Anda di halaman 1dari 9

1.

Air Sawah (Euglenophyta: Phacus)


A. Karakteristik Pengamatan
Pada saat mengamati sampel air sawah kami menemukan satu buah alga yang
memiliki karakteristik seperti berwarna hijau karena memiliki klorofil. Bentuk
tubuhnya membulat dan terdapat satu buah flagel. Sehingga dapat membuatnya
bergerak, karena saat kami mengamati pun alga ini bergerak walaupun gerakkannya
lambat. Sel alga terlihat seperti daun dan pipih serta terdapat paramylon berbentuk
bulat besar di pusat selnya.

B. Karakteristik Literatur
Phacus adalah protista uniseluler dari Euglenozoa atau dikenal sebagai
Euglenophyta. Berwarna hijau cerah, umumnya ditemukan di kolam air tawar,
tubuhnya oval membulat. Tubuhnya dengan flagella tunggal yang dapat memanjang
sepanjang tubuhnya. Selnya pipih dan kaku, memiliki plastida, kaku yang
kebanyakan sangat pipih bentuk seperti daun. Kloroplas biasanya, bentuk seperti
cakram tanpa pyrenoid. (Wiryatno, 2015: 16-17).
Phacus memiliki sel yang memanjang secara oval, panjangnya 87-102 μm, lebar
42-46 μm lalu menyempit di ujung posterior menjadi appendix. Panjang periplast
lurik mencapai 31–33 μm, berbentuk butiran paramylon berbentuk cincin, satu
besar terletak di pusat sel, lebih kecil terletak di bagian bawah sel, kloroplas kecil
dan tanpa pirenoid. (Varol & Sen, 2016: 223).

C. Peranan

D. Habitat
Phacus termasuk dalam antara 150 dan 180 taksa infragenerik dengan distribusi
di seluruh dunia terutama di lingkungan air tawar dangkal, hangat, β hingga σ-
mesosaprobik. keberadaan 566 spesies dan nama infraspesies, dari mana 171 saat
ini diterima secara taksonomi. Sebagian besar spesies Phacus bersifat euplanktonik,
dan spesies tertentu mampu bertahan hidup dengan konsentrasi nutrisi yang tinggi.
(Maria & Eduardo, 2018: 143)
Beberapa spesimen dari Phacus ditemukan di badan air yang sangat tercemar.
PH air berkisar antara 5,0 hingga 9,4, konduktivitas dari 74 hingga 1104 μS / cm,
dan tingkat nutrisi nitrogen nitrat n.-2,37 mg / L, nit. Amonium-5,62 mg / L dan n
– -1,45 mg / L ortofosfat. (Duangjan, et.al., 2014: 236).

E. Daftar Pustaka

Duangjan, K., K. Wolowski & Y. Peerapornpisal. (2014). New Record Of


Phacus and Monomorphina Taxa (Euglenophyta) For Thailand. Polish Botanical
Journal, 59 (2), 235-247.
Maria, S & C. Eduardo. (2018). Phacus multifacies sp. Nov., a new
Euglenophyceae from the State of Rio Grande do Sul, Southern Brazil. Hoehnea
45(1), 143-148.
Money, N.P. (g2014). The Amoeba in the Room: Lives of the Microbes.
England, OUP Oxford.
Varol, M & B. Sen. (2016). New Records of Euglenophyceae for Turkish
Freshwater Algae. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences, 16(1), 219-
225.

Wiryatno, J. (2015). Jenis-Jenis Mikroalga Yang Terdapat Di Estuari DAM


Denpasar Bali. Diakses dari https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_
1_dir/ f288eb6a5c61e34902e5f7d2c0a52a43.pdf. 20 April 2019, pk 20.50.

2. Air Laut (Chlorophyta: Mougeotia)


A. Karakteristik Pengamatan
1. Berwarna hijau cerah
2. Filamennya tersusun atas sel berbentuk silindris
3. Terdapat kloroplas
4. Selnya lonjong
5. Filamen tidak bercanag
6. Kloroplas berada disepanjang sel

B. Karakteristik Literatur
1. Filamen ringkas atau jarang dengan cabang bersel 1 atau 2
2. Sel berbentuk silinder
3. Rhizoid, Kromatofor 1 atau 2 plat aksial dengan beberapa pirenoid dalam sebaris atau
bertabur tak tetap
(Meulaboh, 2015: 53)
4. Spesies Mougeotia adalah ganggang hijau berserabut yang tidak bercabang
5. Dinding sel secara khas lurus dan berpihak paralel
6. Memiliki kloroplas tunggal dalam pelat aksial atau pita yang biasanya hampir
memenuhi panjang sel
7. Kloroplas dapat terlihat berbaring datar (horizontal) ketika dilihat melalui mikroskop,
atau dapat diputar dan kadang-kadang dapat dilihat sebagai strip sempit di tengah
sel.
(Kamil, 2011: 112)
C. Peranan
1. Fungsi utama kalsium-kalmodulin di Maugeotia untuk mengatur interaksi aktin-
myosin yang terjadi melalui fosforilasi protein. (Trewavas, 2013: 208).

2. Mougeotia mengandung enzim glikosidase yang berperan penting dalam


menghambat aktivitas bakteri dan jamur. Serta dapat menyintesis oligosakarida.
(Trewavas, 2013: 208).

3. Karena mengandung metabolit primer, Meougeotia cocok untuk dijadikan


pakan untuk makhluk lain. (Bharadwaj, et.al., 2014: 1022).

4. Mougeotia adalah ganggang hijau yang aktif melakukan fotosintesis, dan


merupakan bagian penting dari ekosistem perairan. Karena ekstrak Mougeotia
menunjukkan adanya metabolit primer seperti karbohidrat, protein dan lipid
yang mengkonfirmasikan perannya sebagai produsen di perairan ekosistem.
(Bharadwaj, et.al., 2014: 1022).
5.
D. Habitat
Moougeotia banyak melimpah di perairan yang relatif tenang. Umumnya hidup di air
tawar atau air laut, tempat-tempat yang lembab dan daerah bersuhu ekstrim atau
bersalju. Akan tumbuh baik pada kisaran suhu berturut-turut 30oC-35oC dan 20oC-30oC,
dengan kisaran pH 6,5-9,5. (Harmoko, et.al., 2017: 78-80)

E. Daftar Pustaka

Bharadwaj, M., A.S. Kumar & S. Ranjana. (2014). Phycochemical and


antimicrobial study of vigorous fresh water alga Mougeotia. International
journal od Current Microbiology and Applied Sciences, 3(4), 1020-1024.

Harmoko., E. Lokaria & S. Misra. (2017). EKSPLORASI MIKROALGA DI AIR


TERJUN WATERVANG KOTA LUBUKLINGGAU. Jurnal Pendidikan
Biologi. 8(1): 75-82.

Kamil, I. (2014). Use of filamentous alga Mougeotia sp. to Remove Lead Ions from
Contaminated Water under Laboratory Conditions. International Journal of Basic
& Applied Sciences, 11(6), 110-118.

Meulaboh, T.U. (2015). Identifikasi Keanekaragaman Fitoplankton di Sungai


Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Diakses dari
http://repository.utu.ac.id/910/pdf. 20 April 1019, pk 12.54.

Trewavas, A.J. (2013). Molecular and Cellular Aspects of Calcium in Plant


Development. Neyw York: Plenum Press.

3. Air Got (Cyanophyta: Tolyphothrix atau Oscillatoria)


A. Karakteristik Pengamatan
1.
B. Karakteristik Literatur
C. Peranan
D. Habitat
E. Daftar Pustaka

4. Air Kolam (Chlorophyta: Chlostarium)


A. Karakteristik Pengamatan
1. Soliter
2. Kloroplas terletak di tengah dan ada yang menyebar
3. Dapat bergerak
4. Selnya berwarna hijau
5. Terdapat sebuah nukleus dipusat selnya
B. Karakteristik Literatur
1. Selnya berwarna hijau
2. Uniseluler berflagel dan motil
3. Dapat bergerak
4. Bagian ujung lebih kecil dibandingkan bagian tengah.
(Pramono, 2014: 35)
5. Berbentuk spindle dengan panjang 150-250 µm.
6. Sel berbetuk lurus dengan ujung sedikit melengkung atau sigmoid.
(Muryani, et.al., 2018: 8).

C. Peranan
1. Closterium dapat dijadikan makanan alami untuk ikan.
2. Menjadi produsen utama dari siklus akuatik.
(Novasaraseta, 2018: 34).
3. merupakan mata rantai utama dalam rantai makanan di perairan sehingga plankton
mempunyai peranan sangat penting.
4. berperan sebagai salah satu dari parameter ekologis yang dapat menggambarkan
kondisi suatu perairan. dapat menggambarkan karakteristik suatu perairan apakah
berada dalam keadaan subur atau tidak.
(Agustini & Madyowati, 2017: 3).

D. Habitat
Clostarim banyak hidup pada perairan tawar dan air payau. (Muryani, et.al., 2018: 8).
Memiliki kisaran suhu 20-35oC. Dan kisaran ph 6-8 (optimal pada suhu netral). (Sari, 2016:
14).

E. Daftar Pustaka

Agustini, M & S. Madyowati. (2017). BIODIVERSITAS PLANKTON PADA


BUDIDAYA POLIKULTUR DI DESA SAWOHAN KECAMATAN
SEDATI KABUPATEN SIDOARJO. Diakses dari http://repository.unitomo.
ac.id/570/1/MARIA%20AGUSTINI%20FP.pdf. 20 April 2019, pk 19.16.

Muryani, N., Nofrita & Izmiarti. (2018). Jenis-jenis Plankton pada Danau Bekas
Tambang Batu Bara Desa Pangkalan Riau. Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi.
491), 1-9.

Novasaraseta, N., Z. Abidin & E. Junaedi. (2018). Keanekaragaman Phytoplankton Di Situ


Balong Kambang Desa Pasawahan Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan.
Quagga Journal, 10(1), 33-41.

Pramonom Y. (2014). Studi kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton di perairan


Ranu Pani dan Ranu Regulo Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Diakses dari
http://etheses.uin-malang.ac.id/945/pdf. 20 April 2019, pk 18.44.

Sari, A. (2014). Jenis-Jenis Plankton Di Perairan Teluk Yos Sudarso. The Journal
of Fisheries Development, 2(2), 11–16.
5. Air Danau (Chlorophyta: Chlamydomonas)
A. Karakteristik Pengamatan
1. Sel berbentuk lonjong agak bulat
2. Dapat bergerak
3. Memiliki flagel
4. Terdapat stigma
5. Memiliki kloroplas
6. Sel berwarna hijau

B. Karakteristik Literatur
1. Memiliki dinding sel
2. Memiliki kloroplas
3. Terdapat inti sel
4. Memiliki dua buah flagel
5. Dapat bergerak
6. Berwarna hijau
(Kasim, 2016: 60)
7. Alga hijau uniseluler
8. Hidupnya soliter
9. Bersifat motil
(Firmansyah, et.al., 2009: 49)

C. Peranan
1. Dapat digunakan untuk menyerap CO2 (biofiksasi) yang akan dijadikannya
untuk menambah jumlah sel dan memproduksi biomassa. (Hadiyanto &
Widayat, 2014: 40).
2. Chlamydomonas digunakan sebagai model organisme dalam studi biologi
molekuler terutama dalam studi motilitas flagella, dinamika kloroplas,
biogenesis dan genetika.
3. Memiliki kandungan karbohidrat dan lipid yang cukup tinggi sebesar 33,67%
dan 32%.
4. Dapat digunakan sebagai bioindikator perairan untuk mengetahui pencemaran
logam berat yang terjadi.
(Masdianto, 2014: 49-51)

D. Habitat
Chlamydomonas dapat ditemukan di seluruh dunia bahkan air tawar atau
perairan laut bersalju. (Kasim, 2016: 60). Memiliki batas suhu optimum
pertumbuhan mikroalga adalah sekitar 20–30°C. Kemudian memiliki nilai pH optimum
untuk pertumbuhan mikroalga adalah berkisar antara 4–11. (Harmoko & Sepriyaningsih,
2017: 204).

E. Daftar Pustaka
Firmansyah, R., A. Mawardi & U. Riandi. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Biologi.
Jakarta: Setia Purna.

Hadiyanto & Widayat. (2014). Biofiksasi Co2 Oleh Mikroalga Chlamydomonas Sp


Dalam Photobioreaktor Tubular. Reaktor Journal, 15(1), 37-42.

Harmoko & Sepriyaningsih. (2017). KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI


SUNGAI KATI KOTA LUBUKLINGGAU. Scripta Biologica, 493), 201-
205.

Kasim, M. (2016). Makro Alga. Jakarta: Penebar Swadaya.

Masdianto. (2014). Pemanfaatan Ganggang Mikro Sebagai Bioindikator Perairan


Yang Tercemar. Diakses dari https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/
123456789/65991/1/20mas.pdf. 20 April 2019, pk 21.55.

A. Karakteristik Pengamatan
Pada saat mengamati sampel air sawah, kami mendapatkan satu jenis alga yang
memiliki karakteristik seperti berwarna hijau karena memiliki klorofil. Bentuknya
bulat dan tidak memiliki flagel. Saat kami mengamati pergerakkannya, alga ini
bergerak tetapi sangat lambat.
B. Karakteristik Literatur
Chlorella sp. merupakan jenis mikroalga yang memiliki kandung pigmen dan
klorofil untuk melakukan kegiatan fotosintesis. Bentuk sel Chlorella sp. bulat atau
bulat telur, merupakan alga bersel tunggal (uniseluler) dan kadang-kadang
bergerombol (Merizawati, 2008). Warna hijau pada alga ini disebabkan selnya
mengandung klorofil a dan b dalam jumlah yang besar selain itu juga mengandung
karoten dan xantofil. Kloroplasnya berbentuk mangkuk. Diameter sel Chlorella sp.
berkisar antara 2−8 mikron. Dinding selnya keras terdiri dari selulosa dan pektin.
Sel ini mempunyai protoplasma yang berbentuk cawan. Chlorella sp. dapat
bergerak (motil) tetapi sangat lambat sehingga pada pengamatan seakan-akan tidak
bergerak (non motil). (Wibowo, 2018: 4-5).
Chlorella sp. mampu tumbuh dan berkembang pada semua tempat atau
lingkungan (kosmopolit), terkecuali pada tempat atau lingkungan yang sangat
ektrim atau kritis untuk kehidupan makhluk hidup. Mikroalga ini dapat hidup pada
salinitas 0-35 ppt. Pada salinitas 10-20 ppt adalah salinitas optimum bagi
pertumbuhan mikroalga ini. Chlorella sp. masih mampu hidup pada suhu 40oC.
Rentang suhu Chlorella sp. adalah diantara 25o –30oC yang merupakan kisaran
suhu optimum bagi pertumbuhannya. Chlorella sp. melakukan reproduksi secara
aseksual dengan cara membelah sel serta memisahkan autospora dari sel induknya.
(Wibowo, 2018: 6).
Chlorella dapat hidup dan tumbuh pada kondisi yang kurang cahaya atau
bahkan tidak terkena cahaya dengan cara mengambil bahan-bahan organik secara
langsung dari media tumbuhnya. Pada spesies Chlorella mampu tumbuh baik di air
laut maupun air tawar. Secara umum Chlorella adalah oraganisme air tawar, tapi
beberapa spesies dapat beradaptasi pada salinitas dan suhu yang memiliki rentang
lebar dan bisa dikultur dengan air laut yang telah diberi campuran pupuk.
Reproduksi Chlorella dengan cara aseksual, yakni dengan pembentukan autospora
yang mirip dengan dari sel induknya. (Wibowo, 2018: 6).
Kadar pH pada media kultur adalah salah satu faktor yang mampu mengontrol
serta menentukan seberapa besar kemampuan biologis suatu mikroalga pada saat
pemanfaatan unsur-unsur hara. Kadar pH yang sangat tinggi misalnya, dapat pula
mempengaruhi proses penurunan aktifitas fotosintesis pada Chlorella sp. Kisaran
nilai pH yang optimum bagi pertumbuhan Chlorella sp. berkisar pada 7,2-8,4.
Kemudian Chlorella sp. masih mampu untuk tumbuh dengan baik sampai dengan
nilai pH 10,5. (Wibowo, 2018: 10).
Chlorella sp. tumbuh pada media yang mengandung cukup unsur hara. Unsur
hara yang diperlukan Chlorella sp. dalam jumlah besar adalah karbon (C), nitrogen
(N), fosfor (P), sulfur (S), natrium (Na), magnesium (Mg), dan kalsium (Ca). Unsur
hara yang dibutuhkan dalam jumlah relatif sedikit adalah besi (Fe), tembaga (Cu),
mangan (Mn), seng (Zn), silikon (Si), boron (B), molibdenum (Mo), vanadium (V)
dan kobalt (Co) (Chumadi, dkk. 1992). Chlorella sp. tumbuh optimal pada suhu 25º
C, pH 7-8, dan salinitas 25 ppt. (Mufidah, et.al., 2017: 51).

C. Peranan
1. Chlorella sp. adalah pakan dasar biota yang ada di perairan termasuk ikan.
Chlorella sp. merupakan produsen dalam rantai makanan makhluk hidup yang
kaya akan gizi. (Wibowo, 2018: 4).
2. Dinding sel Chlorella vulgaris terdiri atas selulosa yang memiliki gugus
fungsional seperti hidroksil yang dapat berikatan dengan logam berat sehingga
memiliki kemampuan sebagai bioremediator kadmium dengan konsentrasi
berbeda. Kemampuan tumbuh Chlorella sp. pada lingkungan tercemar karena
Chlorella sp. memiliki polyamine untuk adaptasi pada ekosistem air yang
tercemar dengan logam berat. Polyamine juga berperan sebagai molekul yang
mampu melindungi tanaman terhadap resiko tekanan dari lingkungan.
(Widiyani & Dewi, 2014: 18).
3. Chlorella sp. merupakan salah satu jenis fitoplankton yang sering dimanfaatkan
dalam pembenihan organisme laut di hampir semua hatchery sebagai pakan
yang langsung diberikan pada benih ikan atau udang maupun sebagai tidak
langsung dengan diberikan ke zooplankton terlebih dahulu yang selanjutnya
zooplankton diberikan sebagai pakan pada benih ikan atau udang. Chlorella sp.
memiliki kandungan nutrisi protein sebesar 51–58% minyak sebesar 28-32%,
karbohidrat 12-17%, lemak 14- 22%, dan asam nukleat 4-5%. (Mufidah, et.al.,
2017: 51).
4. Penyakit karena infeksi disebabkan oleh kuman(virus, bakteri, jamur, protozoa
dan lain-lain) dan komponen kesehatan yang menangkal adalah dindin sel/kulit,
B-karoten dan CGF. Penyakit karena noninfeksi disebabkan oleh salah pola
makan, yaitu berupa tekanan darah tinggi/rendah, stroke, jantung koroner dan
lain-lain. Komponen kesehatan Chlorella yang menangkal adalah klorofil,
dinding sel, CGF, ALTJO-3 dan ALTJO-6, sedangkan kerusakan jaringan
komponen kesehatan Chlorella yang berperan adalah protein, CGF dan lain-
lain. (Wirosaputro & Sumartini, 2018: 15).

D. Habitat
Chlorella tidak memiliki bulu cambuk sehingga tidak dapat bergerak aktif di
perairan. Sebagai organisme yang hidup di perairan, habitat chlorella cukup luas,
yakni di air tawar, air payau, dan air laut dan tempat-tempat yang basah. (Bachtiar
& Tim Lentera, 2009: 10). Chlorella hidup dipermukaan air tawar, namun ada juga
yang hidup di air asin. Chlorella sp dapat bergerak tetapi sangat lambat sehingga
pada pengamatan seakan – akan tidak bergerak. Alga ini dapat tumbuh pada
salinitas 0 – 35 ppt. Alga ini masih dapat bertahan hidup pada suhu 40 oC, tetapi
tidak tumbuh. Kisaran suhu 25 – 30oC merupakan kisaran suhu yang optimal untuk
pertumbuhan alga ini. (Aprililliyanti, et.al., 2016: 78).

E. Daftar Pustaka

Aprilliyanti, S., T.R. Soeprobowati & B. Yulianto. (2016). Hubungan Kemelimpahan


Chlorella sp Dengan Kualitas Lingkungan Perairan Pada Skala Semi Masal
di BBBPBAP Jepara. Jurnal Ilmu Lingkungan, 14 (2): 77-81.

Bachtiar, Y & Tim Lentera. (2009). Menghasilkan Pakan Alami Untuk Ikan Hias.
Jakarta: Agromedia Pustaka.

Mufidah, A., Agustono., Sudarno & D. Nindarwi. (2017). TEKNIK KULTUR


Chlorella sp. SKALA LABORATORIUM DAN INTERMEDIET DI
BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BPBAP) SITUBONDO
JAWA TIMUR. Journal of Aquaculture and Fish Health, 7 (2), 50-56.

Wibowo, A. (2018). Pengaruh Perbedaan Salinitas Terhadap Pertumbuhan Chlorella


sp. Pada Skala Laboratorium. Diakses dari
http://eprints.umm.ac.id/40718/pdf. 20 April 2019, pk 16.54.

Widiyani, P & E. Dewi. (2014). PENURUNAN KONSENTRASI LOGAM BERAT


KADMIUM (Cd) DAN PERTUMBUHAN MIKROALGA Chlorella
vulgaris PADA MEDIA KULTUR. BIOMA 3 (2), 17-26.

Wirosaputro, S & T. Sumartini. (2018). Chlorella: Makanan Kesehatan Global Alami.


Yogyakarya: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai