Anda di halaman 1dari 4

PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT DENGAN BERBAGAI KADAR AIR TANAH PENDAHULUAN Air merupakan komponen utama dalam pertumbuhan

tanaman. Kadar air di dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman dapat berubah setiap saat. Tingkatan kadar air di dalam tanah dibedakan atas kadar air pada titik layu permanen (TLP) apabila air di dalam tanah berupa air yang terikat kuat oleh partikel tanah sehingga tidak bisa diserap oleh tanaman dan menyebabkan tanaman layu yang tidak dapat balik atau disebut layu permanen. Kadar air di atas TLP hingga pada kondisi kapasitas lapangan (KL) merupakan air yang terdapat dalam pori makro, yang tersedia dan dapat diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan. Pada tingkat kadar air yang lebih tinggi dari KL, seluruh pori-pori dalam tanah akan terisi air yang merupakan kondisi air berlebih, yang disebut kondisi jenuh air atau tergenang. Tiap jenis tanaman memiliki respon pertumbuhan yang berbeda terhadap kondisi kadar air tanah yang berubah tersebut. TUJUAN Mendeskripsikan respon pertumbuhan tanaman terhadap perbedaan kadar air tanah. BAHAN dan METODE Bahan: 1. Bibit kelapa sawit, 2. Air Alat: 1. Polybag ukuran 40 cm x 50 cm, 2. Ember plastik berukuran 20 L, 3. Kantong plastik ukuran 10 kg

METODE PERCOBAAN Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) 1 faktor perlakuan dengan 2 ulangan. Satu set perlakuan terdiri atas: A0 = Tanpa disiram A1 = Tadah hujan A2 = Tergenang air hingga tinggi polybag A3 = Tergenang air hingga seluruh tinggi polybag

PROSEDUR KERJA 1. Setiap kelompok mengerjakan 1 set percobaan (4 perlakuan) 2. Persiapan bibit. Ambillah bibit yang tumbuh di antara TM kelapa sawit yang berukuran seragam (minimal dengan ketinggian 50 cm) dengan cara mencabut bibit beserta akar dan tanah di sekitarnya secara hati-hati (usahakan akar tidak terputus). 3. Persiapan media. Media tanah lapisan atas (top soil) dimasukan ke dalam polybag berukuran 35 cm x 40 cm sampai ketinggian 3 cm dari bagian atas polybag, kemudian disiram secukupnya sampai kapasitas lapangan (disiram air sampai jenuh dan dibiarkan hingga air tidak menetes lagi melalui lubang polybag). 4. Bibit ditanam ke dalam polybag yang telah disiapkan. Selanjutnya, bibit ditempatkan di tempat terbuka hingga tiga minggu sebelum diperlakukan. 5. Pada minggu ke-3 setelah persiapan bibit, tinggi bibit diukur, jumlah helaian daun dan/atau calon daun, panjang helaian daun dan atau calon daun sebagai data awal peubah pertumbuhan bibit. Selanjutnya pekerjaan yang dilakukan sesuai perlakuan sebagai berikut: a. A0 (Tanpa Disiram): media bibit dibungkus dalam polybag dengan kantong plastik sehingga air hujan tidak bisa masuk ke dalam media. b. A1 (Tadah Hujan): biarkan bibit dengan media dalam keadaan terbuka sehingga memungkinkan air masuk ke dalam media. c. A2 (Tergenang air hingga tinggi polybag) : bibit dimasukkan dalam polibag ke dalam ember plastik yang telah dilubangi pada ketinggian tinggi polibag; selanjutnya air dituangkan ke dalam ember hingga air terpancar melalui lubang yang telah dibuat. d. A3 (Tergenang air hingga seluruh tinggi polibag) 6. Pada masing-masing bibit diberikan label sesuai perlakuan kadar air tersebut, selanjutnya ditempatkan di tempat yang terbuka. 7. Pengamatan terhadap peubah pertumbuhan bibit tiap 2 minggu hingga 10 minggu dilakukan setelah perlakuan meliputi: a. Tinggi bibit: diukur dari permukaan media sampai ujung daun tertinggi b. Jumlah helaian daun dan/atau calon daun: daun yang telah membuka dan calon daun dihitung jumlahnya. c. Panjang helaian daun: seluruh daun yang telah membuka diukur panjangnya dari pangkal batang hingga ujung daun. 8. Pada saat bibit umur 10 minggu setelah perlakuan,dilakukan pembongkaran bibit. Akar bibit dibersihkan dari media tanah yang menempel dengan cara mencucinya dengan air. Selanjutnya dipisahkan antara bagian akar dan bagian tajuk(batang dan daun) lalu ditimbang masing-masing bagian tersebut. 9. Data yang telah diperoleh dimasukkan pada lembar kerja yang telah disediakan.

10. Data dari semua kelompok dalam satu grup praktikum(A, B, C),kemudian dihitung nilai rata-rata nilai setiap peubah pertumbuhan yang diamati. Data disajikan dalam bentuk tabel, grafik, atau histogram.

IDENTIFIKASI KOMPONEN EKOSISTEM TANAMAN PERKEBUNAN PENDAHULUAN Areal perkebunan merupakan suatu ekosistem buatan dengan jenis tanaman pokok tertentu seperti karet,kelapa, kelapa sawit, kopi, kakao, dan lain-lain. Tanaman pokok tersebut berinteraksi dengan keadaan lingkungan baik lingkungan abiotik maupun lingkungan biotik. Lingkungan tanaman pokok dalam dalam ekosistem perkebunan perlu diidentifikasi agar dapat dikelola dengan baik sehingga dapat menghasilkan interaksi dengan tanaman pokok yang mampu memperbaiki pertumbuhan dan produktivitasnya. Selain tanaman pokok, dalam ekosistem perkebunan terdapat komunitas dari berbagai spesies tumbuhan maupun hewan lain dengan populasi yang beragam sebagai lingkungan biotik. Tanah, air, dan iklim mikro merupakan lingkungan abiotik bagi tanaman pokok di ekosistem perkebunan. TUJUAN Mengenal dan mendeskripsikan komponen biotik dan abiotik pada ekosistem perkebunan. BAHAN dan ALAT 1. Areal perkebunan karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, kakao, teh, di Kebn Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. 2. Alat pengkur suhu, intensitas cahaya dan kelembaban, alat tulis dan lembar kerja praktikum 3. Meteran PROSEDUR KERJA 1. Mahasiswa secara berkelompok 94 kelompok dengan perlakuan yang sama pada percobaan jagung) mengunjungiareal perkebunan yang telah ditentukan. 2. Pada tiap areal perkebunan, dilakukan pengamatan terhadap jenis tanaman pokok beserta lingkungan biotik dan abiotiknya. 3. Jarak antar tanaman pokok diukur dari tiap areal perkebunan. 4. Intensitas cahaya, suhu, dan kelembaban diukur pada tiga titik pengamatan untuk setiap areal perkebunan. 5. Hasil pengamatan dituliskan pada lembar kerja paraktikum.

Anda mungkin juga menyukai