Disusun Oleh:
Kelompok 3
Nadya Nurrohmah (1217020050)
Nur Hanifatuz Zahra (1217020059)
Rafmanuha Putri M (1217020067)
Siti Saodatul Wijaya (1217020083)
Wulan Anggraeni Zahra (1217020091)
Zahra Nurazizah Al-Islami (1217020094)
Zahra Raudhatul Janah (1217020095)
JURUSAN BIOLOGI
2023
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul: “Pengaruh Kualitas Perairan
terhadap Pertumbuhan Fitoplankton”.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
level dan kestabilan suatu ekosistem. (Yuliana, 2012) Kondisi suatu
perairan, sangat mempengaruhi terhadap keberadaan serta kelimpahan dan
keanekaragaman jenis fitoplankton. sehingga beberapa jenis fitoplankton
ada yang hanya dapat hidup dan berkembang biak dalam lokasi yang
memiliki kualitas perairan yang berkualitas. dan kualitas yang buruk akan
menyebabkan keanekaragaman jenis fitoplankton semakin rendah.
1.3 Tujuan
2
terhadap Pertumbuhan fitoplankton
3) Mengetahui parameter dan pengaruh kualitas perairan terhadap
pertumbuhan fitoplankton
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fitoplankton
4
tersebut dari makanannya (Hutabarat & Evans, 1984). Fitoplankton
berukuran sangat kecil, berkisar antara 2-200 mikrometer. Berdasarkan
ukurannya, fitoplankton digolongkan menjadi 3 kategori. Ukuran di atas
20 mikrometer digolongkan sebagai net plankton, ukuran antara 2-20
mikrometer dinamakan nano plankton, dan ukuran di bawah 2 mikrometer
disebut ultranano plankton.
5
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Perairan terhadap
Pertumbuhan Fitoplankton
6
terlarut tetap rendah, karena cahaya tidak dapat menembus perairan. Tidak
yakin P dan N adalah yakin yang bermanfaat bagi pertumbuhan
fitoplankton.Fosfat merupakan unsur penting yang terdapat di dalam danau
air tawar.Fosfat merupakan nutrisi utama bagi fitoplankton. Di dalam
sebuah danau eutrofik, dimana populasi ganggang berlimpah-limpah,
ketika fosfor juga tersedia berlimpah dalam suatu danau,nitrogen menjadi
terbatas.Pada Danau Yang Seperti ini, jenis ganggang hijau biru tertentu
dapat mempunyai keuntungan dalam seperti dengan ganggang lain dan
sering kali prestasinya mendominasi.Di danau Eutrofik tingkat kematian
fitoplankton sangat tinggi akibat material busuk organik dari fitoplankton
menumpuk di daerah hipolimnion, hal ini menyebabkan habisnya oksigen
di daerah hipolimnion (Hadi, 2010).
7
1. Suhu
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), suhu merupakan
ukuran kuantitatif terhadap panas dinginnya sesuatu yang diukur dengan
termometer, sedangkan termometer itu sendiri diartikan sebagai panas
dinginnya badan atau hawa. Berdasarkan iklim di Indonesia yang mana
beriklim tropis maka suhu yang normal dan baik untuk perairan adalah
berkisar antara 25,6°C - 32,3°, dan antara 20°C - 30°C. Namun untuk
perairan yang ditumbuhi oleh fitoplankton diperkirakan berkisar pada
20°C - 30°C, yang mana merupakan suhu yang paling optimum bagi
pertumbuhan fitoplankton itu sendiri. Kandungan oksigen untuk semua
perlakuan pula kiranya berkisar 2,0-5,9 mg/L yang mana masih layak
untuk pertumbuhan plankton (Effendi, 2000).
Peranan suhu terhadap ekosistem adalah untuk mengatur proses
kehidupan dan penyebaran organisme. Suhu pula menjadi salah satu faktor
fisika atau sebagai parameter fisika yang banyak mempengaruhi
kehidupan organisme di perairan, termasuk plankton. Selain itu juga, suhu
sangat berpengaruh terhadap komposisi serta kelimpahan plankton.
2. pH
Faktor berikutnya yang akan berkaitan dengan perairan dan
pertumbuhan fitoplankton ialah pH atau keasaman. pH atau derajat
keasaman ini digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau basa
yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. Seperti yang sudah kita
ketahui bahwasanya pH normal memiliki nilai 7 sementara jikalau nilai pH
> 7 maka menunjukkan zat tersebut bersifat basa, sedangkan pH < 7
menunjukkan keasaman. Jikalau pH 0 menunjukkan keasaman yang sangat
tinggi dan apabila pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi pula.
Derajat keasaman atau pH yang berkisar antara 7.4 – 8.1. Nilai pH
tersebut sangat sesuai untuk kehidupan fitoplankton yakni berkisar antara
7 – 8.5. Kondisi ini tentunya sangat menguntungkan bagi kehidupan
fitoplankton, karena perairan yang bersifat sangat asam atau sangat basa
8
akan membahayakan bagi kelangsungan hidup organisme yakni dapat
menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi.
3. Kecarahan
Kecerahan pada perairan yang ditumbuhi fitoplankton dapat
bervariasi tergantung pada jenis dan konsentrasi fitoplankton di dalamnya.
Fitoplankton adalah organisme mikroskopis yang hidup di perairan dan
melakukan fotosintesis untuk menghasilkan makanan dan oksigen. Ketika
jumlah fitoplankton dalam air meningkat, warna air dapat berubah menjadi
hijau atau kebiruan karena pigmen yang dihasilkan oleh fitoplankton.
Konsentrasi fitoplankton yang lebih tinggi cenderung menyerap lebih
banyak cahaya, sehingga dapat mengurangi kecerahan air. Namun,
beberapa jenis fitoplankton seperti dinoflagellata dan diatom dapat
menghasilkan pigmen yang meningkatkan kecerahan air. Ini dapat
menghasilkan efek yang disebut dengan istilah "air biru", di mana perairan
yang sebenarnya kaya akan fitoplankton dapat terlihat berwarna biru cerah
atau kehijauan.
9
meningkatnya partikel lumpur maupun berbagai kandungan bahan organik
dan bahan anorganik.
4. Fosfat
Fosfat merupakan nutrisi penting yang dibutuhkan organisme
perairan. Fosfat dalam perairan berasal dari sisa-sia organisme dan pupuk
yang masuk ke dalam perairan. Fitoplankton dapat menggunakan unsur
fosfor dalam bentuk fosfat yang sangat penting bagi pertumbuhannya.
Fosfor dalam bentuk ikatan fosfat dipakai fitoplankton untuk menjaga
keseimbangan kesuburan perairan. Fitoplankton membutuhkan fosfat
untuk melakukan fotosintesis dan menghasilkan makanan. Namun, jika
konsentrasi fosfat dalam air terlalu tinggi, maka dapat menyebabkan
pertumbuhan fitoplankton yang berlebihan atau fenomena algal bloom.
Algal bloom yang disebabkan oleh konsentrasi fosfat yang tinggi
dapat menyebabkan masalah ekologis dan kesehatan. Ketika fitoplankton
mati dan terurai, bakteri pengurai akan menggunakan oksigen dalam air
untuk menguraikannya. Jika algal bloom terjadi dalam jumlah besar, maka
bakteri pengurai akan menggunakan banyak oksigen dalam air sehingga
menyebabkan oksigen dalam air menurun dan menyebabkan kekurangan
oksigen atau hipoksia. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian ikan dan
organisme air lainnya karena kekurangan oksigen.
Selain itu, beberapa jenis fitoplankton yang dapat tumbuh dalam
konsentrasi fosfat yang tinggi juga dapat menghasilkan toksin yang dapat
beracun bagi organisme air lainnya, termasuk manusia yang menggunakan
air tersebut untuk berbagai keperluan. Oleh karena itu, penting untuk
mengontrol konsentrasi fosfat dalam perairan agar tidak terjadi
pertumbuhan fitoplankton yang berlebihan atau algal bloom. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara mengurangi sumber-sumber fosfat yang masuk ke
perairan, seperti mengurangi penggunaan pupuk fosfat dan limbah
domestik dan industri yang mengandung fosfat.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
13