal SNI menunjukkan bahwa konsentrasi asam
16% (Wahyuni dan Rosmawaty, 2003). asetat berpengaruh terhadap kadar abu
gelatin kulit babi, dengan kata lain semakin
Kadar Abu tinggi konsentrasi asam asetat semakin
tinggi persentase kadar abu gelatin kulit
Abu adalah zat anorganik sisa dari babi. Hal ini disebabkan karena gelatin yang
hasil pembakaran suatu bahan organik dihasilkan mengandung mineral sebelum
larutan asam dengan sifatnya yang Chiou, B, R. J., P.J. Avena-Bustillo., H. Bethel.,
cenderung lebih kuat dalam membuka R. Jafri., S.H. Narayan., G. Imam., and W.
struktur ikatan pada protein, dengan J. Orts. 2008. Cold water fish gelatin films:
perendaman akan terlarut lebih banyak Effects of cross-linking on thermal,
protein yang akan mengikat molekul lemak mechanical, barrier, and biodegradation
dan pada penetralan, lemak tersebut akan properties. Europan Polimer Journal. 44 :
terbuang bersama dengan protein sehingga 3748-3753.
kadar lemak menjadi lebih rendah (Said, Cole, B. 2000. Gelatin. In F.J. Francis (ed)
2011). Encyclopedia of Food Science and
Technology 2:1183-1188. Wiley, New
KESIMPULAN York.
Glisksman, 1969. Gum Technology in The Food
Kesimpulan yang diperoleh Industry. Academic Press, New York.
menunjukkan bahwa gelatin kulit babi yang Gómez-Estaca, J., A.L. de Lacey., M.E. López-
diproduksi dari babi umur potong 5, 7 dan 9 Caballero., M.C. Gómez-Guillen and P.
bulan dengan konsentrasi larutan asam asetat Montero. 2009. Antimicrobial activity of
2, 4 dan 6 % memiliki sifat fisik dan kimia composite edible films based on fish gelatin
yang baik dan hampir sama dengan gelatin and chitosan incorporated with clove
komersial. essential oils. J. Aquatic Food Product
Technology, 18:46-52.
DAFTAR PUSTAKA Gugmundsson, M. 2002. Rheological properties
of fish gelatin. J. Food. Sci. 67: 2172-2176.
Antoniewski, M. N., S. A. Barringer, C. L. Imeson, A. 1992. Thickening and Gelling
Knipe and H. N. Zerby. 2007. Effect of a Agents for Food. Aspen Publishers, Inc.
gelatin coating on the shelf life of fresh New York.
meat. J. Food Sci. 72 : E382-387. Jamilah, E., and Harvinder, K.G. 2002.
AOAC. 2005. Official Methods of Analyses Properties gelatins from skins of fish-black
Association (18th Ed), Association tilapia (Oreochrommmis mossambicus) and
Analytical Chemist, Washington, D.C. red tilapia (Oreochrommmis nilotica). Food
Arnesen, J. A., and A. Gildberg. 2002. Chem. 77 : 81-84
Preparation and characterization gelatin Karim, A.A dan R. Bhat. 2008a. Fish gelatin:
from the skin of harp seal ((Phoca properties, challenges, and prospects as an
groendlandica). J. Bioresource Technology alternative to mammalian gelatins. Food
82: 191-194. Hydrocolloids. 23(3): 563 - 576 .
Astawan, M., P. Hariyad dan A. Mulyani, 2002. Kasankala, L.M., Y, Xue., Y, Weilong., S.D,
Analisis sifat reologi gelatin dari kulit ikan Hong and Q, He. 2007. Optimization of
cucut. Journal Teknologi dan Industri gelatin extraction from grass carp
Pangan 13 : 38-46 (Catenopharyngodon idella) fish skin by