ABDURRAHMAN ASSA’DY
161011362
2018
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu wata’ala dzat yang selalu melindungi kita
dalam suka dan duka. Berkat segala rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan
Shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan kehadiran beliau di bimu, kita mengerti jalan
Selain itu tak lupa kepada sahabat-sahabat dan keluarga Rasulullah karena selalu
Penulis sadar dalam makalh ini masih banyak kekurangan yang perlu
dibenahi. Untuk itu penyusun berharap kritik dan saran dari pembaca. Semoga
makalah ini dapat memberi manfaat, barakah, dan maslahah didunia dan
diakherat.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
manusia. Sebagai rahmat bagi seluruh alam, islam dapat menjamin terwujudnya
mencakup segenap aspek kehidupan itu disajikan sebagai pedoman hidup dan
orang mengaku dirinya sebagai muslim maka secara otomatis pula dia menjadi
dalam kehidupan seorang muslim, bahkan agama islam sebagai ajaran tidaklah
3
B. Rumusan Masalah
dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang
antara lain :
berdakwah?
2. Apa yang harus diketahui dalam membangun komitmen yang kuat dalam
berdakwah?
C. Tujuan Penulisan
berdakwah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komitmen
iltizam apa yang dimaksud? Tentunya iltizam bil haq. Komitmen kepada
kebenaran. Karena jika kita tidak tegaskan hakikat komitmen yang dimaksud;
maka kejahatan juga bisa dilakukan dengan komitmen. Dalam hal ini, kadar
dalam agenda kerja. Karena urutan tersebut, sudah menjadi sebuah tahapan yang
tersusun rapi, dan harus dilakukan secara kontinyu. Dan jika boleh dibagi, pada
dalam ranah usaha ‘mengajak’ orang lain kepada kebaikan, maka berharokah
5
1. Mempertegas Identitas
diri akan menentukan cara orang lain bersikap terhadap kita. Akan beda jadinya;
jika orang lain memandang kita hanya sebagai seorang pemuda seperti pada
umumnya, dengan memandang kita sebagai seorang kader dakwah. Akan ada
dengan pemuda yang mendekatkan dirinya pada masjid. Dan inilah pentingnya
ciri khas.
menguasai 3 hal: a. Aqidah yang lurus, b. Berpedoman pada quran dan sunnah,
dan c. Menjadi kader yang berakhlak. Aqidah dan keimanan bagaikan sebuah
dasar bangunan. Karena di sanalah kita akan berpijak. Sehingga jika pijakan kita
kabur (tidak jelas), tentunya kita akan berada di dalam kebingungan. Larut
dalam kegalauan. Tetapi jika aqidah sudah terbangun, maka kita harus
menguasai quran dan sunnah secara baik. Karena 2 hal itulah yang menjadi
pedoman hidup seorang kader dakwah. Bahkan rasul dalam khutbah haji wada
mengatakan;
karimah. Akhlak yang baik. Akhlaklah yang membuat seorang muslim memiliki
karakter. Dan tidak mungkin kita dapat mendengar istilah peradaban Islam
berjaya seribu tahun lebih, jika kata dasar dari peradaban, yaitu adab
6
(etika/akhlak); tidak melekat pada diri seorang muslim. Sehingga jika ada
seorang muslim tidak mencerminkan akhlaqul karimah yang Islam ajarkan, yang
fokus. Arah juga yang membuat kita mantap dalam menarasikan cita masa
depan, dan arah pulalah yang membuat kita mantap dalam berjalan. Sehingga
dalam tahapan ini, setidaknya kita perlu menguasai 3 hal; a. Manhaj (metode), b.
manhaji. Adapun uslub wasail kita dalam berdakwah harus dimaksimalkan. Dan
uslub wasail juga boleh berubah, karena memang sifatnya fleksibel. Kita ada
pemahaman akan tujuan tidak bisa kita pahami secara baik, jika kita belum
menjadi partai politik. Sehingga kita harus meyakini sebuah kaidah; Aljamaah
hiyal hizb, Hizb huwal jamaah (Jamaah dakwah adalah partai politik, dan partai
politik adalah jamaah dakwah). Karena kata kunci dari pemahaman tersebut
7
adalah dakwah dan politik. Keduanya harus diformulasikan secara baik, agar
kerja menjadi sebuah medan pembuktian kita dalam berdakwah. Jika 2 tahapan
nyatanya. Dan agenda kerja ini pun harus sesuai dengan mihwar (orbit) dakwah.
akumulasi dari setiap mihwar itu adalah ustadziyatul alam (guru dunia). Guru
dunia.
Jikalau kita bisa menjadi muharik (penggerak), itu jauh lebih baik.
2. Mihwar Sya’bi. Pada mihwar ini seorang kader dakwah bisa turut
8
3. Mihwar Muassasi. Institusi pada mihwar ini, biasanya dinisbatkan
yang bisa mencapainya. Mihwar ini bisa dikerjakan oleh ikhwah yang
ini, memiliki skala yang besar dan luas. Karenanya perlu ada
terintegrasi.
ini juga dekat maknanya dengan kepemimpinan. Dan semua hal itu dapat
Ustadziyatul alam yang tercipta nanti, adalah kepemimpinan yang adil dan
sejahtera. Dan hal ini dapat dibangun, dengan cara mempersiapkan kader
9
dakwah muda yang unggul. Sabab alyaum, wa rijalul ghod (Pemuda saat ini,
Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru
termasuk orang-orang yang berserah diri.” Dan tidaklah sama kebaikan dan
kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba
orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi
teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan
Ayat di atas merupakan bekal utama bagi para aktivis dakwah di jalan
Allah (dai), agar selalu semangat dan istiqamah, tidak pernah gentar dan getir,
Allah. “Mereka mengatakan: hati kami tertutup, (maka kami tidak bisa
10
menerima) apa yang kamu serukan kepadanya, pun telinga kami tersumbat, lebih
dari itu di antara kami dan kamu ada dinding pemisah.” (Fushshilat: 5). Bisa
dibayangkan bagaimana beratnya tugas dakwah jika yang dihadapi adalah orang-
orang yang tidak mau menerima kebenaran, tidak mau diajak kepada kebaikan,
cara, entah dengan menutup telinga, menutup mata, atau dengan mencari-cari
manusia akan tersesat jalan, jauh dari tujuan yang diinginkan Allah Subhanahu
wata’ala . Para rasul dan nabi yang Allah pilih dalam setiap fase adalah dalam
menjauhi jalan-jalan setan. Tetapi manusia tetap saja terlena dengan panggilan
hawa nafsu. Terpedaya dengan indahnya dunia sehingga lupa kepada akhirat.
Dalam ( surat Al-Infithaar ayat 6 ) Allah berfirman: yaa ayyuhal insaan maa
gharraka birabbikal karim (wahai manusia apa yang membuat kamu terpedaya,
ditempuh para pejalan dakwah. Sampai kapan manusia harus terus terombang-
ambing dalam gemerlap dunia yang menipu kalau tidak ada seorang pun yang
bergerak untuk melakukan dakwah di sini tampak bahwa tugas dakwah pada
11
hakikatnya bukan hanya tugas para dai, melainkan tugas semua manusia yang
mengaku dirinya sebagai hamba Allah –tak perduli apa profesinya– lebih-lebih
persoalan pertama dan harus diutamakan di atas segala kepentingan. Bila kita
hartanya bahkan jiwa raganya untuk dakwah kepada Allah. Bagi mereka rumah
dan harta yang telah mereka bangun sekian lama di kota Makkah memang
merupakan bagian dari kehidupan yang sangat mahal dan berharga. Tetapi
semua itu. Karenanya mereka tidak pikir-pikir lagi untuk berhijrah dengan
meninggalkan segala apa yang mereka miliki. Mereka benar-benar paham bahwa
berdosa jika tidak ikut terlibat aktif. Tidak sedikit dari mereka yang telah gugur
mereka dalam menegakkan risalah dakwah yang taruhannya bukan hanya harta
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
yang dilakukan secara sadar dan sengaja dalam upaya meningkatkan taraf
3. Unsur dakwah terdiri atas : Da’i (pelaku dakwah), Mad’u (Mitra Dakwah
contoh. Member nasihat pada orang tua harus dengan cara yang baik dan
sopan.
13
14