Anda di halaman 1dari 8

BAB 6

PEMBAHASA

A. Pembahasan Kualitas Hidup Aspek Lingkungan

Pada bab pembahasan ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian yang

telah disesuaikan dengan tinjauan pustaka, tentang gambaran kualitas hidup

(ditinjau dari aspek lingkungan) pada perempuan post histerektomi di Puskesmas

Surabaya, maka akan diuraikan penjelasan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7 dari 30 responden post

histerektomi memiliki kualitas hidup yang ditinjau dari aspek lingkungan

didapatkan hasil sebagian besar 27 responden dengan presentase (90%) memiliki

kualitas hidup yang baik, sedangkan 3 responden lainnya dengan presentase

sebesar (10%) memiliki kualitas hidup yang sedang (ditinjau dari aspek

lingkungan). Artinya dari data primer yang sudah dikelola oleh peneliti, tidak ada

perempuan post histerektomi yang memiliki kualitas hidup buruk jika ditinjau dari

aspek lingkungan. Aspek lingkungan adalah tempat tinggal individu, termasuk

didalamnya keadaan, ketersediaan tempat tinggal untuk melakukan segala

aktivitas kehidupan, termasuk di dalamnya adalah sarana dan prasarana yang

dapat menunjang kehidupan. Aspek lingkungan meliputi kebebasan, keamanan

fisik, social care, lingkungan rumah, kesempatan mendapat informasi, rekreasi,

dan transportasi. Pengukuran kualitas hidup ini menggunakan instrumen

WHOQOL BREF (World Health Organization Quality of Life) dengan fokus pada

pandangan individu tentang kesejahteraan, memberikan pandangan baru terhadap

penyakit yang dideritanya (Nursalam, 2016).

43
44

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 30 responden sebagian besar

19 responden dengan presentase (63%) termasuk usia pertengahan (45 – 59

tahun). Hampir setengah 8 responden dengan presentase (27%) termasuk dewasa

akhir (36

– 44 tahun). Sedangkan sebagian kecil pada usia lanjut (60 – 75 tahun) didapatkan

3 responden dengan presentase (10%). Dari 8 responden pada masa dewasa akhir

ditemukan sebanyak 3 responden memiliki kualitas hidup sedang. Artinya dari 30

responden, 27 responden lainnya memiliki kualitas hidup yang baik jika

dibandingkan dengan 3 responden yang memiliki kualitas hidup sedang pada

masa dewasa akhir (36 – 45 tahun). Masalah kualitas hidup menjadi titik akhir

yang signifikan pada pasien bedah ginekologi (Aliyono dkk, 2012). Dari salah

satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup menurut beberapa ahli pada

penelitian Anggraini (2013) adalah usia, pasien yang berusia dewasa akhir (36 –

45 tahun) cenderung mempunyai kualitas hidup yang lebih buruk dan cenderung

lebih depresi.

Berdasarkan tabel 5.8 dari 30 responden post histerektomi didapatkan total

skor sebesar 911 dengan jumlah skor paling baik yaitu 121 pada aspek

transportasi dengan presentase sebesar 13.3%, sedangkan aspek dengan jumlah

skor paling buruk yaitu pada pertanyaan sumber finansial dengan jumlah skor 107

dengan presentase sebesar 11.7%. Hal ini sesuai dengan teori (Andayani, 2013)

bahwa pasien dengan sosio ekonomi yang rendah lebih cemas dibandingkan

ekonomi yang lebih tinggi, hal ini berdampak pada kualitas hidupnya. Sementara

pada aspek lingkungan rumah dengan jumlah skor 111 dan presentase sebesar

12.1%, pada aspek kesempatan mendapat informasi dengan jumlah skor 111 dan

presentase sebesar 12.1%, pada aspek kebebasan dengan jumlah skor 112 dan

presentase
sebesar 12.3%, pada aspek rekreasi dengan jumlah skor 113 dan presentase

sebesar 12.4%, pada aspek keamanan fisik dengan jumlah skor 116 dan presentase

sebesar 12.7%, serta pada aspek perawatan kesehatan dengan jumlah skor 120 dan

presentase sebesar 13.2%.

Pada aspek sumber finansial perempuan post histerektomi, sebagian

perempuan melaporkan bahwa mereka telah menghabiskan banyak pengeluaran

untuk biaya operasi dan pengobatan, namun sebagian lainnya merasa tercukupi

atas ekonomi yang mereka miliki. Hal ini juga berkaitan dengan status pekerjaan

atau status ekonomi, yang menjadi pembeda antara perempuan yang memiliki

pekerjaan dan perempuan yang tidak mampu bekerja atau ibu rumah tangga

menurut Geest (2004). Berdasarkan hasil rekapitulasi kuisioner pada pertanyaan

pertama (Q1) yang berbunyi “Apakah uang Ibu cukup untuk memenuhi

kebutuhan?” didapatkan

1 responden menjawab tidak sama sekali, 3 responden menjawab sedikit, 6

responden menjawab sedang, dan 20 responden lainnya menjawab cukup dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. 1 responden menunjukan bahwa finansial

subyektif yang tidak mencukupi sama sekali dalam memenuhi kebutuhannya

dibuktikan dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan kondisi rumah yang

kurang layak. Dari 30 responden, 10 diantaranya yang menjawab dibawah nilai

cukup ditemukan 3 responden dengan hasil kualitas hidup yang sedang.

Pada aspek kebebasan ini menggambarkan bagaimana perempuan post

histerektomi dalam menghabiskan waktu luang pada dirinya, kebanyakan

perempuan melaporkan bahwa mereka senang ketika menghabiskan waktu luang

dengan keluarga karena menurut mereka keluarga adalah sumber utama dalam hal

dukungan, dengan dukungan inilah sumber positif dapat mengantarkan impuls

yang
baik bagi dirinya. Hal ini juga berkaitan dengan penelitian Anggun (2018) bahwa

individu yang terbiasa beraktivitas dapat mengalihkan pikirannya dengan hal

positif dari pada pasien yang tidak bekerja dengan kualitas hidup buruk.

Berdasarkan hasil rekapitulasi kuisioner pada pertanyaan ke-dua (Q2) yang

berbunyi “Seberapa puaskan Ibu dengan cara Ibu menghabiskan waktu luang?”

didapatkan 1 responden menjawab tidak puas, 5 responden menjawab sedang, 24

responden menjawab puas. 1 responden menunjukkan bahwa ketidakpuasan

dalam menghabiskan waktu luangnya, karena apa yang subyek lakukan selalu

merasa bosan dalam aktivitasnya sehinga hal inilah yang membuat subyek tidak

puas dengan apa yang sudah dikerjakan. Dari 30 responden, 6 diantaranya yang

menjawab dibawah nilai puas ditemukan 3 responden dengan hasil kualitas hidup

yang sedang.

Pada aspek keamanan fisik yang menggambarkan tingkat keamanan individu

dalam lingkungan yang terlindungi, artinya tidak ada faktor eksternal yang

mengancam kondisi perempuan post histerektomi. Keamanan fisik merupakan

keadaan fisik yang aman terbebas dari ancaman kecelakaan atau cedera.

Kebanyakan perempuan melaporkan bahwa mereka merasa aman atas lingkungan

disekitar, sehingga lingkungan juga mendukung dalam aktifitas dan perbaikan

kualitas hidup responden. Hal ini juga berkaitan dengan teori menurut Craven

(2000) bahwa keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit dan cedera tetapi juga

membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya, keamanan juga dapat

mengurangi stress dan meningkatkan kesehatan umum pasien. Berdasarkan hasil

rekapitulasi kuisioner pada pertanyaan ke-tiga (Q3) yang berbunyi “Apakah Ibu

merasa hidup di lingkungan yang aman dan terlindungi?” didapatkan 5 responden

menjawab sedang, 24 responden menjawab sangat, 1 responden menjawab luar


biasa dalam hak atas aman dan perlindungan yang subyek rasakan, baik dalam

lingkungan keluarga maupun masyarakat. Dari 30 responden didapatkan hasil

yang baik, artinya tidak ada hasil jawaban yang dibawah angka rata-rata.

Pada aspek social care yang menggambarkan ketersediaan layanan kesehatan

dan perlindungan social bagi dirinya, kebanyakan perempuan melaporkan bahwa

dengan adanya pelayanan kesehatan terdekat yaitu puskesmas sebagai tempat

pengobatan yang mudah dijangkau, sehingga mereka merasa terbantu dengan

pelayanan kesehatan yang menjadi sarana terdekat untuk berobat. Hal ini tentu

menjadikan kualitas hidup pasien menjadi lebih baik dengan adanya pelayanan

kesehatan. Menurut Karman (2016) dalam penelitiannya mengatakan bahwa akses

dapat mempengaruhi frekuensi kunjungan, makin dekat jarak tempat tinggal

dengan pelayanan kesehatan makain besar jumlah kunjungan di pusat pelayanan

tersebut. Berdasarkan hasil rekapitulasi kuisioner pada pertanyaan ke-empat (Q4)

yang berbunyi “Bagaimana Ibu menilai kualitas layanan sosial yang tersedia?”

didapatkan 30 responden menjawab baik, artinya keseluruhan dari responden yang

dilakukan oleh peneliti merasa puas dengan pelayanan kesehatan yang ada di

setiap wilayahnya.

Pada aspek lingkungan rumah yang menggambarkan keadaan tempat tinggal

individu dimana rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat

berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta

keadaan dalam menjalin hubungan yang baik untuk kesehatan keluarga atau

individu. Kebanyakan responden melaporkan bahwa lingkungan rumah

merupakan komponen penting dalam kesembuhan dan perbaikan kualitas hidup

mereka kedepannya, karena di lingkungan rumah inilah mereka mendapat

dukungan dari
keluarga atau orang-orang terdekat. Menurut Karangora (2012) mendefinisikan

kualitas hidup sebagai persepsi seseorang akan dirinya dalam konteks budaya dan

norma yang sesuai dengan tempat hidup seseorang tersebut yang berkaitan

dengan, tujuan, harapan dan standart kualitas hidup antara satu dengan yang

lainnya. Berdasarkan hasil rekapitulasi kuisioner pada pertanyaan ke-lima (Q5)

yang berbunyi “Seberapa sehat lingkungan fisik Ibu?” didapatkan 8 responden

menjawab sedang, 22 responden lainnya menjawab cukup. Dari 30 responden

menunjukkan bahwa tidak ada responden yang menjawab sedikit pada aspek

lingkungan fisik, artinya lingkungan fisik dari tiap responden menunjukkan bahwa

mendukungnya kualitas hidup kearah yang lebih baik.

Pada aspek kesempatan mendapat informasi yang menggambarkan ada atau

tidaknya kesempatan bagi individu untuk memperoleh hal-hal yang berguna bagi

dirinya, kebanyakan responden melaporkan bahwa informasi yang mereka

dapatkan berasal dari tempat dimana mereka melakukan pengobatan atau teman

yang memiliki kondisi yang sama dalam hal ini yaitu post histerektomi, guna

saling bertukar informasi dan saling mendukung satu sama lain antar pasien agar

kualitas hidup yang mereka dapatkan bisa lebih baik ketika sama-sama memberi

dukungan atau hal yang sifatnya positif. Berdasarkan hasil rekapitulasi kuisioner

pada pertanyaan ke-enam (Q6) yang berbunyi “Seberapa tersedianya informasi

yang Ibu butuhkan dalam kehidupan sehari-hari?” didapatkan 8 responden

menjawab sedang, 22 responden lainnya menjawab cukup. Dari 30 responden

menunjukkan bahwa tidak ada responden yang menjawab sedikit pada aspek

kesempatan mendapat informasi, artinya dalam aspek ini bisa mendukung kualitas

hidup pasien kearah yang lebih baik. Menurut O’Connor (1993) mengatakan

bahwa kualitas
hidup dapat dipengaruhi oleh standar referensi yang digunakan seseorang seperti

harapan, aspirasi, perasaan mengenai persamaan antara diri individu dengan orang

lain.

Pada aspek rekresi yang berarti kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran

kembali jasmani dan rohani pasien pasca histerektomi, sebagian dari responden

menganggap bahwa rekreasi tidak selalu berkaitan dengan pariwisata, bahkan

mereka menganggap rekreasi juga bisa bersifat pasif seperti menonton televisi

atau hanya sekedar belanja ke pasar yang dimana aktifitas tersebut dilakukan

secara sengaja dengan tujuan sebagai bentuk kesenangan pribadi atau untuk

kepuasan. Berdasarkan hasil rekapitulasi kuisioner pada pertanyaan ke-tujuh (Q7)

yang berbunyi “Sejauhmana Ibu memiliki kesempatan untuk kegiatan rekreasi?”

didapatkan 11 responden menjawab sedang, 15 responden menjawab cukup, 4

responden menjawab sangat cukup. Dari 30 responden didapatkan hasil bahwa

keseluruhan responden tidak ada yang memiliki kesempatan rekreasi yang sedikit.

Penelitan yang dilakukan Silverstein dan Parker (2002) menunjukkan bahwa

keterlibatan yang lebih besar dalam mengisi waktu luang dapat mengurangi risiko

gangguan kognitif, meningkatkan kualitas hidup, perbaikan kesehatan fisik,

kepuasan hidup yang lebih besar dan berpengaruh positif, stres yang lebih rendah,

dan tingkat depresi berkurang.

Pada aspek transportasi yang menggambarkan adanya sarana kendaraan yang

dapat dijangkau oleh individu, kebanyakan perempuan melaporkan bahwa alat

transportasi yang digunakan sangatlah membantu dalam kehidupan kesehariannya

seperti perempuan yang bekerja atau ketika belanja yang mereka anggap seperti

rekreasi, atau mungkin ketika mereka pergi ke pusat pelayanan kesehatan, hal ini
juga memberi sikap yang positif bagi pasien karena bisa membantu meringankan

beban kerja yang mereka lakukan sebagai aktifitas keseharian, dari sikap positif

tersebut akan menumbuhkan hal yang baik bagi individu sendiri yang tentunya

juga berkaitan dengan kualitas hidupnya. Berdasarkan hasil rekapitulasi kuisioner

pada pertanyaan ke-delapan (Q8) yang berbunyi “Seberapa puaskah Ibu dengan

sarana transportasi?” didapatkan 1 responden menjawab sangat puas, 29

responden menjawab puas. Menurut Karman (2016) dalam penelitiannya

mengatakan bahwa akses dapat mempengaruhi frekuensi kunjungan, makin dekat

jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan makain besar jumlah kunjungan

di pusat pelayanan tersebut.

B. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Pengalaman pertama dalam melakukan penelitian sehingga peneliti

memerlukan masukan yang akan membantu penelitian menjadi lebih baik.

2. Peneliti tidak melakukan bimbingan secara langsung terhadap perempuan post

histerektomi untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai