Disusun Oleh
Kelompok 4:
A. Latar Belakang
PEMBAHASAN
1
Glari Hadi W, Membuka Cakrawala Ekonomi, Jakarta:2010, hlm;28
4) Bunga dan cicilan utang, pengeluaran pemerintah untuk membayar bunga dan
cicilan pokok pinjaman baik dari dalam maupun luar negeri.
5) Subsidi, yaitu pengeluaran untuk berbagai macam subsidi pemerintah untuk
masyarakat, misalnya BBM dan listrik.
6) Berbagai pengeluaran yang bersifat non departemen.
2
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/04/090000769/sumber-pendapatan-negara-
dan-pengeluaran-negara?page=all
disebabkan oleh adanya oknum penyelegara negara yang secara sengaja
melakukan penyelewengan atas pelaksanaan belanja.
Banyak pimpinan yang masih belum tahu bahwa sistem anggaran berbasis
kinerja memiliki prinsip fleksibilitas.Jadi sebenarnya, kita tidak perlu takut atas
kuranganya anggaran di tahun mendatang, karena pada dasarnya anggaran dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan.Salah satu indikator rencana anggaran yang baik
memang ditunjukan dengan sedikitnya revisi anggaran berjalan.Namun,
adakalanya memang dinamika kebutuhan pada tahun berjalan tidak dapat
dihindarkan.
Hal lain yang perlu dipahamkan kepada staf/pimpinan adalah bahwa realisasi
anggaran harus selalu dipantau. Siwanto dan Rahayu (2010) menyatakan bahwa,
salah satu penyebab rendanya realisasi anggaran adalah keterlambatan
pelaksanaan anggaran.Keterlambatan ini dipicu oleh tidak adanya self-monitoring
oleh unit yang bersangkutan.Kesadaran untuk mereviu dan melihat kembali
rencana anggaran yang telah disusun masih sangat rendah.Oleh karena itu, PIC
anggaran mau tidak mau secara periodik harus proaktif mengingatkan kepada
staf/pimpinan pada unitnya untuk melaksanakan rencana anggaran yang telah
diusulkan.
1) kondisi existing
3) skala prioritas.
Value for money terdiri atas tiga prinsip yaitu, ekonomis, efisien, dan
efektif.Di Inggris konsep ini digunakan sebagai alat untuk asesmen efektivitas
penganggaran dan belanja sektor publik. Tiga prinsip tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
Tools analisis yang digunakan dalam konsep value for money ada dua, yaitu
cost-benefit analysis dan cost-effectiveness analysis. Kedua tools ini sebenarnya
memiliki konsep yang sama, yaitu bagaimana mengelola biaya untuk
mendapatkan dampak ekonomi (benefit)/non ekonomi (efektivitas) yang optimal.
Cost-benefit analysis biasanya digunakan untuk kegiatan yang dampaknya dapat
diukur secara ekonomis, sedangkan cost-effectiveness analysis digunakan untuk
kegiatan yang dampaknya tidak dapat diukur secara ekonomis.
Sebelum menyusun analisis value for money, dalam setiap evaluasi rencana
kegiatan perlu disusun alternatif metode pelaksanaan, sehingga pada akhirnya
dapat dipilih mana metode pelaksanaan yang paling ekonomis, efisien, dan efektif.
Beberapa langkah yang harus dilakukan ketika melakukan asesmen value for
money atas efektivitas penganggaran dan belanja adalah sebagai berikut:
1. Menentukan target yang ingin dicapai, target ini biasanya turunan dari
sasaran strategis presiden. Target ini sebaiknya berupa output/outcome yang
sudah ditentukan indikator-indikator sebagai tolak ukur pencapaiannya.
4. Melaksanakan rencana sesuai jadwal. Hal ini adalah hal tersulit untuk
dilakukan. Pada umumnya di instansi pemerintah akan mengalami keterlambatan
penyerapan anggaran. Penyebabnya sangat kompleks, namun pada intinya adalah
adanya perubahan rencana yang tidak pernah diantisipasi sebelumnya.Perubahan
rencana sebenarnya dimungkinkan, karena sistem anggaran kita berprinsip
fleksibel. Namun tentunya jika perencanaannya baik perubahan itu tidak akan
bersifat massive. Bagaimana membuat perencanaan yang baik telah diuraikan
pada poin-poin sebelumnya.
5. Evaluasi output secara berkala. Begitu banyaknya kegiatan dan program
yang kita lakukan seringkali membuat kita lupa untuk mengevaluasi output.
Apakah output tersebut dapat dicapai diakhir tahun, apakah output tersebut perlu
ditambah, apakah output tersebut perlu dihilangkan, dll. Evaluasi ini penting
karena pada tahun berjalan mungkin akan ada perubahan-perubahan.
Kelima langkah di atas merupakan cerminan dari konsep value for money,
bagaimana kita melakukan asesmen mulai dari komponen input, proses, output,
sampai dengan outcome/benefit. Konsep ini sangat sejalan dengan sistem
penganggaran berbasis kinerja, namun masih belum benar-benar dipahami oleh
pengelola keuangan dan diterapkan secara komprehensif dalam proses
pelaksanaan penyusunan rencana kerja dan anggaran.
3
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12554/Meningkatkan-Kualitas-Belanja-
Pemerintah.html
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/04/090000769/sumber-pendapatan-
negara-dan-pengeluaran-negara?page=all
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12554/Meningkatkan-Kualitas-Belanja-
Pemerintah.html