Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN CITRA TUBUH

Disusun oleh :

1. Abdi rusdiono(C1019001)
2. Aqilatul maulidiah Z(C1019007)
3. Fatin nur fadiyah(C1019019)
4. Fitrotur rahma(C109021)
5. Ismi aulia R(C1019026)
6. Maryani khoirutunnisa(C1019028)
7. Muhammad farkhan F(C1019031)
8. Shintya alkhoiriyah(C1019046)
9. Vila maratus liani(C1019050)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
Tahun Akademik 2019/2020
1. Gangguan citra tubuh
Citra tubuh mencakup sikap individu terhadap tubuhnya sendiri, teermasuk
penampilan fisik, struktur dan fungsinya (Alimul, 2012). Menurut Stuart dan Sundeen
tahun 1998, citra tubuh adalah kumpulan sikap individu terhadap tubuhnya yang disadari
atau tidak disadari. Termasuk persepsi dan perasaan masa lalu dan sekarang tentang
ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi. Citra tubuh dapat dimodifikasi atau
diubah secara berkesinambungan dengan persepsi dan pengalaman baru (Riyadi, 2009).
Citra tubuh (body image) meliputi perilaku yang berkaitan dengan tubuh,
termasuk penampilan, struktur, atau fungsi fisik. Rasa terhadap citra tubuh termasuk
semua yang berkaitan dengan seksualitas, feminitas dan maskulinitas, berpenampilan
muda, kesehatan dan kekuatan (Potter & Perry, 2009).
Dari pemaparan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa citra tubuh pada
intinya adalah gambaran diri terhadap dirinya sendiri, gambaran ini akan menyesuaikan
dengan bagaimana orang lain memperhatikannya, sehingga dapat menggambarkan diri
dengan melihat bagaimana respon orang lain ketika memperhatikannya. Citra tubuh
merupakan persepsi diri terhadap dirinya sendiri di mata orang lain dan anggapan dirinya
sendiri untuk terlihat pantas di lingkungan sekitarnya.
2. Etiologi gangguan citra tubuh
 Gangguan citra tubuh Mikanisme: gangguan citra tubuh merupakan perubahan
persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukur, bentuk, struktur,
fungsi, keterbatasan makna dan obyek yang sering kontak dengan tubuh, klien
biasanya tidak dapat menerima kondisinya merasa kurang sempurna kemudian
akan timbul harga diri rendah.
 Ideal diri tidak realistik Mikanisme: ideal diri yang terlalu tinggi sukar dicapai
dan sukar realitas, idial diri yang sukar dan tidak jelas, cenderung menuntut.
Kegagalan-kegagalan yang dialami dan fantasi yang terlalu tinggi yang tidak
dapat dicapai membuat frustasi dan timbul harga diri rendah (Keliat, 1998).
3. Rentang respon adaptif dan maladaptive

Rentan konsep diri

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi konsep Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


Diri Diri positif Rendah Identitas

Keterangan:
 Aktualisasi diri Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
 Konsep diri Apa bila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi
diri.
 Harga diri rendah Transisi antara respon konsep diri adaptif dan konsep diri maladaptive
 Kerancauan identitas Kegagalan aspek individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas
masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial, kepribadian pada masa
dewasa yang harmonis.
 Depersonalisasi Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan diri dengan
orang lain (Keliat, 1998).
4. Pathway
Perubahan Perubahan Perubahan Perubahan Keterbatasan
ukuran bentuk tubuh struktur tubuh fungsi
tubuh

Perubahan gambaran diri

Gangguan citra tubuh

Respon penyesuaian Respon maladaptif

Menunjukan rasa sedih dan Perilaku yang bersifat


duka cita merusak,berbicara tentang
(sedih,menangis,merasa perasaaan tidak berharga atau
bersalah,banyak perubahan kemampuan dalam
melamun,diam menyesuaikan diri dengan
lingkungan

Menolak melihat,menyentuh
tubuh yang
Sindrom pasca trauma berubah,mengungkapkan
keputusasaan

Menarik diri dengan lingkungan

Isolasi social
Penjelasan pathway :

 Disebabkan oleh berbagai macam faktor meliputi :

 Perubahan ukuran tubuh

 Perubahan bentuk tubuh

 Perubahan struktur tubuh

 Perubahan fungsi

 keterbatasan

 Dari faktor tersebut akan menyebabkan Perubahan gambaran diri dari seseorang tersebut
sehingga akan muncul diagnosa keperawatan Gangguan Citra tubuh.
 Dari pasien yang mengalamai Gangguan Citra tubuh, mereka akan berusaha melakukan
respon penyesuaian terhadap dirinya yang beru dengan lingkungan dan harus melerawati
masa-masa ppenolakan, denial, angry seperti menunjukkan rasa sedih dan duka cita (sedih,
menangis, merasa bersalah, banyak melamun, diam) hingga accepting.
 Pada pasien yang tidak ammpu untuk melakukan penyesuaian dirnnya dengan lingkanan
karena perubahan citra tubuh akan menimbulkan Respons mal adaptif sehingga menimbulkan
Perilaku yang bersifat merusak, berbicara tentang perasaan tidak berharga atau perubahan
kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
 Lama kelamaan pasien akan mengalami sindrom gangguan jiwa atau skizofrenia yang
ditandai dengan Menolak melihat, menyentuh tubuh yang berubah, mengungkapkan
keputusasaan. Pada pasien tersebut diatas akan mengakibatkan penarikan dirinya terhadap
lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sekitar sehingga pasien menjadi isolasi sosial
terhadap orang lain dan juga mengalami sindrom pasca trauma.
5. Penatalaksanaa
6. Diagnose keperawatan
Diagnosa Keperawatan Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk
diagnosa potensial, dan akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk
memonitor kemungkinan diagnosa aktual. Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh
adalah potensial gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan efek pembedahan serta
menarik diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan (Keliat, 1998). Adapun
Diagnosa yang mungkin muncul diantaranya:
 Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh
 Isolasi social : menarik diri
 Deficit perawatan diri
7. Intervensi Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh adalah
meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran serta pasien sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki, mengidentifikasi perubahan citra tubuh, menerima
perasaan dan pikirannya, menetapkan masalah yang dihadapinya, mengidentifikasi
kemampuan koping dan sumber pendukung lainnya, melakukan tindakan yang dapat
mengembalikan integritas diri (Keliat, 1998). Setelah seluruh tujuan diatas tercapai maka
pasien dapat mengintegrasikan pada konsep dirinya perubahan citra tubuh yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-pipitdians-6286-2-babii.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/54466/Chapter%20II.pdf?
sequence=4

Anda mungkin juga menyukai