Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KELOMPOK

ANALISIS TINGKATAN RANAH KOGNITIF DAN MERANCANG


INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Dimas Hernowo (3193131003)

Haryanti Sinaga (3191131014)

Jason Ofhel Hutabarat (3193331016)

Kelas : B – 2019

Mata Kuliah : Evaluasi Hasil Belajar Geografi

Dosen Pengampu : Dr. Sugiharto, M. Si

Fitra Delita, S. Pd., M. Pd.

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FEBRUARI 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Sugiharto, M. Si., dan
Ibu Fitra Delita, S. Pd., M. Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Evaluasi
Hasil Belajar Geografi yang telah memberikan kami kesempatan untuk bekerja
sama dalam menyusun makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami mendapat tantangan untuk mencari
sumber informasi sesuai materi yang diberikan. Akan tetapi, atas kerja sama dari
setiap anggota, tantangan tersebut teratasi. Oleh karena itu, kami menyusun
makalah ini sebaik mungkin. Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami maupun kepada para pembaca.
Kami juga mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan atau
penulisan makalah ini. Kami senantiasa mengharapkan masukan, baik berupa
saran atau kritik demi penyempurnaan makalah ini.

Medan, Februari 2021

Kelompok 1

1|P ag e
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2

BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................................. 3

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 3


B. Tujuan ...................................................................................................................... 3
C. Manfaat .................................................................................................................... 3

BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................................... 4

A. Pengertian Taksonomi .............................................................................................. 4


B. Taksonomi Bloom Ranah Kognitif ........................................................................... 4
C. Taksonomi Anderson dan Krathwol Ranah Kognitif ................................................. 7
D. Instrumen Penilaian dan Evaluasii Ranah Kognitif ................................................... 11
E. Pengembangan Tes Hasil Belajar .............................................................................. 13
F. Teknik dan Instrumen Penilaian Kognitif Berbentuk Tes .......................................... 16
G. Teknik dan Instrumen Penilaian Kognitif Berbentuk Non-Tes .................................. 20
H. Teknik dan Instrumen Penilaian Kognitif Berbasis Website/Digital .......................... 22
I. Teknik Penskoran Hasil Belajar Kognitif .................................................................. 23

BAB III : PENUTUP ........................................................................................................... 26

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 26
B. Saran ........................................................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 27

2|P ag e
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menajdi tiga aspek
yaitu ranah kognitif, psikomotorik dan afektif. Secara eksplisit ketiga aspek
tersebut dipisahkan satu sama lain. Apapun jenis mata pelajarannya selalu
mengandung tiga aspek tersebut namun memiliki penekanan yang berbeda.
Untuk aspek kognitif lebih menekankan pada teori dan kecerdesan intelektual
peserta didil.
Melalui penulisan makalah ini, kami akan memaparkan hal-hal yang
menyangkut mengenai ranah kognitif dalam penilaian proses belajar mengajar
yang mana aspek kognitif ini paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah
karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan
pengajaran selain itu instrumen penilaian ranah kognitif juga tak kalah penting
dalam mengukur kemampuan kognitif peseta didik sebagai evaluasi dalam
proses pembelajaran.
B. Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini, pembaca diharapkan mampu:
1. Mengetahui taksonomi ranah kognitif Bloom, Anderson & Krathwol,
2. Mengetahui instrumen dan penilaian ranah kognitif baik berbentuk tes,
non-tes maupun berbasis website/digital,
3. Mengetahui langkah pengembangan tes hasil belajar,
4. Mengetahui teknik penskoran hasil belajar kognitif.
C. Manfaat
Manfaat penulisan makalah meliputi:
1. Memberikan wawasan kepadaa pembaca terkait dengan analisis
tingkatan ranah kognitif,
2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan, mampu merancang instrumen
penilaian ranah kognitif.
3. Melatih kemampuan berpikir kritis.

3|P ag e
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Taksonomi
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang
berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi taksonomi berarti
hierarki klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian
digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan
yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan berpikir
dalam proses pembelajaran.
B. Taksonomi Bloom Ranah Kognitif
Sejarah taksonomi Bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam
Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan
mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di
sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya
meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut
merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut
Bloom, hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan
berpikir (thinking behaviors).
Secara teoritis, menurut taksonomi Bloom ini, tujuan pendidikan dibagi ke
dalam tiga domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian,
dan keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif), berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi,
dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor), berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan,
mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Taksonomi Bloom mengklasifikasikan ranah kognitif menjadi enam
kategori sebagai berikut:

4|P ag e
1. Pengetahuan (Knowledge) / C – 1
Pengetahuan dalam pengertian ini melibatkan proses mengingat
kembali hal-hal yang spesifik dan universal, mengingat kembali
metode dan proses, atau mengingat kembali pola, struktur atau setting.
Pengetahuan dapat dibedakan menjadi tiga, yakni: (1) pengetahuan
tentang hal-hal pokok; (2) pengetahuan tentang cara memperlakukan
hal-hal pokok; dan (3) pengetahuan tentang hal yang umum dan
abstraksi.
Pengetahuan tentang hal-hal pokok dibagi menjadi dua yakni: (1)
pengetahuan tentang terminologi; dan (2) pengetahuan mengenai fakta-
fakta khusus. Pengetahuan tentang terminologi yaitu pengetahuan
tentang acuan simbol yang diterima banyak orang, misalnya kata-kata
umum beserta makna-maknanya yang lazim. Pengetahuan tentang
fakta yang spesifik yaitu pengetahuan tentang tanggal, peristiwa,
orang, tempat.
Pengetahuan tentang cara memperlakukan hal-hal pokok yaitu
pengetahuan tentang cara-cara untuk mengorganisasi, mempelajari,
menilai, dan mengkritik. Pengetahuan tentang cara memperlakukan
hal-hal pokok dibagi menjadi lima yakni: (1) pengetahuan tentang
konvensi; (2) pengetahuan tentang kecenderungan atau urutan; (3)
pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori; (4) pengetahuan tentang
tolok ukur; dan (5) pengetahuan tentang metodologi.
Pengetahuan tentang hal yang umum (universal) dan abstraksi dalam
suatu bidang yaitu pengetahuan tentang skema-skema dan pola-pola
pokok untuk mengorganisasi fenomena dan ide. Pengetahuan tentang
hal yang umum dan abstraksi dibagi menjadi dua yakni: (1)
pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi; dan (2) pengetahuan
tentang teori dan struktur. Pengetahuan tentang prinsip dan
generalisasi yaitu pengetahuan tentang abstraksi-abstraksi tertentu
yang merupakan rangkuman atas hasil pengamatan terhadap suatu
fenomena. Pengetahuan tentang teori dan struktur yaitu pengetahuan

5|P ag e
tentang sekumpulan prinsip dan generalisasi beserta interelasi yang
membentuk suatu pandangan yang jelas, utuh, dan sistematis mengenai
sebuah fenomena, masalah, atau bidang yang kompleks.
2. Pemahaman (Comprehension) / C -2
Pemahaman bersangkutan dengan inti dari sesuatu, ialah suatu bentuk
pengertian atau pemahaman yang menyebabkan seseorang mengetahui
apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat menggunakan bahan atau
ide yang sedang dikomunikasikan itu tanpa harus menghubungkannya
dengan bahan lain. Pemahaman dibedakan menjadi tiga, yakni: (1)
penerjemahan (translasi) yaitu kemampuan untuk memahami suatu ide
yang dinyatakan dengan cara lain dari pada pernyataan asli yang
dikenal sebelumnya; (2) penafsiran (interpretasi) yaitu penjelasan atau
rangkuman atas suatu komunikasi, misalnya menafsirkan berbagai data
sosial yang direkam, diubah, atau disusun dalam bentuk lain seperti
grafik, tabel, diagram; dan (3) ekstrapolasi yaitu meluaskan
kecenderungan melampaui datanya untuk mengetahui implikasi,
konsekuensi, akibat, pengaruh sesuai dengan kondisi suatu fenomena
pada awalnya.
3. Penerapan (Application) / C – 3
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan
gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, prinsip di dalam berbagai
situasi.
4. Analisis (Analysis) / C – 4
Analisis diartikan sebagai pemecahan atau pemisahan suatu
komunikasi (peristiwa, pengertian) menjadi unsur-unsur penyusunnya,
sehingga ide (pengertian, konsep) itu relatif menjadi lebih jelas
dan/atau hubungan antar ide-ide lebih eksplisit. Kategori analisis
dibedakan menjadi tiga, yakni: (1) analisis elemen yaitu analisis
elemen-elemen dari suatu komunikasi; (2) analisis hubungan yaitu
analisis koneksi dan interaksi antara elemen-elemen dan bagian-bagian

6|P ag e
dari suatu komunikasi; dan (3) analisis prinsip pengorganisasian yaitu
analisis susunan dan struktur yang membentuk suatu komunikasi.
5. Sintesis (Synthesis) / C – 5
Sintesis adalah memadukan elemen-elemen dan bagian-bagian untuk
membentuk suatu kesatuan. Kategori sintesis dibedakan menjadi tiga
yakni: (1) penciptaan komunikasi yang unik, yaitu penciptaan
komunikasi yang di dalamnya penulis atau pembicara berusaha
mengemukakan ide, perasaan, dan pengalaman kepada orang lain; (2)
penciptaan rencana yaitu penciptaan rencana kerja atau proposal
operasi; dan (3) penciptaan rangkaian hubungan abstrak yaitu
membuat rangkaian hubungan abstrak untuk mengklasifikasikan data
tertentu.
6. Evaluasi (Evaluation) / C – 6
Evaluasi adalah menentukan nilai materi dan metode untuk tujuan
tertentu. Evaluasi bersangkutan dengan penentuan secara kuantitatif
atau kualitatif tentang nilai materi atau metode untuk sesuatu maksud
dengan memenuhi tolok ukur tertentu. Kategori evaluasi dibedakan
menjadi dua, yakni: (1) evaluasi berdasarkan bukti internal yaitu
evaluasi terhadap ketetapan komunikasi berdasarkan logika,
konsistensi, dan kriteria-kriteria internal lain misalnya, menunjukkan
kesalahan-kesalahan logika dalam suatu argumen; dan (2) evaluasi
berdasarkan bukti eksternal yaitu evaluasi terhadap materi berdasarkan
kriteria yang ditetapkan atau diingat, misalnya membandingkan teori-
teori, generalisasi-generalisasi, dan fakta-fakta pokok tentang
kebudayaan tertentu.
C. Taksonomi Anderson dan Krathwol Ranah Kognitif
Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan
Krathwohl (2001: 66 – 88) yakni menjadi mengingat (remember),
memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis
(analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create).

7|P ag e
Ada beberapa alasan mengapa taksonomi Bloom tersebut direvisi oleh
Anderson dan Krathwol, diantaranya:
1. Adanya kebutuhan untuk memadukan pengetahuan-pengetahuan dan
pemikiran-pemikiran baru dalam sebuah kerangka kategorisasi tujuan
pendidikan.
2. Taksonomi merupakan sebuah kerangka berpikir khusus yang menjadi
dasar untuk mengklasifikasikan tujuan-tujuan pendidikan. Sebuah
rumusan tujuan pendidikan seharusnya berisikan satu kata kerja dan
satu kata benda.
3. Proporsi yang tidak sebanding dalam penggunaan taksonomi
pendidikan untuk perencanaan kurikulum dan pembelajaran dengan
penggunaan taksonomi pendidikan untuk asesmen. Pada taksonomi
Bloom lebih memfokuskan penggunakan taksonomi pada asesmen.
4. Kerangka pikir taksonomi karya Benjamin Bloom lebih menekankan
enam kategorinya (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi) daripada sub-subkategorinya.
5. Ketidakseimbangan proporsi subkategori dari taksonomi Bloom.
Kategori pengetahuan dan komprehensi memiliki banyak subkategori
namun empat kategori lainnya hanya memiliki sedikit subkategori.
6. Taksonomi Bloom versi aslinya lebih ditujukan untuk dosen-dosen,
padahal dalam dunia pendidikan tidak hanya dosen yang berperan
untuk merencanakan kurikulum, pembelajaran, dan penilaian.
Berikut penjelasan dari taksonomi ranah kognitif yang direvisi oleh
Anderson dan Krathwol.
1. Mengingat (Remember)
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari
memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja
didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat
merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah
(problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan

8|P ag e
berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi
mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling).
Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau
yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir,
alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling)
adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau
secara cepat dan tepat.
2. Memahami (Understand)
Memahami berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari
berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami
berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan
membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika
seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan
anggota dari kategori pengetahuan tertentu. Membandingkan berkaitan
dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek
yang diperbandingkan.
3. Menerapkan (Apply)
Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau
menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi
pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi
kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan
(implementing).
Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif siswa dalam
menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan di mana siswa
sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan
pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan. Mengimplementasikan
muncul apabila siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk hal-
hal yang belum diketahui atau masih asing. Karena siswa masih
merasa asing dengan hal ini maka siswa perlu mengenali dan

9|P ag e
memahami permasalahan terlebih dahulu kemudian baru menetapkan
prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah.
4. Menganalisis (Analyze)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan
memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari
keterkaitan dari tiap- tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana
keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan.
Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut
(attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut
akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian
memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi
permasalahan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-
unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana
unsur-unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik.
Mengorganisasikan memungkinkan siswa membangun hubungan yang
sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi yang
diberikan.
5. Mengevaluasi (Evaluate)
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang
biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan
konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh
siswa. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta
dapat ditentukan sendiri oleh siswa.
Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing).
Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak
konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Jika dikaitkan
dengan proses berpikir merencanakan dan mengimplementasikan maka
mengecek akan mengarah pada penetapan sejauh mana suatu rencana
berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu
produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan standar eksternal.

10 | P a g e
Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis. Siswa melakukan
penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal,
kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini.
6. Menciptakan (Create)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur
secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan
mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan
mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang
berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan
pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun
menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak
secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan.
Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan
dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa.
Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya
adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan
menganalisis siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal
sebelumnya, sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan
menghasilkan sesuatu yang baru.
D. Instrumen Penilaian dan Evaluasi Ranah Kognitif
Menurut Arikunto, instrumen merupakan alat bantu untuk mengumpulkan
data atau informasi. Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang bekerjanya sesuatu yang selanjutnya informasi tersebut digunakan
untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Nitco
dan Brookhart mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses penetapan nilai
yang berkaitan dengan kinerja dan hasil karya peserta didik. Evaluasi
merupakan proses penentuan informasi yang diperlukan, pengumpulan serta
informasi tersebut untuk melakukan pertimbangan sebelum pengambilan
keputusan.
Berdasarkan pengertian instrumen dan evaluasi tersebut maka instrumen
penilaian dapat disebut sebagai alat penilaian atau alat evaluasi yang

11 | P a g e
digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi. Berdasarkan lampiran
Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian, instrumen
penilaian harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, antara lain:
1. Substansi yang mempresentasikan kompetensi yang dinilai,
2. Konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan, dan
3. Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Dalam pendidikan terdapat bermacam-macam instrumen atau alat evaluasi
yang dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah
dilakukan. Menurut Firman, instrumen penilaian dikelompokkan dalam dua
jenis, yaitu tes dan non tes. Tes merupakan suatu proses pemberian pertanyaan
atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi
tentang sifat dan atribut pendidikan atau gambaran psikologi yang dalam
setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan
yang dianggap benar atau salah. Tes didefinisikan oleh Nitco (1991) sebagai
sejumlah pertanyaan atau tugas yang memiliki jawaban benar atau salah. Dari
batasan tersebut dapat dinyatakan bahwa tes sebagai metode pengumpulan
informasi memiliki ketentuan atau batasan respon yang harus diberikan oleh
pemberi informasi. Jika jawaban atau respon yang diberikan sesuai dengan
ketentuan atau batasan yang telah ditetapkan, maka jawaban atau respon
tersebut dikategorikan benar. Namun, bila jawaban atau respon tersebut tidak
sama dengan ketentuan atau batasan yang telah ditetapkan, maka jawaban atau
respon tersebut dikategorikan salah.
Menurut Sudjono, tes adalah alata atau prosedur yang digunakan dalam
rangka pengukuran dan penilaian yang termasuk dalam kelompok tes adalah
tes prestasi belajar, tes intelegensi, tes bakat, dan tes keterampilan. Asnawi
dan Noehl (1997) mengelompokkan tes berdasarkan bentuk, tipe, dan ragam.
Berdasarkan bentuknya, ada tes uraian (essay test) dan objektif (objective
test). Bila dilihat dari tipe tes, tes uraian terdiri dari tes uraian terbatas
(restricted essay), dan tes uraian bebas (extended essay). Bentuk tes objektif

12 | P a g e
menurut tipenya terdiri dari tes isian singkat, uraian, tes menjodohkan
(matching) dan tes pilihan ganda (multiple choice).
Secara rinci, ragam tes diuraikan sebagai berikut:
1. Tes pilihan berganda memiliki ragam:
a. Tes pilihan ganda biasa
b. Tes pilihan ganda hubungan antar hal
c. Tes pilihan ganda analisis kasus
d. Tes pilihan ganda kompleks
e. Tes pilihan ganda membaca diagram
2. Tes isian singkat.
3. Tes objektif menjodohkan memiliki ragam:
a. Tes menjodohkan sederhana
b. Tes menjodohkan hubungan sebab-akibat
4. Tes uraian memiliki ragam:
a. Tes uraian terbatas
b. Tes uraian bebas
Sedangkan yang termasuk dalam kelompok non-tes hasil belajar kognitif
merupakan penilaian portofolio, penilaian proyek, penilaian produk.
E. Pengembangan Tes Hasil Belajar
Seperangkat tes dihasilkan melalui tahapan yang telah ditetapkan. Hal ini
dimaksudkan agar informasi yang diperoleh dari penggunaan tes benar-benar
dapat menggambarkan tingkat kemampuan dari orang yang di tes. Tanpa
memenuhi tahapan yang dipersyaratkan bagi suatu tes, informasi yang
diberikan juga akan meragukan bahkan akan sia-sia karena informasi yang
diberikan tidak sesuai dan tidak menggambarkan sebenarnya orang yang di
tes.
Tes berkaitan dengan hasil belajar. Oleh karena itu pengembangan tes
berkaitan dengan hasil belajar. Menurut Bloom, hasil belajar berwujud
kemampuan yang terbentuk pada diri peserta didik. Anderson dan Krathwol
(2001) berdasarkan teori Bloom menegaskan bahwa hasil belajar dapat
dijabarkan dalam tiga dimensi utama, yaitu kognitif, afektif dan

13 | P a g e
psikomotorik. Selanjutnya, Moore mengemukakan bahwa masing-masing
dimensi memiliki subdimensi. Dimensi kognitif memiliki enam subdimensi,
yaitu ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Masing-
masing subdimensi dapat dirumuskan dalam bentuk indikator. Rumusan
indikator dimaksudkan untuk mempermudah merancang pembelajaran dan
pengumpulan data baik melalui tes, pengukuran atau yang lainnya. Secara
lengkap, dimensi, subdimensi beserta indikator dikemukakan dalam tabel
dibawah ini.
Tabel Dimensi Kemampuan dan Indikatornya
Adaptasi Contoh Kenneth D. Moore (Moore, 2001)
Dimensi Aspek Indikator
Ingatan Menyatakan, menamai,
menyebutkan, mengurutkan,
mendefinisikan, menggambarkan
Pemahaman Menjelaskan, menyimpulkan,
menguraikan, menggeneralisasi,
menguraikan (dengan kata-kata
sendiri), menuliskan kembali
(dengan kalimat sendiri),
meringkas, membedakan,
Kognitif mempertahankan, berpendapat
Aplikasi Mengoperasikan, menghitung,
mempersiapkan, mengubah,
mengatasi, menunjukkan,
menggunakan, menghasilkan
Analisis Menjabarkan, membedakan
antara dua yang sama,
menguraikan satuan menjadi unit-
unit yang terpisah, memilih,
membagi satuan menjadi sub-sub

14 | P a g e
atau bagian
Sintesis Merumuskan, merencanakan,
membuat hipotesis, merancang,
mengorganisasikan,
mengomposisikan,
mengompilasikan
Evaluasi Menginterpretasi, menjastifikasi,
mengkritisi, dan memberikan
penilaian

Perencanaan tes menduduki posisi penting dalam rangka menghasilkan tes


yang dapat dipertanggungjawabkan. Ada lima hal yang perlu diperhatikan
dalam perencanaan tes yaitu:
1. Pengambilan Sampel dan Pemilihan Butir
Pengambilan sampel dan pemilihan butir berkaitan dengan materi dan
kompetensi yang dibentuk dalam kegiatan belajar. Butir tes yang
digunakan dalam suatu tes harus mewakili (representatif) materi dan
kemampuan yang seharusnya telah dimiliki peserta didik. Untuk itu,
guru perlu yakin bahwa butir yang digunakan benar-benar dapat
mewakili sejumlah materi dan kemampuan dan dapat memberi
gambaran kemampuan yang dimiliki peserta didik.
2. Aspek yang Akan Diuji
Setiap dimensi perkembangan terdiri dari beberapa indikator. Untuk
itu, pembuat soal perlu menerapkan indikator mana yang akan diukur
(lihat tabel dimensi kemampuan dan indikator Moore).
3. Tipe Tes yang Digunakan
Guru perlu menentukan tipe, bentuk dan ragam tes mana yang sesuai
digunakan untuk menguji kemampuan yang ditetapkan.
4. Jumlah Butir
Jumlah butir soal perlu direncanakan sejak awal. Tidak ada ukuran
yang pasti berapa jumlah butir yang digunakan dalam suatu perangkat

15 | P a g e
tes. Selain itu, perlu diingat adalah jumlah butir berkaitan dengan
reliabilitas tes. Selain itu, perlu diingat jumlah butir berkaitan dengan
waktu dan daya tahan subjek tes (peserta didik). Semakin banyak
jumlah butir pasti memerlukan waktu yang lebih banyak untuk
menyelesaikannya dan memerlukan tenaga yang banyak. Di sisi lain,
daya tahan seseorang memiliki batas apa lagi daya tahan peserta didik
yang usianya relatif muda.
5. Distribusi Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, tingkat
kesukaran konseptual, dan kedua tingkat kesukaran empiris. Tingkat
kesukaran konseptual dilihat dari sisi konsep yang dikandung butir
soal. Sedangkan tingkat kesukaran empiris dilihat dari kemampuan
subjek untuk menyelesaikan butir soal.
Penyusun soal (termasuk guru) selain mempertimbangkan jumlah butir
soal juga perlu mempertimbangkan distribusi tingkat kesukaran butir.
Tes yang baik memiliki daya memotivasi peserta didik untuk
menyelesaikan semua butir soal. Untuk itu, tes yang baik di mulai dari
yang mudah ke sukar.
F. Teknik dan Instrumen Penilaian Kognitif Berbentuk Tes
1. Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Tes pilihan ganda adalah bentuk tes objektif yang terdiri atas
pertanyaan dan diikuti sejumlah alternatif jawaban (opsi), tugas peserta
didik memilih jawaban yang paling tepat. Kemungkinan jawaban
tersebut dapat berupa kata, frasa, nama tempat, nama tokoh, lambang
atau kalimat yang sudah pasti. Dilihat dari segi rumusan kalimatnya,
soal pilihan ganda dapat berupa kalimat tanya atau kalimat pertanyaan
yang tidak lengkap. Alternatif jawaban terdiri atas jawaban benar yang
merupakan kunci jawaban serta kemungkinan jawaban-jawaban yang
salah disebut pengecoh (distraktor). Alternatif jawaban ini beragam,
ada yang menggunakan tiga alternatif yang biasanya digunakan
disekolah tingkat SD/MI kelas tingkat bawah (1 – 3), ada yang

16 | P a g e
menggunakan empat alternatif yang biasanya digunakan ditingkat
SMP/MTs, dan ada yang menggunakan lima alternatif pada tingkat
SMA dan perguruan tinggi.
2. Tes Isian Singkat
Tes jawaban singkat adalah bentuk tes yang berupa kalimat pertanyaan
yang harus dijawab dengan jawaban singkat atau kalimat perintah yang
harus dikerjakan atau berupa kalimat pertanyaan yang belum selesai
sehingga peserta didik harus mengisikan kata untuk melengkapi
kalimat tersebut. Bentuk tes ini tepat digunakan untuk mengetahui
tingkat ingatan/hapalan dan pemahaman peserta didik. Tes ini juga
dapat memuat jumlah materi yang banyak, namun tingkat berpikir
yang diukur cenderung rendah.
Kaidah-kaidah utama penyusunan soal bentuk ini sebagai berikut:
a) Rumusan butir soal harus sesuai dengan kemampuan (kompetensi
dasar dan indikator).
b) Jawaban yang benar hanya satu.
c) Rumusan kalimat yang komunikatif.
d) Rumusan soal harus menggunakan bahasa yang baik, kalimat
singkat, dan jelas sehingga mudah dipahami.
e) Jawaban yang dituntut oleh butir berupa kata, frasa, angka simbol,
tahun, tempat, dan sejenisnya harus singkat dan pasti.
f) Rumusan butir soal tidak merupakan kalimat yang belum lengkap,
bagian yang dikosongkan (perlu diisi oleh peserta didik)
maksimum dua untuk satu kalimat soal.
g) Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakkan
pada akhir atau dekat akhir kalimat daripada awal kalimat.
3. Tes Menjodohkan
Tes bentuk menjodohkan atau memasangkan adalah suatu bentuk tes
yang terdiri dari suatu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-
masing pertanyaan mempunyai jawabannya yang tercantum dalam seri
jawaban.

17 | P a g e
4. Tes Uraian
Tes bentuk uraian merupakan alat evaluasi belajar yang paling tua. Tes
uraian disebut juga dengan tes esai (essay test) atau tes subjektif.
Disebut tes subjektif terkait dengan proses pemeriksaan dan pemberian
skor dari evaluator yang relatif bersifat subjektif dibandingkan dengan
pada tes objektif. Secara umum, tes uraian ini memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a) Tes uraian adalah tes yang berupa pertanyaan atau perintah yang
jawabannya menuntut peserta didik mengorganisasikan gagasan
atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan
gagasan tersebut dalam bentukt tulisan.
b) Jumlah butir soalnya umumnya terbatas, yaitu berkisar empat
sampai dengan sepuluh butir.
c) Pada umumnya, butir-butir soal tes diawali dengan kata-kata
jelaskan, terangkan, uraikan, mengapa, bagaimana, dan kata-kata
lain yang menuntur peserta didik memberikan uraian jawaban
secara lebih luas.
d) Tes uraian digunakan jika guru ingin mengukur kemampuan
menulis. Dalam contoh ini, guru biasanya mengukur kemampuan
peserta didik untuk menulis beberapa kalimat sehingga terbentuk
sebuah cerita. Kemampuan yang diukur adalah kemampuan
mengekspresikan gagasan dalam sebuah cerita yang meruntut dan
komunikatif.
Tes uraian digunakan secara luas untuk berbagai macam keperluan
antara lain digunakan sebagai ulangan harian, ulangan umum, ataupun
ulangan kenaikan kelas. Pada perguruan tinggi, biasanya para dosen
menggunakan bentuk uraian tes ini pada saat ujian tengah semester
(UTS) atau ujian akhir semester (UAS). Dari segi kemampuan, tes ini
digunakan untuk mengukur kemampuan yang tidak dapat diukur
dengan bentuk tes objektif. Secara umum, terdapat situasi dimana guru
atau dosen untuk mengukur kemampuan yang sangat tinggi yang tidak

18 | P a g e
efektif diukur dengan tes objektif seperti kemampuan analisis, sintesis
maupun evaluasi.
Tes bentuk uraian ini ada dua macam, yaitu tes uraian terbatas atau
uraian terstruktur dan tes uraian bebas.
a) Tes uraian bebas disebut juga tes uraian terstruktur atau tes uraian
objektif adalah tes uraian yang sifat jawabannya dibatasi (sudah
terarah) baik ditinjau dari segi materi maupun jawabannya.
Penskoran pada tes uraian terbatas cenderung lebih konsisten dan
objektif.
b) Uraian bebas yaitu bentuk tes uraian yang menginginkan jawaban
yang terurai (jawaban panjang). Tes uraian bebas ini bebas melalui
tulisan atau karangan. Jadi peserta didik memiliki kebebasan
mengemukakan jawaban melalui tulisan. Benar tidaknya tulisan
peserta didik hanya dapat diskor oleh guru yang benar-benar
berpengalaman. Bentuk tes ini tepat digunakan apabila bertujuan
untuk:
1) Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah
sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya.
2) Mengupas suatu masalah yang kemungkinan jawaban beraneka
ragam sehingga tidak ada satu jawaban yang pasti.
3) Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu
persoalan dari berbagai segi atau dimensinya.
Kaidah penyusunan untuk tes bentuk uraian secara umum sebagai
berikut:
a) Soal harus sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang
terdapat pada kurikulum. Artinya, soal uraian harus menayakan
perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan
kompetensi dasar dan indikator.
b) Ruang lingkup berupa batasan pertanyaan dan jawaban harus jelas
dan tegas.

19 | P a g e
c) Rumusan pertanyaan atau pernyataan harus menggunakan kata-kata
tanya atau kata perintah yang menuntut jawaban terurai seperti
bandingkan, berikan alasan, jelaskan mengapa, uraikan, tafsirkan,
dan sejenisnya yang menghendaki jawaban terurai.
d) Isi materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang dan jenis
sekolah dan tingkat sekolah.
e) Rumusan pertanyaan jangan menggunakan kata yang tidak
menuntut peserta didik untuk menguraikan seperti siapa, kapan,
dimana, apakah, dan bila.
f) Buatlah pedoman dan penskoran segera setelah soal uraian selesai
ditulis. Pedoman penskoran harus dibuat dengan cara menguraikan
kriteria penskoran atau komponen yang akan dinilai seperti rentang
skor dan besarnya skor untuk setiap kriteria.
g) Sesaat setelah butir-butir soal disusun, hendaknya segera
dirumuskan kunci jawabannya, atau setidak-tidaknya disiapkan
perkiraan jawaban benarnya.
h) Rumusan butir soal harus menggunakan bahasa Indonesia yang
baku dan bahasa yang sederhana serta komunikatif sehingga mudah
dipahami oleh peserta didik. Penulis soal jangan sampai
menggunakan istilah atau kalimat yang bertele-tele tidak terfokus
pada inti permasalahan sehingga sukar dipahami peserta didik.
G. Teknik dan Instrumen Penilaian Kognitif Berbentuk Non-Tes
Ada beberapa teknik non-tes yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
hasil belajar kognitif yaitu portofolio, proyek (penugasan), dan produk
(Depdiknas, 2004). Teknik non-tes ini sifatnya untuk melengkapi teknik tes.
1. Penilaian Portofolio
Menurut Paulson, portofolio sebagai kumpulan pekerjaan siswa yang
menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu
bidang atau lebih. Portofolio dapat digunakan oleh peserta didik untuk
melihat kemauan mereka sendiri, terutama dalam hal perkembangan
pengetahuan mereka, sikap, keterampilan dan ekspresinya terhadap

20 | P a g e
sesuatu. Jadi dapat dikatakan bahwa penilaian portofolio adalah
kumpulan hasil karya seorang peserta didik yang digunakan sebagai
instrumen evaluasi untuk menilai kompetensi peserta didik.
Moore yang mengemukakan bahwa portofolio sebagai alat penilaian
merupakan teknik dari penilaian autentik yang banyak digunakan
untuk mengungkapkan berbagai bentuk hasil belajar. Pendapat tersebut
menunjukkan bahwa penggunaan portofolio dalam pembelajaran
sebagai instrumen penilaian dimungkinkan dan bahkan dapat
mengungkap beberapa aspek kemampuan sebagai hasil belajar.
Moskal dan Laydens meyatakan bahwa ada langkah yang harus diikuti
yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap penilaian. Pada tahap
persiapan perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dinilai
dengan menggunakan portofolio, menjelaskan kepada peserta didik
apa-apa yang harus dilakukan dalam pembuatan portofolio, dan
mendiskusikan kriteria yang akan digunakan dalam penilaian
portofolio. Pada tahap pelaksanaan melakukan aktivitas seperti
memotivasi peserta didik agar berusaha maksimal dalam melaksanakan
kegiatan dan menyelesaikan semua karya dalam batas waktu yang
telah disepakati. Pada tahap penilaian menerapkan kriteria yang telah
disepakati guru dan peserta didik, melaksanakan penilaian baik oleh
guru, teman sebaya dan oleh peserta didik sendiri. Pendapat lau
2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek adalah penilaian pada kemampuan melakukan
“scientific inquiry” yang dapat memberikan informasi tentang
kemampuan peserta didik mengaplikasikan pengetahuan dalam
merencanakan, mengorganisasi penyelidikan, bekerja sama,
mengidentifikasi, mengumpulkan informasi, menganalisis dan
menginterpretasikan serta mengomunikasikan temuannya dalam
bentuk laporan (Depdiknas, 2004).
3. Penilaian Produk

21 | P a g e
Penilaian produk merupakan penilaian terhadap hasil karya peserta
didik pada periode tertentu (Depdiknas, 2004).
H. Teknik dan Instrumen Penilaian Kognitif Berbasis Website/Digital
Website adalah keseluruhan halaman-halaman web yang terdapat dari
sebuah domain yang di dalamnya mengandung informasi. Sebuah website
biasanya dibangun atas banyak halaman web yang saling berhubungan.
Sebuah web dapat diakses melalui browser yaitu, software untuk mengakses
halaman-halaman web seperti Internet Explorer, Mozilla Firefox, Google
Chrome, dan sebagainya.
Digital menurut bahasa Yunani (Digitus) berarti jari jemari. Menurut
KBBI Daring, digital artinya “yang berhubungan dengan jari; mesin hitung
yang mempergunakan angka-angka untuk sistem-sistem perhitungan
tertentu”. Sedangkan menurut Kamus Cambridge, digital sebagai “relating to
computer technology, especially the internet” (berkaitan dengan teknologi
komputer, khususnya internet).
Website dan digital berkaitan, dimana untuk menghasilkan instrumen
penilaian kognitif, maka kita memerlukan website yang mampu menciptakan
survei dan kuesioner secara online (daring) yang dapat dimanfaatkan untuk
menciptakan penilaian kognitif berbasis digital seperti Google Forms, Zoho,
Survey Nuts dan sebagainya.
Salah satunya yang paling populer adalah dengan menggunakan Google
Forms. Cara membuat Google Forms untuk kuesioner dan survei online
cukup mudah seperti berikut.
a) Hal pertama yang harus disiapkan adalah kerangka penilaian itu
sendiri. Siapkan pertanyaan dan kuesioner terlebih dahulu. Setelah
kerangka selesai, buka website Google Forms di forms.google.com dan
pelajari tool (alat) yang tersedia. Pengguna langsung dihadapkan oleh
formulir kerja yang mudah dimengerti, sehingga hanya
mengimplementasikan kerangka kuesioner yang telah dibuat
sebelumnya.

22 | P a g e
b) Kedua, isi judul kuesioner, help text, tipe kuesioner, dan opsi yang
tersedia (bila ada).
c) Ketiga, untuk menambah pertanyaan baru, pengguna dapat menekan
menu Add Item, kemudian pilih salah satu opsi yang diberikan. Jenis
pertanyaan kuesioner bisa berupa teks, paragraf, pilihan ganda, boks
tercentang, dan pilih dari daftar.
d) Keempat, jika ingin form kuesioner lebih menarik, maka dapat
melakukan kustomisasi tema melalui fitur Change Theme. Pilih salah
satu tema yang disuka. Tema terpilih masih bisa diubah dengan cara
menekan Customize untuk diatur header-nya, termasuk jenis dan
ukuran huruf.
e) Kelima, form hasil kustomisasi bisa dilihat melalui menu View live
form.
f) Keenam, tambah atau kurangi pertanyaan pada kuesioner sesuai
kebutuhan atau kerangka yang telah dibuat. Setelah selesai, pengguna
dapat berbagi formulir kuesioner melalui blog, forum, milis, dan
sebagainya. Ada tiga menu untuk membagikan form yang telah dibuat,
yakni Send form, Download as, dan Embed.
Selain itu, pemanfaatan teknologi dalam jaringan sekolah dapat dilakukan
dengan mengemas sebuah model atau desain alat evaluasi hasil belajar
dengan terintegrasi web yang di hosting pada sebuah server, halaman web
sekolah yang berisi informasi dan profil tentang sekolah serta di dalamnya
terdapat alat evaluasi hasil belajar peserta didik.
I. Teknik Penskoran Hasil Belajar Kognitif
1. Tes Bentuk Pilihan Ganda
a. Penskoran tanpa menerapkan sistem denda terhadap jawaban
tebakan bentuk pilihan ganda ada dua. Pertama, tanpa menerapkan
sistem denda terhadap jawaban tebakan. Cara pemberian skor
adalah dengan dua kemungkinan, yakni dengan
mempertimbangkan bobot skor setiap soal dan tanpa
mempertimbangkan bobot skor (Zainal Arifin, 1991). Cara pertama

23 | P a g e
adalah menghitung jawaban benar setiap peserta dan kemudian
dikalikan bobot skor setiap soal. Cara ini dapat diformulasikan
sebagai berikut.
S = ƩR x W
Keterangan:
S : Score (Skor yang dicari)
ƩR : Right (Jumlah jawaban benar)
W : Weight (Bobot skor setiap soal)
Cara kedua adalah menghitung jumlah jawaban benar dan setiap
butir jawaban yang benar diberi skor setara, sehingga jumlah skor
yang diperoleh peserta didik adalah banyaknya butir yang dijawab
benar. Cara ini dapat dirumuskan sebagai:
S = ƩR
b. Kedua, penskoran dengan menerapkan denda terhadap jawaban
tebakan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut.
S = ƩR – (Ʃw : (O – I))
Keterangan:
S : Score (Skor yang dicari)
ƩR : Right (Jumlah jawaban benar)
Ʃw : Wrong (Jumlah jawaban salah)
O : Banyaknya opsi (pilihan) yang dipasang pada soal
I : Bilangan konstan (tetap)
2. Tes Bentuk Jawaban Singkat dan Menjodohkan
Pemberian skor untuk kedua tes ini umumnya tidak memperhitungkan
sanksi berupa denda. Umumnya jawaban yang benar diberi skor satu
(1) dan jawaban salah diberi skor nol (0).
3. Tes Bentuk Uraian
Pada tes bentuk uraian, pemberian skor umumnya mendasarkan diri
pada bobot yang diberikan untuk setiap butir soal atas dasar tingkat
kesukarannya, atau dasar banyak sedikitnya unsur yang harus terdapat

24 | P a g e
dalam jawaban yang dianggap paling baik atau paling benar (Anas
Sudjono, 1996).

25 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Taksonomi berarti hierarki klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah
ini kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog
bidang pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai
kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran. Secara teoritis, menurut
taksonomi Bloom, tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain yaitu ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif ini kemudian
dibagi lagi menjadi enam subdomain yaitu, pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Taksonomi Bloom kemudian direvisi oleh Anderson dan Krathwol yang
membagi ranah kognitif menjadi enam subdomain, diantaranya mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan.
Adapun instrumen penilaian adalah alat penilaian atau alat evaluasi yang
digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi. Instrumen penilaian
kognitif terbagi menjadi dua yaitu, berbentuk tes dan non-tes. Instrumen
penilaian berbentuk tes terbagi lagi menjadi tes pilihan berganda, tes isian
singkat, tes menjodohkan, dan tes uraian. Sedangkan penilaian berbentuk
non-tes terbagi menjadi penilaian portofolio, penilaian proyek, dan penilaian
produk.
Selanjutnya, dalam mengembangkan instrumen penilaian berbasis website
dalam bentuk digital, maka kita dapat memanfaatkan website yang
menyediakan layanan pembuatan kuesioner digital berbasis online seperti
Google Forms, Zoho, Survey Nuts, dan sebagainya.
B. Saran
Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penelusuran lebih lanjut serta mencari berbagai referensi yang dapat dijadikan
acuan dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan pembaca terutama terkait
dengan analisis ranah kognitif dan merancang instrumen penilaian ranah
kognitif tersebut.

26 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, I., & Palupi, A. R. 2016. Taksonomi Bloom - Revisi Ranah


Kognitif: Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan
Penilaian. Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar dan
Pembelajaran, 2(02).
Melfayetti, Sri, dkk. 2018. Psikologi Pendidikan. Medan: Pendidikan
Pascasarjana Universitas Negeri Medan
Rosyidi, D. 2020. Teknik dan Instrumen Asesmen Ranah Kognitif. Tasyri:
Jurnal Tarbiyah-Syariah-Islamiyah, 27(1), 1-13.
Rizeki Afiah, A., & Ahnaf Fi Faruq, I. (2018). Instrumen Penilaian Berbagai
Kompetensi atau Indikator Dalam Pencapian Hasil Belajar SD/MI.
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Fajri, M. A. 2018. Pengembangan Electronic Bloom Card Ranah Kognitif
Terintegrasi Web Sekolah Berbasis Berpikir Kritis dan Analisis Untuk
Kelas XI SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung (Doctoral Dissertation, UIN
Raden Intan Lampung).
ukminan, dkk. 2017. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTs Kelas VIII.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Gunawan, Rudy. 2015. Sejarah Asia Tenggara. Bandung: CV ALFABETA,
Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).
Taksonomi Bloom, https://www.dosenpendidikan.co.id/taksonomi-bloom/
(Diakses pada 23 Februari 2021).
Taksonomi Anderson,
https://ridwan202.wordpress.com/2014/03/19/taksonomu-anderson/
(Diakses pada 23 Februari 2021).

27 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai