Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENELITIAN STUDI KASUS (CASE STUDY)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif


Dosen Pengampu: Prof. Sri Rahayu, M.Ed., Ph.D.

OLEH:
Rahmania Tulus S. Pratiwi (180331864001)
Yosep Y. Tri Ananda (180331664023)

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN KIMIA


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode Penelitian Kualitatif adalah metode yang fokus dan tujuan penelitian
tentang ketertarik dalam memahami arti orang yang telah dibangun yaitu,
bagaimana orang memahami dunia mereka dan pengalaman yang mereka miliki di
dunia (Merriam, 2009). Menurut Fraenkel (2012) menyatakan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menyelidiki tentang perilaku, tindakan, dan situasi
dengan menekankan pada deskripsi holistik, yaitu mendeskripsikan secara
terperinci semua yang terjadi pada kegiatan atau situasi tertentu. Penelitian
kualitatif lebih mengandalkan pandangan peserta dalam penelitian dan kurang pada
arah yang diidentifikasi dalam literatur oleh peneliti (Creswell, 2012). Menurut
uraian tersebut memiliki mengindikasi bahwa seorang peneliti berangkat ke
lapangan dengan mengamati fenomena yang terjadi di lapangan secara natural atau
alamiah. Namun nantinya yang akan membedakan masing-masing jenis penelitian
adalah pada fokus penelitiannya, apakah penelitian itu fokus kepada budaya,
fenomena, kasus, dan sebagainya.
Penelitian kualitatif memiliki banyak jenis dan salah satunya adalah studi
kasus. Fokus dari studi kasus adalah spesifikasi kasus dalam suatu kejadian baik itu
yang mencakup individu, kelompok budaya ataupun suatu potret kehidupan.
Merriam (et.al, 2009) menyatakan bahwa studi kasus adalah deskripsi mendalam
dan analisis sistem yang dibatasi. Persoalan seputar studi kasus adalah bahwa
proses melakukan studi kasus digabungkan dengan kedua unit studi (kasus) dan
produk dari jenis investigasi ini. Yin (2008) mendefinisikan studi kasus dalam hal
proses penelitian, "Sebuah studi kasus adalah penyelidikan empiris yang
menyelidiki fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan nyata, terutama
ketika batas antara fenomena dan konteks tidak jelas". Selanjutnya Creswell (2012)
mengungkapkan bahwa apabila kita akan memilih studi untuk suatu kasus, dapat
dipilih dari beberapa sumber informasi yang meliputi: observasi, wawancara,
materi audio-visual, dokumentasi dan laporan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud penelitian studi kasus?
1.2.2 Apa saja yang termasuk dalam konteks penelitian studi kasus?
1.2.3 Apa saja jenis-jenis penelitian studi kasus?
1.2.4 Bagaimana pengumpulan data pada penelitian studi kasus?
1.2.5 Bagaimana analisis dan penyajian data pada penelitian studi kasus?
1.2.6 Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan penelitian studi kasus?
1.2.7 Apa saja kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi penelitian studi kasus?
1.2.8 Apa saja kelebihan dan kelemahan dari penelitian studi kasus?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
1.3.1 Untuk mendefinisikan penelitian studi kasus
1.3.2 Untuk mendeskripsikan konteks dalam penelitian studi kasus
1.3.3 Untuk mengidentifikasi jenis-jenis penelitian studi kasus
1.3.4 Untuk mengetahui cara pengumpulan data pada penelitian studi kasus
1.3.5 Untuk mengetahui analisis dan penyajian data pada penelitian studi kasus
1.3.6 Untuk mendeskripsikan langkah-langkah dalam melakukan penelitian studi
kasus
1.3.7 Untuk menyebutkan kriteria yang berguna untuk mengevaluasi penelitian
studi kasus
1.3.8 Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari penelitian studi kasus
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penelitian Studi Kasus


Studi Kasus berasal dari terjemahan dalam Bahasa Inggris A Case Study
atau Case Studies. Kata “Kasus” diambil dari kata Case yang menurut Kamus
Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English diartikan sebagai 1)
contoh kejadian sesuatu, 20 kondisi actual dari keadaan atau situasi, dan 30
lingkungan atau kondisi tertentu tentang orang atau sesuatu (Horby, 2015).
Berdasarkan penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa studi kasus
adalah serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secra intensif, terinci dan
mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat
perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau organisasi untuk memperoleh
pengetahuan mendalam tentang suatu peristiwa (Rahardjo, 2017). Sedangkan
menurut Yin (2008), studi kasus adalah penyelidikan empiris yang digunakan untuk
menyelidiki fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan nyata, terutama jika
batas antara fenomena dan konteks tidak jelas dan dimana multi sumber bukti
dimanfaatkan.
Istilah studi kasus juga sering digunakan dalam hubungannya dengan
etnografi. Studi kasus merupakan salah satu bagian penting dari etnografi,
meskipun berbeda dari etnografi dalam hal tertentu. Peneliti studi kasus terfokus
pada program, kejadian, atau kegiatan yang melibatkan individu dan bukan
merupakan kelompok (Stake dalam Creswell, 2012)
Dari beberapa pengertian tersebut, “Kasus” (Case) dalam studi kasus itu
apa? Kasus yang dimaksud adalah kejadian atau peristiwa dari yang sederhana
sampai yang sangat kompleks. Dari sini peneliti hanya memilih salah satu yang
benar-benar spesifik dan tegolong unik. Unik di sini maksudnya adalah hanya
terjadi di situs atau lokasi tertentu. Untuk menentukan unik atau tidaknya suatu
masalah, Stake (2008) membuat rambu-rambu sebagai pertimbangan peneliti,
diantaranya:
1. Hakikat atau sifat dari kasus,
2. Latar belakang terjadinya kasus,
3. Setting fisik kasus,
4. Konteks yang mengitarinya, meliputi factor ekonomi, politik, hukum dan seni,
5. Kasus-kasus lain yang dapat menjelaskan kasus tersebut,
6. Informan yang menguasai kasus yang akan diteliti.
Stake (2005) juga menjelaskan kasus (case) yang dimaksudkan sebagai a
bounded system, yaitu sebuah system yang tidak berdiri sendiri. Hal ini dikarenakan
peneliti akan merasa kesulitan jika untuk memahami sebuah kasus tanpa
memperhatikan kasus yang lain. Tetapi jika ada lebih dari satu kasus, peneliti
sebaiknya memilih satu kasus atas dasar prioritas. Lain halnya jika terdapat lebih
dari satu kasus yang sama menariknya, sehingga penelitiannya dpat dijadikan Studi
Multi Kasus. Menurut Endraswara (2012), hal itu biasa disebut Studi Kasus
Kolektif (Collective Case Study). Walaupun kasus yang diteliti lebih dari satu
(multi-kasus), tetapi prosedurmya sama dengan studi kasus tunggal. Sebab, studi
multi kasus ataupun multi situs merupakan pengembangan dari metode studi kasus.

2.2 Konteks Penelitian Studi Kasus

2.3 Jenis-jenis Penelitian Studi Kasus


Dalam ranah metodologi, disebutkan bahwa studi kasus memiliki tipe-tipe
tertentu ayng lebih spesifik. Studi kasus dengan pendekatan kualitatif yang
dikembangkan oleh Bogdan dan Biklen (2007) dilasifikasikan menjadi enam
tipologi, yaitu:
1. Studi kasus kesejarahan
Studi kasus ini menuntut adanya pemusatan perhatian mengenai perjalanan dan
perkembangan sejarah organisasi social tertentu dan dalam jangka waktu
tertentu pula. Studi jenis ini memerlukan sumber-sumber informasi dan bahan-
bahan yang akurat dan terpercaya, juga memerlukan kecermatan dalam merinci
perkembangan secara sistematik dari tahapan sebuah organisasi sosial. Untuk
memastikan mendapat bahan dan sumber informasi yang diperlukan, penting
untuk melakukan studi pendahuluan dalam studi kasus ini.
2. Studi kasus observasi
Tipe ini lebih menekankan pada kemampuan seorang peneliti menggunakan
teknik observasi dalam kegiatan penelitian. Dengan menggunakan teknik
observasi pada partisipan, diharapkan dapat menjaring keterangan-keterangan
empiris yang detail dan aktual dari unit analisis penelitian yang menyangkut
kehidupan individu ataupun unit-unit sosial tertentu dalam masyarakat.
3. Studi kasus life history
Studi ini digunakan untuk menyingkap kisah perjalanan hidup seseorang
dengan lengkap dan rinci yang sesuai dengan tahap-tahap, dinamika dan liku-
liku yang mengharu biru dalam kehidupannya. Orang yang dimaksudkan bukan
sembarang orang, melainkan ayng memiliki keunikan yang menonjol dan luar
biasa dalam konteks kehidupan masyarakat. Misalnya tentang kehadiran
seseorang yang memberi makna tersendiri sekaligus sangat mewarnai
perubahan-perubahan dalam masyarakat.
4. Studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan
Seorang peneliti yang memiliki pengalaman serta memiliki kepekaan dan
ketajaman naluri sebagai peneliti seringkali dapat melihat sisi-sisi unik dan
bermakna dari lingkungan soaisl di sekitarnya dalam komunitas tempat hidup
dan bergaul sehari-hari. Kenyataan tersebut dapat dijadikan pusat perhatian
untuk melakukan studi kasus tipe ini.
5. Studi kasus analisa situasional
Studi ini menggambarkan sebuah situasi sosial yang telah dan tengah
berlangsung dan menarik untuk diteliti. Seperti kehidupan sosial yang dinamis
dan selalu mengalami perubahan-perubahan yang memungkinkan adanya
letusan situasi dalam bentuk peristiwa-peristiwa atau fnomena sosial tertentu.
Contohnya krisis politik yang melanda negeri ini disertai berbagai isu
berseliweran tak karuan seperti aka nada kerusuhan, penjarahan massal dan
sebagainya, telah membuat orang-orang keturunan Cina di beragai kota besar
mengungsi ke kota lain yang dianggap aman bahkan tidak sedikit yang keluar
negeri.
6. Studi kasus mikroetnografi
Studi kasus ini dilakukan terhadap sebuah unit sosial terkecil. Seperti sebuah
sisi tertentu dalam kehidupan sebuah komunitas atau organisasi atau bahkan
seorang individu.
Sementara itu menurut Yin (2008), studi kasus dapat dikategorikan menjadi
tiga tipologi, yaitu: studi kasus ekplanatoris, eksploratoris, dan deskriptif. Ketiga
tipologi tersebut berdasarkan jenis pertanyaan yang harus dijawab dalam studi
kasus, yakni pertanyaan “how” (bagaimana) dan “why” (mengapa), serta pada
tingkat tertentu juga menjawab pertanyaan “what” (apa/apakah). Dengan
mengedepankan tiga tipologi tersebut, kesalahpahaman yang menganggap bahwa
studi kasus hanya cocok diterapkan dalam penelitian yang bersifat eksploratoris,
tidak dalam konteks penelitian yanga bersifat eksplanatoris dan deskriptif.

2.4 Pengumpulan Data pada Penelitian Studi Kasus


Seperti halnya jenis penelitian kualitatif lainnya, studi kasus juga dilakukan
dalam latar alamiah, holistik dan mendalam. Alamiah artinya kegiatan pemerolehan
data dilakukan dalam konteks kehidupan nyata (real life events). Tidak diperlukan
adanya perlakuan-perlakuan maupun konteks dimana penelitian dilakukan
(Rahardjo, 2017).
Holistik artinya peneliti harus bias memperoleh informasi yang akan
menjadi data secar komprehensif sehingga tidak meninggalkan informasi yang
tersisa. Dari data etrsebut akan didapatkan fakta atau realitas. Untuk mendapatkan
informasi yang komprehensif, peneliti tidak hanya menggali informasi dari
partisipan dan informan uatma melalui wawancara mendalam, tetapi juga orang-
orang yang berada di sekitar subjek penelitian, serta catatan harian mengenai
kegiatan subjek atau rekam jejak subjek (Rahardjo, 2017).
Selain wawancara mendalam, terdapat empat teknik pengumpulan data
penelitian studi kasus, yaitu dokumentasi, observasi langsung, observasi terlibat
(participant observation), dan artefak fisik. Masing-masing digunakan untuk saling
melengkapi. Hal inilah yang menjadi kekuatan studi kasus disbanding metode lain
dalam penelitian kualitatif (Rahardjo, 2017).
Sedangkan mendalam artinya peneliti tidak saja menangkap makna dari
sesuatu yang tersurat, tetapi juga yang tersirat. Diharapkan peneliti dapat
mengungkap hal-hal mendalam yang tidak dapat diungkap oleh orang biasa
(Rahardjo, 2017).

2.5 Analisis dan Penyajian Data dalam Penelitian Studi Kasus


2.5.1 Analisis Data
Creswell memulai pemaparannya dengan strategi analisis. Menurut
Creswell, untuk studi kasus seperti halnya etnografi analisisnya terdiri dari
“deskripsi terinci” tentang kasus beserta settingnya. Stake mengungkapkan empat
bentuk analisis data beserta interpretasinya dalam penelitian studi kasus, yaitu: (1)
pengumpulan kategori, peneliti mencari suatu kumpulan dari contoh-contoh data
serta berharap menemukan makna yang relevan dengan isu yang akan muncul; (2)
interpretasi langsung, peneliti studi kasus melihat pada satu contoh serta menarik
makna darinya tanpa mencari banyak contoh. Hal ini merupakan suatu proses dalam
menarik data secara terpisah dan menempatkannya kembali secara bersama-sama
agar lebih bermakna; (3) peneliti membentuk pola dan mencari kesepadanan antara
dua atau lebih kategori. Kesepadanan ini dapat dilaksanakan melalui tabel 2x2
yang menunjukkan hubungan antara dua kategori; (4) pada akhirnya, peneliti
mengembangkan generalisasi naturalistik melalui analisa data, generalisasi ini
diambil melalui orang-orang yang dapat belajar dari suatu kasus, apakah kasus
mereka sendiri atau menerapkannya pada sebuah populasi kasus.
K. Yin merekomendasikan enam tipe sumber informasi seperti yang telah
dikemukakan pada bagian pengumpulan data. Tipe analisis dari data ini dapat
berupa analisis holistik, yaitu analisis keseluruhan kasus atau berupa analisis
terjalin, yaitu suatu analisis untuk kasus yang spesifik, unik atau ekstrim. Lebih
lanjut Yin membagi tiga teknik analisis untuk studi kasus, yaitu (1) penjodohan
pola, yaitu dengan menggunakan logika penjodohan pola. Logika seperti ini
membandingkan pola yang didasarkan atas data empirik dengan pola yang
diprediksikan (atau dengan beberapa prediksi alternatif). Jika kedua pola ini ada
persamaan, hasilnya dapat menguatkan validitas internal studi kasus yang
bersangkutan; (2) pembuatan eksplanasi, yang bertujuan untuk menganalisis data
studi kasus dengan cara membuat suatu eksplanasi tentang kasus yang bersangkutan
dan (3) analisis deret waktu, yang banyak dipergunakan untuk studi kasus yang
menggunakan pendekatan eksperimen dan kuasi eksperimen.
Creswell mengemukakan bahwa dalam studi kasus melibatkan
pengumpulan data yang banyak karena peneliti mencoba untuk membangun
gambaran yang mendalam dari suatu kasus. Untuk diperlukan suatu analisis yang
baik agar dapat menyusun suatu deskripsi yang terinci dari kasus yang muncul.
Seperti misalnya analisis tema atau isu, yakni analisis suatu konteks kasus atau
setting dimana kasus tersebut dapat menggambarkan dirinya sendiri. Peneliti
mencoba untuk menggambarkan studi ini melalui teknik seperti sebuah kronologi
peristiwa-peristiwa utama yang kemudian diikuti oleh suatu perspektif yang terinci
tentang beberapa peristiwa. Ketika banyak kasus yang akan dipilih, peneliti
sebaiknya menggunakan analisis dalam-kasus yang kemudian diikuti oleh sebuah
analisis tematis di sepanjang kasus tersebut yang acapkali disebut analisis silang
kasus untuk menginterpretasi makna dalam kasus.
2.5.2 Penyajian Data
Merriam (2009) mengungkapkan bahwa tidak ada format standar untuk
melaporkan penelitian studi kasus. Lebih lanjut Yin menyatakan bahwa tahap
pelaporan merupakan salah satu tahap yang sebenarnya paling sulit dalam
menyelenggarakan studi kasus. Creswell mengemukakan bahwa studi kasus
membentuk struktur yang “lebih besar” dalam bentuk naratif tertulis. Hal ini
disebabkan suatu studi kasus menggunakan teori dalam deskripsikan kasus atau
beberapa analisis untuk menampilkan perbandingan kasus silang atau antar tempat.
Untuk itu Yin menyarankan bahwa untuk menyusun laporan studi kasus seorang
peneliti hendaknya menyusun rancangan beberapa bagian laporan (misalnya bagian
metodologi) daripada menunggu sampai akhir proses analisis data. Dalam menyusun
laporan studi kasus, Yin menyarankan enam bentuk alternatif yaitu: analisis-linear,
komparatif, kronologis, pembangunan teori, “ketegangan” dan tak berurutan.
Keseluruhan Struktur Retorika
Peneliti dapat membuka dan menutup dengan suatu gambaran untuk
menarik pembaca ke dalam suatu kasus. Pendekatan ini disarankan oleh Stake
(2008) yang memberikan gambaran umum bagi penyerapan ide-ide dalam suatu
studi kasus sebagai berikut :
• Penulis hendaknya membuka dengan sebuah gambaran umum sehingga
pembaca dapat mengembangkan sebuah pengalaman yang mewakilinya
untuk mendapatkan suatu “feeling” dari waktu dan tempat yang diteliti
• Kemudian, penulis mengidentifikasi isu-isu, tujuan dan metode studi
sehingga pembaca dapat mempelajari mengenai bagaimana studi
tersebut, latar belakang dan isu-isu seputar kasus
• Hal ini kemudian diikuti oleh deskripsi ekstensif tentang kasus dan
konteksnya
• Agar pembaca dapat memahami kompleksitas dari suatu kasus, penulis
agar menampilkan beberapa isu-isu kunci. Kekompleksan ini dibangun
melalui referensi hasil penelitian maupun pemahaman pembaca terhadap
suatu kasus
• Kemudian beberapa isu diteliti “lebih jauh”. Pada poin ini penulis
hendaknya memilah dengan baik data yang terkumpul
• Penulis menyusun suatu ringkasan tentang apakah penulis memahami
kasus itu, apakah melakukan generalisasi naturalistik awal, kesimpulan
yang diambil apakah merupakan pengalaman pribadi atau pengalaman
yang mewakili bagi pembacanya yang kemudian membentuk persepsi
pembaca
• Pada akhirnya penulis mengakhiri pemaparannya dengan sebuah
gambaran penutup, sebuah catatan pengalaman yang mengingatkan
pembaca bahwa laporan ini adalah pengalaman seseorang yang
mengalami suatu kasus kompleks
Creswell mengungkapkan bahwa ia menyukai gambaran umum di atas,
karena memberikan deskripsi kasus dengan menampilkan tema, pernyataan atau
interpretasi pembaca serta memulai dan mengakhiri dengan skenario yang realistis.
Sebuah model laporan kasus lain adalah laporan kasus substantif Lincoln dan
Guba (2005) yang menggambarkan sebuah deskripsi dengan teliti mengenai
konteks atau setting, sebuah deskripsi transaksi atau proses yang diamati dalam
konteks, isu yang diteliti dan hasil penelitian (pelajaran yang dipelajari). Sedangkan
pada tingkat yang lebih umum pelaporan studi kasus dapat ditemukan pada matriks
2x2 dari Yin (2008). Matriks tersebut didasarkan pada asumsi bahwa studi kasus
tunggal dan multikasus mencerminkan pertimbangan desain yang berbeda yaitu:
desain kasus tunggal holistik, desain kasus tunggal terjalin, desain multikasus
holistik dan desain multikasus terjalin. Desain kasus tunggal dipergunakan apabila
mengkaji suatu kasus unik atau beberapa sub-unit analisis seperti studi kasus yang
berkenaan dengan program publik tunggal, sedangkan desain holistik digunakan
untuk mengkaji sifat umum dari suatu program. Desain holistik mungkin bersifat
lebih abstrak karena desain ini mencakup keseluruhan kasus yang lebih baik
daripada desain terjalin.
Struktur Retorika Terjalin
Desain terjalin merupakan suatu perangkat penting guna memfokuskan
suatu inkuiri studi kasus. Asmussen dan Creswell mencontohkan “peristiwa
penembakan di kampus”. Pertama-tama dimulai dari kota dimana situasi
dikembangkan, kemudian diikuti oleh kampus dan ruangan kelas. Pendekatan
“menyempitkan” setting dari sebuah lingkungan kota yang tenang pada ruangan
kelas di kampus akan memudahkan peneliti melihat kedalaman studi ini dengan
sebuah kronologi peristiwa yang terjadi. Dalam membandingkan deskripsi vs
analisis, Merriam (2009) menyarankan keseimbangan yang tepat seperti : 60% -
40% atau 70% - 30% antara sebuah deskripsi kongkrit mengenai setting dengan
peristiwa sebenarnya. Studi tentang peristiwa insiden penembakan di kampus juga
menampilkan sebuah studi kasus tunggal dengan naratif tunggal tentang kasus
tersebut, temanya maupun interpretasinya.
2.6 Langkah-langkah Melakukan Penelitian Studi Kasus
Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan saat melakukan penelitian
menggunakan studi kasus, yaitu (Rahardjo, 2017):
1. Pemilihan tema, topik dan kasus
Pada tahap pertama ini, peneliti harus yakin bahwa kasus yang dipilih
merupakan bagian dari “body of knowledge” dari bidang yang dipelajari.
Seorang peneliti hanya akan bias menghasilkan penelitian yang baik pada bidang
yang diminati dan dikuasai. Kasus yang akan diteliti bias diperoleh dari hasil
pengamatan peneliti sendiri, pengalamannya selama ini, hasil membaca buku,
majalah ilmiah, koran, mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah (seperti
lokakarya, seminar, konferensi), diskusi dengan teman sejawat, tutor, dosen, dan
membaca hasil penelitian orang lain. Setelah mendapat bahan bacaan dan
membacanya, peneliti harus menentukan tema besar penelitian. Dari tema besar
akan disempitkan menjadi topic. Agar lebih focus, peneliti dapat memberikan
tekanan pada objek kajian, yang selanjutnya menjadi kasus, sehingga dapat
merumuskan judul penelitian. Proses yang terjasi dapat digambarkan sebagai
berikut:
TEMA --- TOPIK --- OBJEK KAJIAN/KASUS/UNIT ANALISIS --- JUDUL
2. Pembacaan literatur
Setelah memeperoleh kasus,peneliti mengumpulkan literature atau bahan bacaan
sebanyak-banyaknya berupa jurnal,majalah ilmiah, hasil-hasil penelitian
terdahulu,buku, majalah,surat kabar yang terkait dengan kasus tersebut. Menurut
Yin (2008), membaca literatur sangat penting untuk memperluas wawasan
peneliti dibidang yang akan diteliti dan mempertajam rumusan masalah yang
akan diajukan. Namun, dalam pengumpulan bahan bacaan peneliti perlu
mempertimbangkan dua aspek penting, yaitu relevansi (relevance) bahan
bacaan/literature dengan topic bahasan (kasus) yang diangkat dan kemutakhiran
(novelty). Semakin mutakhir bahan bacaan, akan semakin baik, sehingga peneliti
dapat mengikuti perkembangan keilmuan paling up date dari bidang yang
digeluti. Bacaan yang digunakan tidak perlu terlalu banyak, tetapi harus relevan
dengan objek kajian yang diangkat, sehingga laporan yang dihasilkan tidak
terlalu tebal.
3. Perumusan focus dan masalah penelitian
Merumuskan masalah dan fokus penelitian merupakan langkah yang sangat
penting dalam setiap penelitian. Fokus masalah penelitian dibuat agar peneliti
bisa berkonsentrasi pada satu titik menjadi pusat perhatian. Satu hal yang
penting terkait rumusan masalah adalah dari rumusan masalah tersebut daapt
digali informasi penting dan mendalam untu menjadi pengetahuan yang
berharga bagi kemanusiaan, buka hanya semabrang informasi yang tidak bernilai
ilmiah.
4. Pengumpulan data
Data dari studi kasus dapat diperoleh dari beberapa teknik, seperti wawancara,
observasi pelibatan (participant observation), dokumentasi. Peneliti sendiri
merupakan instrument kunci, sehingga dia sendiri yang dapat mengukur
ketepatan dan ketercukupan data serta kapan pengumpulan data harus berakhir.
Peneliti pula yang menentukan informan yang tepat untuk diwawancarai, kapan
dan diamana wawancara dilakukan.
5. Penyempurnaan data
Data yang telah terkumpul perlu disempurnakan dengan cara membaca
keseluruhan data dengan merujuk ke rumusan masalah yang diajukan. Jika
rumusan masalah diyakini dapat diajawab dengan data yang tersedia, maka data
dianggap sempurna. Dan sebaliknya, jika belum cukup untuk menjawab
rumusan masalah, data dianggap belum lengkap, sehingga peneliti wajib
kembali ke lapangan untuk melengkapi data dengan bertemu informan lagi. Hal
itulah yang menyebabkan penelitian kualitatif berproses secara siklus.
6. Pengolahan data
Setelah data dianggap sempurna, peneliti melakukan pengolahan data, yakni
melakukan pengecekan kebenaran data, menyusun data, melaksanakan
penyandian (coding), mengklarifikasi data,mengoreksi jawaban wawancara yang
kurang jelas. Tahapan tersebut dilakukan untuk memudahkan proses analisis.
7. Analisis data
Analisis data pada studi kasus dan penelitian kualitatif pada umumnya hanya
bisa dilakukan oleh peneliti sendiri, bukan melalui jasa orang lain. Sebagai
instumen kunci, hanya peneliti sendiri yang tahu secara mendalam semua
masalah yang diteliti. Analsis data merupakan tahap paling penting disetiap
penelitian dan sekaligus paling sulit. Hal ini dikarenakan dari tahapan ini akan
diperoleh informasi penting berupa temuan penelitian. Kegagalan analisis data
berarti kegagalan penelitian secara keseluruhan. Kemempuan analisis data
sangat ditentukan oleh keluasan wawasan teoritik peneliti pada bidang yang
diteliti, pengalaman penelitian, dan minat yang kuat peneliti untuk menghasilkan
penelitian yang berkualitas.
8. Proses analisis data
Pada hakikatnya analisis data adalah kegiatan untuk memberikan makna atau
memaknai data dengan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan , memberi
kode atau tanda, dan mengkategorikan menjadi bagian-bagian berdasarkan
pengelompokan tertentu sehingga diperoleh suatu temuan terhadap rumusan
masalah yang diajukan. Tidak ada prosedur atau teknik analisis data yang baku
dalam penelitian kualitatif, tetapi langkah-langkah berikut dapat digunakan
sebagai pedoman:
a. Peneliti membaca keseluruhan transkrip untuk memperoleh informasi secara
umum dari masing-masing transkrip
b. Pesan-pesan umum tersebut dikompilasi untuk diambil pesan khususnya
c. Dari pesan khusus tersebut akan diketahui pola umum data, yang selanjutnya
dapat dikelompokkan berdasarkan urutan kejadian, kategori, dan tipologinya.
9. Dialog teoritik
Untuk medapatkan temuann konseptual berupa “thesis statement”, setelah
pertanyaan penelitian terjawab, peneliti studi kasus melakukan langkah
berikutnya, yaitu melakukan dialog temuan tersebut dengan teori yang telah
dibahas dibagian kajian pustaka, sehingga bagain kajian pustaka bukan sekadar
ornament belaka. Sering kali terjadi ketika pertanyaan penelitiann sudah
terjawab, peneliti mengira tugasnya sudah selesai. Hal tersebut adalah kesalahan
yang umum terjadi pada penelitian studi kasus.
10. Triangulasi temuan (konfirmabilitas)
Agar temuan tidak dianggap bias, peneliti perlu melakukan triangulasi temuan,
atau yang biasa disebut sebagai konfimabilitas, yaitu dengann cara melaporkann
temuan penelitian kepada informan yang diwawancarai. Seorang peneliti harus
jujur, sehingga temuannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah di
masyarakat akademik maupun umum.
11. Simpulan hasil penelitian
Kesalahan umum yang sering terjadi pada bagian ini adalah peneliti mengulang
atau meringkas apa yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya. Pada
bagian ini peneliti mencantumkan implikasi teoritik. Proses penelitian hingga
sampai teori adalah sebagi berikut:
DATA --- FAKTA --- KONSEP --- PROPOSISI --- TEORI
12. Laporan penelitian
Langkah paling akhir dari kegiatan penelitian adalah membuat laporan
penelitian. Laporan penelitian merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban
kegiatan penelitian yang ditungkan dalam bahasa tulis untuk kepentingan umum.
Menurut Yunus (2010), ada beberapa versi mengenai laporan penelitian, tetapi
secara umum terdapat tiga syarat agar laporan penelitian dapat dikategorikan
sebagai karya ilmiah, yaitu:
(1) Objektif
Maksud dari objektif adalah data yang diperoleh benar-benar dari subjek
yang diteliti, bukan dari peneliti dan pandangan peneliti
(2) Sistematik
Artinya urut, yakni pembahasan harus mengikuti alur penalaean yang runtut
dari bagian awal pembahasan hingga akhir menunjukkan keterkaitan logis
dan merupakan kesinambungan
(3) Mengikuti metode ilmiah
Hal ini yang dimaksudkan adalah kegiatann penelitian mengikuti langkah-
langkah memperoleh pengetahuan ilmiah sesuai yang telah disepakati oleh
para ilmuwan. Terdapat beberapa versi tentang langkah memperoleh
pengetahuan ilmiah, untuk studi kasus langkah-langkah yang dapat
digunakan sebagai pedoman sebagai berikut:
a. Menentukan focus kajian (focus of study) yang mencakup kegiatan
memilih masalah yang memenuhi syarat kelayakan dan kebermaknaan
b. Mengembangkan kepekaan teoritik dengan menelaah bahan pustaka
yang relevan dan hasil kajian sebelumnya
c. Menentukan kasus atau bahan telaah yang meliputi kegiatan memilih
darimana dan dari siapa data diperoleh
d. Mengembangakan protokol pemerolehan dan pengolahan data yang
mencakup kegiatan menetapkan piranti, langkah dan teknik pemerolehan
dan pengolahan data yang digunakan
e. Melaksanakan kegiatan pemerolehan data yang terdiri dari kegiatan
mengumpulkan data lapangan atauu melakukan pembacaan naskah yang
dikaji
f. Mengolah data perolehan yang meliputi kegiatan penyandian (coding),
pengkategorian (categorizing), pembandingan (comparing), dan
pembahasan (discussing)
g. Negoisasi hasil kajiann dengan subjek kajian
h. Merumuskan simpulan kajian yang meliputi kegiatan penafsiran dan
penyatupaduan (interpreting and integrating) temuan ke dalam bangunan
pengetahuan sebelumnya, serta saran bagi kajian berikutnya.

2.7 Kriteria yang Digunakan untuk mengevaluasi penelitian Studi Kasus


1. Validitas Internal
Seberapa benarkah temuan dari studi
2. Validitas Eksternal
Sejauh mana hasil penelitian dapat diterapkan pada setting atau kelompok orang
yang berbeda
3. Reliabilitas
Bagaimana penelitian yang sama dapat diulang pada saat yang berbeda, dengan
metode yang sama, partisipan yang sama, dalam konteks yang sama
4. Objektivitas
Bagaimana kita yakin bahwa temuan penelitian bukan merupakan sesuatu yang
diwarnai oleh bias dan prasangka-prasangka
2.8 Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Studi Kasus
Sebagai sebuah metode, studi kasus memiliki keunikan atau keunggulan
tersendiri dalam lingkup penelitian sosial. Secara umum studi kasus memberikan
akses atau pelang yang luas pada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail,
intensif, dan menyeluruh terhadap unit sosial yang diteliti. Secara lebih rinci studi
kasus mengisyaratkan keunggulan-keunggulan berikut (Bungin, 2005):
1. Studi kasus dapat memeberikan informasi penting mengenai hubungan antar-
variabel yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas
2. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai
konsep-konsep dasar perilaku manusia melalui penyelidikan intensif peneliti
dapat menemukan karakteristik dan hubungan yang mungkin tidak diharapkan
atau diduga sebelumnya
3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan yang sangat berguna
sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan
penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu
sosial.
Sedangkan menurut Lincoln dan Guba yang dikutip Mulyana (2013),
keistimewaan studi kasus adalah sebagai berikut:
1. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yaitu menyajikan
pandangan subjek yang diteliti
2. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami
pembaca dalam kehidupan sehari-hari (everyday real-life)
3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara
peneliti dengan subjek atau informan
4. Studi kasus memugkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang
tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi factual tetapi juga
keterpercayaan (trustworthiness)
5. Studi kasus memberikan uraian tebal yang diperlukan bagi penilaian atas
transferabilitas
6. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi
pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.
Akan tetapi, dari beberapa keunggulan tersebut, studi kasus juga memiliki
kekurangan, yaitu (Bungin, 2005):
1. Studi kasus kurang memberikan dasar yang kuat untuk melakukan suatu
generalisasi ilmiah
2. Kedalaman studi yang dilakukann tanpa banyak disadari ternyata mengorbankan
tingkat keluasan yang seharusnya dilakukan, sehingga sulit digeneralisasikan
pada keadaan yang umum
3. Terdapat kecenderungan studi kasus kurang mampu mengendalikan subjektivitas
peneliti.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
3.1.1 Penelitian etnografi merupakan penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan,
menganalisis, dan menafsirkan interaksi sosial dalam suatu kelompok budaya
dengan cara mengumpulkan observasi, wawancara, dan dokumen tentang
kelompok untuk memahami perilaku, keyakinan, dan bahasa berbagai budaya
untuk menghasilkan data yang terperici dan komprehensif
3.1.2 Konteks dalam penelitian etnografi meliputi budaya, perspektif holistik,
kontekstualisasi, perspektif emik (emic perspective), deskripsi pikiran (think
descripstion), pengecekan anggota, dan nonjudgmental orientation.
3.1.3 Penelitian etnografi memiliki beragam bentuk, namun ada 3 jenis utama yang
sering muncul dalam laporan-laporan penelitian pendidikan yaitu etnografi
realis, studi kasus, dan etnografi kritis.
3.1.4 Ada dua cara pengumpulan data dalam penelitian etnografi yaitu melalui
wawancara dan observasi partisipan.
3.1.5 Teknik analisis data dalam etnografi meliputi triangulasi, mencari pola,
mengidentifikasi peristiwa penting, menyiapkan representasi visual,
menggunakan statistik, dan kristalisasi.
3.1.6 Langkah-langkah dalam penelitian etnografi meliputi melakukan identifikasi
dan menetapkan desain yang sesuai dengan tujuan penelitian, melakukan
diskusi dan pertimbangan akses, menggunakan prosedur yang tepat dalam
pengumpulan data, melakukan analisis dan intepretasi data melalui sebuah
desain atau pola, dan menyusun laporan sesuai rancangan.
3.1.7 Kriteria untuk mengevaluasi penelitian etnografi dimulai dengan menerapkan
standar yang digunakan dalam penelitian kualitatif dengan tetap
memperhatikan faktor-faktor spesifik dalam penelitian etnografi dengan
benar.
3.1.8 Penelitian etnografi memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pene-
litian yang lain. Namun demikian, penelitian etnografi juga memeiliki
keterbatasan dalam beberapa hal tertentu.
DAFTAR RUJUKAN

Bogdan, R.C & S.K. Biklen. 2007. Qualitative Research for Education: An
Introduction to Theory and Methods, Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Bungin, B. 2005. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Creswell, John W. 2012. Education Research: Planing, Conducting and Evaluating
Quantitative and Qualitative Research. Boston: Pearson.
Endraswara, S. 2012. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Fraenkel, Jack L., Wallen, Norman E. 2012. How to Design and Evaluate Research in
Education. New York: McGraw-Hill Higher Education.
Guba, E. G & Licoln, Y. S. 2005. The Sage Handbook of Qualitative Research (3 rd
edition). Thousand Oaks. CA: Sage
Horby, A.S. 2015. Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Fourth Edition. Oxford:
Oxford University Press.
Merriam, Sharan B. 2009. Qualitative Research A Guide to Design and Implementation:
Revised and Expanded from Qualitative Research and Case Study Applications
in Education. San Fransisco: Jossey-Bass.
Rahardjo, M. 2017. Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif: Konsep dan Prosedurnya.
Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim.
Stake, R.E. 2008. Case Studies in Norman K.D. and Yvonna S.L. Handbook of
Qualitative Research. Thousand Oaks, California: SAGE Publications, Inc.
Yin, R.K. 2008. Case Study Research. Thousand Oaks, London: SAGE Publications.
PENERAPAN PENELITIAN STUDI KASUS PADA JURNAL
Judul Jurnal : High School Students’ Understanding of Acid-Base
Concepts: An Ongoing Challenge for Teachers
Author : Muhd Ibrahim Muhamad Damanhuri, David F. Treagust,
Mihye Won, dan A. L. Chandrasegaran
Nama Jurnal : International Journal of Environmental & Science
Education

Karakteristik Isi Artikel


 Materi asam basa masih dianggap sulit oleh siswa
 Tujuan kurikulum pendidikan kimia belum tercapai dengan
Latar Belakang maksimal
 Pemahaman materi yang salah masih banyak dialami oleh
guru dalam menyampaikan materi
Mengembangkan tes diagnostik guna mengetahui sejauh mana
Fokus Penelitian pemahaman siswa terhadap materi asam basa dan tercapainya
tujuan kurikulum.
Partisipan: 304 siswa kelas 10
Teknik pengumpulan data:
 Dilakukan two-tier
Metode Penelitian  Acids-Bases Chemistry Achievement Test (ABCAT)
Analisis data: Data dianalisis untuk membandingkan
pemahaman siswa tentang konsep asam-basa dalam
pretest dan posttest menggunakan ABCAT
Temuan menunjukkan bahwa masih ada kebutuhan bagi para
guru sains Malaysia untuk secara hati-hati meninjau instruksi
Hasil Penelitian kelas mereka untuk memastikan bahwa siswa diberikan
kesempatan untuk mengembangkan pemahaman yang tepat
tentang konsep asam-basa.

Anda mungkin juga menyukai