Anda di halaman 1dari 2

Manusia dikenal sebagai makhluk yang memiliki akal, mau berfikir, dan rasa ingin

tahu yang besar. Kemampuan inilah yang menyebabkan manusia dapat mengembangkan
pengetahuan berfilsafatnya, karena didasari oleh pengetahuan yang dimulai rasa ingin tahu,
kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya.
Berdasarkan uraian di atas maka berfilsafat mendorong kita untuk lebih mengetahui lebih
dalam apa yang sudah kita ketahui dan mencari lagi apa yang belum kita ketahui. Hal lain
yang berkaitan erat dengan filsafat adalah ilmu, kita sangat bersahabat dengan ilmu karena
telah kita pelajari sejak di bangku sekolah dasar hingga di perguruan tinggi. Apabila kita
mengaitkannya antara filsafat dan ilmu, maka berfilsafat tentang ilmu adalah bagaimana cara
kita mengetahui apa saja yang telah kita ketahui tentang ilmu, kebenaran ilmu tersebut,
mengapa kita mempelajarinya, serta kegunaan dari kita mempelajari ilmu tersebut. Jadi
dalam berfilsafat ilmu kita dituntut untuk mengetahui secara mendalam tentang pengetahuan
yang telah kita pelajari.
Filsafat sendiri menurut Surajiyo (2010:1) secara etimologi kata, dalam bahasa Arap
dikenal dengan istilah falsafah; dalam baha Inggris dikenal dengan istilah philosophy; dalam
bahasa Yunani philosophia terdiri dari kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang
berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta
kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti sedalam-dalamnya. Berdasarkan uraian tersebut
seorang filsuf adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan.
Secara terminologi, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu
yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya ( Surajiyo,
2010:4). Filsafat bukan mempersoalkan berbagai gejala atau fenomena namun, yang dicari
adalah hakikat dari suatu fenomena. Filsafat mengkaji sesuatu yang ada dan yang mungkin
ada secara mendalam dan menyeluruh. Jadi filsafat merupakan induk segala ilmu.
Karakteristik berfikir filsafat memiliki tiga ciri, yaitu:
1. Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan
bukan hanya ditinjau dari sudut pandang tertentu serta ingin mengetahui
hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain, ilmu dengan moral,
seni, dan tujuan hidup.
2. Mendasar, artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental
atau esensial objek yang dipelajari sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi
sgenap nilai dan keilmuan.
3. Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang didapat dijadikan dasar bagi pemikiran
bagi pemikiran selanjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai
dasar untuk menjelajahi wilayah pengetahuan baru. Meskipun demikian tidak
berarti hasil pemikiran keflsafatan itu meragukan, karena tidak pernah mencapai
keselesaian.

( Surajiyo, 2010:15)
Ilmu Dalam bahasa Inggris disebut Science, dari bahasa Latin yang berasal dari kata
Scientia (pengetahuan) atau Scire (mengetahui). Sedangkan dalam bahasa Yunania dalah
Episteme (pengetahuan). Dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang
suatu bidang yang tersusun secara bersistem menuru tmetode-metode tertentu yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang itu (Kamus Bahasa Indonesia,
1998).
The Liang Gie mengutip Paul Freedman dari buku The Principles Of Scientific
Research dalam Amsal Bakhtiar (2008:91) memberi batasan definisi ilmu, yaitu suatu bentuk
proses usaha manusia untuk memperoleh suatu pengetahuan baik dimasa lampau, sekarang,
dan kemudian hari secara lebih cermat serta suatu kemampuan manusia untuk menyesuaikan
dirinya dan mengubah lingkungannya serta merubah sifat-sifatnya sendiri, sedangkan
menurut Carles Siregar masih dlam dalam Amsal Bakhtiar (2008:91) menyatakan bahwa
ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan.
Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi
agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi
lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan
seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat,
ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya.
Ilmu dapat memungkinkan adanya kemajuan dalam pengetahuan sebab beberapa sifat
atau ciri khas yang dimiliki oleh ilmu. Burhanudin Salam (2005:23-24) mengemukakan
beberapa ciri umum dari pada ilmu, diantaranya:
1. Bersifat akumulatif, artinya ilmu adalah milik bersama. Hasil dari pada ilmu
yang telah lalu dapat digunakan untuk penyelidikan atau dasar teori bagi
penemuan ilmu yang baru.
2. Kebenarannya bersifat tidak mutlak, artinya masih ada kemungkinan
terjadinya kekeliruan dan memungkinkan adanya perbaikan. Namun perlu
diketahui, seandainya terjadi kekeliruan atau kesalahan, maka itu bukanlah
kesalahan pada metodenya, melainkan dari segi manusianya dalam
menggunakan metode itu.
3. Bersifat obyektif, artinya hasil dari ilmu tidak boleh tercampur pemahaman
secara pribadi, tidak dipengaruhi oleh penemunya, melainkan harus sesuai
dengan fakta keadaan asli benda tersebut.

Anda mungkin juga menyukai