Anda di halaman 1dari 50

Quality of

Life
(Yulikasari, 2015)

Definisi
kualitas hidup sebagai persepsi individu tentang posisinya dalam kehidupan,
dalam hubungannya dengan sistem budaya dan nilai setempat dan berhubungan
dengan cita-cita, pengharapan, dan pandangan-pandangannya, yang merupakan
pengukuran multidimensi, tidak terbatas hanya pada efek fisik maupun pengobatan
psikologis.
3 Komponen dalam pengukuran
kualitas hidup
• Komponen objektif
• Komponen subjektif
• Komponen kepentingan
Konseptualisasi kualitas hidup
- QoL tidak boleh disamakan dengan status kesehatan maupun
kemampuan fungsional
- QoL lebi didasarkan oleh evaluasi subjektif daripada
parameter objektif
- Dapat berubah seiring waktu, namun tidak banyak
- Dipengaruhi secara positif maupun negatif
Haraldstad, dkk., 2019

TUJUAN

meningkatkan pereda mengidentifikasi berbagai penting untuk pengambilan


gejala, perawatan, dan masalah yang dapat keputusan medis karena kualitas
rehabilitasi pasien. memengaruhi pasien. hidup adalah prediktor
keberhasilan pengobatan dan oleh
karena itu penting untuk
prognostik.
Hubungan dengan kedokteran
(Boy, 2019)

gigi
 Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut dinamai Oral Health
Impact Profile (OHIP-49) ditemukan oleh Slade GD dan Spencer AJ (1994 dalam Boy,
2019).
 Menekankan pada fungsi fisik yang berhubungan dengan :

1. Pengunyahan
2. Tidak adanya rasa sakit dan ketidaknyamanan,
3. Fungsi psikis seperti senyum
4. Daya tarik diri,
5. Fungsi sosial (kepercayaan pada diri sendiri)
Elfarisi, 2018)

• Konsep untuk mengukur keterkaitan kesehatan gigi dan mulut dengan kualitas hidup yang dikenal
Dengan Oral Health-Related Quality of Life(OHRQoL) dengan tujuan untuk mengukur kesehatan
gigi dan mulut terkait kualitas hidup berdasarkan penilaian individu berdasarkan kondisi gigi dan
mulutnya (Locker dalam Elfarisi, 2018).
• 7 dimensi untuk mengukur kualitas hidup, yaitu :

1. keterbatasan fungsi,
2. nyeri fisik,
3. ketidaknyamanan psikologis,
4. disabilitas fisik,
5. disabilitas psikologis,
6. disabilitas sosial
7. kecacatan.
Aspek Kualitas Hidup
Aspek Kualitas Hidup
● Menurut WHOQOL (World Health Organization Quality Of Life ) Group kualitas
hidup memiliki enam aspek yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, tingkat
kemandirian, hubungan sosial, hubungan dengan lingkungan, dan keadaan spiritual.

● WHOQoL ini kemudian dibuat lagi menjadi insturment WHOQoL –BREF (World
Heath Organization Quality 16 of Life Bref version) dimana enam aspek tersebut
dipersempit menjadi empat aspek yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis,
hubungan sosial dan hubungan dengan lingkungan
A. Aspek Kesehatan fisik

● Kesehatan fisik dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan


aktivitas. Aktivitas yang dilakukan individu akan memberikan pengalaman-
pengalaman baru yang merupakan modal perkembangan ke tahap selanjutnya.

● Kesehatan fisik mencakup aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada obat-obatan dan


bantuan medis, energi dan kelelahan, mobilitas (keadaan mudah bergerak), sakit dan
ketidak nyamanan, tidur dan istirahat, kapasitas kerja.
B. Aspek psikologis

● Aspek psikologis yaitu terkait dengan keadaan mental individu. Keadaan mental
mengarah pada mampu atau tidaknya individu menyesuaikan diri terhadap
berbagai tuntutan perkembangan sesuai dengan kemampuannya, baik tuntutan dari
dalam diri maupun dari luar dirinya.
● Aspek psikologis juga terkait dengan aspek fisik, dimana individu dapat
melakukan suatu aktivitas dengan baik bila individu tersebut sehat secara mental.
● Kesejahteraan psikologis mencakup bodily image dan appearance, perasaan
positif, perasaan negatif, self esteem, spiritual/agama/keyakinan pribadi, berpikir,
belajar, memori dan konsentrasi.
C. Aspek hubungan sosial
● Aspek hubungan sosial yaitu hubungan antara dua individu atau lebih dimana tingkah
laku individu tersebut akan saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki
tingkah laku individu lainnya.
● Mengingat manusia adalah mahluk sosial maka dalam hubungan sosial ini, manusia
dapat merealisasikan kehidupan serta dapat berkembang menjadi manusia seutuhnya.
● Hubungan sosial mencakup hubungan pribadi, dukungan sosial, aktivitas seksual.
D. Aspek lingkungan
● Aspek lingkungan yaitu tempat tinggal individu, termasuk di dalamnya keadaan,
ketersediaan tempat tinggal untuk melakukan segala aktivitas kehidupan, termasuk sarana
dan prasarana yang dapat menunjang kehidupan.

● Hubungan dengan lingkungan mencakup sumber financial, kebebasan, keamanan dan


keselamatan fisik, perawatan kesehatan dan social care termasuk aksesbilitas dan kualitas;
lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru maupun
keterampilan (skill), partisipasi dan mendapat kesempatan untuk melakukan rekreasi dan
kegiatan yang menyenangkan di waktu luang, lingkungan fisik termasuk
polusi/kebisingan/keadaan air/iklim, serta transportasi.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI
KUALITAS HIDUP
Menurut Juczynski

1. Faktor internal
Mengarah pada ciri-ciri pribadi dan keterampilan tertentu yang memungkinkan
manusia untuk mengambil tindakan individu, otonom
2. Faktor eksternal
mengarah pada kondisi lingkungan hidup individu.

Juczynski, Zygfryd. 2016. Health Related Quality Of Life: Theory And Measurement. Acta Universitatis Lodziensis Folia
Psychologica. Health Psychology Department.
Menurut Siegrist dan Junge
1. Faktor fisik
contohnya yaitu kecacatan dan rasa sakit.
2. Faktor psikologis
contohnya yaitu suasana hati, tingkat kecemasan dan depresi.
3. Faktor sosial
contohnya yaitu tingkat isolasi dari lingkungan, peluang untuk melakukan peran sosial.

Juczynski, Zygfryd. 2016. Health Related Quality Of Life: Theory And Measurement. Acta Universitatis Lodziensis Folia Psychologica.
Health Psychology Department.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

● Usia
● Keluarga
● Jenis kelamin
● Pendidikan
● Psikologis
● Status Pernikahan ● Sosial ekonomi
Usia

Usia sangat mempengaruhi kualitas hidup individu, karena individu yang semakin
tua akan semakin turun kualitas hidupnya. Semakin bertambahnya usia, munculnya rasa
putus asa akan terjadinya hal-hal yang lebih baik dimasa yang akan datang. (Wikananda,
2017) Bertambahnya usia akan mengakibatkan penurunan kualitas hidup seseorang yang
mana terdapat perubahan dari segi fisik, konginitif, dan kehidupan psikologisnya. (Sri,
2018)
Jenis kelamin

Laki-laki berperan sebagai kepala keluarga. Hal ini dapat menyebabkan bebean yang
ditanggung oleh laki-laki menjadi lebih berat. Ditambah sudah semakin menurunnya
kemampuan fisik dan mental sehingga cenderung mengarahkan ke kualitas hidup yang
kurang baik. (Wikananda, 2017)
Pendidikan

Kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan
yang didapatkan oleh individu. Hal tersebut terjadi karena individu yang memiliki
pendidikan yang rendah akan merasa tidakpercaya diri dan merasa bahwa dirinya
tidak berguna. (Wikananda, 2017)
Status pernikahan

Individu yang telah menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada
individu yang tidak menikah. Karena pasangan yang menikah akan merasa lebih
bahagia dengan adanya pasangan yang selalu menemaninya. (Wikananda, 2017)
Keluarga

Keluarga juga merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Individu


yang memiliki keluarga yang utuh dan harmonis akan lebih tinggi kualitas hidupnya.
Dikarenakan keluarga dapat memberikan dukungan dan kasih sayang untuk
meningkatkan kualitas hidup. (Wikananda, 2017)
Psikologis
● Pada teori Felce dan Perry (1996) disebutkan bahwa kesejahteraan psikologis meliputi pengaruh,

pemenuhan, stres dan keadaan mental, harga diri, status dan rasa hormat, keyakinan agama, dan

seksualitas
● Kestabilan kesejahteraan psikologis menjadi salah satu faktor yang ikut berperan dalam

meningkatkan kesejahteraan psikologis (Renwick & Brown, 1996).


● Kesehatan psikologis mengacu pada afek positif, spiritualitas, berfikir, belajar, memori dan

konsentrasi, gambaran diri dan penampilan, harga diri, dan afek negatif (WHO, 1996; Rapley,

2003).
Sosial ekonomi

Kesejahteraan sosial merupakan salah satu faktor yang juga menentukan kualitas
hidup seseorang. Sesorang yang aktif dalam suatu komunitas atau tergabung dalam
paguyuban dimana disana dapat bertukar fikiran sehingga skan gerbentuk reaksi
sosisal yang baik dan akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Ketidak aktifan
seseorang dalam aktivitas sosial akan berdampak oada penurunan kualitas hidup. 
(Sri, 2018)
Pengukuran Kualitas Hidup
Pengukuran Kualitas Hidup (HRQoL)

● Pengukuran kualitas hidup (HRQoL) dilakukan tidak hanya pada pasien semata tetapi
juga dapat dilakukan pada populasi umum
● Pengukuran kualitas hidup (HRQoL) dapat dilakukan dengan menggunakan:
a. instrumen generik
b. Instrumen spesifik
● Pengukuran kualitas hidup juga dapat dilakukan pada kelompok anak-anak dengan
menggunakan instrumen khusus
Instrumen Generik
● Digunakan pada populasi umum yang heterogen yang didalamnya terdapat berbagai jenis kelompok/individu
dengan jenis penyakit yang berbeda-beda (C. Lam, 2010).
● Dapat membandingkan hasil kualitas hidup dengan populasi lainnya atau dengan populasi umum (C. Lam, 2010)
Instrumen Spesifik
● Instrumen ini diharapkan mampu menangkap perhatian pasien yang sedang
mengalami kondisi/penyakit tertentu (C. Lam, 2010).
● Oh dan Ku (2006) menyebutkan bahwa instrumen ini lebih sensitif dan responsif
dibandingkan yang generik, karena di dalamnya meliputi pertanyaan-pertanyaan
tentang gejala spesifik penyakit yang diamati (C. Lam, 2010).
Instrumen Kualitas Hidup Pada Anak
● Pada kelompok anak-anak dengan usia 10-18 tahun, pengukuran kualitas hidup
dapat dilakukan secara langsung (Hullmann, et al 2011).
● Pada anak berusia 5-10 tahun pengukuran dilakukan kepada orangtua sebagai
proxy anak (Hullmann, et al 2011).
Hubungan masalah Kesehatan gigi dan mulut
terhadap Quality of Life
Hubungan masalah Kesehatan gigi dan mulut terhadap Quality of Life

Karies merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling banyak terjadi pada anak-
anak di dunia. Selain karies, penyakit periodontal, maloklusi, dan trauma pada gigi
merupakan permasalahan gigi dan mulut pada anak-anak. Penyakit periodontal terutama
gingivitis merupakan penyakit terbanyak ke-2 di Indonesia (Revina, 2018)

Selain gingivitis, trauma pada gigi sulung terutama gigi anterior merupakan masalah yang
berikutnya. Traumatic Dental Injury (TDI) dapat mengakibatkan efek tidak hanya pada fisik
tetapi juga pada emosional dan psikologis. TDI dapat mengakibatkan kesakitan, hilangnya
fungsi, serta mempengaruhi perkembangan oklusi dan estetika (Revina, 2018)
Untuk mengukur keterkaitan kesehatan gigi dan mulut dengan kualitas hidup yang
dikenal dengan Oral Health-Related Quality of Life (OHRQoL) atau kesehatan gigi dan
mulut terkait kualitas hidup. Teori ini ditetapkan oleh Locker pada tahun 1988 dengan
tujuan untuk mengukur kesehatan gigi dan mulut terkait kualitas hidup berdasarkan
penilaian individu berdasarkan kondisi gigi dan mulutnya (Revina, 2018).
● Terdapat 7 dimensi untuk mengukur kualitas hidup yaitu :
● keterbatasan fungsi,
● nyeri fisik,
● ketidaknyamanan psikologis,
● disabilitas fisik,
● disabilitas psikologis,
● disabilitas sosial dan kecacatan.
OHRQoL (Oral Health-Related Quality of Life) 

OHRQoL merupakan bagian integral dari kesehatan umum dan kesejahteraan yang diakui
oleh WHO. Kesehatan gigi dan mulut terkait kualitas hidup atau OHRQoL pada anak-anak
pra sekolah dan dapat diukur dengan menggunakan instrumen Early Childhood Oral Health
Impact Scale (ECOHIS) (Revina, 2018).
ECOHIS dikembangkan di USA oleh Hernandez dkk untuk menilai dampak negatif dari
kesehatan gigi dan mulut yang mempengaruhi kualitas hidup anak pra sekolah (3-5 tahun).
Pengisisan instrument ini dilakukan olej orangtua yaitu ibu. Instrument ini dapat menilai
sejauh mana keterkaitan Kesehatan gigi dan mulut dengan kualitas hidup pada anak usia
4-5 tahun (Revina, 2018)
Indeks DMF-T
Selain itu, untuk menilai Kesehatan rongga mulut terutama gigi pada anak usia remaja bisa menggunakan
pemeriksaan Indeks DMF T menurut WHO dengan kriteria sebagai berikut :

● Tingkat keparahan sangat rendah dengan nilai DMF-T sebesar 0.0-1,0


● Tingkat keparahan rendah dengan nilai DMF-T sebesar 1,2-2,6
● Tingkat keparahan sedang dengan nilai DMF-T sebesar 2,7-4,4
● Tingkat keparahan tinggi dengan nilai DMF-T sebesar 4,5-6,6
● Tingkat keparahan sangat tinggi dengan nilai DMF-T sebesar >6,6

DMF-T Decay Missing Filled Teeth. Decay sendiri merupakan jumlah gigi berlubang karena karies, Missing
adalah gigi yang dicabut karena karies gigi, Filled adalah gigi yang ditambal atau di tumpat karena karies) (cara
ngitung DMF = D+F+M => jumlah DMF dibagi jumlah subjek yang diperiksa) (Indirawati, 2015).
CONTOH
Contoh Dampak Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Kualitas Hidup

● Keterkaitan antara Kesehatan gigi dan mulut dengan kualitas hidup yang dikenal dengan Oral
Health-Related Quality of Life (OHRQoL) atau kesehatan gigi dan mulut terkait kualitas hidup.

● Kesehatan gigi dan mulut terkait kualitas hidup atau OHRQoL pada anak-anak pra sekolah dan
dapat diukur dengan menggunakan instrumen Early Childhood Health Impact Scale (ECOHIS).
● Kriteria nilai kesehatan gigi dan mulut terkait kualitas hidup atau OHRQoL digolongkan menjadi
tiga: 1) kurang berdampak, 2) cukup berdampak, dan 3) sangat berdampak.
● 1) kurang berdampak jika terdapat pada rentang (0–33,3%)
● 2) cukup berdampak jika terdapat pada rentang (33,4-66,6%)
● 3) sangat berdampak jika terdapat pada rentang (66,7-100%).
Masalah Gigi dan Mulut Jumlah Persentase (%)
Sakit Gigi (sakit yang berasal dari gigi) 39 78
Gigi berlubang 42 84
Masalah pada gusi (Gusi bengkak atau gusi 21 42
berdarah)
Kegoyangan gigi susu karena terbentur atau 8 16
kecelakaan lainnya

Masalah posisi gigi (posisi gigi tidak rapih) 8 16


Tidak menjawab 1 2
● Masalah yang paling banyak dikeluhkan anak yaitu gigi berlubang. . Hasil yang didapatkan
sesuai dengan penelitian Abanto dkk. ahwa karies pada anak usia dini atau Early Childhood
Caries (ECC) merupakan masalah gigi dan mulut yang paling banyak dilaporkan pada anak
usia 2-5 tahun yaitu sebesar 63,8%
● Masalah kedua yang paling banyak dikeluhkan sakit gigi sebanyak 39 orang (78%)
● Responden yang melaporkan anaknya pernah mengalami masalah pada gusi (Gusi bengkak
atau gusi berdarah) selama 3 bulan terakhir yaitu 21 orang (42%).
● Masalah mulut yang paling sedikit dilaporkan oleh responden adalah Traumatic Dental
Injury (TDI) dan malposisi gigi masing-masing 8 orang (16%)
Skor Dan Persentase Jawaban Mengenai Keadaan Psikologis Anak
Keadaan psikologi anak Tidak Tahu(-) Tidak Pernah Skor
Pernah (0) (1)
Apakah anak ibu pernah mengalami kesulitan tidur 2 25 23 23
karena masalah pada gigi dan mulut atau setelah
mendapatkan perawatan gigi?

Apakah anak ibu pernah lekas marah atau frustasi 0 33 17 17


karena masalah pada gigi dan mulut atau setelah
mendapatkan perawatan gigi?

Skor Total 40

Persentase 40.8

Hasil keseluruhan dari skor kedua pertanyaan kuesioner ECOHIS setelah dirataratakan
mengenai dimensi keadaan psikologis anak bahwa cukup berdampak negatif pada
OHRQoL dapat dilihat pada Tabel yaitu sebesar 40,8%.
Skor Dan Persentase Jawaban Mengenai Citra Diri Dan Interaksi Sosial

Citra diri dan interaksi sosial Tidak Tahu Tidak Pernah Skor
(-) Pernah (0) (1)
Apakah anak ibu pernah menolak untuk tersenyum 3 35 12 12
atau tertawa di depan anak lainnya karena masalah
pada gigi dan mulut atau setelah mendapatkan
perawatan gigi?
Apakah anak ibu pernah menolak untuk berbicara 1 41 8 8
dengan anak lainya karena masalah pada gigi dan
mulut atau setelah mendapatkan perawatan gigi?
Skor Total 20

Persentase 20.83

Dimensi citra diri atau interaksi sosial menunjukkan responden melaporkan bahwa anak mereka
pernah menolak untuk tersenyum atau tertawa di depan anak lainnya karena masalah pada gigi dan
mulut
Skor Total Dan Persentase Jawaban Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terkait
Kualitas Hidup Anak Usia 4-5 Tahun
No Tidak Tahu Tidak Pernah (1) Skor Persentase Kategori
(-) Pernah (0) (%)

1 0 7 43 43 86 Sangat berdampak
2 1 38 11 11 22.45 Kurang berdampak
3 1 27 22 22 44.9 Cukup berdampak
4 1 43 6 6 12.24 Kurang berdampak
5 0 35 15 15 30 Kurang berdampak
6 2 25 23 23 47.9 Cukup berdampak
7 0 33 17 17 34 Cukup berdampak
8 3 35 12 12 25.5 Kurang berdampak
9 1 41 8 8 16.3 Kurang berdampak
10 1 29 20 20 40.8 Cukup berdampak
11 0 26 24 24 48 Cukup berdampak
12 0 41 9 9 18 Kurang berdampak
13 1 41 8 8 16.3 Kurang berdampak
Persentase 34.03%
 Tabel menunjukkan hasil keseluruhan dari kesehatan gigi dan mulut terkait kualitas
hidup anak usia 4-5 tahun yaitu sebesar 34.03% yang termasuk dalam kategori
cukup terdampak. Hasil yang didapatkan membuktikan pernyataan yang
dikemukakan oleh Pahel dkk21, pada tahun 2007 bahwa penilaian dengan ECOHIS
mempunyai dampak masalah kesehatan mulut anak
Definisi Karies Gigi
● Karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak di jumpai di rongga mulut,
sehingga merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit ini terjadi karena
demineralisasi jaringan permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan
yang mengandung gula. Karies bersifat kronis dan dalam perkembanganya
membutuhkan waktu yang lama, sehingga sebagian besar penderita mempunyai
potensi mengalami gangguan seumur hidup.
Metode dan Hasil Penelitian
● Jenis penelitian adalah penelitian analitik dengan desain penelitian Cros Sectional yaitu
penelitian untuk melihat korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen
dengan mengunakan observasi sekaligus pada suatu saat.
● Hasil Penelitian

○ Prevalensi karies gigi pada remaja adalah 98,3%. Kualitas hidup pada remaja SMA di Kota Jambi mayoritas
memiliki gangguan kualitas hidup karena karies gigi dalam kategori tidak sering yakni sebanyak 94,1%

○ Dampak negatif pada kualitas hidup berkaitan denagn usia anak remaja dan stadium karies yang terus
berlanjut meningktakan dampak negative pada kualitas hidup anak remaja
Dampak Negatif Karies bagi Remaja
● Pada remaja yang mengalami karies pada giginya mungkin juga berpengaruh
terhadap kehidupanya sehari-sehari. Perasaan malu bisa mungkin terjadi pada remaja
yang mengalami karies gigi di gigi depan, karena ketika mereka berbicara atau
tertawa akan terlihat gigi yang karies. Pada masa remaja mementingkan daya tarik
fisik dalam proses sosialisasi kecantikan dan kesempurnaan fisik sangat di dambakan
bagi remaja. Ketidakpuasan ini dapat menimbulkan tekanan pada dirinya sehingga
merasa rendah diri dan tidak percaya diri.
Berdasarkan Oral Impacts on Daily Performance (OIDP)
● Pada level 1 karies berdampak hanya seperti gangguan dimana ini menjadi tahap
awal untuk memperkirakan dampak dampak lainnya
● Pada level 2 / intermediate impacts, karies dapat menyebabkan rasa sakit, rasa
kurang nyaman, fungsi yang terbatas, dan ketidak puasan pada penampilan
● Pada level 3 / ultimate impacts, karies dapat menyebabkan penurunan kesehatan
tubuh dan psikologis serta timbulnya masalah sosial
REFERENSI
● Elfarisi, R. N., Susilawati, S., & Suwargiani, A. A. (2018). Kesehatan gigi dan
mulut terkait kualitas hidup anak usia 4-5 tahun di Desa Cilayung Oral health
related to the quality of life of children aged 4-5-years-old in Cilayung Village.
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 30(2), 85-94.
● Tias, Ajeng. Kualitas Hidup Kesehatan: Konsep, Model dan Penggunaan. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 7(2); September 2015
● Nur, Restu dkk. Penilaian Properti Psikometrik Instrumen Kualitas Hidup
(HRQoL) pada Populasi Umum: Tinjauan Sistematik. JMPF Vol 9(2), 2019
Boy, Hendri., Ahmad Khairullah. 2019. Hubungan Karies Gigi Dengan Kualitas Hidup Remaja SMA Di Kota Jambi. Jurnal
Kesehatan Gigi.
Haraldstad, K., Wahl, A., Andenaes, R., Andersen, J. R., Andersen, M. H., Beisland, E., Borge, C. R., Engebretsen, E., Eisemann, M.,
Halvorsrud, L., Hanssen, T. A., Haugstvedt, A., Haugland, T., Johansen, V. A., Larsen, M. H., Lovereide, L., Loyland, B., Kvarme,
L. G., Moons, P., Norekval, T. M., Ribu, L., Rohde, G. E., Urstad, K. H., Helseth, S. 2019. A systematic Review of Quality of Life
Research in Medicine and Health Sciences. Quality of Life Research 28(10): 2641-2650; Springer.
Yulikasari, Rahmawati. (2015). “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia Pada Penderita Hipertensi Di
Kelurahan Gayam Kabupaten Sukoharjo”. Skripsi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Elfarisi, Revina Nadya. Susilawati, sri. Suwargiani, Anne Agustina. 2018. Kesehatan gigi dan mulut terkait kualitas hidup anak
usia 4-5 tahun di desa cilayung. Jurnal kedokteran gigi Universitas Padjajaran (30) 2 : 85-94.
Ganesh Kumar S., A. Majumdar, Pavithra G. ,2014. Quality Of Life (QOL) And Its Associated Factors Using WHOQOL-BREF Among
Elderly In Urban Puducherry, India. Medicine Journal Of Clinical And Diagnostic Research
Wikananda, Gede. 2017. Hubungan kualitas hidup dan faktor resiko pada usia lanjutdi wilayah kerja puskesmas tampaksiring I
Kabupaten Gianyar Bali 2015. Intisari Sains Medis, 8(1): 41-49
Sri Hayulita, Arief Bahasa, dan Amdrian Novika Sari. 2018. Faktor Dominan yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup Lansia.
STIKes Yasri; Afiyah. Vol. V, Mo. 2, Juli 2018.

Anda mungkin juga menyukai