Buat Tabel yang serupa untuk data pengamatan parmeter perlakuan lainnya.
3
ACARA 2. KURVA SIGMOID
Tujuan: Untuk mengetahui kurva tumbuh organ tumbuhan (batang dan daun)
pada fase perkecmbahan.
Landasan Teori:
Dinamika pertumbuhan tanaman adalah proses yang menunjukkan
adanya perubahan sepanjang fase pertumbuhan tanaman, secara khas
dicirikan oleh fungsi pertumbuhan yang disebut kurva sigmoid. Jangka waktu
berlangsungnya proses ini dapat bervariasi, dari beberapa hari sampai
bertahun-tahun, tergantung jenis tumbuhan dan organnya. Kurva sigmoid
adalah suatu fungsi pertumbuhan yang mencirikan pola khas pertumbuhan
tanaman sepanjang satu generasi. Kurva ini terbentuk oleh variabel berupa
massa tanaman (bobot kering), volume, luas daun, tinggi, atau penimbunan
bahan kimia yang digambarkan terhadap waktu menjadi suatu garis yang dapat
ditarik dari data secara normal akan berbentuk sigmoid yang menyerupai huruf
S (Gardner et al.,1991). Pertumbuhan tanaman pada mulanya lambat kemudian
berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai titik maksimum, akhirnya laju
tumbuh menurun. Pola pertumbuhan tersebut cepat pada fase vegetatif sampai
titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman, kemudian melambat dan
akhirnya menurun pada fase senesen (Tjitrosoepomo, 1999). Bentuk kurva
sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat
terjadi sebagai akibat variasi di lingkungan. Ukuran akhir, rupa, dan bentuk
tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor genetik dan lingkungan
(Salisbury and Ross, 1991). Pada kurva sigmoid digambarkan garis
generalisasi atau kurva ukuran (meliputi bobot, tinggi, panjang, lebar, luas, dan
isi), log ukuran, dan laju pertumbuhan, masing-masing digambarkan terhadap
waktu. Menurut (Gardner et al. (1991); Salisbury and Ross (1991), fase-fase
yang digambarkan dalam ukuran kurva tersebut meliputi: (a) fase eksponensial
atau logaritmik, (b) fase linear, (c) fase eksponensial kelembaban, dan (d) fase
mantap). Laju pertumbuhan memuncak pada t = ½. Proses detail yang terjadi
pada masing-masing fase adalah sebagai berikut:
Fase eksponensial atau logaritmik (a), merupakan periode laju pertumbuhan
eksponensial, terjadi dalam selang waktuyang relatif pendek dalam tajuk
tanaman
Fase linear (b), merupakan kelanjutan selama periode yang relatif panjang
dan selama fase ini terjadi pertambahan bobot kering dengan laju yang
konstan
Fase eksponensial kelembaban (c), terjadi penambahan pertumbuhan
secara progressif berkurang menurut waktu sampai dicapai keadaan
mantap
Fase mantap (d), merupakan fase pematangan fisiologis, yaitu penambahan
bobot kering seimbang dengan berkurangnya bobot kering.
Alat dan bahan:
Alat: Bahan:
1. Polybag 1. Tanah
2. Silet 2. Kacang merah/kacang tunggak
3. Milimeter blog
5
4. Penggaris
Cara Kerja:
8. Isi tanah pada polybag yang telah disediakan.
9. Tanam 1 benih kacang merah/kacang tanah per pot pada kedalaman 1 cm.
10. Amati dan ukur pertumbuhan setiap 3 hari sekali selama 15 hari (5 kali).
Pengukuran dilakukan terhadap:
a. Pertambahan tinggi batang.
Pengukuran panjang batang mulai permukaan tanah sampai ujung
batang (shoot apical meristem)
b. Panjang dan lebar daun pertama (plumula) yang muncul (kiri dan kanan).
11. Buat grafik pertumbuhan (kurva sigmoid) plumula dan batang kacang
merah.
ACARA 3. JARINGAN PENGANGKUT AIR PADA TUMBUHAN
Landasan Teori:
Tumbuhan sepanjang hidupnya membutuhkan air dalam jumlah yang
sangat besar, berperan sebagai pelarut dan menjalankan berbagai reaksi
kimia di dalam tubuh. Air juga dibutuhkan oleh tumbuhan untuk menjaga
tekanan turgor agar bentuk sel – selnya tetap turgid. Kebutuhan akan air
ini diperoleh terutama dari media tumbuhnya melalui proses absorpsi dan
translokasi (Dwijoseputro, 1978). Absorpsi dan translokasi merupakan proses
fisiologi pertama yang berlangsung pada tumbuhan. Absorpsi air dan hara
yang larut dilaksanakan oleh bulu-bulu akar (root hairs) kemudian menuju
jaringan berkas pengangkut (vascular). Jaringan pengangkut pada tumbuhan
terdiri atas dua yaitu: (a) jaringan pembuluh xilem, berfungsi mengangkut air
dan unsur hara dari dalam tanah yang sebelumnya diabsorpsi oleh bulu-bulu
akar, menuju seluruh bagian tumbuhan, dan (b) jaringan pembuluh floem yang
berperan mengangkut hasil fotosintesis dari daun menuju bagian tumbuhan
yang membutuhkan. Kedua jaringan ini membentuk sistem transportasi (xilem)
dan translokasi (floem). Xilem dan floem selalu berdekatan, pada akar dan
batang berada di dalam silinder pusat (stele) (Campbell, 1993).
Proses penguapan (transpirasi) merupakan salah satu penyebab
hilangnya air dari dalam tubuh tumbuhan, sekaligus sebagai proses utama
transportasi air melalui xilem dapat berlangsung. Terjadinya transpirasi
menyebabkan akar tumbuhan akan senantiasa mencari dan menyerap air dari
dalam dalam tanah atau media tumbuhnya (Salisbury and Ross, 1991).
Cara Kerja:
1. Masukkan air ke dalam 3 buah botol kaca dengan volume yang sama
untuk setiap botol.
2. Ambil 3 batang Alamanda sp., hilangkan daun dari batang hingga tersisa
4 helai daun dari ujung batang Alamanda sp.
3. Masukkan 1 batang Alamanda sp. ke dalam botol kaca pertama sebagai
perlakuan I (kontrol).
4. Ambil 2 batang Alamanda sp. yang tersisa, hilangkan (kupas) bagian
kulitnya sepanjang 3 cm. Bagian kulit batang yang dihilangkan berjarak 3
cm dari pangkal batang.
5. Ambil 1 batang Alamanda sp. yang telah dihilangkan kulitnya, beri (olesi)
vaselin pada bagian pangkal batang Alamanda sp. dan masukkan ke
dalam botol kaca kedua sebagai perlakuan II.
7
6. Ambil 1 batang Alamanda sp. yang tersisa, beri (olesi) vaselin pada
bagian batang Alamanda sp. yang telah dihilangkan kulitnya dan
masukkan ke dalam botol kaca ketiga sebagai perlakuan III.
7. Beri tanda menggunakan spidol pada batas jumlah air yang diisi ke
dalam masing-masing botol setelah dimasukkan batang Alamanda sp .
8. Amati pengurangan jumlah air pada masing-masing perlakuan, setiap 2
hari sekali selama 10 hari. Jumlah air yang berkurang pada masing-
masing perlakuan sama dengan jumlah air yang ditambahkan ke dalam
botol hingga tanda batas jumlah air.
9. Catat hasil pengamatan dan masukkan ke dalam tabel hasil
pengamatan.
ACARA 4. PENGUKURAN DIFUSSION PRESURE DEFICIT (DPD) SEL
Landasan Teori:
Sel-sel tumbuhan dikelilingi oleh membran semipermeabel dan partikel
yang masuk maupun keluar harus melewati membran ini. Salah satu proses
dasar yang menfasilitasi proses masuk/keluar partikel tersebut adalah difusi
(Campbell, 1993). Difusi adalah proses tranfer materi melalui materi lain.
Transfer materi ini berlangsung karena atom atau partikel selalu bergerak oleh
agitasi thermal. Gerak tersebut berlangsungmengikuti gradien konsentrasi,
pada akhirnya ada arah netto dan mencapai kesetimbangan (equilibrium), zat
tersebut tersebar merata di dalam ruang yang tersedia. Suatu zat akan berdifusi
dari tempat atau ruang yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke tampat yang
memiliki konsentrasi lebih rendah. Dengan kata lain bahwa jenis zat apa pun
akan berdifusi menuruni gradien konsentrasinya (Giese, 1979). Materi dapat
berupa gas, cairan, atau padat. Difusi berlangsung cepat pada fasa gas,
sedang pada fasa cair, dan lambat pada fase padat. Difusi dapat terjadi tanpa
melalui penggunaan energi sel secara langsung (Taiz and Zeiger, 2010).
Difusi berperan sangat penting dalam proses hidup sel. Molekul hara
dari tanah dapat sampai ke permukaan bulu akar melalui proses difusi pada
larutan tanah. Molekul hara kemudian berdifusi melewati membrane sel akar,
masuk ke sitosol (cairan sitoplasma) endodermis sel akar, lalu ke masuk ke
jaringan xilem. CO2 atmosfir masuk ke daun secara difusi melalui stomata daun.
Demikian juga dengan pengangkutan fotosintat dari daun ke seluruh tubuh via
pembuluh floem, berlangsung secara difusi (Campbell, 1993; Salisbury and
Ross, 1991).
Cara Kerja:
1. Buat silinder umbi kentang menggunakan pelubang gabus.
2. Potong silinder umbi kentang tersebut dengan panjang 1 cm sebanyak
18 buah.
3. Timbang berat masing-masing potongan umbi kentang.
4. Masukkan 3 potong silinder kentang ke dalam setiap 30 ml seri larutan
sukrosa (0,0 ; 0,4 ; 0,8 ; 1,2 ; 1,6 ; dan 2,0 M)
9
Tujuan: mengetahui potensial air jaringan kentang dalam berbagai seri larutan
sukrosa.
Landasan Teori:
Tumbuhan pada umumnya secara periodik menghadapi stress air namun
dapat menghadapi kondisi yang berbeda akibat cuaca dan diurnal. Tumbuhan
menjaga keseimbangan antara kehilangan dan absorpsi air dari sel-sel
tubuhnya melalui proses osmosis. Osmosis merupakan peristiwa difusi air
melintasi suatu membran selektif permeabel. Tumbuhan memiliki dinding sel
yang bersifat kaku atau hampir kaku yang dapat memberikan tekanan fisik bagi
protoplas. Efek gabungan antara pengaruh tekanan fisik dinding sel dan
konsentrasi zat terlarut disebut dengan potensial air dari pada tumbuhan (Taiz
and Zeiger, 2010). Secara termodinamika, semua materi cenderung bergerak
dari tempat dengan energi bebas tinggi (kapasitas untuk melakukan kerja) ke
tempat dengan energi bebas lebih rendah. Potensial air merupakan suatu
ukuran energi bebas air dibandingkan dengan energi bebas air murni. Untuk
mengetahui status air di dalam sel atau jaringan tumbuhan digunakan potensial
air ini. Semakin rendah potensial air suatu sel atau jaringan, maka semakin
bedar kemampuannya untuk menyerap air dari dalam tanah. Sebliknya,
semakin tinggi potensial airnya maka semakin besar kemampuannya untuk
memberikan air ke sel/jaringan lain yang lebih rendah potensial airnya (Giese,
1979; Salisbury and Ross, 1991).
Salah satu cara untuk mengetahui potensial air suatu jaringan adalah
dengan cara merendam jaringan tersebut ke dalam suatu seri larutan yang
telah diketahui potensial airnya. Perendaman tersebut akan menunjukkan
apakah terjadi perubahan potensial osmotik (potensial air) pada jaringan atau
larutan perendam. Baik jaringan tumbuhan atau larutan dapat bersifat isotonk.
Hipotonik maupun hipertonik. Berdasarkan pada ada atau tidaknya perubahan
cairan pada jaringan maupun cairan pada larutan, akan diketahui potensial air
pada suatu jaringan (Ross, 1970).
Cara Kerja:
1. Buat silinder umbi kentang menggunakan pelubang gabus.
2. Potong silinder umbi kentang tersebut dengan panjang 1 cm sebanyak
18 buah.
11
Landasan Teori:
Kehidupan seluruh mahluk hidup (organisme) di bumi sangat tergantung pada
ENERGI yang berasal dari sinar matahari (surya). FOTOSINTESIS merupakan satu-
satunya proses biologi penting yang dapat memanen energi surya tsb. sehingga dapat
digunakan oleh tumbuhan itu sendiri serta mahluk hidup lainnya. Proses fotosintesa
adalah suatu proses dimana tumbuhan menggunakan energi sinar matahari untuk
merubah karbon dioksida (CO2 = karbon dan oksigen) dan air (H2O = hidrogen dan
oksigen) menjadi gula atau pati. Gula dan pati merupakan nutrisi (makanan) tumbuhan.
Pengertian sederhananya, fotosintesis adalah membuat/menyusun sesuatu
menggunakan cahaya (Photosynthesis means "making / synthesis things with
light") (Taiz and Zeiger, 2010). Salisbury and Ross (1991) menyatakan baHWA
Organisme yang melaksananakan fotosintesis menggunakan energi surya
untuk mensintesa senyawa karbon yang tak dapat dibentuk tanpa input energi. Lebih
spesifik, energi surya mengarahkan berlangsungnya sintesa karbohidrat (senyawa
karbon) dari karbon dioksida dan air dan melepaskan oksigen:
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2
Carbon + Water Carbohydrate + Oxygen
Cahaya menjadi suatu faktor pembatas dalam fotosintesis pada
intensitas cahaya rendah, jadi kecepatan proses keseluruhannya ditentukan
oleh kecepatan suplai energi cahaya. Faktor internal tumbuhan yang paling
berperan bagi konversi energi ini adalah pigmen hijau yang disebut khlorofil,
sebagai fotoreseptor, yang jumlahnya melimpah di dalam kloroplast terutama di
daun. Klorofil tidak larut dalam air tetapi larut dalam etanol, metanol, eter,
aseton, benzol dan kloroform. Hasil utama fotosintesis adalah glukosa yang
kemudian segera dikirim ke seluruh bagian tumbuhan yang membutuhkan
(Dwijoseputro, 1978; Witham et al., 1986).
Cara Kerja:
1. Pada malam sebelum hari praktikum, tutuplah sebagian daun yang sehat
dengan kertas timah, dan jepitlah dengan penjepit kertas.
2. Setelah terpapar cahaya matahari 2-3 jam, daun tersebut dipetik lalu
masukkan ke dalam air mendidih selama 5 menit.
13
CARA KERJA:
1. Tanaman berdaun lebar yang telah cukup dewasa di dalam pot dibagi dalam
dua grup: pot yang diari normal dan tidak diairi selama 2-3 hari.
2. Petik 2-3 lembar daun dari masing-masing grup tanaman, olesi permukaan
daun bagian bawah (epidermis bawah) dengan kuteks bening, diamkan 10
menit.
3. Lepas perlahan kuteks lalu letakkan pada gelas obyek. Tutup secara hati-
hati dengan cover glass dan amati di bawah mikroskop dengan perbesaran
kecil (4x10). Fokuskan pengamatan pada 1-2 stomata dan tingkatkan
perbesaran sampai 40x10. Amati perbedaan stomata, tulis hasilnya pada
table pengamatan. Gambarkan pula struktur stomata yang teramati dibawah
mikroskop.
Daftar Pustaka
Campbell, N.A. 1993. Biology 3th edition. The Benjamin Cummings publishing
Company, Inc. Sydney.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, and R. L Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plants.
Jakarta: UI Press.
Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1992. Plant Physiology. Wadsworth Publishing
Company. Belmont California.
Taiz, L. and E. Zeiger. 2010. Plant Physiology. 5th Edition. Sinauer Associates.
Sunderland