Anda di halaman 1dari 16

1

ACARA 1. PENGARUH DOSIS PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN


VOLUME PENGAIRAN TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN HASIL TANAMAN

umur terhadap perumbuhan dan hasil tanaman kacang-kacangan.Tujuan:


Untuk mengetahui pengaruh kekurangan air pada beberapa periode
Landasan Teori:
Ketersedaan air yang tidak terjamin merupakan salah satu penyebab
terganggunya dan mereosotnya hasil tanaman (Lamina, 1989). Keringan pada
tanaman kedelai menyebabkan efek fisiologis berupa tekanan pertumbuhan
dan produksi (Hidayat, 2001). Cekaman air berpengaruh langsung maupun
tidak langsung terhadap tanaman. Secara langsung dapat menyebabkan
penurunan turgor tanaman. Tekanan turgor sangat berperan dalam
menentukan ukuran tanaman, berpengaruh terhadap pembesaran dan
perbanyakan sel tanaman, membuka dan menutupnya stomata, perkembangan
daun, pembentukan dan perkembangan bunga (Islami dan Utomo, 1985).
Sedangkan secara tidak langsung berpengaruh terhadap proses fisiologis
seperti fotosintesis, metabolisme nitrogen, absorbsi hara dan translokasi
fotosintat (Salisbury dan Ross, 1985). Kebutuhan air tanaman merupakan
besaran evaporasi dan transpirasi. Tanaman kedelai membutuhkan sejumlah
air setiap fase pertumbuhan dan perkembangannya. Kekurangan air pada media
tanam menyebabkan pertumbuhan dan hasilnya menurun (Gardner et al, 1991).
Pupuk merupakan suatu material yang ditambahkan ke tanah bertujuan
untuk menambahkan unsur hara yang dibutuhkan dan memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologi tanah, sedangkan pemupukan merupakan penambahan unsur
hara ke dalam tanah dan tanaman untuk menyediakan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman secara
optimal dan untuk memperoleh hasil yang maksimal (Ma’shum, 2005). Pupuk
organik adalah pupuk yang sebagian besar terdiri dari bahan organik yang
berasal dari kotoran hewan maupun tanaman yang telah mengalami proses
rekayasa yang berguna untuk menyuplai bahan organik tanah, sifat fisik tanah,
kimia tanah dan biologi tanah. Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki
struktur tanah, membangun kondisi kehidupan di dalam tanah dan sebagai
sumber unsur hara bagi tanaman (Dewanto, 2013).

Alat dan bahan:


Alat: Bahan:
1. Pot 7. Tanah gembur
2. Timbangan 8. Pupuk NPK Mutiara
3. Mistar/penggaris 9. Cutter
4. Pengering (oven)
5. Amplop untuk brangkasan
6. Benih beras hitam, kangkung dan
bayam
Cara Kerja:
1. Tanah sebagai media tumbuh dibersihkan dan digemburkan (tidak
menggumpal), dicampur seluruhnya agar relatif homogen.
2. Berat tanah tanah dan pupuk yang dibutuhkan per pot sesuai jarak tanam
yang menjadi perlakuan. Jarak tanam yang digunakan ada tiga yaitu: 25 x
25 cm lima ulangan. Perlakuan air mulai dilakukan pada waktu satu minggu
setelah tanaman tumbuh sempurna. Perlakuan pengaturan pemberian air
terdeiri atas tiga aras untuk tanaman kangkung dan bayam, empat aras
untuk tanaman padi:
A1 = diairi setiap hari dengan air 500 ml
A2 = diairi dua hari sekali (interval satu hari) dengan air 500 ml
A3 = diairi tiga hari sekali (interval dua hari) dengan air 500 ml
A4 (untuk padi) = selalu tergenang air setinggi 5 cm dari permukaan tanah
3. Perlakuan pupuk kandang diberikan saat tanam, dengan empat aras yaitu:
D1 = 0 ton/ha
D2 = 5 ton/ha
D3 = 10 ton/ha
D4 = 15 ton/ha
D5 = 20 ton/ha
4. Peletakan pot diatur sesuai Rancangan Acak Lengkap.
5. Benih tanaman tanaman kangkung dan bayam disemaikan terlebih dahulu
pada tray semai. Setelah tumbuh dan menjadi bibit dengan daun pertama
yang telah mekar sempurna, bibit dipindahkan/ditanam ke pot penanaman,
satu tanaman per pot.
6. Benih padi direndam 3 jam kemudian diperam dalam kain hingga muncul
tunas kecambah, kemudian dua kecambah ditanam di lubang tanam yang
telah dibuat sedalam 2,5 cm. lubang tanam kemudian ditutup dengan
tanah.
7. Amati pertumbuhan tanaman dengan interval waktu 7 hari hingga waktu
panen pengamatan atau disesuaikan dengan keadaan.
Pengamatan yang dilakukan adalah:
a. Tinggi tanaman
 Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang batang mulai dari
permukaan tanah sampai ujung batang (titik tumbuh).
b. Jumlah daun sempurna (satu tangkai daun ada beberapa anak daun,
yang dihitung adalah tangkai yang berdaun sempurna, bukan jumlah
anak daun daun pada setiap tangkai).
c. Jumlah anakan untuk tanaman padi.
d. Barat brangkasan segar. Pengamatan dilakukan setelah percobaan
diakhiri, dengan mengambil selurun bagian tanaman di atas permukaan
tanah (batang dan daun). Brangkasan ini dibersihkan dari tanah, pasir
atau kotoran yang melekat, setelah itu ditimbang.
e. Brangkasan segar dimasukkan ke dalam amplop coklat, bisa dipotong
dahulu agar mudah mengaturnya di dalam amplop.
f. Brangkasan kemudian dikering oven selama 2-3 hari pada suhu 700C.

Buat Tabel yang serupa untuk data pengamatan parmeter perlakuan lainnya.
3
ACARA 2. KURVA SIGMOID

Tujuan: Untuk mengetahui kurva tumbuh organ tumbuhan (batang dan daun)
pada fase perkecmbahan.
Landasan Teori:
Dinamika pertumbuhan tanaman adalah proses yang menunjukkan
adanya perubahan sepanjang fase pertumbuhan tanaman, secara khas
dicirikan oleh fungsi pertumbuhan yang disebut kurva sigmoid. Jangka waktu
berlangsungnya proses ini dapat bervariasi, dari beberapa hari sampai
bertahun-tahun, tergantung jenis tumbuhan dan organnya. Kurva sigmoid
adalah suatu fungsi pertumbuhan yang mencirikan pola khas pertumbuhan
tanaman sepanjang satu generasi. Kurva ini terbentuk oleh variabel berupa
massa tanaman (bobot kering), volume, luas daun, tinggi, atau penimbunan
bahan kimia yang digambarkan terhadap waktu menjadi suatu garis yang dapat
ditarik dari data secara normal akan berbentuk sigmoid yang menyerupai huruf
S (Gardner et al.,1991). Pertumbuhan tanaman pada mulanya lambat kemudian
berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai titik maksimum, akhirnya laju
tumbuh menurun. Pola pertumbuhan tersebut cepat pada fase vegetatif sampai
titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman, kemudian melambat dan
akhirnya menurun pada fase senesen (Tjitrosoepomo, 1999). Bentuk kurva
sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat
terjadi sebagai akibat variasi di lingkungan. Ukuran akhir, rupa, dan bentuk
tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor genetik dan lingkungan
(Salisbury and Ross, 1991). Pada kurva sigmoid digambarkan garis
generalisasi atau kurva ukuran (meliputi bobot, tinggi, panjang, lebar, luas, dan
isi), log ukuran, dan laju pertumbuhan, masing-masing digambarkan terhadap
waktu. Menurut (Gardner et al. (1991); Salisbury and Ross (1991), fase-fase
yang digambarkan dalam ukuran kurva tersebut meliputi: (a) fase eksponensial
atau logaritmik, (b) fase linear, (c) fase eksponensial kelembaban, dan (d) fase
mantap). Laju pertumbuhan memuncak pada t = ½. Proses detail yang terjadi
pada masing-masing fase adalah sebagai berikut:
 Fase eksponensial atau logaritmik (a), merupakan periode laju pertumbuhan
eksponensial, terjadi dalam selang waktuyang relatif pendek dalam tajuk
tanaman
 Fase linear (b), merupakan kelanjutan selama periode yang relatif panjang
dan selama fase ini terjadi pertambahan bobot kering dengan laju yang
konstan
 Fase eksponensial kelembaban (c), terjadi penambahan pertumbuhan
secara progressif berkurang menurut waktu sampai dicapai keadaan
mantap
 Fase mantap (d), merupakan fase pematangan fisiologis, yaitu penambahan
bobot kering seimbang dengan berkurangnya bobot kering.
Alat dan bahan:
Alat: Bahan:
1. Polybag 1. Tanah
2. Silet 2. Kacang merah/kacang tunggak
3. Milimeter blog
5

4. Penggaris

Cara Kerja:
8. Isi tanah pada polybag yang telah disediakan.
9. Tanam 1 benih kacang merah/kacang tanah per pot pada kedalaman 1 cm.
10. Amati dan ukur pertumbuhan setiap 3 hari sekali selama 15 hari (5 kali).
Pengukuran dilakukan terhadap:
a. Pertambahan tinggi batang.
 Pengukuran panjang batang mulai permukaan tanah sampai ujung
batang (shoot apical meristem)
b. Panjang dan lebar daun pertama (plumula) yang muncul (kiri dan kanan).
11. Buat grafik pertumbuhan (kurva sigmoid) plumula dan batang kacang
merah.
ACARA 3. JARINGAN PENGANGKUT AIR PADA TUMBUHAN

Tujuan: mengetahui jaringan yang berperan dalam mengangut air pada


tumbuhan.

Landasan Teori:
Tumbuhan sepanjang hidupnya membutuhkan air dalam jumlah yang
sangat besar, berperan sebagai pelarut dan menjalankan berbagai reaksi
kimia di dalam tubuh. Air juga dibutuhkan oleh tumbuhan untuk menjaga
tekanan turgor agar bentuk sel – selnya tetap turgid. Kebutuhan akan air
ini diperoleh terutama dari media tumbuhnya melalui proses absorpsi dan
translokasi (Dwijoseputro, 1978). Absorpsi dan translokasi merupakan proses
fisiologi pertama yang berlangsung pada tumbuhan. Absorpsi air dan hara
yang larut dilaksanakan oleh bulu-bulu akar (root hairs) kemudian menuju
jaringan berkas pengangkut (vascular). Jaringan pengangkut pada tumbuhan
terdiri atas dua yaitu: (a) jaringan pembuluh xilem, berfungsi mengangkut air
dan unsur hara dari dalam tanah yang sebelumnya diabsorpsi oleh bulu-bulu
akar, menuju seluruh bagian tumbuhan, dan (b) jaringan pembuluh floem yang
berperan mengangkut hasil fotosintesis dari daun menuju bagian tumbuhan
yang membutuhkan. Kedua jaringan ini membentuk sistem transportasi (xilem)
dan translokasi (floem). Xilem dan floem selalu berdekatan, pada akar dan
batang berada di dalam silinder pusat (stele) (Campbell, 1993).
Proses penguapan (transpirasi) merupakan salah satu penyebab
hilangnya air dari dalam tubuh tumbuhan, sekaligus sebagai proses utama
transportasi air melalui xilem dapat berlangsung. Terjadinya transpirasi
menyebabkan akar tumbuhan akan senantiasa mencari dan menyerap air dari
dalam dalam tanah atau media tumbuhnya (Salisbury and Ross, 1991).

Alat dan bahan:


Alat: Bahan:
1. Botol kaca 1. Batang Alamanda sp.
2. Gelas ukur 2. Aquades
3. Penggaris/mistar 3. Vaselin
4. Spidol permanen warna 4. Kapas

Cara Kerja:
1. Masukkan air ke dalam 3 buah botol kaca dengan volume yang sama
untuk setiap botol.
2. Ambil 3 batang Alamanda sp., hilangkan daun dari batang hingga tersisa
4 helai daun dari ujung batang Alamanda sp.
3. Masukkan 1 batang Alamanda sp. ke dalam botol kaca pertama sebagai
perlakuan I (kontrol).
4. Ambil 2 batang Alamanda sp. yang tersisa, hilangkan (kupas) bagian
kulitnya sepanjang 3 cm. Bagian kulit batang yang dihilangkan berjarak 3
cm dari pangkal batang.
5. Ambil 1 batang Alamanda sp. yang telah dihilangkan kulitnya, beri (olesi)
vaselin pada bagian pangkal batang Alamanda sp. dan masukkan ke
dalam botol kaca kedua sebagai perlakuan II.
7

6. Ambil 1 batang Alamanda sp. yang tersisa, beri (olesi) vaselin pada
bagian batang Alamanda sp. yang telah dihilangkan kulitnya dan
masukkan ke dalam botol kaca ketiga sebagai perlakuan III.
7. Beri tanda menggunakan spidol pada batas jumlah air yang diisi ke
dalam masing-masing botol setelah dimasukkan batang Alamanda sp .
8. Amati pengurangan jumlah air pada masing-masing perlakuan, setiap 2
hari sekali selama 10 hari. Jumlah air yang berkurang pada masing-
masing perlakuan sama dengan jumlah air yang ditambahkan ke dalam
botol hingga tanda batas jumlah air.
9. Catat hasil pengamatan dan masukkan ke dalam tabel hasil
pengamatan.
ACARA 4. PENGUKURAN DIFUSSION PRESURE DEFICIT (DPD) SEL

Tujuan: untuk mengetahui terjadinya proses difusi pada jaringan tumbuhan


karena adanya perbedaan konsentrasi jaringan tumbuhan dengan konsentrasi
berbagai seri larutan sukrosa.

Landasan Teori:
Sel-sel tumbuhan dikelilingi oleh membran semipermeabel dan partikel
yang masuk maupun keluar harus melewati membran ini. Salah satu proses
dasar yang menfasilitasi proses masuk/keluar partikel tersebut adalah difusi
(Campbell, 1993). Difusi adalah proses tranfer materi melalui materi lain.
Transfer materi ini berlangsung karena atom atau partikel selalu bergerak oleh
agitasi thermal. Gerak tersebut berlangsungmengikuti gradien konsentrasi,
pada akhirnya ada arah netto dan mencapai kesetimbangan (equilibrium), zat
tersebut tersebar merata di dalam ruang yang tersedia. Suatu zat akan berdifusi
dari tempat atau ruang yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke tampat yang
memiliki konsentrasi lebih rendah. Dengan kata lain bahwa jenis zat apa pun
akan berdifusi menuruni gradien konsentrasinya (Giese, 1979). Materi dapat
berupa gas, cairan, atau padat. Difusi berlangsung cepat pada fasa gas,
sedang pada fasa cair, dan lambat pada fase padat. Difusi dapat terjadi tanpa
melalui penggunaan energi sel secara langsung (Taiz and Zeiger, 2010).
Difusi berperan sangat penting dalam proses hidup sel. Molekul hara
dari tanah dapat sampai ke permukaan bulu akar melalui proses difusi pada
larutan tanah. Molekul hara kemudian berdifusi melewati membrane sel akar,
masuk ke sitosol (cairan sitoplasma) endodermis sel akar, lalu ke masuk ke
jaringan xilem. CO2 atmosfir masuk ke daun secara difusi melalui stomata daun.
Demikian juga dengan pengangkutan fotosintat dari daun ke seluruh tubuh via
pembuluh floem, berlangsung secara difusi (Campbell, 1993; Salisbury and
Ross, 1991).

Alat dan bahan:


Alat: Bahan:
1. Bor/pelubang gabus 1. Umbi kentang (Solanum
tuberosum)
2. Botol jam 2. Sukrosa
3. Penggaris/mistar 3. Aquadest
4. Stopwatch 4. Seri larutan sukrosa : 0,0 ; 0,4 ; 0,8
5. Cawan petri ; 1,2 ; 1,6; dan 2,0 Molar
6. Silet

Cara Kerja:
1. Buat silinder umbi kentang menggunakan pelubang gabus.
2. Potong silinder umbi kentang tersebut dengan panjang 1 cm sebanyak
18 buah.
3. Timbang berat masing-masing potongan umbi kentang.
4. Masukkan 3 potong silinder kentang ke dalam setiap 30 ml seri larutan
sukrosa (0,0 ; 0,4 ; 0,8 ; 1,2 ; 1,6 ; dan 2,0 M)
9

5. Lakukan langkah 1-2 secara cepat untuk memperkecil terjadinya


penguapan pada permukaan silinder kentang.
6. Tutup rapat botol dan diamkan selama 40 menit.
7. Ambil dan timbang berat setiap silinder kentang.
8. Masukkan data hasil percobaan ke dalam tabel hasil pengamatan.
9. Buat grafik hubungan antara ukuran panjangumbi (sumbu Y) dengan
konsentrasi larutan sukrosa (sumbu X)
ACARA 5. PENETAPAN POTENSIAL AIR JARINGAN TUMBUHAN

Tujuan: mengetahui potensial air jaringan kentang dalam berbagai seri larutan
sukrosa.

Landasan Teori:
Tumbuhan pada umumnya secara periodik menghadapi stress air namun
dapat menghadapi kondisi yang berbeda akibat cuaca dan diurnal. Tumbuhan
menjaga keseimbangan antara kehilangan dan absorpsi air dari sel-sel
tubuhnya melalui proses osmosis. Osmosis merupakan peristiwa difusi air
melintasi suatu membran selektif permeabel. Tumbuhan memiliki dinding sel
yang bersifat kaku atau hampir kaku yang dapat memberikan tekanan fisik bagi
protoplas. Efek gabungan antara pengaruh tekanan fisik dinding sel dan
konsentrasi zat terlarut disebut dengan potensial air dari pada tumbuhan (Taiz
and Zeiger, 2010). Secara termodinamika, semua materi cenderung bergerak
dari tempat dengan energi bebas tinggi (kapasitas untuk melakukan kerja) ke
tempat dengan energi bebas lebih rendah. Potensial air merupakan suatu
ukuran energi bebas air dibandingkan dengan energi bebas air murni. Untuk
mengetahui status air di dalam sel atau jaringan tumbuhan digunakan potensial
air ini. Semakin rendah potensial air suatu sel atau jaringan, maka semakin
bedar kemampuannya untuk menyerap air dari dalam tanah. Sebliknya,
semakin tinggi potensial airnya maka semakin besar kemampuannya untuk
memberikan air ke sel/jaringan lain yang lebih rendah potensial airnya (Giese,
1979; Salisbury and Ross, 1991).
Salah satu cara untuk mengetahui potensial air suatu jaringan adalah
dengan cara merendam jaringan tersebut ke dalam suatu seri larutan yang
telah diketahui potensial airnya. Perendaman tersebut akan menunjukkan
apakah terjadi perubahan potensial osmotik (potensial air) pada jaringan atau
larutan perendam. Baik jaringan tumbuhan atau larutan dapat bersifat isotonk.
Hipotonik maupun hipertonik. Berdasarkan pada ada atau tidaknya perubahan
cairan pada jaringan maupun cairan pada larutan, akan diketahui potensial air
pada suatu jaringan (Ross, 1970).

Alat dan bahan:


Alat: Bahan:
1. Bor/pelubang gabus 1. Umbi kentang (Solanum
tuberosum)
2. Botol jam 2. Sukrosa
3. Penggaris/mistar 3. Aquadest
4. Stopwatch 4. Seri larutan sukrosa : 0,0 ; 0,4 ; 0,8
5. Cawan petri ; 1,2 ; 1,6; dan 2,0 Molar
6. Silet

Cara Kerja:
1. Buat silinder umbi kentang menggunakan pelubang gabus.
2. Potong silinder umbi kentang tersebut dengan panjang 1 cm sebanyak
18 buah.
11

3. Masukkan 3 potong silinder kentang ke dalam setiap 30 ml seri larutan


sukrosa (0,0 ; 0,4 ; 0,8 ; 1,2 ; 1,6 ; dan 2,0 M)
4. Lakukan langkah 1-2 secara cepat untuk memperkecil terjadinya
penguapan pada permukaan silinder kentang.
5. Tutup rapat botol dan diamkan selama 40 menit.
6. Ambil dan ukur panjang setiap silinder kentang.
7. Masukkan data hasil percobaan ke dalam tabel hasil pengamatan.
8. Buat grafik hubungan antara ukuran panjangumbi (sumbu Y) dengan
konsentrasi larutan sukrosa (sumbu X)
ACARA 6. UJI HASIL FOTOSINTESIS

Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap proses fotosintesa dan


karbohidrat yang diproduksi di daun

Landasan Teori:
Kehidupan seluruh mahluk hidup (organisme) di bumi sangat tergantung pada
ENERGI yang berasal dari sinar matahari (surya). FOTOSINTESIS merupakan satu-
satunya proses biologi penting yang dapat memanen energi surya tsb. sehingga dapat
digunakan oleh tumbuhan itu sendiri serta mahluk hidup lainnya. Proses fotosintesa
adalah suatu proses dimana tumbuhan menggunakan energi sinar matahari untuk
merubah karbon dioksida (CO2 = karbon dan oksigen) dan air (H2O = hidrogen dan
oksigen) menjadi gula atau pati. Gula dan pati merupakan nutrisi (makanan) tumbuhan.
Pengertian sederhananya, fotosintesis adalah membuat/menyusun sesuatu
menggunakan cahaya (Photosynthesis means "making / synthesis things with
light") (Taiz and Zeiger, 2010). Salisbury and Ross (1991) menyatakan baHWA
Organisme yang melaksananakan fotosintesis menggunakan energi surya
untuk mensintesa senyawa karbon yang tak dapat dibentuk tanpa input energi. Lebih
spesifik, energi surya mengarahkan berlangsungnya sintesa karbohidrat (senyawa
karbon) dari karbon dioksida dan air dan melepaskan oksigen:
6 CO2 + 6 H2O  C6H12O6 + 6 O2
Carbon + Water  Carbohydrate + Oxygen
Cahaya menjadi suatu faktor pembatas dalam fotosintesis pada
intensitas cahaya rendah, jadi kecepatan proses keseluruhannya ditentukan
oleh kecepatan suplai energi cahaya. Faktor internal tumbuhan yang paling
berperan bagi konversi energi ini adalah pigmen hijau yang disebut khlorofil,
sebagai fotoreseptor, yang jumlahnya melimpah di dalam kloroplast terutama di
daun. Klorofil tidak larut dalam air tetapi larut dalam etanol, metanol, eter,
aseton, benzol dan kloroform. Hasil utama fotosintesis adalah glukosa yang
kemudian segera dikirim ke seluruh bagian tumbuhan yang membutuhkan
(Dwijoseputro, 1978; Witham et al., 1986).

Alat dan bahan:


Alat: Bahan:
1. Beker gelas 500 ml 1. Tanaman berdaun lebar
2. Beker gelas 250 ml 2. Kertas timah (aluminium foil)
3. Penggaris/mistar 3. Aquadest
4. Pemanas 4. Larutan Lugols Iodine
5. Pinset Alcohol 96%
6. Penjepit kertas

Cara Kerja:
1. Pada malam sebelum hari praktikum, tutuplah sebagian daun yang sehat
dengan kertas timah, dan jepitlah dengan penjepit kertas.
2. Setelah terpapar cahaya matahari 2-3 jam, daun tersebut dipetik lalu
masukkan ke dalam air mendidih selama 5 menit.
13

3. Daun yang ditutupi kertas timah maupun yang tidak, masing-masing


dipindahkan ke dalam beker gelas terpisah, yang masing-masing berisi
100 – 150 ml alkohol.
4. Panaskan alkohol berisi daun ke dalam steam bath (air mendidih).
Hentikan pemanasan jika daun telah berwarna putih, tiriskan.
5. Tetesi permukaan daun dengan Lugol (Yod-KI). Amati warna permukaan
daun baik yang ditutup dengan kertas timah maupun yang tidak.
6. Apabia berwarna biru tua berarti terdapat amilum pada daun juga larutan
ekstraksinya, masukan data dalam Tabel.
ACARA 7. PENGARUH STRES AIR TERHADAP PERILAKU
STOMATA

Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh cekaman kekurangan air terhadap


aktivitas stomata
Landasan Teori:
Kata stomata (tunggal:stoma) berasal dari Yunani yang berarti mulut.
Stomata adalah pori-pori kecil yang dimiliki semua tumbuhan darat. Stomata
dapat ditemukan pada bunga dan batang, tapi stomata terutama terletak pada
epidermis bagian bawah daun. Stomata dikelilingi dua sel penjaga yang
memiliki kloroplas, tidak seperti sel-sel epidermis lain. Sel-sel penjaga berguna
untuk mengendalikan terbukanya dan tertutupnya stomata. Pada siang hari air
masuk ke sel-sel penjaga secara osmosis, membuat sel-sel penjaga membesar
dan melengkung sehingga stoma jadi terbuka. Pada malam hari, ketika
tumbuhan tidak terhidrasi dengan baik air keluar dari sel-sel penjaga secara
osmosis, membuat sel-sel penjaga jadi mengecil dan kembali lurus sehingga
stoma jadi tertutup. Fungsi utama stomata adalah pertukaran gas seperti
karbon dioksida, uap air, dan oksigen. Selama siang hari karbon dioksida yang
dibutuhkan untuk fotosintesis terdifusi masuk ke daun lewat stomata. Oksigen
hasil fotosintesis dan uap air dari respirasi terdifusi keluar dari daun (Campbell,
1993).
Aktivitas stomata dipengaruhi oleh beberapa faktor (Dwidjoseputro, 1978;
Lakitan, 1996) yaitu:
1. Cahaya; Pada siang hari stomata membuka dan pada malam hari stomata
menutup.
2. Karbon dioksida (CO2): konsentrasi CO2 yang tinggi menyebabkan stomata
menutup dan O2 rendah menyebabkan stomata membuka.
3. Potensial air: Potensial air rendah stomata menutup.
4. Temperatur: Temperatur tinggi 30-350C , stomata menutup karena terjadi
cekaman air yang menurunkan tekanan turgor sel penutup.
5. Angin: Angin membawa CO2 masuk ke dalam stomata sehingga stomata
menutup sebagian/parsial. Di lain pihak angin menyapu lapisan air di
permukaan daun sehingga mempercepat penguapan air.
6. Ion Kalium/Potassium (K+) masuk ke dalam sel penutup sehingga stomata
membuka. Besarnya lubang stomata pada waktu membuka tergantung
pada konsentrasi K+ pada sel penutup. Contoh konsentrasi K+ sebesar 0,5
M menurunkan tekanan air sebanyak 2 MPa. Cahaya memacu penimbunan
K+ ke dalam sel penutup. Bila tumbuhan di tempatkan di tempat gelap maka
stomata menutup karena K+ keluar dari sel penutup. Ion potassium secara
alami disuplai dari epidermis di sekitar sel penutup. Pada sel penutup yang
tidak berkloroplas, K+ tidak di perlukan dalam jumlah banyak. K+ dipompa
dengan energi matahari sehingga dapat meningkatkan pH sel penutup
akibatnya stomata membuka. Potassium masuk ke sel penutup
menyebabkan H+ keluar, ternyata tidak ada pengaruh keterlibatan CI-
dalam pembukaan dan penutupan stomata.
7. Asama absisat (ABA). Fitohormon ini memacu penutupan stomata. ABA
dalam konsentrasi 10-6 M sudah dapat menyebabkan stomata menutup.
15

Alat dan bahan:


Alat: Bahan:
1. Mikroskop 1. Tanaman berdaun lebar
2. Kuteks bening 2. Air
3. Pinset
4. Penjepit kertas

CARA KERJA:
1. Tanaman berdaun lebar yang telah cukup dewasa di dalam pot dibagi dalam
dua grup: pot yang diari normal dan tidak diairi selama 2-3 hari.
2. Petik 2-3 lembar daun dari masing-masing grup tanaman, olesi permukaan
daun bagian bawah (epidermis bawah) dengan kuteks bening, diamkan 10
menit.
3. Lepas perlahan kuteks lalu letakkan pada gelas obyek. Tutup secara hati-
hati dengan cover glass dan amati di bawah mikroskop dengan perbesaran
kecil (4x10). Fokuskan pengamatan pada 1-2 stomata dan tingkatkan
perbesaran sampai 40x10. Amati perbedaan stomata, tulis hasilnya pada
table pengamatan. Gambarkan pula struktur stomata yang teramati dibawah
mikroskop.
Daftar Pustaka

Campbell, N.A. 1993. Biology 3th edition. The Benjamin Cummings publishing
Company, Inc. Sydney.

Dewanto F.G., Londok J.J.M.R., Tuturoong R.A.V., Kaunang W.B. 2013.


Pengaruh Pemupukan Anorganik dan Organik Terhadap Produksi
Tanaman Jagung Sebagai Sumber Pakan. Jurnal Zootek. 32(5): 0852-
2626

Dwijoseputro, D. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia. Jakarta.

Gardner, F.P., R.B. Pearce, and R. L Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plants.
Jakarta: UI Press.

Giese, A. 1979. Cell Physiology, W.B. Saunders Company. Tokyo.

Haryadi, S. S. 1988. Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia.

Lakitan, B. 1996. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo


Persada. Jakarta.

Ma’shum M. 2005. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Mataram University


Press. Mataram.

Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1992. Plant Physiology. Wadsworth Publishing
Company. Belmont California.

Ross, C.W 1970. Plant Physiology Laboratory Manual. Wadsworth Publishing


Company. Inc. California.

Tjitrosoepomo, G. 1999. Botani Umum Jilid 2. Bandung: Penerbit Angkasa.

Taiz, L. and E. Zeiger. 2010. Plant Physiology. 5th Edition. Sinauer Associates.
Sunderland

Witham, F. H., D. F. Blaydes and R. B. Devlin. 1986. Exercises in Plant


Physiology Second Edition. Prindle, Weber and Schmidt. Boston.

Anda mungkin juga menyukai