Anda di halaman 1dari 14

ARTIKEL

BELANJA (PENGELUARAN) NEGARA


Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keuangan Publik Islam

Dosen Pengampu : Dita Afrina, S.E,.M.E

Disusun Oleh
Kelompok 4:

Putri Handayani 501180230


Nicco Bastian 501180244
Bella Odista Dahlia 501180218

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah sejak lama banyak orang berdebat mengenai makna atau


pengertian Keuangan Negara, khususnya jika dikaitkan dengan
pertanggungjawaban Pemerintah atas pengelolaan Keuangan Negara. Sebagai
salah satu badan hukum public, Negara, sebagaimana layaknya badan
hukum, yang diberikan otorisasi untuk menyelenggarakan pemerintahan bagi
kepentingan seluruh rakyatnya. Penyelenggaraan pemerintahan ini senantiasa
harus didasarkan pada hukum dasar yang tertinggi, yang di Negara
Republik Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Tidak dapat
dipungkiri bahwa penyelenggaraan Negara dan pemerintahan pasti akan
membutuhkan dana, yang tidak sedikit. Untuk itu maka diaturlah tata cara
dan proses penerimaan uang dan pengeluarannya untuk kepentingan jalannya
negara dan pemerintahan. Salah satu ketentuan yang mengatur mengenai
masalah pengelolaan keuangan negara ini adalah sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 23.

Menurut ketentuan Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945,


setiap tahunnya Pemerintah diwajibkan untuk menyusun Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, untuk lemudian dibahas bersama dan
selanjutnya disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, sebagai pedoman penyelenggaraan
pemerintahan dalam sector financial.

Penerimaan daerah, Pengeluaran daerah, Kekayaan Negara/kekayaan


daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga,
piutang Negara, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan Negara/perusahaan daerah Kekayaan
pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka tugas pemerintahan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Belanja (Pengeluaran) Negara

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah kebijakan fiskal


dalam konteks pembangunan Indonesia. Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara pada hakikatnya merupakan rencana kerja pemerintah yang akan
dilakukan dalam satu tahun yang dituangkan dalam angka-angka rupiah. Secara
singkat, APBN didefinisikan sebagai daftar sistematis yang memuat rencana
penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun yang dinyatakan dalam
rupiah. Anggaran menganding sisi penerimaan dan sisi pengeluaran dengan skala
yang lebih besar dan jenis kegiatan yang rumit. 1

Pengeluaran negara atau pengeluaran pemerintah merupakan salah satu


instrumen dari kebijakan fiskal.Nenti Simbolon dalam jurnal Analisis Faktor-
Faktor yang Memengaruhi Pengeluaran Pemerintah Indonesia (2012), kebijakan
fiskal merupakan salah satu instrumen dari kebijakan makroekonomi.

Kebijakan makro ekonomi adalah kebijakan dengan tujuan untuk mencapai


output yang tinggi dengan laju pertumbuhan yang cepat. Selain itu untuk
mencapai kesempatan kerja yang tinggi, stabilitas harga, serta keseimbangan
dalam neraca pembayaran.Pengeluaran pemerintah di Indonesia terlihat dalam
anggaran belanja negara Indonesia.Anggaran pemerintah ini memiliki dampak
substansial terhadap perekonomian.

Berikut pengeluaran rutin pemerintah di Indonesia:

1) Belanja pegawai, yaitu pengeluaran negara untuk keperluan gaji, tunjangan,


uang makan, serta biaya lainnya untuk pegawai negeri.
2) Belanja barang yaitu pengeluaran negara untuk membeli barang yang
digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan pemerintah.
3) Belanja rutin daerah yaitu pengeluaran negara untuk belanja pegawai dan non
pegawai pemerintah.

1
Glari Hadi W, Membuka Cakrawala Ekonomi, Jakarta:2010, hlm;28
4) Bunga dan cicilan utang, pengeluaran pemerintah untuk membayar bunga dan
cicilan pokok pinjaman baik dari dalam maupun luar negeri.
5) Subsidi, yaitu pengeluaran untuk berbagai macam subsidi pemerintah untuk
masyarakat, misalnya BBM dan listrik.
6) Berbagai pengeluaran yang bersifat non departemen.

Sedangkan pengeluaran pembangunan adalah semua pengeluaran negara untuk


membiayai proyek pembangunan fisik dan non fisik.

Kemudian pembiayaan proyek pada pengeluaran pembangunan juga terdapat


komponen pembiayaan rupiah atas pembiayaan departemen atau lembaga.

B. Pengaruh pengeluaran negara Ada beberapa sektor yang berpengaruh karena


pengeluaran negara, di antaranya:
• Produksi
Secara langsung atau tidak langsung, pengeluaran negara memengaruhi
sektor produksi.Pengeluaran negara juga disebut sebagai faktor produksi
lainnya, disamping faktor produksi berupa modal, tenaga kerja, dan
manajemen. Misalnya, pengeluaran negara di bidang pendidikan dan
pelatihan maka akan meningkatkan potensi sumber daya manusia (SDM)
yang terdidik. SDM tersebut memperbesar faktor produksi yang berupa
tenaga kerja yang dapat dimanfaatkan sektor produksi.Pemerintah dapat
memengaruhi tingkat Gross National Product (GNP) dengan mengubah
berbagai faktor yang dapat dipakai dalam produksi, melalui program
pengeluaran.
• Distribusi
Secara langsung dan tidak langsung akan berpengaruh terhadap distribusi
barang dan jasa. Misalnya pengeluaran anggaran untuk membiayai fasilitas
pendidikan, paling tidak akan menambah keterampilan sejumlah orang.
Subsidi yang dikeluarkan pemerintah untuk barang dan jasa akan
mempermudah masyarakat yang berdaya beli rendah menjadi bisa
membeli. Pemerintah dapat memengaruhi pola distribusi pendapatan riil
melalui penyediaan keuntungan di satu pihak dan pengurangan pendapatan
riil dari sektor swasta di lain pihak.
• Konsumsi
Secara langsung dan tidak langsung, pengeluaran pemerintah dapat
mengubah atau memperbaiki pola dan tingkat konsumen masyarakat
terhadap barang dan jasa yang disediakan pemerintah atau pasar.
• Keseimbangan perekonomian
Dalam kebijakan fiskalnya, pemerintah dapat memperbaiki dan
memelihara keseimbangan perekonomian dan meningkatkan pendapatan
nasionalnya melalui target Produk Domestik Bruto (PDB)2
C. Meningkatkan Kualitas Belanja Pemerintah

Belanja negara merupakan bentuk realisasi rencana kerja pemerintah dalam


pelaksanaan pembangunan. Akitivitas pemerintah baru dapat dirasakan oleh
masyarakat ketika proses belanja selesai dilakukan, seperti belanja penyediaan
infrastruktur, belanja subsidi, belanja di bidang pendidikan, dan lain-lain. Salah
satu titik strategis penyelenggaraan pemerintahan adalah belanja negara.
Mekanisme belanja harus disusun sedemikian rupa sehingga proses belanja dapat
dilakukan secara terkendali. Pemerintah selaku organisasi nonprofit memang tidak
dituntut untuk menghasilkan keuntungan, tapi bukan berarti mereka dapat
mengeluarkan uang (belanja) dengan seenaknya. Auditor pemerintah juga
memberi perhatian lebih pada audit atas belanja, karena pada kenyataannya
sebagian besar kebocoran APBN terletak pada pelaksanaan belanja. Kebocoran
tersebut dapat disebabkan oleh adanya praktik KKN maupun karena
ketidakpahaman penyelenggara negara dalam melakukan proses belanja.

Belanja negara yang tidak semestinya dapat diklasifikasikan menjadi


beberapa kategori, yaitu 1) overspending (belanja yang melebihi kebutuhan), 2)
misspending (belanja yang tidak sesuai kebutuhan), 3) underspending (belanja
yang tidak terlaksana) 4) fraud spending (belanja yang melanggar ketentuan
hukum). Kesalahan proses belanja ini disebabkan oleh beberapa hal, untuk
kategori 1), 2), dan 3) pada umumnya disebabkan oleh ketidakpahaman
penyelenggara negara dalam melakukan proses belanja. Adapun untuk kategori 4)

2
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/04/090000769/sumber-pendapatan-negara-
dan-pengeluaran-negara?page=all
disebabkan oleh adanya oknum penyelegara negara yang secara sengaja
melakukan penyelewengan atas pelaksanaan belanja.

Proses belanja tidak dapat dipisahkan dari proses perencanaan anggaran.


Mekanisme penyusunan anggaran sangat berpengaruh pada kualitas belanja.
Sistem penganggaran berbasis kinerja yang saat ini diterapkan mendorong proses
penyusunan anggaran menjadi lebih terukur. Berdasarkan sistem ini, setiap
penyusunan anggaran harus disusun atas output yang ingin dicapai. Indikator
output ini sangat bermanfaat untuk mengetahui efektivitas belanja. Oleh karena
itu, kualitas output sangat menentukan kualitas belanjanya. Output yang baik akan
memberikan outcome (hasil) dan benefit (manfaat) yang baik, sementara output
yang buruk akan berakibat pada tidak optimalnya hasil sehingga belanja yang
dikeluarkan pun tidak efektif. Selain itu, output yang baik adalah output yang
disusun atas dasar analisis kebutuhan.

Menurut pendapat penulis, proses penyusunan anggaran dan pelaksanaan


belanja pemerintah kita masih terdapat beberapa kelemahan. Seperti yang telah
diuraikan di atas, kelemahan tersebut terletak pada dua hal, yaitu ketidakpahaman
penyelenggara negara dalam melakukan proses belanja dan adanya oknum
penyelenggara negara yang secara sengaja melakukan penyelewengan. Dua hal ini
akan menyebabkan adanya overspending, underspending, misspending, dan fraud
spending.

Ketidakpahaman penyelenggara negara dalam melakukan proses belanja


adalah salah satu konsekuensi penerapan sistem penganggaran berbasis kinerja.
Melkers dan Willoughby (2001) menyimpulkan bahwa sistem anggaran berbasis
kinerja juga memiliki dampak negatif yaitu adanya peningkatan beban kerja.Oleh
karena itu, OECD (2007) menyarankan agar dalam implementasi sistem PBB juga
harus memperhatikan bagaimana sumber daya manusia yang ada dan tingkat
dukungan pimpinan.Implementasi anggaran berbasis kinerja menuntut setiap
penyelenggara negara, baik staf maupun pimpinan mengerti setiap aktivitas
belanja yang dibutuhkan dalam setiap pelaksanaan program. Apabila hal ini tidak
dipahami oleh setiap penyelenggara negara maka proses penyusunan anggaran
dan belanja menjadi tidak optimal. Sebagai contoh, banyak penyelenggara yang
tidak mengetahui bahwa anggaran berbasis kinerja memiliki prinsip lets the
manager manage dan fleksibilitas. Prinsip ini mengandung pengertian bahwa para
pemimpin sebagai manajer memiliki fleksibiltas dalam mengelola anggaran,
namun kebanyakan penyelenggara negara menganggap anggaran itu kaku,
sehingga ketika mereka tiba-tiba menghadapi kegiatan yang harus dilaksanakan
namun belum dianggarkan mereka mengalami kebingungan dan pada akhirnya
kegiatan tidak berjalan optimal.

Tindak lanjut atas kelemahan-kelemahan tersebut harus dilakukan secara


massive, terutama terkait dengan upaya peningkatan kapasitas penyelenggara
negara dalam bidang keuangan negara.Namun, proses tersebut tidak dapat kita
kontrol sepenuhnya. Proses tersebut memerlukan pihak-pihak lain. Namun bukan
berarti langkah untuk mengoptimalkan belanja negara tidak dapat
dilakukan.Beberapa langkah kecil yang masih berada dalam rentang kendali kita
dan dapat kita terapkan diantaranya adalah penajaman peran PIC anggaran,
penyusunan analisis kebutuhan yang komprehensif, evaluasi value for money, dan
meningkatkan pemahaman penyelenggara negara terkait mekanisme bisnis dan
pasar. Berikut ini adalah uraian beberapa hal yang perlu kita pahami agar proses
pelaksanaan program pemerintah berjalan dengan efisien dan efektif

a. Penajaman Peran Person In Charge (PIC) Anggaran

Penerapan anggaran berbasis kinerja menuntut adanya PIC anggaran pada


setiap unit/divisi.PIC anggaran tersebut bertugas untuk menyusun RKAKL
unit/divisi yang bersangkutan. Prinsip penyusunan detail anggaran adalah
kombinasi antara top down dan bottom up, sehingga anggaran yang disusun
benar-benar merupakan ekspresi keuangan dari rencana kerja bagian/divisi yang
bersangkutan.

PIC anggaran seharusnya tidak hanya bertugas sebagai rekapitulator atas


usulan anggaran dari unit lain. PIC anggaran harus mampu bertindak sebagai
narasumber untuk peningkatan pemahaman proses bisnis dan aktivitas keuangan
staf atau pimpinan pada unit masing-masing. Hendaknya PIC anggaran harus
berani memberikan penjelasan kepada para staf atau pimpinan tentang bagaimana
menyusun dan mengelola anggaran dengan benar, sehingga anggaran yang
dihasilkan memiliki output yang benar-benar dibutuhkan. Salah satu kelemahan
sistem penganggaran inkremental yang masih terbawa sampai saat ini adalah
adanya pola pikir bahwa anggaran harus selalu bertambah.

Banyak pimpinan yang masih belum tahu bahwa sistem anggaran berbasis
kinerja memiliki prinsip fleksibilitas.Jadi sebenarnya, kita tidak perlu takut atas
kuranganya anggaran di tahun mendatang, karena pada dasarnya anggaran dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan.Salah satu indikator rencana anggaran yang baik
memang ditunjukan dengan sedikitnya revisi anggaran berjalan.Namun,
adakalanya memang dinamika kebutuhan pada tahun berjalan tidak dapat
dihindarkan.

Perubahan anggaran atas dinamika kebutuhan sebenarnya tidak menjadi


masalah. Seringnya, perubahan ini tidaklah signifikan karena masih dalam satu
output yang sama. Lalu bagaimana apabila perubahan tersebut merupakan
kegiatan yang benar-benar baru?Hal inilah yang seharusnya kita kurangi. PIC
anggaran harus mencoba menjelaskan bahwa kegiatan atau output baru sebaiknya
tidak dilaksanakan pada tahun berjalan, karena hal ini akan mengganggu stabilitas
pelaksanaan output lainnya. Output baru sebaiknya dilaksanakan pada tahun yang
akan datang agar proses penyusunan rencana anggarannya dapat disiapkan dengan
baik.

Hal lain yang perlu dipahamkan kepada staf/pimpinan adalah bahwa realisasi
anggaran harus selalu dipantau. Siwanto dan Rahayu (2010) menyatakan bahwa,
salah satu penyebab rendanya realisasi anggaran adalah keterlambatan
pelaksanaan anggaran.Keterlambatan ini dipicu oleh tidak adanya self-monitoring
oleh unit yang bersangkutan.Kesadaran untuk mereviu dan melihat kembali
rencana anggaran yang telah disusun masih sangat rendah.Oleh karena itu, PIC
anggaran mau tidak mau secara periodik harus proaktif mengingatkan kepada
staf/pimpinan pada unitnya untuk melaksanakan rencana anggaran yang telah
diusulkan.

b. Analisis Kebutuhan yang Komprehensif


Analisis kebutuhan adalah salah satu hal yang seringkali dilupakan, kalaupun
ada pada umumnya tidak disusun secara komprehensif. Roger Kaufman dan
Fenwick W. English (1979) mendefinisikan analisis kebutuhan sebagai sutu
proses formal untuk menentukan jarak atau kesenjangan antara keluaran dan
dampak yang nyata dengan keluaran dan dampak yang diinginkan, kemudian
menempatkan deretan kesenjangan ini dalam skala prioritas, lalu memilih hal
yang paling penting untuk diselesaikan masalahnya. Beberapa kata kunci dalam
analisis kebutuhan adalah:

1) kondisi existing

2) kondisi ideal dan

3) skala prioritas.

Kesenjangan antara kondisi yang ada (existing) dengan kondisi ideal


menimbulkan kebutuhan.Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut tentu memerlukan
sumber daya yang mungkin terbatas, sehingga harus ada skala prioritas atas
pemenuhan kebutuhan tersebut.

Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses


penyusunan analisis kebutuhan adalah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi kondisi yang ada (existing).

2. Mengidentifikasi kondisi ideal yang telah ditetapkan. Misalnya standarisasi


yang telah ditetapkan oleh pihak yang berwenang.Apabila standar ini tidak ada,
maka harus disusun asumsi-asumsi ideal yang dibutuhkan oleh unit yang
bersangkutan.

3. Mengidentifikasi kebutuhan sebagai hasil kesenjangan antara kondisi yang


ada (existing) dengan kondisi/asumsi ideal.

4. Mengidentifikasi kebutuhan sesuai dengan standar/asumsi ideal yang telah


ditetapkan.

5. Mengidentifikasi sumber daya yang dimiliki.


6. Menentukan skala prioritas berdasarkan sumber daya yang dimiliki,
misalnya dengan melakukan pemecahan pemenuhan kebutuhan dalam beberapa
tahun.

c. Evaluasi Value For Money

Value for money terdiri atas tiga prinsip yaitu, ekonomis, efisien, dan
efektif.Di Inggris konsep ini digunakan sebagai alat untuk asesmen efektivitas
penganggaran dan belanja sektor publik. Tiga prinsip tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:

1. Prinsip ekonomis berarti bagaimana mendapatkan sumber daya input


dengan nilai biaya minimal.

2. Prinsip efisien berarti bagaimana meminimalkan sumber daya input untuk


mendapatkan output tertentu.

3. Prinsip efektif berarti bagaimana output yang dihasilkan menghasilkan


outcome yang telah ditentukan.

Tools analisis yang digunakan dalam konsep value for money ada dua, yaitu
cost-benefit analysis dan cost-effectiveness analysis. Kedua tools ini sebenarnya
memiliki konsep yang sama, yaitu bagaimana mengelola biaya untuk
mendapatkan dampak ekonomi (benefit)/non ekonomi (efektivitas) yang optimal.
Cost-benefit analysis biasanya digunakan untuk kegiatan yang dampaknya dapat
diukur secara ekonomis, sedangkan cost-effectiveness analysis digunakan untuk
kegiatan yang dampaknya tidak dapat diukur secara ekonomis.

Sebelum menyusun analisis value for money, dalam setiap evaluasi rencana
kegiatan perlu disusun alternatif metode pelaksanaan, sehingga pada akhirnya
dapat dipilih mana metode pelaksanaan yang paling ekonomis, efisien, dan efektif.

Beberapa langkah yang harus dilakukan ketika melakukan asesmen value for
money atas efektivitas penganggaran dan belanja adalah sebagai berikut:
1. Menentukan target yang ingin dicapai, target ini biasanya turunan dari
sasaran strategis presiden. Target ini sebaiknya berupa output/outcome yang
sudah ditentukan indikator-indikator sebagai tolak ukur pencapaiannya.

2. Pengukuran target sebaiknya tidak hanya terbatas pada pencapaian output,


tetapi juga dievaluasi bagiamana pencapaian outcome-nya. Evaluasi capaian
output biasanya dilakukan dalam tahun yang bersangkutan, sedangakan evaluasi
outcome mungkin saja baru akan bisa dievaluasi di beberapa tahun yang akan
datang. Evaluasi outcome inilah yang sering kita lupakan, akibatnya pelaksanaan
program pemerintah mungkin semakin akuntabel, namun seberapa hasil dan
manfaat dari program tersebut dalam jangka panjang tidak pernah kita evaluasi.

3. Setelah target ditetapkan, maka kita harus menyusun detail perencanaan,


mulai dari menentukan sumber daya yang belum kita miliki, bagaimana cara
memperoleh sumber daya tersebut, kapan kita melaksanakan program, sampai
bagaimana kita melaksanakan program tersebut. Proses adalah salah satu
rangkaian sangat penting karena akan menentukan seberapa biaya yang akan kita
keluarkan untuk mencapai output/outcome. Kesalahan yang sering kita lakukan
adalah kita hanya terpaku pada satu proses dan tidak menyusun alternatif proses.
Contoh sederhana ketika kita membutuhkan sumber daya kendaraan, maka kita
hanyak menggunakan metode pembelian tanpa mempertimbangkan metode sewa
atau pinjam. Semua alternatif proses harus kita kaji untuk mendapatkan biaya
yang paling efisien sehingga proses yang kita lakukan ekonomis.

4. Melaksanakan rencana sesuai jadwal. Hal ini adalah hal tersulit untuk
dilakukan. Pada umumnya di instansi pemerintah akan mengalami keterlambatan
penyerapan anggaran. Penyebabnya sangat kompleks, namun pada intinya adalah
adanya perubahan rencana yang tidak pernah diantisipasi sebelumnya.Perubahan
rencana sebenarnya dimungkinkan, karena sistem anggaran kita berprinsip
fleksibel. Namun tentunya jika perencanaannya baik perubahan itu tidak akan
bersifat massive. Bagaimana membuat perencanaan yang baik telah diuraikan
pada poin-poin sebelumnya.
5. Evaluasi output secara berkala. Begitu banyaknya kegiatan dan program
yang kita lakukan seringkali membuat kita lupa untuk mengevaluasi output.
Apakah output tersebut dapat dicapai diakhir tahun, apakah output tersebut perlu
ditambah, apakah output tersebut perlu dihilangkan, dll. Evaluasi ini penting
karena pada tahun berjalan mungkin akan ada perubahan-perubahan.

Kelima langkah di atas merupakan cerminan dari konsep value for money,
bagaimana kita melakukan asesmen mulai dari komponen input, proses, output,
sampai dengan outcome/benefit. Konsep ini sangat sejalan dengan sistem
penganggaran berbasis kinerja, namun masih belum benar-benar dipahami oleh
pengelola keuangan dan diterapkan secara komprehensif dalam proses
pelaksanaan penyusunan rencana kerja dan anggaran.

d. Pemahaman atas Mekanisme Bisnis

Pemahaman atas mekanisme bisnis akan sangat berguna dalam tahapan


pelaksanaan program. Instansi pemerintah tidak dapat bekerja sendiri.Mereka
membutuhan pihak pelaku bisnis/pihak swasta untuk mendukung program-
program mereka. Disinilah akan terjadi proses tranksasional yang berakibat pada
belanja negara. Pengetahuan terhadap mekanisme bisnis akan sangat membantu
kita dalam penyusunan alternatif proses, sepertinya bagaimana menilai kewajaran
suatu harga, bagaimana teknik negosiasi, bagaimana menilai kualitas barang,
bagaimana menjalin hubungan B2B, G2G, B2G, dan lainnya. Pengetahuan ini
tidak akan kita miliki tanpa ada pendidikan, pelatihan, dan pengalaman.
Sayangnya, proses ini belum banyak kita lakukan.Kurikulum diklat yang ada pada
intansi pemerintah selama ini belum banyak yang memasukan materi bisnis yang
membahas tentang strategi bisnis, pembentukan harga, pemasaran, quality control,
dan lainnya.3

3
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12554/Meningkatkan-Kualitas-Belanja-
Pemerintah.html
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pemerintah adalah organisasi yang bergerak, harus senantiasa beradaptasi


dengan lingkungan ekonomi, sosial, dan politik.Namun dengan perencanaan dan
belanja yang baik, lingkungan itu dapat dikendalikan.Setiap perubahan sistem
memerlukan sumber daya yang besar, sikap terbuka, dan profesionalisme.Ketiga
hal ini memerlukan usaha yang massive dari setiap lini pemerintah. Namun, dari
hal-hal kecil pun bisa kita lakukan untuk memperbaiki proses belanja pemerintah
yang saat ini berada dalam tahap transisi sistem. Keempat poin di atas adalah
berberapa langkah yang bisa kita lakukan saat ini.Pengendalian belanja harus kita
lakukan karena pada dasarnya uang yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah
uang rakyat.
DAFTAR PUSTAKA

Glari Hadi W, Membuka Cakrawala Ekonomi, Jakarta:2010, hlm;28

https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/04/090000769/sumber-pendapatan-
negara-dan-pengeluaran-negara?page=all

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12554/Meningkatkan-Kualitas-Belanja-
Pemerintah.html

Anda mungkin juga menyukai