Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULLUAN KEPERAWATAN JIWA

GANGGUAN CITRA TUBUH

OLEH :
Narita M M
(2030074)

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2020
Konsep Diagnosis Gangguan Citra Tubuh

1. Definisi

Citra tubuh adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan

ukuran tubuhnya, sebagaimna seseorang tersebut mempersepsi dan mem- berikan

penilaian atas apa yang dipikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk

tubuhnya, dan atas penilaian orang lain terhadap dirinya. Gangguan citra tubuh

merupakan kumpulan dari sikap individu baik itu yang disadari maupun tidak

disadari terhadap keadaan tubuhnya termasuk tentang persepsi masa lalu ataupun

masa sekarang dan tentang struktur, bentuk, dan fungsi tubuh yang dapat

dipengaruhi oleh pandangan pribadi dan orang lain (Puspita et al., 2017)

2. Penyebab

Menurut( Potter dan Perry 2005) dalam( Hasmila Sari 2013)

1. Faktor Predisposisi (keadaan mudah terjangkit oleh penyakit)

a) Faktor biologis, biasanya karna ada kondisi sakit fisik yang


dapatmempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula
berdampakpada keseimbangan neurotransmiter di otak contoh kadar serotonin
yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien
depresi kecendrungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien
lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatifdan tidak berdaya.
b) Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah kronis sangat berhubungan
dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan peran dan fungsi.
Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah
kronis meliputi orang tua yang penolakkan orang,harapan orang tua yang tidak
realistis, orang tua yang tidak percayaterhadap anaknya, tekanan teman
sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin dan peran dalam
pekerjaan.
c) Faktor sosial: sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya
harga diri rendah kronis, antara lain kemiskinan, tempat tinggaldidaerah
kumuh dan rawan, kultur sosial yang berubah misal
ukurankeberhasilanindividu.
d) Faktor kultural: tunutunan peran sosial kebudayaan sering meningkatkan
kejadian harga diri rendah kronis antara lain: wanita sudah harus menikah jika
umur mencapai dua puluhan, perubahan kultur kearah gaya hidup
individualisme.
Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan

fisik&perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan

mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek

lainnya dari konsepdiri& Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi

citra tubuh& pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh

persepsi dan pandangan orang lain& Cara individu memandang dirinya mempunyai

dampak yang penting pada aspek psikologinya& pandangan yang realistik terhadap

dirinya, menerima dan mengukur bagiantubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman

sehingga terhindar dari rasa cemas danmeningkatkan harga diri dan proses tumbuh

kembang fisik dan kognitif perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan

dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan

dengan aspek lain dari konsep diri.

2. Faktor Presipitasi

1. trauma

2. penyakit atau kelainan hormonal

3. Operasi atau pembedahan

4. Perubahan masa pertumbuhan dan perkembangan dan maturasi

5. perubahan fisiologis tubuh , kehamilan, penuaan

6. prosedur medis dan keperawatan: efek pengobatan

7. Terjadi penurunan fungsi dan perubahan kemampuan tubuh diantaranya

penurunan fungsi alat gerak, perubahan kemampuan tubuh dalam

berespon, perubahan kemandirian, serta perubahan fungsi dan kualitas

seksual (Paramita et al., 2017)

8. Penghasilan (Paramita et al., 2017)

9. pendidikan di dalam keluarga (Runiari et al., n.d.)

10. umur pasien(Runiari et al., n.d.)

11. peran seseorang(Runiari et al., n.d.)


3. Rentang Respon

Menurut Stuart dalam (Hanies et al., 2013)

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri adalah pernyataan diri positif tentang

latar belakang pengelaman nyata yang sukses diterima

2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam

beraktualisasi

3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri

maladaptif

4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek

psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis

5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang

berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya

dengan orang lain.

4. Tanda dan Gejala

1. Klien merasa tidak berharga, malu, sedih, marah, tidak berdaya, bosan dan

bingung, khawatir serta putus asa terhadap perubahan citra tubuh yang

terjadi(Paramita et al., 2017)

2. Klien akan mengalami penerimaan diri yang rendah, harga diri yang rendah,

merasa putus asa, bosan, cemas, frustasi, tertekan dan takut kehilangan

seseorang. Jika perasaan- perasaan rendah tersebut dirasakan pasien dalam

waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan depresi(Runiari et al., n.d.)


Menurut SDKI (2016) D.0083 Kategori psikologis subkategori integritas ego

Gejala dan Tanda Mayor

Data Subjektif: Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh

Data Objektif:

1. Kehilangan bagian tubuh

2. Fungsi atau struktur tubuh berubah/hilang

Gejala dan Tanda Minor

Data Subjektif :

1. Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh

2. Mengungkapkan perasaan negative tentang perubahan tubuh

3. Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain

4. Menguungkapkan perubahan gaya hidup

Data Objektif:

1. Menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan

2. Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh

3. Fokus berlebihhan pada perubahan tubuh

4. Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh

5. Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu

6. Hubungan sosial berubah

5. Akibat Gangguan Citra Tubuh

Menurut penelitian Herawati, mengenai pengalaman perubahan citra tubuh

pada pasien menyatakan bahwa sebagian responden merasa tidak berharga,

malu, sedih, marah, tidak berdaya, bosan dan bingung, khawatir serta putus asa

terhadap perubahan citra tubuh yang terjadi dapat memicu timbulnya perasaan

yang bersifat depresi (ringan, sedang, berat) (Paramita et al., 2017)


Pathway Gangguan Citra Tubuh

Perubahan Perubahan Perubahan Perubahan Keterbatasan


ukuran bentuk Struktur fungsi tubuh
tubuh tubuh tubuh

Perubahan Gambar Diri

Gangguan Citra Tubuh

Respon Respon mal


penyesuainan adaptif

Perilaku yang bersifat


Menunjukkan rasa
merusak,berbicara tentang perasaan
sedih dan duka
tidak berharga atau perubahan
cita(sedih ,
kemampuan dalam menyesuaikan
menangis,merasa
diri dengan lingkungan
berdsalah,melamu
n,diam)

Menolak melihat, menyentuh


Penerimaan tubuh yang berubah,
terhadap diri mengungkapkan keputusasaan
rendah

Menarik diri dari lingkungan


Harga Diri Rendah

Isolasi Sosial
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a) Faktor Predisposisi

Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan citra tubuh, meliputi:

1) Faktor Biologis

Pengaruh faktor biologis yaitu seperti tindakan operasi dan program terapi

biasanya tidak segera tampak respon pasien terhadap perubahan-perubahan.

Tetapi perawat perlu mengkaji kemampuan pasien untuk mengintegrasikan

perubahan citra tubuh secara efektif (Keliat, 1998). Hal ini didukung oleh

pernyataan Suliswati, dkk (2005), yaitu salah satu faktor predisposisi gangguan

citra tubuh adalah prosedur pengobatan seperti kemoterapi. Faktor predisposisi

yang lainnya yaitu proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur

maupun fungsi tubuh(Runiari et al., n.d.)

2) Faktor Psikologis

perilaku dan kognitif yang berhubungan dengan perubahan ukuran atau

bentuk tubuh yang terjadi pada diri seseorang .Perubahan citra tubuh yang

menyebabkan tingkat ketergantungan terhadap keluarga .sebagian responden

merasa tidak berharga, malu, sedih, marah, tidak berdaya, bosan dan bingung,

khawatir serta putus asa terhadap perubahan citra tubuh.(Paramita et al., 2017)

3) Faktor Sosial Budaya

Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negative dari lingkungan status sosial

ekonomi keluarga, dan dukungan sosial (Fatiyasani et al., 2018)


5. Faktor Presipitasi

1. trauma

2. penyakit atau kelainan hormonal

3. Operasi atau pembedahan

4. Perubahan masa pertumbuhan dan perkembangan dan maturasi

5. perubahan fisiologis tubuh , kehamilan, penuaan

6. prosedur medis dan keperawatan: efek pengobatan

mekanisme koping jangka pendek dan mekanisme koping jangka

panjang menurut (Keliat, 1998) dalam (Ningsih & Sowwan, 2018)

1. Koping jangka pendek.

a. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis

misalnya : pemakain obat, ikut musik rock, olahraga berat dan obsesi

nonton televisi.

b. Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas misalnya

ikut kelompok tertentu untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki

kelompok, memiliki kelompok tertentu, atau pengikut kelompok

tertentu.

c. Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap

konsep diri ata identitas diri yang kabur misalnya: aktivitas yang

kompetitif, olahraga, prestasi akademik, kelompok orang dewasa.

d. Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan misalnya : penjelasan

tentang keisengan akan menurunya kegairahan dan tidak berarti pada

diri sendiri dan orang lain.


2. Koping jangka panjang

Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping

jangka panjang. Penyelesaian positif akan menghasilkan ego identitas

dan keunikan individu.

2.Pohon Masalah

Menurut (Keliat 2011)

Perubahan Persepsi Sensori

Isolasi Sosial

Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah

Gangguan citra tubuh Ideal diri tidak realistis

3. Masalah Keperawatan

1.Gangguan Konsep Diiri :Harga diri rendah

2.Isolasi sosial

3.Perubahan persepsi sensori


DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut (SDKI 2016)

1. Gangguan harga diri: harga diri rendah :Evaluasi atau perasaan negative

terhadap diri sendiri atau kemampuan klien sebagai respon terhadap situasi

saat ini Harga diri rendah dalam SDKI (D.0087) Subkategori: Integritas ego

Kategori: Psikologis

2. Gangguan citra tubuh : Perubahan persepsi tentang penampilan,struktur

dan fungsi fisik indivu dalam ( SDKI(D.0083)Subkategori: Integritas ego

Kategori: Psikologis

3. Isolasi sosial: menarik diri: ketidakmampuan untuk membina hubungan

yang erat,hangat,terbuka,dan interdependen dengan orang lain dalam SDKI

Isolasi sosial (D.0121) Subkategori: Relasional Kategori: Interaksi sosial

Rencana Asuhan Keperawatan

No Masalah Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Gangguan Setelah 1.Gambaran 1.Bina 1.Untuk
citra dilakukan diiri hubungan saling meningkatkan
tubuh asuhan meningkat percaya antara rasa percaya
keperawata 2.Gambaran klien dengan klien pada
n selama diri sesuai perawat perawat
3x24 jam 3.Bisa 2. Dukung
diharapkan menyesuaikan upaya klien 2.Untuk
gangguan diri dengan untuk memahami
citra tubuh status mengungkapka kondisi klien
menurun kesehatanya n perasaan
3.Berikan 3.Untuk
Edukasi memberikan
perawatan diri kesan yang
4. Dukung baik diri klien
upaya klien
untuk 4.Untuk
memperbaiki meningkatkan
citra tubuh kepercayaan
5. Dukung diri klien
upaya klien
dalam upaya
5.Agar klien
manajemen dapat
gangguan mengatur
makan pola makan
nya
2 Harga Setelah 1.Pemahaman 1.Bina 1.Untuk
Diri dilakuka terhadap diri hubungan saling meningkatkan
Rendah asuhan meningkat percaya rasa percaya
keperawata 2. Klien dapat 2.Berikan klien pada
n selam menerima dukungan perawat
3x24 jam realita keyakinan 2.Untuk
diharapkan perubahan 3.Berikan meningkatkan
harga diri struktur, dukungan keyakinan
meningkat bebntuk atau emosional klien
fungsi tubuh 4.Beri terhadap
dukungan gambaran
kepercayaan dirinya
diri 3.Untuk
5.Beri mengontrol
dukungan emosi klien
spiritual 4.Untuk
meningkatkan
kepercayaan
diri klien
5.Untuk
mempererat
hubungan
klien dengan
Tuhan

3 Isolasi Setelah 1.Klien dapat 1.Beri 1.Untuk


sosial dilakukan melakukan dukungan mengontrol
asuhan interaksi emosional emosi klien
keperawata sosial dengan 2.Beri saat
n selama lingkungan dukungan berinteraksi
3x24 jam sekitar kelompok dengan
diharapkan 2.Klien 3.Beri lingkungan
klien dapat mengetahui manajemen sekitarnya
berinteraksi pentingnya lingkungan 2.Untyk
sosial beriinteraksi member
semangat
serta
dorongan
agar klien
mau untuk
berinteraksi
3.Untuk
memberikan
kenyamanan
pada klien
saat
berinteraksi
dengan
lingkungan
sekitarnya

SPTK

Sp 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, mendiskusikan tentang citra


tubuh, penerimaan terhadap citra tubuh, aspek positif, dan cara meningkatkan citra
tubuh

ORIENTASI

 “Selamat pagi. Perkenalkan, nama saya perawat N, panggil saja saya N.


Saya mahasiswi profesi ners yang sedang dinas di RT ini. Saya datang untuk
merawat mbak. Namanya siapa? Senang dipanggil apa? Bagaimana
perasaannya hari ini? Bagaimana mbak apakah bagian tubuh yang mengalami
kenaikan berat badan masih bisa digerakkan? Bagaimana kalau kita
berbincang-bincang tentang perasaan terhadap bagian tubuh mbak yang
mengalami gangguan?” (Perhatikan data-data tentang gangguan citra tubuh).
“Mau berapa lama? bagaimana kalau 30 menit? Mau di mana kita berbincang-
bincang? Di ruang tamu?”

KERJA

 “Bagaimanaa perasaan mbak N terhadap bagian tubuh yang mengalami


kenaikan berat badan? Apa harapannya untuk kondisi tubuh mbak N yang
sekarang ini? Bagus sekali, mbak sudah mengungkapkan perasaan dan
harapan. Mulai sekarang mbak dapat mencoba melatih menggerakkan bagian
tubuh mbak yang dirasa mengalami kegemukan atau perubahan . Baik,
bagaimana kalau kita membicarakan bagian tubuh lainnya yang masih dapat
digunakan? Mari kita mulai.” (Boleh mulai dari ujung rambut sampai ujung
kaki). 
 “Nah, tangan dan kaki mbak sebelah kanan masih bagus ya. Bagus.
Bagaimana dengan mata mbak, dan bagian tubuh lainnya? “(buat daftar
potensi tubuh yang masih prima). “Wah, ternyata banyak sekali bagian tubuh
mbak yang masih berfungsi dengan baik yang perlu disyukuri.” 
TERMINASI

 “Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang? Wah,


banyak sekali bagian tubuh mbak yang masih berfungsi dengan baik.”
(sebutkan beberapa bagian tubuh yang masih berfungsi). “Bagaimana kalau
kita buat jadwal kegiatan untuk menggunakan anggota tubuh yang masih
berfungsi dengan baik”. (Masukkan jadwal kegiatan). “ Baiklah, besok kita
bertemu untuk membicarakan cara meningkatkan citra tubuh mbak. Mau jam
berapa? Baik, sampai jumpa.”

Sp 2 Pasien: Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan, mengidentifikasi dan


melakukan cara meningkatkan citra tubuh, melatih interaksi secara bertahap

ORIENTASI
“Selamat pagi mbak N. Bagaimana perasaannya pagi ini? Apakah sudah mencoba
kegiatan sesuai jadwal? Bagaimana perasaan mbak N setelah mencoba? Baik,
bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara meningkatkan fungsi
tangan dan kaki kiri yang lemah? Mau berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit?
Mau berbicara dimana? Baiklah, kita bicara diruang tamu.”

KERJA
“mbak N selama ini apa yang telah dilakukan agar anggota tubuhy yg lain bisa
berfungsi dengan baik Apa yang mbak N lakukan untuk mengurangi rasa malu?”
(beri pujian jika jawaban pasien positif).“ Baiklah mbak N, ada beberapa cara
yang dapat dilakukan, yaitu mbak N harus melatih bagian tubuh yang masih sulit
digerakkan untuk digerakkan dengan sesering mungkin, ini melatih agar otot-otot
Mbak N tidak kaku.”
“Selain itu, mbak dapat bersosialisasi dengan keluarga dan teman-teman lain
melalui berbagai aktivitas mengunjungi teman atau saudara yang dekat dengan
mbak N.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan mbak N setelah kita berbincang-bincang? Berapa cara yang
dapat dicoba? Bagus. Nah, silakan coba untuk melatih menggerakkan bagian
tubuh yang lemah. Bisa kan mbak N? Baik, besok kita bertemu. Kita akan
berbicara tentang cara bercakap-cakap dengan orang lain. Sampai jumpa.”
Sp 1 keluarga: Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga, menjelaskan
gangguan citra tubuh dan cara mengatasinya.

ORIENTASI
“Selamat pagi. Perkenalkan, nama saya N, panggil saja saya N. Saya mahasiswi
profesi Profesi nersyang sedang dinas di RW ini. Nama ibu siapa? Panggilannya?
Bagaimana perasaan ibu pada hari ini? Bagaimana kalau kita berbincang-bincang
selama 30 menit tentang masalah kesehatan bpk? Kita mau duduk dimana?
Bagaimana kalau di ruang tamu?”

KERJA
“Apa yang ibu rasakan selama Mbak. N mengalami perubahan? ibu sendiri
bagaimana perasaannya melihat kondisi Ny.N? Iya, benar, mbak N menghadapi
dua masalah, yang pertama bagian tubuh yang mengalami perubahan. Yang
kedua, perasaan mbak Nyang masih sukar menerima kenyataan bahwa bagian
tubuhnya mengalami perubahan dan masih malu bertemu dengan orang lain.
Untuk itu, ada beberapa cara yang ibu dapat lakukan agar mbak N dapat
menerima keadaan ini yaitu selalu memberi pujian terhadap setiap kegiatan yang
mbak N dapat lakukan, membantu Mbak N memberikan perhatian yang lebih
pada bagian tubuh yang masih berfungsi dengan baik. Ada beberapa cara untuk
memulihkan kondisi tubuh mbak N, yaitu melakukan latihan menggerakkan
bagian tangan dan kaki yang lemah agar ototnya tidak semakin kaku.”

“Untuk mengurangi rasa malu berikan motivasi kepada mbak N, libatkan Mbak N
dalam kegiatan rumah tangga, libatkan bmbak Ndalam bersosialisasi dengan
keluarga, tetangga, dll. Ibu dapat membantu bmbak N menerima bagian tubuh
dengan cara melihatnya dan jangan menghina kecacatan tersebut. Cara mana yang
kira-kira dapat ibu lakukan segera? Bagus sekali.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang? Coba ibu sebutkan
cara merawat mbak N? Bagus sekali. Coba ibu buat jadwal untuk bergantian
memperhatikan Mbak N. Baiklah, besok saya datang lagi. Kita akan
membicarakan hal-hal yang telah ibu lakukan serta mencoba berbincang-bincang
langsung dengan Mbak N. Sampai jumpa.”
Sp 2 keluarga: Melatih cara merawat pasien dan menyusun rencana tindakan

ORIENTASI
“Selamat pagi, ibu. Dapatkah kita berbincang-bincang? Baik, bagaimana keadaan
mbak N? Sudah ibu coba cara yang kita diskusikan kemarin? Bagaimana
hasilnya? Ibu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kegiatan yang
dapat mbakk N lakukan Berapa lama kita bicara? Baik kita bicara selama 30
menit. Di ruang tamu saja ya?”

KERJA
“Mari ibu kita temui mbak N. Mbak N sedang apa? Bagaimana kalau kita
berbincang-bincang? Apa saja kegiatan yang sudah dilakukan? Bagus sekali.
Wah, mbak N hebat dong. Bagaimana perasaan mbak N setelah melakukan
kegiatan tadi? Sudah dulu ya. Saya berbincang-bincang dulu dengan ibu.
Bagaimana ibu sudah lihat cara yang kita lakukan tadi? Apa saja yang sudah dapat
dilakukan ibu? Bagus. Baiklah ibu, dari beberapa cara yang telah dilakukan, ibu
dapat memilih kegiatan tersebut dan dapat memasukkannya kedalam jadwal yang
telah mbak Npunya. “

TERMINASI
“Bagaimana perasaan ibu? apalagi yang perlu dilakukan untuk mbak N? Kapan
ibu mau melakukannya? Bagus. Baiklah besok saya kembali. Nanti kita bicarakan
harapan mbak N yang kemungkinan masih dapat diwujudkan. Sampai jumpa.”
Literature reviw

Menurut: Hasmila Sari dan Farah Dineva 2013

Judul: GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PERSEPSI CITRA TUBUH PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 4
LAMPINEUNG BANDA ACEH

Penulis: Hasmila Sari dan Farah Dineva

ISSN : 2087-2879

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PERSEPSI CITRA TUBUH PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 4
LAMPINEUNG BANDA ACEH

Influencing Factors of Body Image among Female


Adolescent in Senior High School 4 Lampineung Banda Aceh

Hasmila Sari1 dan Farah Dineva R2


1
Bagian Keilmuan Keperawatan Jiwa dan Komunitas, PSIK-
FK Universitas Syiah Kuala
2
Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala Banda Aceh
Mental Health and Community Health Nursing
Department, School of Nursing, Faculty of Medicine,
Syiah Kuala University, Banda Aceh
E-mail: hasmila_sari@yahoo.com
ABSTRAK

Citra tubuh adalah suatu penggabungan dari persepsi, pikiran,


dan perasaan seseorang tentang tubuh. Iklan, majalah, dan film
yang menghadirkan model langsing menguatkan keyakinan
budaya bahwa langsing adalah menarik. Sebagian besar
remaja putri memiliki persepsi citra tubuh negatif yang
diakibatkan oleh ketidakpuasan remaja terhadap tubuhnya
yang sedang mengalami pubertas. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi citra tubuh pada remaja di SMAN 4 Lampineung
Banda Aceh ditinjau dari faktor pertumbuhan kognitif, faktor
perkembangan fisik dan faktor nilai kultural sosial. Desain
penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif,
metode pengambilan sampel adalah probability sampling
berdasarkan teknik stratified random sampling, alat
pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner berbentuk
skala likert yang dibagikan pada 90 orang siswi di SMAN 4
Lampineung Banda Aceh. Data dianalisis menggunakan
statistik deskriptif melalui analisa univariat. Hasil penelitian
diketahui faktor pertumbuhan kognitif berada pada kategori
baik sebesar 96,7%, faktor perkembangan fisik berada pada
kategori baik sebesar 96,7%, dan faktor nilai kultural sosial
berada pada kategori baik sebesar 95,6%. Secara umum
diketahui bahwa persepsi citra tubuh remaja putri di SMAN 4
Lampineung berada pada kategori baik sebesar 97,8%.
Diharapkan hendaknya sekolah mempertahankan dukungan
dan bimbingan terhadap para siswi melalui berbagai kegiatan
ekstrakurikuler yang positif untuk membentuk pribadi siswi
yang percaya diri dan berprestasi.

Hasil penelitian pada jurnal ini yaitu gangguan citra tubuh di pengaruhi

oleh beberapa faktor diantaranya faktor kognitif, faktor nilai cultural sosial saran

dari penelitian ini untuk tetap mempertahankan persepsi citra tubuh pada siswi

yaitu dengan membberikan dukungan dan bimbingan melalui berbagai kegiatan

esktrakurikuler yang positif.


Jurnal Gizi Klinik Indonesia
Vol 15 No 1 - Juli 2018 (1-9)
ISSN 1693-900X (Print), ISSN 2502-4140 (Online)
Online sejak Januari 2016 di https://jurnal.ugm.ac.id/jgki

Faktor individu dan lingkungan dengan citra tubuh


pada santri putri di pondok pesantren
Individual and environmental factors toward body image of female students at religious
boarding school
Labiqotul Fatiyasani1, Ika Ratna Palupi1, Tjaronosari2

ABSTRAK

Latar belakang: Persepsi dan penilaian seseorang tentang bentuk tubuhnya

disebut dengan citra tubuh. Permasalahan citra tubuh dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya belum banyak diteliti pada populasi pondok pesantren yang

relatif homogen dan memiliki keterbatasan akses alat komunikasi serta media

informasi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

faktor individu dan lingkungan dengan citra tubuh santriwati pondok pesantren.

Metode: Desain penelitian cross sectional dengan jumlah subjek 142 santriwati

berusia 15-19 tahun di pesantren Islamic Center Bin Baz (ICBB) Bantul. Variabel

faktor individu meliputi status gizi, pengetahuan gizi, dan rasa percaya diri yang

masing-masing diketahui dengan indeks IMT/U (Kemenkes RI, 2010), kuesioner

pengetahuan gizi dengan tipe multiple choice question (MCQ), dan Rosenberg

self-esteem scale (RSE). Variabel lingkungan yaitu budaya, sosial ekonomi

keluarga, dan dukungan sosial, masing-masing diketahui dari daftar tilik suku
bangsa ayah dan ibu, kuesioner sosial ekonomi, social support questionnaire

number (SSQN), dan social support questionnaire satisfaction (SSQS). Variabel

citra tubuh diukur dengan formulir the contour drawing rating scale (CDRS).

Analisis statistik menggunakan uji Chi-Square dan regresi logistik. Hasil:

Variabel faktor individu yang berhubungan dengan citra tubuh yaitu status gizi

(p<0,05; RP=1,3; 95%CI: 2,68-2,83) dan rasa percaya diri (p<0,05; OR=21,3;

95%CI: 3,97-114,3). Variabel faktor lingkungan yang berhubungan dengan citra

tubuh adalah sosial ekonomi (p<0,05) dan dukungan sosial aspek kepuasan

dukungan (p<0,05; 95%CI: 0,02-0,95). Simpulan: Faktor individu dan faktor

lingkungan berhubungan dengan citra tubuh pada santri putri di pondok pesantren.
DAFTAR PUSTAKA

Fatiyasani, L., Palupi, I. R., & Tjaronosari, T. (2018). Faktor individu dan

lingkungan dengan citra tubuh pada santri putri di pondok pesantren. Jurnal

Gizi Klinik Indonesia, 15(1), 1. https://doi.org/10.22146/ijcn.36044

Ningsih, W., & Sowwan, M. (2018). Upaya Peningkatan Koping Untuk

Meningkatkan Citra Tubuh Pada Asuhan Keperawatan Kanker Payudara.

Journal Keperawatan Care, 8(2), 67–81.

Paramita, D. H., Wulandari, I. S., Mustikarani, I. K., & Suparmanto, G. (2017).

Dukungan Keluarga Dengan Citra Tubuh Pada Pasien Pasca Stroke Di

Poliklinik Syaraf RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI. Adi Husada

Nursing Journal, 3(2), 16–20.

Puspita, R. T., Huda, N., & Safri. (2017). Hubungan Dukungan Sosial Dengan

Citra Tubuh Pasien Kanker Payudara Post Op Mastektomi. Journal Ners

Indonesia, 8(1), 56–64.

Remaja, P., Di, P., Lampineung, S., Aceh, B., & Sari, H. (2013). Gambaran

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Citra Tubuh Pada Remaja Putri

Di Sman 4 Lampineung Banda Aceh. Idea Nursing Journal, 4(1), 62–68.

Runiari, N., Agustini, W., Keperawatan, J., & Kesehatan, P. (n.d.). Karakteristik

terhadap citra tubuh pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi. 165–

171.

Anda mungkin juga menyukai