Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

EKOLOGI TUMBUHAN
KLASIFIKASI VEGETASI
Dosen pengampu : Wawan muliawan, M. Pd.

Disusun oleh :

Nama : indria hamni


Npm : 190303007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HAMZANWADI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Klasifikasi vegetasi” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah ekologi tumbuhan . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang klasifikasi vegetasi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen, selaku dosen ekologi tumbuhan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Lendang Nangka, 29 April 2021

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar belakang..........................................................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2
1. Pengertian vegetasi..................................................................................................................2
2. Macam – macam vegetasi dan karakteristiknya...................................................................2
3. Klasifikasi vegetasi..................................................................................................................6
BAB III PENUTUP......................................................................................................................14
A. Kesimpulan.............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah istilah untuk
keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari
tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang
rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi.Analisis vegetasi biasa dilakukan
oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh
tumbuhan pada suatu tempat. Persebaran Tumbuhan ditentukan oleh faktor geologis,
geografis (seperti ketinggian dan garis lintang) dan curah hujan. Semakin tinggi suatu
tempat dari permukaan laut dan letaknya semakin jauh dari garis lintang, di tempat
tersebut suhunya semakin menurun. Setiap kenaikan ketinggian 100 meter dari
permukaan laut dan kenaikan garis lintang maka sebesar 10 suhu daerah tersebut akan
turun 50 C, dari perbdaan-perbedan itulah muncul macam-macam vegetasi.
B. Rumusan masalah
1.  Apa Pengertian Vegetasi ?
2. Jelaskan Macam – macam Vegetasi dan Karakteristiknya ?
3.  Sebutkan contoh – contoh Vegetasi ?
4. Jelaskan Klasifikasi Vegetasi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Vegetasi ?
2. Untuk mengetahui macam – macam Vegetasi dan Karakteristiknya ?
3. Untuk mengetahui contoh – contoh Vegetasi ?
4. Untuk mengetahui Klasifikasi Vegetasi ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian vegetasi
Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah istilah untuk
keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari
tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Ada pula yang mengartikan vegetasi
sebagai semua spesies tumbuhan yang terdapat dalam suatu wilayah yang luas, yang
memperlihatkan pola distribusi menurut ruang dan waktu.
B. Macam – macam vegetasi dan karakteristiknya
Berikut 9 macam vegetasi yang ada di dunia beserta karakteristiknya :
a. Bioma Tundra Bioma Tundra memiliki ciri-ciri vegetasi rumput dan lumut kerak
(Lichenes) dan terdapat pada daerah Skandinavia, Rusia, Siberia dan Kanada. Bioma
tundra terdapat di bumi bagian utara, yaitu di kutub utara yang memiliki curah hujan
yang rendah. Oleh karena itu, hutan tidak dapat berkembang di daerah ini. Pada
musim dingin, air dalam tanah dingin dan membeku sehingga tumbuhan tidak dapat
tumbuh besar. Produsen utama di bioma ini adalah lichenes dan lumut. Binatang yang
dapat ditemui di bioma ini, antara lain beruang kutub, reindeer (rusa kutub), serigala,
dan burung-burung yang bermigrasi ketika musim-musim tertentu. Pertumbuhan
tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah
Sphagnum, lumut kerak, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan
rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang
dingin. Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada
musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau
bulu yang tebal, contohnya rusa kutub, beruang kutub, dan serangga terutama nyamuk
dan lalat hitam.
b. Bioma Taiga
Bioma Taiga memiliki ciri-ciri vegetasi hutan hujan jarum (konifer) dan terdapat pada
daerah Skandinavia, Alaska, Kanada dan Siberia. Bioma taiga dikenal sebagai hutan
konifer, merupakan bioma terluas di bumi. Bioma ini memiliki curah hujan 35 cm
sampai dengan 40 cm per tahun. Daerah ini sangat basah karena penguapan yang
rendah. Tanah di bioma taiga bersifat asam. Bioma taiga terdapat di daerah yang
beriklim sedang, dengan curah hujan sekitar 100 cm per tahun. Terdapat di Amerika
bagian utara dan selatan, Eropa bagian barat, dan Asia bagian timur. Tumbuhan yang
hidup di bioma taiga umumnya konifer dan pinus. Hewan yang hidup di bioma ini di
antaranya adalah rusa, beruang hitam, salamander, dan tupai. Ciri-ciri lainnya adalah
suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu
spesies seperti konifer, pinus, dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit

2
sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang
bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
c. Bioma Hutan
Bioma Hutan meranggas (4 musim), Bioma hutan gugur memiliki ciri-ciri vegetasi
hutan yang hijau pada musim panas dan menggugurkan daunnya pada musim dingin.
Terdapat pada daerah iklim sedang, seperti Eropa, sebagian Asia dan Amerika. Bioma
hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang dan tersebar di Amerika Timur, Eropa
Tengah, dan Asia Timur. Bioma ini memiliki ciri-ciri suhu yang sangat rendah pada
musim dingin dan sangat panas pada musim panas (-30°C hingga 30°C). Curah hujan
tinggi dan merata, serta jenis pohon yang dapat menggugurkan daunnya pada saat
musim panas (pada hutan gugur daerah tropis) dan pada saat musim dingin (pada
hutan gugur iklim sedang). Hewan yang hidup di bioma ini antara lain tikus, beruang,
bajing, dan burung. Beberapa hewan pada bioma ini dapat melakukan hibernasi, yaitu
tidur panjang selama musim dingin dengan terlebih dahulu mengonsumsi banyak
makanan. Ciri-ciri lainnya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di
daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon
sedikit dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing,
burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).
d. Bioma Padang Rumput
Bioma Padang Rumput memiliki ciri-ciri vegetasi tanpa pohon, tumbuhan berupa
rumput (Graminae). Terdapat pada daerah Hongaria, Amerika Utara, Argentina dan
Rusia Selatan. Ciri-ciri lainnya adalah curah hujan kurang lebih 25 – 30 cm per tahun
dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air)
cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herba) dan rumput yang
keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain bison, zebra, singa,
anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus, dan ular.
e. Bioma gurun
Bioma Gurun memiliki ciri-ciri vegetasi dengan jumlah pohon sangat sedikit yang
tumbuh adalah jenis tumbuhan tahan kering (xerofit), berbunga dan berbuah dalam
waktu pendek (efermer). Terdapat pada daerah gurun Gobi (RRC), gurun Sahara
(Afrika Utara), gurun Kalahari (Afrika Selatan). Bioma gurun terdapat di Asia, Afrika,
India, Amerika, dan Australia. Tanah yang tandus dan kandungan air yang sangat
rendah membuat tumbuhan dan hewan-hewan tertentu saja yang dapat bertahan di
daerah ini. Tumbuhan yang dapat bertahan di gurun di antaranya kaktus, sedangkan
hewan yang dapat bertahan di gurun di antaranya adalah unta dan ular. Ciri-ciri lain
bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu siang hari
tinggi (bisa mencapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari
suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam
sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu,
di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri atau tak berdaun dan
memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air, contohnya
kaktus. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan
kalajengking.

3
f. Bioma Sabana
Bioma Sabana memiliki ciri-ciri vegetasi padang rumput dan pepohonan. Terdapat
pada daerah Asia, Australia dan Indonesia. Bioma savana (padang rumput) terdapat di
wilayah beriklim sedang sampai tropis dengan curah hujan 25 cm sampai 75 cm per
tahun. Tumbuhan yang dominan di bioma ini adalah rumput . Hewan yang hidup di
bioma ini adalah hewan-hewan yang bisa bertahan di kondisi padang rumput, di
antaranya adalah kuda, zarafah, dan singa. Di Indonesia bioma savana dapat
ditemukan di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).
g. Bioma Hutan Hujan Tropis
Bioma Hutan hujan Tropis memiliki ciri-ciri vegetasi tumbuhan hijau sepanjang
tahun, pohon- pohon tinggi, jenisnya sangat banyak, terdapat tumbuhan yang
menempel (epifit) dan tumbuhan yang memanjat pohon lain (liana). Terdapat pada
daerah Asia, Afrika, Indonesia, dan Amerika Selatan. Bioma hutan hujan tropis
terdapat di kawasan garis khatulistiwa di seluruh dunia, seperti Asia tengah termasuk
Indonesia, Amerika tengah dan selatan, Afrika, serta Australia. Hutan hujan tropis
memiliki temperatur dengan kisaran 25°C per tahun dan curah hujan yang tinggi
sekitar 200 cm per tahun. Tumbuhan dan hewan yang hidup di bioma ini paling
beragam dibandingkan dengan tumbuhan dan hewan yang hidup di bioma-bioma
lainnya. Tumbuhan yang khas yang hidup di bioma ini adalah tumbuhan liana
(tumbuhan merambat) seperti rotan dan tumbuhan epifit seperti anggrek. Hewan yang
khas di bioma ini adalah harimau, badak, babi hutan, dan orangutan.
h. Hutan bakau
Hutan Bakau memiliki ciri-ciri vegetasi yang memiliki akar nafas karena tanah dan
airnya miskin oksigen, contohnya Pohon Bakau (Rhizipora), kayu api (Avicinea) dan
Sonneratia/jenis tumbuhan tahan kering (xerofit). Terdapat di daerah tropik dan
subtropik pada zona pasang surut di tempat landai pada pantai.
i. Hutan lumut Hutan Lumut memiliki ciri-ciri vegetasi tumbuhan lumut dan terdapat di
daerah pegunungan.Semua suku tumbuhan terwakili dengan baik di Indonesia. Karena
pengetahuan tentang tumbuhan masih terbatas maka belum semuanya dapat dipelajari.
Oleh karena itu, masih banyak jenis baru yang menunggu untuk dipelajari. Perkiraan
jumlah lumut yang ditemukan di Indonesia sekitar 4.250 sampai 12.000 jenis dari
47.000 jenis yang ada di dunia. Tumbuhan lumut ditemukan hampir 3.000 jenis dari
15.000 jenis lumut yang ada di dunia. Sedangkan, tumbuhan paku-pakuan mencapai
4.000 jenis mewakili seperempat jumlah paku-pakuan yang ada di dunia. Kelompok
terbesar terdiri dari tumbuhan berbiji dengan 20.000 jenis, mewakili 8% jumlah yang
ada di dunia. Sebaran jenis tumbuhan di Indonesia sangat heterogen. Daerah terkaya
adalah daerah hutan hujan primer dataran rendah Kalimantan yang terdiri atas 10.000
jenis tumbuhan berbiji yang 34%-nya merupakan jenis yang endemik.
C. Contoh – contoh vegetasi
Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh
vegetasi. H
a. Hutan

4
adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan
tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah
yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon
dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah,
dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting. Hutan adalah
bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan
baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di
pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar. Hutan merupakan suatu
kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan
berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Pohon sendiri adalah
tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda
dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga
berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang
cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas.Suatu kumpulan
pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi
lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika
kita berada di hutan hujan
tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembap, yang
berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan.
Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta
beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak
terpisahkan dari hutan.Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan
sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat
diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada
lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal
seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan
fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan
global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu
kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat
bertumbuhnya berjuta tanaman.
b. Kebun
dalam pengertian di Indonesia adalah sebidang lahan, biasanya di tempat terbuka,
yang mendapat perlakuan tertentu oleh manusia, khususnya sebagai tempat
tumbuh tanaman. Pengertian kebun bersifat umum karena lahan yang ditumbuhi
tumbuhan secara liar juga dapat disebut kebun, asalkan berada di wilayah
permukiman. Dalam keadaan demikian, kebun dibedakan dari hutan dilihat dari
jenis dan kepadatan tumbuhannya. Dalam ungkapan sehari-hari, kebun sering kali
digunakan untuk menyebut perkebunan (seperti "kebun karet" atau "kebun
kelapa") terutama bila ukurannya tidak terlalu luas dan tidak diusahakan secara
intensif komersial. Kata kebun juga dipakai untuk menyebut pekarangan dan
taman. Kebun dapat merupakan suatu pekarangan, namun tidak selalu demikian.
Keseluruhan atau sebagian kebun dapat ditata menjadi taman. Kebun dapat
dipadankan secara baik dengan orchard dalam bahasa Inggris. Kebun dengan

5
pengertian demikian adalah suatu usaha pertanaman pohon atau semak secara
monokultur, tetapi bukan terna, untuk menghasilkan bahan pangan. Lahan bagi
kebun demikian ini telah dikenal sejak dulu, seperti kebun pala di Maluku dan
berbagai kebun buah-buahan di berbagai tempat di Nusantara (seperti kebun
durian, duku, rambutan, dan salak). Kebun dalam pengertian di Indonesia
biasanya tidak memiliki sistem budidaya yang intensif dan sekedar menjadi
tempat untuk menumbuhkan tanaman serta pengumpulan hasil panen. Tidak ada
fasilitas penyortiran atau pengemasan yang tersedia di lahan tersebut. Di luar
negeri, kebun apel, jeruk, pisang, dan zaitun diusahakan secara intensif dan dapat
dikatakan sebagai perkebunan.
c.   Padang rumput
Padang Rumput Sebuah padang rumput merupakan lapangan yang dipenuhi oleh
rumput dan tanaman tak berkayu. Dipotong untuk jerami atau dimakan oleh
ternak, domba atau kambing.
d. Tundra adalah suatu area dimana pertumbuhan pohon terhambat dengan
rendahnya suhu lingkungan sekitar karena itu disebut daerah tanpa pohon. Pada
area ini, mayoritas tumbuhan yang hidup biasanya berupa lumut,
rerumputan,.Tundra biasanya hidup di daerah dingin. Pertumbuhan tanaman di
daerah ini hanya 60 hari. Terdapat diwilayah utara dan terdapat dipuncak gunung
yang tinggi. Iklim kutub dengan musim dingiin yang panjang serta gelap dan
musim panas yang panjang dan terang terus menerus.
D. Klasifikasi vegetasi
klasifikasi vegetasi terdiri dari 7 macam diantaranya :
1. Vegetasi Pantai Vegetasi yang terletak di tepi pantai dan tidak terpengaruh oleh
iklim serta berada diatas garis pasang tertinggi. Salah satu tanaman yang terdapat
di daerah pantai adalah kelapa, merupakan satu jenis tumbuhan dari keluarga
Arecaceae.
2. Vegetasi Mangrove/Rawa Merupakan karakterisitik dari tanaman pantai,muara
sungai atau delta yang berada di tempat yang terlindung di daerah pesisir pantai
yang membentuk suatu ekosistem. Definisi menurut FAO (1982): adalah jenis
tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh pada daerah pasang surut.
Macam-macam Vegetasi Mangrove
a. Vegetasi inti: Jenis ini membentuk hutan mangrove di daerah yang mampu
brtahan terhadap salinitas (garam) yang disebut sebagai Halophyta. Kebanyakan
jenis mangrove mempunyai adaptasi khusus untuk tumbuh dan berkembang,
toleransi terhadap garam tinggi, dapat bertahan pada perendaman pasang surut.
b. Vegetasi marginal: Pada mangrove yang berada di darat, di rawa musiman, pantai
dan atau mangrove marginal.
c. Vegetasi fakultatif marginal: Daerah yang banyak ditumbuhi tanaman meliaceae
dengan jenisnya Carapa guianensis. Jenis lain Raphia taedigera, dimana pengaruh
iklim khatulistiwa sangat banyak, tumbuh jenis Melaleuca leucadendron rawa.
Vegetasi yang tumbuh di daerah pantai berlumpur dengan jenis-jenis pohon

6
diantaranya pohon bakau ( Rhizophora sp), Bruguiera sp., Sonneratia sp.,
Xylocarpus, Avicenia dan lain-lain. Terdapat di bagian barat kawasan yaitu di
sekitar Sukadana dan Batu Barat.
3. Vegetasi Payau Adalah areal/bidang tanah yang berupa hutan lebat yang berawa-
rawa, permukaan tanah tergenang selama enam bulan dan kumulatif dalam
setahun dan pada kurin waktu tidak terjadi penggenangan (surut) tanah senantiasa
jenuh air. Vegetasi ini tumbuh di daerah pertemuan air sungai dan air laut yang
terdapat di muara sungai. Jenis vegetasi di daerah payau adalah Bakau
Rhizophora apiculata dan R. mucronata tumbuh di atas tanah lumpur. Sedangkan
bakau R. stylosa dan perepat (Sonneratia alba) tumbuh di atas pasir berlumpur
4. Vegetasi Gambut Lahan gambut mempunyai penyebaran di lahan rawa, yaitu
lahan yang menempati posisi peralihan diantara daratan dan sistem perairan.
Lahan ini sepanjang tahun/selama waktu yang panjang dalam setahun selalu jenuh
air (water logged) atau tergenang air. Tanah gambut terdapat di cekungan, depresi
atau bagian-bagian terendah di pelimbahan dan menyebar di dataran rendah
sampai tinggi. Yang paling dominan dan sangat luas adalah lahan gambut yang
terdapat di lahan rawa di dataran rendah sepanjang pantai. Lahan gambut sangat
luas umumnya menempati depresi luas yang menyebar diantara aliran bawah
sungai besar dekat muara, dimana gerakan naik turunnya air tanah dipengaruhi
pasang surut harian air laut. Jenis pohonnya antara lain ramin ( Gonystylus
bancanus), dan jelutung ( Dyera sp).
5. Vegetasi Dataran Rendah Vegetasi yang tumbuh dibawah ketinggian 700 m di
atas permukaan laut. Vegetasi yang terdapat banyak dijumpai pada ketinggian
hampir 0 meter diatas permukaan laut. Daerah ini banyak terdapat tanah aluvial.
Vegetasi tanah aluvial secara umum merupakan habitat yang subur dan
mempunyai keaneragaman jenis yang tinggi. Jenis pohonnya antara lain pohon
belian/ kayu besi (Eusideroxilon zwageri).
6. Vegetasi Dataran Tinggi Vegetasi yang tumbuh di ketinggian antara 700 – 1500
m diatas permukaan laut. Ekosistem pada daerah dataran tinggi dibentuk oleh
kondisi lingkungan yang ekstrem, antara lain suhu malam hari yang sangat
rendah, intensitas sinar matahari yang tinggi pada siang hari namun disertai masa
fotosintesa yang pendek, kabut tebal, curah hujan tinggi, serta kondisi tanah yang
buruk. Tanaman yang tumbuh pada daerah tersebut sifatnya sangat khusus karena
harus bertahan untuk hidup pada kondisi sulit tersebut. Tanaman yang dapat
tumbuh di daerah dataran tinggi diantaranya : cemara (tumbuhan berdaun jarum),
ketela pohon, ubi jalar, kopi, cokelat, dan sebagainya.
7. Vegetasi Pegunungan Vegetasi yang tumbuh di ketinggian antara 1500 – 2500 m
di atas permukaan laut. Terdapat di bukit-bukit yang lebih rendah atau di lereng
gunung. Salah satunya adalah tanaman teh dan bunga Eidelweis. Teh dihasilkan
oleh perkebunan besar dan perkebunan rakyat, di daerah pegunungan yang subur
dan banyak turun hujan. Selain itu tanaman kopi juga dapat tumbuh di daerah
pegunungan. Tanaman tembakau dapat juga tumbuh di daerah ini namun hanya
dapat pada musim kemarau.

7
B. Klasifkasi Komunitas Tumbuhan Komunitas vegetasi diklasifikasikan dalam
beberapa cara menurut kepentingan dan tujuannya. Pada umumnya
diklasifikasikan berdasarkan:
1. Fisiognomi : merupakan kenampakan umum komunitas tumbuhan.
Komunitas tumbuhan yang besar dan menempati suatu habitat yang luas
diklasifikasikan ke dalam komponen komunitas sebagai dasar
fisiognominya. Komponen komunitas yang menjadi dasar fisiognomi ini
ialah yang berada dalam bentuk dominan. Sebagai contoh : Komunitas
hutan, padang rumput, stepa, tundra , dan sebagainya.
2. Habitat: Karena komunitas sering dinamik dengan kekhasan habitat maka
habitat ini digunakan menjadi dasar pembagian komunitas. Pada
umumnya dikaitkan dengan kandungan air tanah pada habitat yang
bersangkutan. Pembagian itu antara lain :
a. Komunitas lahan basah
b. Komunitas lahan agak basah
c. Komunitas lahan mesofit
d. Komunitas lahan agak kering
e. Komunitas lahan kering
3. Komposisi dan Dominasi Spesies : Disini komunitas tumbuhan yang besar
dibagi kedalam bagian-bagian yang kecil dengan dasar komposisi dan
dominasi spesies. Klasifikasi seperti ini memerlukan isi spesies dalam
komunitas itu frekuensinya, dominasinya dan lamanya spesies itu berada
(fideling/kesetiaan). Komunitas diberi nama dengan spesies yang dominan
atau yang memperlihatkan frekuensi tinggi, misalnya: Betula-
Rhododendron-Magnolia assosiasi, Kruing-Kamper-Meranti-Jati. Menurut
Clements vegetasi dapat dianalisa ke dalam unit kelas-kelas berikut dalam
urutan yang turun :
1. Formasi Menurut Clements unit vegetasi terbesar adalah formasi
tumbuhan. Formasi tumbuhan merupakan unit vegetasi yang besar
disuatu wilayah yang ditunjukkan oleh beberapa bentuk pertumbuhan
yang dominan, misalnya hutan ditunjukkan dengan pohon-pohon.
Whittaker berpendapat bahwa formasi pertumbuhan tidak tegas dan
nyata bahwa unit vegetasi ditentukan hanya oleh iklim, tetapi
merupakan pengelompokkan komunitas secara abstrak dengan
fisiognomi dan saling berhubungan dengan lingkungan.
2. Assosiasi Assosiasi adalah vegetasi regional, dalam formasi ini
merupakan klimaks sub iklim dalam formasi umum. Sekarang konsep
assosiasi ini sudah tidak dipakai lagi dan menempatkan komunitas
kontinum yang populer.
3. Fasiasi (Faciation) Setiap Fasiasi dapat dihuni oleh 2 atau lebih
dominan, tetapi jumlah total dominan dalam fasiasi akan kurang atau
lebih kecil daripada assosiasi.

8
4. Konsosiasi (Consociation) Konsosiasi merupakan unit komunitas yang
lebih kecil dengan dominan tunggal dan masih mempunyai bentuk
pertumbuhan yang mencirikan formasi.
5. Sosiasi Assosiasi dan konsosiasi dapat dianalisis lebih jauh kedalam
beberapa komunitas kecil (unit) yang di bawah pengaruh langsung
variasi habitat lokal komunitas. Ini didominasi oleh satu atau dua
spesies lain dari dominan pada assosiasi dan konsosiasi. Unit yang
lebih kecil disebut sosiasi.
6. Clans (klans) Dalam setiap sosiasi dapat ditentukan dua atau lebih
unit klimaks yang terkecil, ini yang disebut Clans. Setiap clans
merupakan agredasi kecil satu individu tetapi sangat lokal dab spesies
dominan yang tertutup. Whittaker mengemukakan bahwa ada 3 konsep
yang dapat diterapkan dalam mengamati pola komunitas.
a. Gradasi komunitas, yaitu konsep yang dinyatakan dalam
bentuk populasi.
b. Gradasi lingkungan, yang menyangkut sejumlah faktor
lingkungan yang berubah secara bersama – sama.
c. Gradasi ekosistem, dalam hal ini komleks gradasi dan gradasi
komunitas membentuk suatu kesatuan dan membentuk gradasi
komunitas dan lingkungan.
C. Analisis Vegetasi
Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari
ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi – kondisi factor
lingkungan dari sejarah dan factor – factor itu mudah di ukur dan nyata.
Dengan demikian analisis vegetasi secara hati – hati dipakai sebagai alat
untuk memperlihatkan informasi yang berguna tentang komponen komponen
lainnya dari suatu ekosistem. Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu
mendeskrisipkan dan menganalisa, yang masing – masing menghasilkan
berbagai konsep pendekatan yang berlainan. Metode manapun yang dipilih
yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan kajian, luas atau
sempitnya yang ingin di ungkapkan, keahlian dari bidang botani dari
pelaksana(dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistematik), dan variasi
vegetasai secara alami itu sendiri.
a. Beberapa Metode Analisis Vegetasi
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangakan berbagai metode untuk
menganalisis dan juga sintesis sehingga akan sangat membantu dalam
mendeskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal
metodologi ini sanagt berkembang sangat pesat sesuai dengan
kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tidak lupa
pula diperhitungkan berbagai kendala yang ada. Secara garis besar
metode analisis dalam ilmu vegetasi dapat dikelompokkan dalam dua
macam: Metode destruktif Metode ini biasanya dilakukan untuk
memahami jumlah materi organic yang dapat dihasilkan oleh suatu

9
komunitas tumbuhan. Variable yang digunakan bisa berupa
produktivitas primer, maupun biomassa (jumlah total benda hidup
dalam populasi tertentu organisme). Dengan demikian dalam
pendekatan selalu harus digunakan penuaian atau berarti melakukan
perusakan terhadap vegetasi tersebut. Metode ini umumnya dilakukan
untuk bentuk – bentuk vegetasi yang sederhana, dengan ukuran luas
pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima meter persegi.
Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar materi hidup atau berat
keringnya. Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas
suatu padang rumput terbuka dikaitkan dengan usaha pencarian lahan
pengembalaan dan sekaligus menentukan kapasitas tampungnya.
Pendekatan yang terbaik untuk metode ini adalah secara floristika,
yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.
b. Metode non destruktif
Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu
berdasarkan penelaahan organism hidup atau tumbuhan tidak
didasarkan pada taksonominya, sehingga dikenal dengan pendekatan
non floristika. Pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan
organisme tumbuhan secara taksonomi atau pendekatan floristika.
c. Metode non destruktif non floristika
Metode non-floristiaka telah dikembangkan oleh banyak pakar
vegetasi. Seperti Du Rietz (1931), Raunkiaer (1934), dan Dansereau
(1951). Yang kemudian diekspresiakan oleh Eiten (1968) dan Unesco
(1973). Dan selalu membagi dunia tumbuhan berdasarkan berbagai
hal, yaitu bentuk hidup, ukuran, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun,
tekstur daun, dan penutupan. Untuk setiap karakteristika di bagi-bagi
lagi dalam sifat yang kebih rinci, yang pengungkapannya dinyatakan
dalam bentuk simbol huruf dan gambar. Bentuk hidup metode ini,
klasifikasi bentuk vegetasi, biasanya dipergunakan dalam pembuatan
peta vegetasi dengan skalakecil sampai sedang, dengan tujuan untuk
menggambarkan penyebaran vegetasi berdasarkan penutupannya, dan
juga masukan bagi disiplin ilmu yang lainnya. Untuk memahami
metode non floristika ini sebaiknya kita kaji dasar-dasar pemiokiran
dari beberapa pakar tadi. Pada prinsipnya mereka berusaha
mengungkapkan vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya, jadi
pembagian dunia tumbuhan secara taksonomi sama sekali di abaikan,
mereka membuat klasifikasi tersendiri dengan dasar-dasar tertentu.
Metode non destruktif floristika Metode ini dapat menentukan
kekayaan floristika atau keanekaragaman dari berbagai bentuk
vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap semua populasi spesies
pembentuk masyarakat tumbuhan tersebut, jadi dalam hal ini
pemahaman dari setiap jenis tumbuhan secara taksonomi adalah
mutlak diperlukan. Dalam pelaksaannya sangat ditunjang dengan

10
variable-variabel yang diperlukan untuk menggambarkan baik struktur
maupun komposisi vegetasi Menurut para pakar, analisis komunitas
dari tumbuhan dibagi menjadi dua teknik analisi, antara lain :
1. Analisis kualitatif komunitas tumbuhan
a. Komposisi floristik / anggota spesies komunitas Studi ini ialah
pada spesies dari komunitas yang dianggap penting. Ini dapat
dilakukan dengan koleksi yang periodik kemudian di
identifikasi dengan waktu sepanjang tahun.
b. Stratifikasi Terjadi akibat terjadinya persaingan suatu jenis
tertentu akan lebih dominan dari yang lainnya sehingga
membentuk struktur vertikal disamping akibat perbedaan umur
dan jenis vegetasi yang ditentukan berdasarkan tinggi vegetasi.
c. Bentuk pertumbuhan Sebagian besar kenampakan umum dan
pertambahan spesies dalam komunitas dikelompokkan ke
dalam klas bentuk pertumbuhan yang berbeda. Berdasarkan
nilai persentase perbedaan klas bentuk pertumbuhan, habitat
alami yang nyata dari komunitas dapat diketahui.
d. Sosiabilitas Menggambarkan keberadaan suatu spesies pada
ruang yang ditempatinya. Dalam komunitas tumbuhan, spesies
secara individu tidak selamanya tersebar. Individu beberapa
spesies tumbuhan dengan jarak yang lebar, sedang beberapa
yang lain terdapat dalam bentuk rumpun atau menutup lahan.
Beberapa individu spesies jika tumbuhan dalam rumpun akan
baik dan mereka cenderung mengadakan kompetisi yang hebat
sehingga tidak dapat membentuk populasi yang besar.
Berdasarkan itu meka dapat dikelompokkan dalam klas-klas:
Klas 1 : Pohon tumbuh individual (singly)
Klas 2 :Kelompok tersebar atau ikatan terbuka
Klas 3 : Menutup tanah dengan anak yang kecil dan terpencar
Klas 4 : Menutup tanah lebih luas lagi
Klas 5 : Seluruh lahan tertutup oleh lapisan vegetasi
e. Assosiasi antarspesifik Jika vegetasi mempunyai sampai dua
spesies yang berbeda atau lebih dekat satu sama lain, mereka
membentuk sebagai komunitas tipe asosiasi – asosiasi antar
spesies ini dapat terjadi pada beberapa kemungkinan :
Spesies – spesies dapat hidup dalam lingkungan yang sama
1. Spesies –spesies mungkin mempunyai distribusi geografi
yang sama
2. Spesies – spesies mempunyai bentuk pertumbuhan yang
berlainan (sehingga memperkecil kompetisi)
3. Tumbuhan atau spesies yang lain saling berinteraksi yang
menguntungkan salah satu atau keduanya, assosiasi ini
mudah dilihat di lapang.

11
f. Vitalitas
Menggambarkan tingkat kesuburan suatu spesies dalam
perkembanganya sebagai respon terhadap lingkungan.
Diperlukan untuk mengetahui keberhasilan hidup suatu spesies.
Periodesitas Periodesitas menyatakan keadaan yang ritmis
dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan. Keadaan ini dinyatakan
dengan adanya daun, tunas, bunga, buah dan daun yang
melakukan fotosintetis (atau tidak berdaun).
2. Analisis kuantitatif komunitas
Untuk analisis ada beberapa metode pengambilan sampel, yaitu:
Metode kuadrat (Quadrat methode) Menurut Weaver dan Clements
kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai ukuran. Bentuk
petak sampel dapat persegi, persegi panjang, atau lingkaran.
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis :
a. Liat Quadrat : spesies diluar petak sampel dicatat.
b. Count / list count quadrat : metode ini dikerjakan dengan menghitung
jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing – masing spesies
di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah
yang di selidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat) : metode ini digunakan untuk
memperkirakan berapa area yang di perlukan tiap – tiap spesies dan
berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah.
d. Chart quadrat : penggambaran letak / bentuk tumbuhan disebut
pantograf. Metode ini berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi –
tepi vegetasi dan menentukan letak tiap – tiap spesies yang
vegetasinya tidak begitu rapat.
D. Pemetaan Vegetasi
1. Metode Pemetaan Vegetasi Dalam mempelajari suatu komunitas
tumbuhan sering diperlukan satu gambaran mengenai penyebaran dari
suatu vegetasi jenis tertentu di suatu daerah. Berikut beberapa metode
pemetaan vegetasi secara sederhana:
a. Pemetaan Komunitas Tumbuhan Dari Satu Titik Konstan Pada
metode ini kita harus menentukan suatu titik atau tempat yang
berkedudukan sedemikian rupa sehingga area vegetasi dapat
terlihat. Titik ini dipakai sebagai titik konstan dari mana arah dan
jarak titik-titik lainnya akan ditentukan. Kemudian menentukan
titik-titik pada batas luar vegetasi dengan kedudukan sedemikian
rupa sehingga memberikan gambaran dari bentuk dan penyebaran
vegetasi. Selanjutnya menentukan kedudukan titik-titik ini
terhadap titik yang konstan tadi dengan kompas dan mengukur
jarak dari titik-titik pada vegetasi ke titik konstan.
b. Pemetaan Daerah Dengan Mencari Jarak dan Sudut Pada metode
ini kita harus menyusun titik-titik pada daerah yang hendak dibuat

12
petanya. Susunan titik-titik ini memberikan gambaran bentuk dari
daerah tersebut. Kemudian menghitung jarak antara satu titik
terhadap titik lainnya yang berdekatan, selanjutnya menentukan
pula dengan kompas kedudukan antar titik-titik yang berdekatan
tadi.
2. Berdasarkan Pengindraan Jauh
Pengindraan jauh adalah mengamati dan mengukur objek tanpa
menyentuh. Dalam ilmu lingkungan mengacu pada pemakaian sensor
yang mendetect radiasi mikromagnetik yang dipantulkan dari vegetasi dan
permukaan tanah.
3. Berdasarkan Ordinasi Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi
yang menurut Mueller Dombois dan Elenberg (1974) pegambilan sampel
plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subjektif atau
faktor gradien tertentu. Untuk memperoleh informasi vegetasi secara
objektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh
(releve) berdasarkan koefisien ketidaksamaan. Variasi dalam releve
merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi
diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian
rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies
beserta kelimpahannya kan mempunyai posisi yang saling berdekatan,
sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula
digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis-jenis dengan
perubahan faktor lingkungan.
4. Berdasarkan Ordinasi Polar Metode ordinasi polar yang paling awal dan
sederhana melibatkan perhitungan yang tidak begitu rumit. Langkah
pertama membentuk matriks nilai CC (koefisien komunitas) semua
pasangan stand. Langkah kedua pembentukan matriks disimilaritas
pasangan stand mempunyai indeks difference. Langkah ketiga adalah
memindahkan nilai ID ke sebuah titik. Ada beberapa cara untuk transfer
tersebut, dan beberapa memakai komputer. Yang paling sederhana adalah
dengan ordinasi polar yaitu dengan memiliki dua stand acuan pertama A
da kedua B yang paling berbeda sebagai kutub pada aksi horizontal.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Klasifikasi vegetasi ada tujuh macam, diantaranya adalah vegetasi pantai, vegetai
payau, vegetasi mangrove, vegetasi dataran rendah, vegetasi dataran tinggi,
vegetasi pegunungan, dan vegetasi gambut.
2. Komunitas vegetasi diklasifikasikan dalam beberapa cara menurut kepentingan
dan tujuannya berdasarkan: fisiognomi, habitat, dan komposisi dan dominasi
spesies.
3. Beberapa Metode Analisis Vegetasi yaitu metode destruktif, metode non
destruktif, metode non destruktif non floristika, metode non destruktif floristika.
 Pemetaan Vegetasi terdiri atas :
a) Metode Pemetaan Vegetasi
b) Berdasarkan Pengindraan Jauh
c) Berdasarkan Ordinasi
d) Berdasarkan Ordinasi Polar

14
DAFTAR PUSTAKA

Lumowa, Sonja V.T. 2012. Ekologi Tumbuhan. Universitas Mulawarman; Samarinda


http://id.wikipedia.org/wiki/vegetasi.html
http:// gunztoro.blogspot.com/2009/01/klasifikasi-vegetasi.html
http://budisma.web.id/materi/…x…/macam-macam-vegetasi-dan-ciri-cirinya.html

15

Anda mungkin juga menyukai