Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENYESUAIAN DIRI

Diajukan Sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Kesehatan Mental


Dosen Pengampu : Dr. Tita Rosita S.Psi.,M.Pd

MAKALAH KELOMPOK

Disusun Oleh :

Desty Nuradelianti 22010126


Dinar Fathurahmansyah 22010151
Muhamad Alfa Haikal 22010092
Neng Irma Siti Rohmah 22010104
Rahma Azahra Imanissa 22010115
Zahira Sya’baniah H.P 22010137

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SIILIWANGI
2022
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN

Menurut Calhoun & Acocella (1990) penyesuaian diri didefinisikan sebagai proses
dimana individu menyesuaikan kondisinya dengan lingkungan melalui pembelajaran, serta
yang paling utama berinteraksi dengan orang orang disekitarnya, Scheneiders (1964),
mengemukakan bahwa penyesuaian diri terdapat dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
a) Faktor Internal
Faktor ini mencangkup bidang-bidang seperti kondisi fisik, perkembangan dan
kedewasaan, keadaan mental dalam hal konsepsi diri, persepsi kecerdasan, minat dan
kepribadian.
b) Faktor Eksternal
Faktor ini meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, lingkungan sekolah, didikan
seseorang, norma-norma sosial dan adat istiadat masyarakat, serta budaya yang berlaku.

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh psikologi, terdapat beberapa mekanisme


penyesuaian individu, termasuk agresi. Kita biasanya menghadapi banyak reaksi agresif
dalam kehidupan anak-anak, karena anak-anak masih relatif dipengaruhi oleh perasaan
subjektif mereka. Contoh reaksi agresif misalnya, jika seorang siswa frustrasi karena
mendapatkan nilai yang buruk, agresinya mungkin tidak ditujukan kepada guru yang
memberikan nilai tersebut, melainkan kepada teman atau mungkin orang tua, seringkali
melalui penarikan diri. Reaksi ini relatif mudah diterapkan dan biasanya dipilih untuk
menghindari kegagalan, sehingga orang tersebut tidak pernah mencoba jika kemungkinan
gagal. Dalam dunia pendidikan hal ini akan merugikan individu jika dilakukan secara terus
menerus. Misalnya, seorang anak yang selalu ingin menonton setiap kegiatan daripada
berpartisipasi akan kehilangan kecintaannya terhadap lingkungan sekitarnya. Selanjutnya,
melalui melamun, orang mencapai kepuasannya dengan berkhayal. Orang yang memiliki
sikap menyendiri seringkali berkhayal. Sistem klasikal dengan jumlah siswa yang banyak
akan mendorong berfantasi sebagai sarana penyesuaian diri. Namun, dampak dari sistem
klasikal ini dapat dimitigasi dengan memperhatikan individu siswa, seperti melalui
penyesuaian kurikulum.
Schneiders (1964) menyatakan bahwa penyesuaian diri terdiri dari tiga aspek, yaitu:
a. Aspek Harmoni Pribadi
Dalam aspek ini menjelaskan dimana individu dapat melihat dan menerima kondisinya,
termasuk dalam aspek fisik. Dengan keharmonisan pribadi, individu juga mampu
mengakui dan menghormati hak orang lain. Ini dianggap sebagai aspek utama dalam
konteks penyesuaian, sehingga individu dengan keharmonisan pribadi lebih mudah
mencapai keseimbangan dalam masyarakat, di mana pun mereka berada.
b. Aspek keterampilan menyerap kejutan, frustrasi, dan konflik tanpa tekanan emosional
yang signifikan.
Individu yang dapat mengatasi ketegangan dan masalah pribadi bekerja secara efisien dan
menoleransi situasi suboptimal tanpa bertindak berlebihan atau terlalu bersemangat.
c. Aspek keselarasan dengan lingkungan,
Yaitu mudah diterima oleh masyarakat dan bergaul dengan baik dengan orang-orang yang
ada di dalamnya. Mampu bersimpati dengan lingkungan merupakan aspek penting dari
penyesuaian diri, karena bermuara pada penghormatan nilai, keutuhan hukum, tradisi, dan
adat istiadat masyarakat.

Aspek-aspek dalam penyesuaian diri menurut Atwater (1993) penyesuaian diri dapat
dilihat dari tiga aspek yaitu diri kita sendiri, orang lain, serta perubahan yang dapat terjadi,
tetapi pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek: penyesuaian diri pribadi dan
penyesuaian sosial sebagai berikut:
1. Penyesuaian pribadi
adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan
yang harmonis antara dirinya dan lingkungannya
2. Penyesuaian sosial
adalah kemampuan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan

Menurut Hurlock 1987 Penyesuaian diri berkembang secara dinamis seiring dengan
perkembangan kepribadian.
Karakteristik penyesuaian diri
A. Penyesuaian diri secara positif
1) Mampu dalam belajar
Yaitu individu dapat mengikuti pelajaran yang ada disekolah dan dapat memahami
yang diperoleh dari hasil belajar, misalnya senang terhadap pelajaran dan berusaha
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru
2) Tidak menunjukan adanya frustasi pribadi
Seperti individu tidak menunjukkan perasaan cemah dan tegang pada situasi tertentu
atau situasi yang baru, misalnya percaya diri dan tidak mudah putus asa
3) Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional
Yaitu Ketika individu mampu menghadapi suatu masalah dengan tenang dan tidak
menunjukkan ketegangan, misalnya tenang, ramah, senang dan tidak mudah
tersinggung

B. Penyesuaian diri secara negative


Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian diri yang salah, yaitu:
a) Reaksi Bertahan
Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya seolah-olah tidak menghadapi
kegagalan. Bentuk reaksi bertahan antara lain:
1) Rasionalisasi suatu usaha, bertahan dengan mencari alasan yang masuk akal
2) Represi suatu usaha menekan atau melupakan hal yang tidak menyenangkan
3) Proyeksi suatu usaha memantulkan ke pihak lain dengan alsan yang tidak dapat
diterima
b) Reaksi menyerang
Orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkah laku yang
bersifat menyerang untuk menutupi kegagalannya. Reaksi yang muncul ialah:
1) Tidak senang membantu orang lain
2) Menggertak dengan ucapan atau perbuatan menunjukkan sikap permusuhan
yang terbuka
3) Menunjukkan sikap merusak
4) Keras kepala
5) Balas dendam
6) Marah secara sadis
c) Reaksi melarikan diris
Reaksi ini orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri
dari situasi yang menimbulkan kegagalannya. Contoh nya seperti:
1) Banyak tidur
2) Minum minuman keras
3) Pecandu ganja dan narkotika
4) Regresi atau kembali pada tingkat pengembangan yang lain
Penyesuaian Diri Pada Ruang Lingkup Perkuliahan

Menurut Davidoff (dalam Mu’tadin, 2002) penyesuaian diri merupakan suatu proses
untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan. Manusia
dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam
sekitar. Penyesuaian diri pada perkuliahan adalah tuntutan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan akademik atau perkuliahan yang dihadapi untuk menyelesaikan masalah-masalah
sekarang maupun dimasa mendatang, sehingga dapat memberikan suatu prestasi untuk
dirinya. Scheneiders menyatakan bahwa individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik
adalah individu yang memiliki salah satu respon seperti kematangan, berdaya guna, kepuasan
dan sehat. Berdaya guna disini diartikan, individu dapat membawa hasil tanpa terlalu banyak
mengeluarkan energi, tidak banyak kehilangan waktu atau banyak mengalami kegagalan.
Sedangkan sehat disini diartikan bahwa individu dapat mengeluarkan respon penyesuaian
yang cocok dengan situasi atau keadaan.

Penyesuaian Diri Terhadap Prestasi Akademik Siswa Internasional

Dalam hal pendidikan, seorang mahasiswa perlu menyesuaikan diri dengan


lingkungan sosial baru termasuk kampus dan masyarakat. Ada lima bidang untuk mengalami
masalah penyesuaian, yaitu bidang akademik, kesehatan fisik, finansial, vokasional dan
personal/sosial.
Masalah penyesuaian muncul karena hambatan bahasa, ketidaktahuan dengan sumber daya
yang tersedia dan cara mengakses sumber daya tersebut. Siswa internasional menghadapi
kurangnya sistem dukungan sosial yang mapan dan jaringan sosial yang mendasari masalah
yang dialami di bidang-bidang tersebut termasuk depresi, kesepian dan isolasi dari hubungan
itu terjadi karena mereka merasa penolakan sosial tidak langsung.

Siswa internasional menghadapi pengalaman stres karena kehilangan lintas budaya


berarti mereka berjuang untuk menyesuaikan dan membiarkan kekayaan yang mereka kenal
(hubungan pribadi, rumah, keluarga, negara, dan lingkungan sistem pendidikan) hilang dari
mereka. Pada saat yang sama, mahasiswa internasional berjuang untuk menyesuaikan diri
dengan budaya baru, masyarakat, lingkungan dan keadaan baru termasuk pembelajaran dan
etos akademik (Wang et al., 2015). Sementara itu, mereka berjuang untuk merangkul orang,
budaya, masyarakat, dan lingkungan baru dalam arus utama yang positif karena semua
pengalaman ini memperkaya mereka untuk menjadi pribadi yang fleksibel untuk
meningkatkan penyesuaian sosial, akademik, efikasi diri, psikologi dan budaya serta
menciptakan semangat akulturasi. (Smith & Khawaja, 2011). Penyesuaian mengacu pada
proses multi-dinamis yang pada akhirnya mengarah pada pencapaian kecocokan yang sesuai
antara yang satu dan lingkungan termasuk prestasi akademik. Menurut
Malaklolunthu&Selan, 2011; Mustaffa, &ilias, 2013 masalah penyesuaian utama yang
dihadapi oleh mahasiswa internasional ada empat faktor, yaitu: kehidupan umum, sosial
budaya, akademik dan penyesuaian psikologis pribadi.
Dampak positif dari penyesuaian bagi mahasiswa internasional semakin besar dan
memperkaya kehidupan mereka, pengalaman, termasuk belajar. Aspek studi lingkungan baru
mereka mendapatkan sejumlah pendidikan fasilitas antara lain, perpustakaan dan media
pembelajaran lainnya, dosen dan guru besar yang berkualitas. Mereka membangun yang baru
dan hubungan yang efektif dengan teman sebaya atau teman sekelas baru yang memiliki
kekayaan pengalaman akademis mereka sendiri. Pengalaman-pengalaman baru tersebut
membuka peluang bagi mahasiswa internasional untuk memperoleh lebih banyak
pengetahuan dan keterampilan menuju pencapaian akademik (Nasir, 2012). Dalam
pemahaman ini. Pelajar Timor yang belajar di Indonesia memiliki pengalaman yang sama,

Perjuangan mahasiswa Timor-Leste menghadapi pengalaman yang sama dengan


mahasiswa internasional pada umumnya. Mereka mengalami depresi, kesepian, dan isolasi
yang berdampak pada studi dan prestasi akademik. Di sisi lain, mahasiswa Timor Leste juga
mendapatkan pengalaman baru yang membuka peluang baru dan besar serta luas bagi mereka
untuk memperoleh lebih banyak pengetahuan dan keterampilan menuju prestasi akademik.
Artinya, mahasiswa Timor-Leste di Indonesia seharusnya mencapai prestasi akademik yang
optimal.

Anda mungkin juga menyukai