OLEH :
Narita M M
(2030074)
1. Definisi
penilaian atas apa yang dipikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk
tubuhnya, dan atas penilaian orang lain terhadap dirinya. Gangguan citra tubuh
merupakan kumpulan dari sikap individu baik itu yang disadari maupun tidak
disadari terhadap keadaan tubuhnya termasuk tentang persepsi masa lalu ataupun
masa sekarang dan tentang struktur, bentuk, dan fungsi tubuh yang dapat
dipengaruhi oleh pandangan pribadi dan orang lain (Puspita et al., 2017)
2. Penyebab
mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek
lainnya dari konsepdiri& Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi
citra tubuh& pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh
persepsi dan pandangan orang lain& Cara individu memandang dirinya mempunyai
dampak yang penting pada aspek psikologinya& pandangan yang realistik terhadap
dirinya, menerima dan mengukur bagiantubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman
sehingga terhindar dari rasa cemas danmeningkatkan harga diri dan proses tumbuh
kembang fisik dan kognitif perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan
dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan
2. Faktor Presipitasi
1. trauma
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri adalah pernyataan diri positif tentang
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
1. Klien merasa tidak berharga, malu, sedih, marah, tidak berdaya, bosan dan
bingung, khawatir serta putus asa terhadap perubahan citra tubuh yang
2. Klien akan mengalami penerimaan diri yang rendah, harga diri yang rendah,
merasa putus asa, bosan, cemas, frustasi, tertekan dan takut kehilangan
Data Objektif:
Data Subjektif :
Data Objektif:
malu, sedih, marah, tidak berdaya, bosan dan bingung, khawatir serta putus asa
terhadap perubahan citra tubuh yang terjadi dapat memicu timbulnya perasaan
Isolasi Sosial
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
Pengaruh faktor biologis yaitu seperti tindakan operasi dan program terapi
perubahan citra tubuh secara efektif (Keliat, 1998). Hal ini didukung oleh
pernyataan Suliswati, dkk (2005), yaitu salah satu faktor predisposisi gangguan
yang lainnya yaitu proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur
2) Faktor Psikologis
bentuk tubuh yang terjadi pada diri seseorang .Perubahan citra tubuh yang
merasa tidak berharga, malu, sedih, marah, tidak berdaya, bosan dan bingung,
khawatir serta putus asa terhadap perubahan citra tubuh.(Paramita et al., 2017)
Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negative dari lingkungan status sosial
1. trauma
misalnya : pemakain obat, ikut musik rock, olahraga berat dan obsesi
nonton televisi.
tertentu.
konsep diri ata identitas diri yang kabur misalnya: aktivitas yang
2.Pohon Masalah
Isolasi Sosial
3. Masalah Keperawatan
2.Isolasi sosial
1. Gangguan harga diri: harga diri rendah :Evaluasi atau perasaan negative
terhadap diri sendiri atau kemampuan klien sebagai respon terhadap situasi
saat ini Harga diri rendah dalam SDKI (D.0087) Subkategori: Integritas ego
Kategori: Psikologis
Kategori: Psikologis
SPTK
ORIENTASI
KERJA
ORIENTASI
“Selamat pagi mbak N. Bagaimana perasaannya pagi ini? Apakah sudah mencoba
kegiatan sesuai jadwal? Bagaimana perasaan mbak N setelah mencoba? Baik,
bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara meningkatkan fungsi
tangan dan kaki kiri yang lemah? Mau berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit?
Mau berbicara dimana? Baiklah, kita bicara diruang tamu.”
KERJA
“mbak N selama ini apa yang telah dilakukan agar anggota tubuhy yg lain bisa
berfungsi dengan baik Apa yang mbak N lakukan untuk mengurangi rasa malu?”
(beri pujian jika jawaban pasien positif).“ Baiklah mbak N, ada beberapa cara
yang dapat dilakukan, yaitu mbak N harus melatih bagian tubuh yang masih sulit
digerakkan untuk digerakkan dengan sesering mungkin, ini melatih agar otot-otot
Mbak N tidak kaku.”
“Selain itu, mbak dapat bersosialisasi dengan keluarga dan teman-teman lain
melalui berbagai aktivitas mengunjungi teman atau saudara yang dekat dengan
mbak N.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan mbak N setelah kita berbincang-bincang? Berapa cara yang
dapat dicoba? Bagus. Nah, silakan coba untuk melatih menggerakkan bagian
tubuh yang lemah. Bisa kan mbak N? Baik, besok kita bertemu. Kita akan
berbicara tentang cara bercakap-cakap dengan orang lain. Sampai jumpa.”
Sp 1 keluarga: Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga, menjelaskan
gangguan citra tubuh dan cara mengatasinya.
ORIENTASI
“Selamat pagi. Perkenalkan, nama saya N, panggil saja saya N. Saya mahasiswi
profesi Profesi nersyang sedang dinas di RW ini. Nama ibu siapa? Panggilannya?
Bagaimana perasaan ibu pada hari ini? Bagaimana kalau kita berbincang-bincang
selama 30 menit tentang masalah kesehatan bpk? Kita mau duduk dimana?
Bagaimana kalau di ruang tamu?”
KERJA
“Apa yang ibu rasakan selama Mbak. N mengalami perubahan? ibu sendiri
bagaimana perasaannya melihat kondisi Ny.N? Iya, benar, mbak N menghadapi
dua masalah, yang pertama bagian tubuh yang mengalami perubahan. Yang
kedua, perasaan mbak Nyang masih sukar menerima kenyataan bahwa bagian
tubuhnya mengalami perubahan dan masih malu bertemu dengan orang lain.
Untuk itu, ada beberapa cara yang ibu dapat lakukan agar mbak N dapat
menerima keadaan ini yaitu selalu memberi pujian terhadap setiap kegiatan yang
mbak N dapat lakukan, membantu Mbak N memberikan perhatian yang lebih
pada bagian tubuh yang masih berfungsi dengan baik. Ada beberapa cara untuk
memulihkan kondisi tubuh mbak N, yaitu melakukan latihan menggerakkan
bagian tangan dan kaki yang lemah agar ototnya tidak semakin kaku.”
“Untuk mengurangi rasa malu berikan motivasi kepada mbak N, libatkan Mbak N
dalam kegiatan rumah tangga, libatkan bmbak Ndalam bersosialisasi dengan
keluarga, tetangga, dll. Ibu dapat membantu bmbak N menerima bagian tubuh
dengan cara melihatnya dan jangan menghina kecacatan tersebut. Cara mana yang
kira-kira dapat ibu lakukan segera? Bagus sekali.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang? Coba ibu sebutkan
cara merawat mbak N? Bagus sekali. Coba ibu buat jadwal untuk bergantian
memperhatikan Mbak N. Baiklah, besok saya datang lagi. Kita akan
membicarakan hal-hal yang telah ibu lakukan serta mencoba berbincang-bincang
langsung dengan Mbak N. Sampai jumpa.”
Sp 2 keluarga: Melatih cara merawat pasien dan menyusun rencana tindakan
ORIENTASI
“Selamat pagi, ibu. Dapatkah kita berbincang-bincang? Baik, bagaimana keadaan
mbak N? Sudah ibu coba cara yang kita diskusikan kemarin? Bagaimana
hasilnya? Ibu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kegiatan yang
dapat mbakk N lakukan Berapa lama kita bicara? Baik kita bicara selama 30
menit. Di ruang tamu saja ya?”
KERJA
“Mari ibu kita temui mbak N. Mbak N sedang apa? Bagaimana kalau kita
berbincang-bincang? Apa saja kegiatan yang sudah dilakukan? Bagus sekali.
Wah, mbak N hebat dong. Bagaimana perasaan mbak N setelah melakukan
kegiatan tadi? Sudah dulu ya. Saya berbincang-bincang dulu dengan ibu.
Bagaimana ibu sudah lihat cara yang kita lakukan tadi? Apa saja yang sudah dapat
dilakukan ibu? Bagus. Baiklah ibu, dari beberapa cara yang telah dilakukan, ibu
dapat memilih kegiatan tersebut dan dapat memasukkannya kedalam jadwal yang
telah mbak Npunya. “
TERMINASI
“Bagaimana perasaan ibu? apalagi yang perlu dilakukan untuk mbak N? Kapan
ibu mau melakukannya? Bagus. Baiklah besok saya kembali. Nanti kita bicarakan
harapan mbak N yang kemungkinan masih dapat diwujudkan. Sampai jumpa.”
Literature reviw
ISSN : 2087-2879
Hasil penelitian pada jurnal ini yaitu gangguan citra tubuh di pengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya faktor kognitif, faktor nilai cultural sosial saran
dari penelitian ini untuk tetap mempertahankan persepsi citra tubuh pada siswi
ABSTRAK
disebut dengan citra tubuh. Permasalahan citra tubuh dan faktor-faktor yang
relatif homogen dan memiliki keterbatasan akses alat komunikasi serta media
faktor individu dan lingkungan dengan citra tubuh santriwati pondok pesantren.
Metode: Desain penelitian cross sectional dengan jumlah subjek 142 santriwati
berusia 15-19 tahun di pesantren Islamic Center Bin Baz (ICBB) Bantul. Variabel
faktor individu meliputi status gizi, pengetahuan gizi, dan rasa percaya diri yang
pengetahuan gizi dengan tipe multiple choice question (MCQ), dan Rosenberg
keluarga, dan dukungan sosial, masing-masing diketahui dari daftar tilik suku
bangsa ayah dan ibu, kuesioner sosial ekonomi, social support questionnaire
citra tubuh diukur dengan formulir the contour drawing rating scale (CDRS).
Variabel faktor individu yang berhubungan dengan citra tubuh yaitu status gizi
(p<0,05; RP=1,3; 95%CI: 2,68-2,83) dan rasa percaya diri (p<0,05; OR=21,3;
tubuh adalah sosial ekonomi (p<0,05) dan dukungan sosial aspek kepuasan
lingkungan berhubungan dengan citra tubuh pada santri putri di pondok pesantren.
DAFTAR PUSTAKA
Fatiyasani, L., Palupi, I. R., & Tjaronosari, T. (2018). Faktor individu dan
lingkungan dengan citra tubuh pada santri putri di pondok pesantren. Jurnal
Puspita, R. T., Huda, N., & Safri. (2017). Hubungan Dukungan Sosial Dengan
Remaja, P., Di, P., Lampineung, S., Aceh, B., & Sari, H. (2013). Gambaran
Runiari, N., Agustini, W., Keperawatan, J., & Kesehatan, P. (n.d.). Karakteristik
terhadap citra tubuh pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi. 165–
171.