OLEH :
KELOMPOK 1 A:
SISKA YUNINGSIH (1810421013)
LOLA ISLAMI ARWIN (1810421016)
BIMA HIDAYATULLAH (1810421028)
DINDA FADHILAH BELAHUSNA (1810421037)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan Kepada allah SWT atas anugrah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang Habitat dan Relung. Adapun
maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan
para mahasiswa khususnya bagi penulis. Penulis telah berusaha untuk dapat
menyusun makalah ini dengan baik, namun penulis pun menyadari bahwa kami
memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai manusia biasa. Oleh karena itu
jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun
dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen pengajar
bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat
menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Ekologi merupakan kajian tentang bagaimana tanaman, binatang, dan organisme
lain yang saling berhubungan satu sama lain dalam lingkungan atau “ rumah
mereka”. Kata ekologi berasal dari bahasa Yunani “ Oikos” yang berarti rumah.
Ekologi juga berarti kajian tentang kelimpahan dan distribusi organisme. Ekologi
dalam perkembangannya menjadi semakin dibutuhkan kehadirannya hampir
disetiap pemecahan permasalahan lingkungan dan pembangunan. Kondisi ini
sangat dimungkinkan karena ekologi menjadi dasar yang harus dimiliki dalam
menerapkan berbagai konsep, terutama penerapan konsep lingkungan, maupun
konsep-konsep tentang manusia dan mahluk hidup lain dalam hubungannya
dengan lingkungan.
Ahli ilmu lingkungan hidup mempelajari organisme hidup dengan cara
atau pendekatan berbeda. Seorang ahli ekologi mungkin mempelajari satu
populasi hewan yang bisa kawin (interbreed) satu sama lain ; suatu komunitas
yang terdiri dari banyak spesies yang menghuni satu areal atau satu ekosistem,
satu komunitas dari banyak organisme yang hidup bersama-sama dengan benda-
benda tidak hidup dilingkungan mereka. Bagian-bagian tidak hidup, oleh ahli ilmu
lingkungan hidup dikenal sebagai komponen “ abiotik” yaitu meliputi udara, air,
tanah dan cuaca.
Ahli ekologi komunitas mempelajari hubungan diantara spesies berbeda
sebagai contoh, bagaimana kelompok suatu pemangsa dan yang dimangsa saling
mempengaruhi satu sama lain. Kehadiran suatu populasi hewan disuatu tempat
dan penyebaran spesies hewan itu dimuka bumi, selalu berkaitan dengan habitat
dan relung ekologi yang ditempatinya. Secara umum, habitat menunjukan corak
lingkungan yang ditempati hewan itu dalam kaitan hubungannya dengan factor-
faktor lingkungan biotik dan abiotik. Habitat suatu populasi hewan pada dasarnya
merupakan totalitas sumberdaya lingkungan baik berupa ruang termasuk, tipe
substrat atau medium, cuaca dan iklimnya, serta vegetasi yang terdapat di
lingkungan yang menempati populasi hewan itu.
2. Rumusan Masalah
a. Apa defenisi dan klasifikasi habitat?
b. Bagaimana relung dan pemisahan relung?
c. Bagaimana equivalen ekologi?
3. Tujuan
a. Dapat menguraikan defenisi dan klasifikasi habitat
b. Dapat menjelaskan relung dan pemisahan relung
c. Dapat memahami equivalen ekologi
4
BAB II
PEMBAHASAN
2. Daerah Tundra
Ciri-ciri dari habitat tundra:
a. Terdapat di belahan bumi bagian utara serta hanya berada pada daerah
lingkaran kutub utara saja.
5
b. Beriklim kutub, yakni musim dingin yang panjang serta gelap, dan juga
musim panas yang juga panjang.
c. Tidak ditemukan pohon yang berukuran tinggi.
d. Hanya terdapat pohon mirip semak belukar.
e. Banyak ditemukan lumut (sphagnum serta tichens).
f. Tumbuhan yang hidup di daerah tundra bisa atau dapat beradaptasi dengan
suhu yang rendah atau dingin serta akan tetap hidup walaupun kondisi
beku.
3. Daerah Gurun
Ciri-ciri habitat daerah gurun:
a. Banyak ditemukan di daerah tropis serta berbatasan dengan kawasan
padang rumput.
b. Mempunyai curah hujan yang sangat rendah, yakni kurang dari 25 cm per
tahun. Penguapan sangat tinggi, sinar matahari sangat terik, serta suhu
tinggi (mencapai 40oC bahkan juga lebih pada musim panas).
c. Pada malam hari, suhu dapat turun sangat rendah.
6
e. Musim panas yang hangat serta musim dingin yang tidak terlalu dingin.
f. Jenis tumbuhan relatif sedikit.
g. Memiliki 4 musim.
2. Habitat Laut
Ekosistem laut bisa juga disebut sebagai ekosistem bahari ini adalah ekosistem
yang ada di perairan laut, yang terdiri dari ekosistem perairan dalam dan
ekosistem pantai pasir dangkal atau litoral, serta juga ekosistem pasang surut.
7
3. Habitat Organisme Estuari
Estuari sebagai suatu daerah perairan tempat bertemunya air tawar dari sungai dan
air laut. Dalam hal ini pembentukan daerah estuari diawali dari suatu aliran sungai
yang menuju laut, daerah ini dapat berupa muara sungai yang sangat lebar, rawa-
rawa pantai atau daerah lain yang tidak terlepas dari pengaruh air laut.
Berdasarkan variasi habitat menurut waktu, dapat dikenal 4 macam habitat, yaitu :
1. Habitat yang konstan, yaitu suatu habitat yang kondisinya terus-menerus
relatif baik atau kurang baik.
2. Habitat yang bersifat memusim, yaitu suatu habitat yang kondisinya secara
relatif teratur secara berganti-ganti antara baik dan kurang baik.
3. Habitat yang tidak menentu ,yaitu suatu habitat yang mengalami suatu
perioda dengan kondisi baik yang lamanya juga bervariasi sehingga
kondisinya tidak dapat diramalkan.
4. Habitat yang efemeral, yaitu suatu habitat yang mengalami perioda kondisi
baik yang berlangsung relatif singkat, diikuti oleh suatu perioda dengan
kondisi yang berlangsung relatif lama sekali.
Habitat sebagai fungsi dari ruang dapat dikenal dengan :
a. Habitat yang berkesinambungan : meliputi area dengan kondisi baik luas
sekali, melebihi daerah yang dapat dijelajahi hewan.
b. Habitat yang terputus-putus : menunjukan area yang berkodisi baik dan
tidak berselang seling serta hewan dengan mudah dapat menyebar dari
area baik yang satu ke yang lainnya.
c. Habitat yang terisolasi : area yang terbatas dan terpisah jauh dari area
lainnya sehingga hewan tidak dapat mencapainya kecuali bila didukung
factor kebetulan.
8
c. Macrohabitat : lebih cenderung mengarah pada kondisi luasan yang
sangat besar (seperti habitat perairan dan lainnya), dimana luas areanya
sekitar 1.000.000 km. Merupakan habitat bersifat global dengan kondisi
lingkungan yang bersifat umum dan luas, misalnya gurun pasir, pantai
berbatu karang, hutan hujan tropika, dan sebagainya.
d. Megahabitat : terdiri dari benua
Contoh makrohabitat dan mikrohabitat : Organisme penghancur (pembusuk) daun
hanya hidup pada lingkungan sel-sel daun lapisan atas fotosintesis, sedangkan
spesies organisme penghancur lainnya hidup pada sel-sel daun bawah pada lembar
daun yang sama hingga mereka hidup bebas tidak saling mengganggu.
Lingkungan sel-sel dalam selembar daun di atas disebut mikrohabitat sedangkan
keseluruhan daun dalam lingkungan makro disebut makrohabitat.
9
Dalam penelitanya, Van Valen mendapatkan bahwa panjang dan lebar
paruh burung berkaitan erat dengan jenis makanannya dan ini menggambarkan
indeks lebar relung (nich width). Variasi koefisien dari lebar paruh ternyata
dipengaruhi oleh luasnya relung (variasi habitat yang ditempati dan variasi
makanan).
Berbagai jenis makhluk hidup dapat hidup bersama dalam satu habitat.
Akan tetapi apabila dua jenis makhluk hidup mempunyai relung yang sama, akan
terjadi persaingan. Misalnya wereng yang monofag dan hidup dari tanaman padi,
populasinya kecil setelah masa panen dan membesar lagi setelah sawah ditanami
dengan padi. Populasi yang kecil setelah panen menanggung resiko kepunahan.
Sebaliknya jenis makhluk yang generalis, populasinya tidak banyak berfluktuasi,
ia dapat berpindah dari jenis makanan yang satu ke jenis makanan yang lain. Pada
manusia kita dapatkan hal yang serupa. Bangsa yang makanan pokoknya hanya
beras, hidupnya amat rentan , apabila produksi beras menurun misalnya karena
iklim yang buruk, kehidupannya mengalami kegoncangan.
Spesies yang menang dalam persaingan akan dapat memanfaatkan sumber
dayanya secara optimal sehingga mampu mempertahankan eksistensinya dengan
baik. Spesies yang kalah dalam persaingan bila tidak berhasil mendapatkan tempat
lain yang menyediakan sumber daya yang diperlukannya dapat mengalami
kepunahan lokal
10
g. Wereng coklat (Nilaparvata lugens) dan wereng hijau (Nephotettix
apicalis) yang menghisap cairan batangnya.
h. Tiap jenis hama tersebut masing-masing telah teradaptasi khusus untuk
memanfaatkan tanaman padi sebagai sumberdaya makanan pada bagian-
bagian yang berbeda-beda.
11
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Habitat suatu organisme adalah tempat organisme itu hidup, atau tempat kemana
seseorang harus pergi untuk menemukan organisme tersebut. Istilah habitat
banyak digunakan, tidak saja dalam ekologi tetapi dimana saja. Tetapi pada
umumnya istilah ini diartikan sebagai tempat hidup suatu makhluk hidup.
Ketersediaan habitat menunjuk pada aksesibiltas komponen fisik dan biologi yang
dibutuhkan oleh satwa, berlawanan dengan kelimpahan sumberdaya yang hanya
menunjukkan kuantitas habitat masing-masing organisme yang ada dalam habitat
tersebut Pengetahuan tentang relung suatu organisme sangat perlu sebagai
landasan untuk memahami berfungsinya suatu komunitas dan ekosistem dalam
habitat utama. Untuk dapat membedakan relung suatu organisme, maka perlu
diketahui tentang kepadatan populasi, metabolisme secara kolektif, pengaruh
faktor abiotik terhadap organisme, pengaruh organisme yang satu terhadap yang
lainnya. Apabila terdapat dua hewan atau lebih mempunyai niche yang sama
dalam satu habitat yang sama maka akan terjadi persaingan. Dalam persaingan
yang ketat, masing-masing jenis mempertinggi efisiensi cara hidup, dan masing-
masing akan menjadi lebih spesialis yaitu relungnya menyempit.
2.Saran
Sebagai makhluk hidup dengan mempelajai ekologi tumbuhan hendaklah dapat
diambil hikmah untuk selalu menjaga alam sekitar agar di masa yang akan datang
masih bisa dinikmati.
12
DAFTAR PUSTAKA
13