Sel discoid, beberapa tipis seperti koin atau lebih berbentuk silinder atau berbentuk baji, soliter,
terkadang dengan mantel valve yang lebih dalam di satu sisi. Kloroplas berukuran kecil, banyak,
berbentuk discoid atau plate-shaped, dan didistribusikan secara tidak teratur di dalam sel. Hidup
bebas, marine dan keberadaannya berlimpah. Valve agak cembung dengan roset sentral besar yang
berbeda; areolae memancar dari annulus pusat, terkadang sektoral. Sel berwarna kuning kecoklatan.
Valve terletak dengan vela eksternal yang kompleks dengan pori-pori kecil pada bagian sentral
dengan cincin eksternal bukaan yang lebih besar. Vela seringkali berbentuk seperti berlian pada
mantel valve. Bukaan internal adalah foramina, seringkali berbingkai dan menjadi lebih kecil pada
mantel valve. Merupakan drifter sehingga tidak memiliki kendali atas pergerakannya dan selalu
bergerak mengikuti arus. Beberapa spesies memiliki dentikulasi kecil (bagian seperti gigi) di sekitar
tepi sel. Hanya beberapa spesies yang membentuk auksospora.
Pada Coscinodiscus wailesii memiliki dua rimoportula rings yang terletak di zona sambungan
antara mantel dan permukaan valve. Memiliki dua makrorimoportula dan mikrorimoportula yang
tersebar di seluruh permukaan valve yang terletak di ujung beberapa striae yang menjulang di area
tengah (Talgatti et al, 2010).
C. asteromphalus lebih mudah untuk diidentifikasi karena memiliki roset sentral dengan areolae
yang lebih besar. Sedangkan C. radiates memiliki areolae yang tidak jelas dan C. marginatus tanpa
areolae sentral (Hilaluddin et al, 2010).
Gambar 1. Coscinodiscus wailesii. a. valve; b. girdle; c. general valve
yang menunjukkan miicrorimoportulae yang tersebar pada valve face;
d. bagian sentral dengan interstriae dan microrimoportulae; e.
macrorimoportula; f. valve face macrorimoportula (Talgatti et al,
2010)
Rentang keberadaan Coscinodiscus sp. berada pada perairan tropis yang hangat hingga perairan
ecotone Arktik yang dingin, dan mereka tidak dapat mentolerir perairan yang lebih dingin. Oleh
karenanya dengan persebarannya yang luas merupakan indikator yang baik dari peningkatan air yang
memanas. Distribusi Coscinodiscus sp. memungkinkan untuk mengurangi pemanasan global melalui
pencitraan digital klorofilnya. Migrasi Coscinodiscus, dalam jangkauannya dapat menunjukkan suhu
lautan yang hangat (Pingping et al, 2018).
Coscinodiscus dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran bahan organik dalam perairan. Hal
ini disebabkan Coscinodiscus merupakan salah satu jenis yang mampu bertahan pada kondisi
tercemar, karena mampu melindungi dirinya dari zat-zat beracun yang ada di perairan dengan
adanya protective cyste. Oleh karenanya Coscinodiscus merupakan salah satu jenis yang mampu
hidup pada perairan yang mengalami pencemaran limbah organik dan minyak (Haninuna et al,
2015).
DAFTAR PUSTAKA
Haninuna, E., Gimin, R., Ludji, M. (2015). Pemanfaatan Fitoplankton Sebagai Bioindikator
Berbagai Jenis Polutan di Perairan Intertidal Kota Kupang. Jurnal Ilmu Lingkungan, 13(2): 72-
85.
Hilaluddin, F., Lim, P.T., Leaw, C.P. (2010). Fine Structure of the Diatoms Thalassiosira and
Coscinodiscus (Bacilliarophyceae): Light and Election Microscopy Observation. Annals of
Microscopy, Vol 10. https://www.researchgate.net/publication/321488458.
Pingping Qu, Feixue Fu, David A. Hutchins. (2018). Responses of the Large Centric Diatom
Coscinodiscus sp. to Interactions Between Warming, Elevated CO2, and Nitrate Availability.
Limnol. Oceanogr, 63: 1407–1424. doi: 10.1002/lno.10781.
Talgatti, D., et al. (2010). Considerations about Coscinodiscus wailesii (Diatomeae) on the Santa
Catarina Island Coast, Brazil. Brazilian Journal of Oceanography, 58(4).
https://doi.org/10.1590/S1679-87592010000400009.