Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUKSI TANAMAN II TEKNOLOGI PENGELOLAAN PEMUPUKAN

Oleh : Nama NIM Gol/ Kelompok Asisten : Puspa Perwira : 091510501093 : Selasa/3 : 1. Oki Yulianto 2. Grace T. S. A 3. Lazuardi Cahya 4. Andika Septa 5. Wanda Destyan 6. Ristika Wulandari

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2011

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUKSI TANAMAN II TEKNOLOGI PENGELOLAAN PEMUPUKAN

Oleh : Nama NIM Gol/ Kelompok Asisten : Isti Liescahyani : 091510501035 : Selasa/3 : 1. Oki Yulianto 2. Grace T. S. A 3. Lazuardi Cahya 4. Andika Septa 5. Wanda Destyan 6. Ristika Wulandari

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2011

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kangkung termasuk suku Convolvulaceae atau keluarga kangkungkangkungan. Merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Tanaman bernama Latin Ipomoea reptans ini terdiri dari dua varietas, yakni kangkung darat yang disebut kangkung cina dan kangkung air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit. Perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air terletak pada warna bunga. Kangkung air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat bunga putih bersih. Perbedaan lainnya pada bentuk daun dan batang. Kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar daripada kangkung darat. Warna batangnya juga berbeda. Kangkung air berbatang hijau, sedangkan kangkung darat putih kehijau-hijauan. Lainnya, kebiasaan berbiji. Kangkung darat lebih banyak bijinya daripada kangkung air. Itu sebabnya kangkung darat diperbanyak lewat biji, sedangkan kangkung air dengan stek pucuk batang. Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Namun apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen. Pemeliharaan yang perlu dilakukan terutama adalah menjaga

ketersediaan air pada kangkung darat. Apabila tidak turun hujan, harus segera dilakukan penyiraman. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu pengendalian gulma pada waktu tanaman masih muda atau belum menutup tanah dan menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit. Untuk penanaman dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Lahan dicangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur, setelah itu dibuat bedengan membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh. Lahan yang asam

(pH rendah) dilakukan pengapuran dengan kapur kalsit atau dolomite. Untuk pemupukkan, tanah diberikan pupuk kandang atau pupuk kompos organik hasil fermentasi. Sebagai starter ditambahkan pupuk anorganik sebelum tanam dan pada umur 15 hari setelah tanam. Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian diberikan secara larikan disamping barisan tanaman, jika perlu tambahkan pupuk cair 3 liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 1 dan 2 minggu setelah tanam.

1.2 Tujuan 1. 2. Mengetahui dan mengerti tujuan dari pemupukan. Mengerti tentang pengelolaan pupuk yang sesuai.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika.

Kangkung banyak ditanam di Pulau Jawa khususnya di Jawa Barat, juga di Irian Jaya di Kecamatan Muting Kabupaten Merauke kangkung merupakan lumbung hidup sehari-hari. Di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar tanaman kangkung darat banyak ditanam penduduk untuk konsumsi keluarga maupun untuk dijual ke pasar (Heru dan Yovita, 2003). Kangkung termasuk suku Convolvulaceae (Adiyoga, 1999). Kedudukan tanaman kangkung dalam sistematika tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan ke dalam: a) Divisio : Spermatophyta b) Sub-divisio : Angiospermae c) Kelas : Dicotyledonae d) Famili : Convolvulaceae e) Genus : Ipomoea f) Species : Ipomoea reptans Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Kangkung yang dikenal dengan nama Latin Ipomoea reptans terdiri dari 2 (dua) varietas, yaitu Kangkung Darat yang disebut Kangkung Cina dan Kangkung Air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa atau parit-parit. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung

pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun.

Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C. Apabila kangkung ditanam di tempat yang terlalu panas, maka batang dan daunnya menjadi agak keras, sehingga tidak disukai konsumen. Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah.

Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang air. Biji kangkung darat ditanam pada tanah tegalan yang telah dipersiapkan. Tanah tegalan tersebut dicangkul sedalam 30 cm, dan diberi pupuk kandang kuda atau domba sebanyak 1 kg/m2 atau 10 ton/ha. Setelah tanah diratakan kemudian dibuat bedengan pertanaman dengan lebar 60 cm atau 1 m. Pada bedenganbedengan tersebut dibuat lubang-lubang tanam dengan jarak 20 cm antar barisan dan 20 cm antara tanaman. Tiap lubang diberi 27 biji kangkung. Sistem penanaman dilakukan dengan zig-zag atau sitem garitan (baris). Pemupukan yang digunakan yaitu Urea 200 kg, TSP 200 kg dan KCl 100 kg per hektar (Hasibuan, 2010). Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik. Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) 2000 meter dpl. Baik kangkung darat maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan dicampur aduk (Danarti dan Najiyati, 1994).

Pemeliharaan yang perlu dilakukan terutama adalah menjaga ketersediaan air pada kangkung darat. Apabila tidak turun hujan, harus segera dilakukan penyiraman. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu pengendalian gulma pada waktu tanaman masih muda atau belum menutup tanah dan menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit. Pengamatan tanaman dapat dilakukan dengan pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan ataupun sediaan yang dilakukan dengan cara yang tepat diantaranya cara titrasi, destilasi atau gravimetri yang bertujuan memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan, dimana nilai maksimal atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurniaan dan kontaminasi (Dirjen POM, 1995). Penetapan kandungan air dapat dilakukan beberapa cara, hal ini tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu (105-110) 0C selama 3 jam atau didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap, dan lain-lain pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Kadang -kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan dalam eksikator dengan H2SO4 pekat sebagai pengering, hingga mencapai berat yang konstan (Winarno, 1984). Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap ( volatile ) seperti sayuran dan susu, menggunakan cara destilasi dengan pelarut tertentu, misalnya toluen, xilol, dan heptana yang berat jenisnya lebih rendah daripada air. Contoh (sample) dimasukkan dalam tabung bola (flask), kemudian dipanaskan. Air dan pelarut menguap, diembunkan, dan jatuh pada tabung Aufhauser yang berskala. Air yang mempunyai berat jenis lebih besar ada di bagian bawah, sehingga jumlah air yang diuapkan dapat dilihat pada skala tabung aufhauser tersebut (Syamsir, 2008). Di samping cara-cara fisik, adapula cara-cara kimia untuk menentukan kadar air. Mc. Neil mengukur kadar air berdasarkan volume gas asetilen yang

dihasilkan dari reaksi kalsium karbonat dengan bahan yang akan diperiksa. Cara ini dipergunakan untuk bahan-bahan seperti sabun, tepung, bubuk biji vanili, mentega dan sari buah. Karl fischer pada tahun 1935 mengunakan cara pengeringan berdasarkan reaksi kimia air dengan titrasi langsung dari bahan basah dengan larutan iodin, sulfur dioksida, dan piridina dalam metanol. Perubahan warna menunjukan titik akhir titrasi.

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Tempat praktikum di Fakultas Pertanian dan Agrotechnopark Universitas Jember pada pukul 14.00 tangal 19 April 2011 yaitu dalam semester genap antara April hingga Juli 2011.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat 1. 2. 3. Cangkul Ember Timbangan

3.2.2 Bahan 1. 2. 3. 4. 5. Benih kangkung Pupuk kandang Urea KCl SP-36

3.3 Cara Kerja A. Persiapan Bahan dan Perlakuan 1. 2. Menentukan luas lahan dan buat peta lahan beserta ukurannya/skalanya. Menggambarkan karakteristik tanah secara visual mengenai tekstur, struktur, bahan organik dan kelembaban. 3. 4. Menentukan jenis tanaman dan kebutuhan unsur hara. Menentukan rekomendasi yang umum berlaku dan perlakuan.

B. Perhitungan Kebutuhan Pupuk 1. 2. Menghitung unsur hara (NPK) yang diberikan. Menghitung kebutuhan pupuk dalam petak yang digunakan.

3. 4.

Menghitung kebutuhan unsur hara tersebut dalam petak yang digunakan. Menghitung kebutuhan pupuk N apabila dari sumber ZA NS (21:24); pupuk P dan K dari phonska NPKS (15:15:15:10); serta NPK (16:4:8).

5.

Menghitung pemberian pupuk untuk setiap tanaman.

C. Aplikasi 5 Tepat Pemupukan 1. 2. 3. 4. 5. Menjelaskan macam/jenis pupuk yang diberikan pada sayuran. Menjelaskan dosis/konsentrasi unsur hara yang diberikan pada sayuran. Menjelaskan cara pemberian pupuk pada sayuran. Menjelaskan waktu pemberian pupuk pada sayuran. Menjelaskan tempat pemberian pupuk pada sayuran.

D. Evaluasi Pengaruh Pemupukan Pada Pertumbuhan dan Produksi Tanaman 1. Menjelaskan kenampakkan secara visual pertumbuhan dan warna tanaman terhadap perlakuan, khususnya dihubungkan dengan pupuk atau acara-acara sebelumnya. 2. Menghitung serapan NPK sayuran dan mengukur bobot basah/ segar kemudian melanjutkan dengan bobot kering (60-70) oC. 3. Membandingkan antara hara yang diberikan dengan hara yang diserap.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil a. Jarak Tanam 30x20 cm (Bedengan 30 Tanaman) Berat Blangko 6,2 gr 5,43 gr 6,2 gr 5,46 gr Berat Basah Total 3000 gr 2500 gr 2850 gr 3200 gr Jumlah Tanaman Sampel 5 5 5 5 Berat Basah 5 Sampel 202,5 gr 193,5 gr 436,87 gr Berat Rata-rata 5 Sampel 40,5 gr 38,76 gr 51,76 gr Berat Basah 2 Sampel 92,76 gr 158,92 gr 155,39 gr 79,81 gr Berat Kering 2 Sanpel 10,52 gr 19,71 gr 15,02 gr 9,94 gr

Kel.

1 2 3 4

670,53 gr 134,106 gr

b. Jarak Tanam 20x20 cm (Bedengan 50 Tanaman) Berat Blangko 5,62 gr 5,45 gr 5,62 gr 5,46 gr Berat Basah Total 3700 gr 1700 gr 3800 gr 3450 gr Jumlah Tanaman Sampel 5 5 5 5 Berat Basah 5 Sampel 189,754 gr 163,75 gr 337,6 gr 623,55 gr Berat Rata-rata 5 Sampel 37,95 gr 32,92 gr 40,5 gr 124,71 gr Berat Basah 2 Sampel 63,5 gr 148,73 gr 113,68 gr 77,13 gr Berat Kering 2 Sanpel 5,67 gr 9,92 gr 40,5 gr 14,18 gr

Kel.

1 2 3 4

4.2 Pembahasan Praktikum ini terdiri dari beberapa kegiatan dan dijadikan beberapa pengamatan lapang. Pengamatan pertama yakni pada waktu pembenihan, hal-hal yang diperhatikan adalah penambahan pupuk sebagai starter dan karakteristik tanah. Pupuk starter yang diberikan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik yaitu urea, KCl, dan SP-36. Adapun pemberian pupuk kandang yaitu 1200 gram/4m2 atau 3000 kg/ha, urea yaitu 20 gram / 4 m2 atau 50 kg/ha, pupuk KCl yaitu 30 gram/ 4 m2 atau 75 kg/ha dan pupuk SP-36 yaitu 40 gram / 4m2 atau 100 kg/ha. Warna tanah pada lahan yang digunakan yaitu cokelat kehitaman dan

bertekstur geluh berpasir. Penanaman dilakukan dengan pembuatan dua bedengan dengan jarak tanam berbeda yaitu 20 x 20 cm dan 20 x 30 cm (Lihat lampiran). Pengamatan kedua dilakukan dengan mengamati pertumbuhan tanaman terbaik dan terburuk. Beberapa tanaman tumbuh dengan normal, daun berwara hijau, batangnya kuat dan tegap sedangkan tanaman yang kurang normal, daunnya berwarna kuning dan daun tampak keriting. Hal ini bisa terjadi karena kedalaman tanam yang terlalu dalam, jarak tanam yang terlalu dekat, serangan OPT, kurangnya kualitas benih, intensitas cahaya maupun air serta nutrisi. Pemupukan yang dilakukan bisa menjadi salah satu faktor penyebab pertumbuhan tidak normal tersebut. Salah satunya dari penyebaran pupuk, nutrisi yang diberikan, dan jumlah aplikasi. Pemupukan yang berimbang dan tepat memberikan pertumbuhan yang baik bagi tanaman yakni pertumbuhan daun, batang dan akar yang sempurna, tidak terjadi klorosis, tanaman tidak mudah terserang penyakit, dll. Pada pengamatan ini persentase perkecambahan pada jarak tanam 20 x 20 adalah 70% dan jarak tanam 20 x 20 adalah 88%. Pada pengamatan selanjutnya, persentase pertumbuhan tanaman pada kedua lahan tidak terjadi peningkatan. Pertumbuhan pada lahan 20 x 20 masih sebesar 88% sama seperti persentase perkecambahan dan pada lahan 20 x 30 persentase pertumbuhan yaitu 70%. Pada pengamatan ini dilakukan pemberian pupuk susulan dengan tujuan untuk menambah nutrisi pada lahan yang nutrisinya telah berkurang akibat pencucian, menguap, ataupun dserap oleh tanaman. Pupuk susulan yang diberikan adalah pupuk anorganik yaitu urea dan KCl. Adapun pemberian pupuk pada bedengan 20 x 20 yaitu urea 7 gram / 2 m2 atau 200 kg/ha dan pupuk KCl yaitu 3,5 gram/ 2 m2 atau 100 kg/ha. Adapun pemberian pupuk pada bedengan 20 x 30 yaitu urea 10 gram / 2 m2 atau 200 kg/ha dan pupuk KCl yaitu 5 gram/ 2 m2 atau 100 kg/ha. Selanjutnya pengamatan dilakukan terhadap persentase tanaman yang mati yaitu pada jarak tanam 20 x 20 ditemukan 5 benih yang mengalami kematian dengan persentase 10% dan pada jarak tanam 20 x 30 benih mati berjumlah 4 dengan persentase benih mati 13,33%. Pada pengamatan keempat, persentase pertumbuhan tanaman semakin meningkat akibat adanya penyulaman. Pada bedengan 20 x 30, pertumbuhan

tanaman meningkat menjadi 97% dan pada jarak tanam 20 x 20, tidak ditemukan adanya tanaman yang mati. Namun persentase pertumbuhan menurun pada pengamatan selanjutnya yakni 93% pada bedengan 20 x 30 dan 92% pada bedengan 20 x 20. Namun pada pengamatan terakhir, jumlah tanaman mati tidak bertambah sehingga persentase pertumbuhan tidak menurun. Kematian pada tanaman pada pengamatan adalah akibat kerusakan mekanis saat pengamatan. Rimbunnya tanaman dan rapatnya kanopi daun menyulitkan pengamatan sehingga terjadilah kerusakan mekanis yang tidak diinginkan. Pada waktu tertentu, produktivitas tanah semakin lama akan semakin menurun. Hal tersebut sebagai akibat dari faktor-faktor seperti usaha budidaya pertanian, pengikisan top soil, pencemaran lingkungan, bencana alam, dan pengaruh Iklim. Pemberian pupuk dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tanah dalam meningkatkan produktivitas tanah. Pemupukan yang seimbang adalah pemupukan yang memperhatikan kebutuhan tanaman juga ekologi. Bila pupuk yang digunakan terlalu banyak maka akan meracun, namun bila kekurangan maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Berikut adalah 5 tepat pemupukan: 1. Tepat Jenis yaitu jenis pupuk disesuaikan dengan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. 2. Tepat Dosis yaitu pemberian pupuk harus tepat takarannya, disesuaikan dengan jumlah unsur hara yang dibutuhkan tanaman pada setiap fase pertumbuhan tanaman. 3. Tepat Waktu yaitu harus sesuai dengan masa kebutuhan hara pada setiap fase/umur tanaman, dan kondisi iklim/cuaca. Misalnya pemupukan yang baik dilakukan di awal musim penghujan atau akhir musim kemarau dan pengaplikasian PPC sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 11 siang. 4. Tepat Cara yaitu pengaplikasian pupuk disesuaikan dengan bentuk fisik pupuk, pola tanam, kondisi lahan dan sifat-sifat fisik , kimia tanah dan biologi tanah. 5. Tepat Sasaran yaitu harus tepat pada sasaran yg ingin dipupuk, misalnya jika yang ingin dipupuk adalah tanaman, maka pemberian pupuk harus berada

didalam radius daerah perakaran tanaman, dan sebelum dilakukan pemupukan maka areal pertanaman harus bersih dari gulma-gulma pengganggu kemudian jika pemupukan ditujukan untuk tanah, maka aplikasinya dilakukan pada saat pengolahan tanah, dan berdasarkan pada hasil analisa kondisi fisik & kimia tanah.

Dalam praktikum ini dilakukan pemupukan menggunakan kompos yang merupakan salah satu suplai bahan organik. Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah baik secara fisik, kimia, maupun biologis. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah dan merupakan sumber hara tanaman disamping itu sebagai sumber energi dari sebagian besar organisme tanah. Selain kompos, pupuk yang mengandung P (fosfor) juga digunakan yakni SP-36. Fosfor tersedia di dalam tanah dapat diartikan sebagai P tanah yang dapat diekstraksikan atau larut dalam air dan asam sitrat. Ketersediaan fosfor anorganik tanah sangat ditentukan oleh faktor-faktor seperti pH tanah, ion Fe, Al dan Mn larut, kemudian adanya mineral yang mengandung Fe, Al dan Mn, tersedianya Ca, jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organik, dan kegiatan jenis renik. Selanjutnya pupuk yang ditambahkan adalah pupuk KCl yang

mengandung unsur makro Kalium (K). Secara alami, kalium ditemukan sebagai
senyawa dengan unsur lain dalam air laut atau mineral lainnya. Selain itu, kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+ dengan contoh pupuk komersil KCl 80, KCl 90, ZK 90 dan ZK 96 (Thika, 2009). Secara fisiologis, kalium mempengaruhi susunan dan pengedaran karbohidrat di dalam tanaman. Selain itu kalium juga mempercepat metabolisme unsur nitrogen, mencegah bunga dan buah agar tidak mudah gugur (Thika, 2009), membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat tubuh tanaman, serta dapat meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit (Prasetyo, 2009). Unsur kalium juga membantu proses transportasi dalam tubuh tanaman sehingga hasil-hasil fotosintesis dapat dibawa dan diakumulasi pada tempat-tempat penyimpanan. Ion Kalium mempunyai fungsi psikologis pada asimilasi zat arang. Kalium berfungsi pula pada pembelahan sel dan pada sintesa

putih telur. Fungsi lain dari Kalium adalah pada pembentukan jaringan penguat. Tanaman yang kekurangan Kalium akan cepat mengayu atau menggabus, hal ini disebabkan kadar lengasnya yang lebih rendah (Santosa, 2010). Gejala kekurangan Kalium yang terdapat pada daun terjadi secara setempatsetempat. Pada permulaannya tampak agak mengkerut dan kadang-kadang mengkilap, selanjutnya ujung dan tepi daun tampak menguning. Warna seperti ini tampak pula diantara tulang-tulang daun hingga pada akhirnya daun tampak bercak-bercak kotor berwarna coklat. Sering pula bagian bercak ini jatuh sehingga daun tampak bergerigi, dan kemudian mati. Gejala yang terdapat pada batang yaitu batangnya lemah dan pendekpendek, sehingga tanaman tampak kerdil. Sedangkan gejala yang tampak pada buah, banyak yang berjatuhan sebelum masak, sedang masaknya buahpun berlangsung lambat. Bagi tanaman yang berumbi yang menderita defisiensi K hasil umbinya sangat kurang dan kadar hidrat arangnya demikian rendah (Frandho, 2010). Pada tanah-tanah tertentu, pupuk ZK yang berbentuk butiran halus berwarna krem tidak digunakan karena meskipun reaksinya bersifat netral, namun penggunaan secara berkelanjutan akan menyebabkan pH tanah menjadi asam. Selain itu penggunaan pupuk KCI juga harus lebih hati-hati, ini dikarenakan KCl mengandung klor (Cl) yang cukup tinggi, sehingga dapat berpengaruh negatif terhadap tanaman yang peka terhadap clor (Davied, 2011). Kelebihan kalium juga menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar magnesium daun dapat menurun, kadang-kadang menjadi tingkat terendah sehingga aktifitas fotosintesa terganggu (Arif, 2010). Menurut Syafruddin et al . (2007) kelebihan N membuat daun berwarna hijau gelap. Apabila dilihat dari kadar klorofil yang ada pada daun, perlakuan ketiga menunjukkan kadar klorofil tertinggi meskipun pada bagian daun tua masih ditemukan adanya klorosis dan pertumbuhan vegetatif tanaman tidak sebaik perlakuan 4. Hal ini bisa disebabkan oleh kesalahan pengukuran, kesalahan dalam pengambilan sampel daun, bias cahaya, sensitifitas alat, dll.

Tanaman menyerap hara biasanya dalam bentuk ion-ion. Unsur hara N diserap tanaman dalam bentuk kation (NH4+) dan anion nitrat (NO3-). Fiksasi N merupakan sumber utama N tanah yaitu suatu aktifitas mikrobial untuk menambat N2 udara/udara tanah dan merubahnya menjadi bentuk yang dapat digunakan tanaman. Tanaman memperoleh nutrient/hara dengan penyerapan melalui daun dan akar.

Nutrient/hara mensuplai tanaman dengan mekanisme mass flow, diffuse, dan intersepsi akar. Sejumlah air ditranspirasikan oleh tanaman. Umumnya air diserap dulu oleh akar tanaman, bergerak melalui akar dan batang, dan akhirnya hilang sebagai uap melalui stomata daun. Absorpsi dan transpirasi air secara kontinyu oleh tanaman menyebabkan sejumlah besar air harus bergerak melalui tanah. Air beserta nutrient yang terlarut di dalamnya, disebut larutan tanah, bergerak melalui tanah mencapai akar tanaman. Bergeraknya nutrient/hara melalui tanah dalam massa air yang bergerak disebut mass flow. Jika akar tanaman menyerap nutrient dari larutan tanah, nutrient terlarut lainnya bergerak menuju akar tanpa aliran massa air karena hukum-hukum diffuse yaitu dari area dengan konsentrasi setiap elemen lebih tinggi ke area dengan konsentrasi setiap elemen lebih rendah. Perluasan akar tanaman mengurangi jarak yang diperlukan nutrient/hara tanaman untuk bergerak dengan mass flow atau diffuse untuk mencapai permukaan akar tanaman. Penyerapan hara/nutrient tanaman oleh perkembangan dan perluasan akar disebut intersepsi akar. Akar merupakan kombinasi suatu kisi (lattice) (dinding sel) pasif yang berkontak dengan larutan tanah dan sel protoplasma yang dikelilingi membran. Penyerapan ion-ion esensiil yang selektif dan deskreminan terjadi melalui membran sel tersebut dengan proses yang belum diketahui. Tetapi banyak carriers kimia diketahui bergabung/menyatu dengan elemen/ion-ion untuk bergerak menyebrangi membran. Saat akar menyerap nutrient, mereka melepaskan kation H+ setara banyaknya kation nutrient atau melepas anion HCO3- setara banyaknya anion yang diserap. Hampir pada semua jenis tanaman, nitrogen merupakan pengatur terhadap penggunaan kalium, fosfat dan bahan penyusun lainnya. Tanaman yang kekurangan nitrogen akan tumbuh kerdil, kecepatan pertumbuhan yang rendah, daun hijau kekuningan dan mudah rontok, akan tetapi jika kelebihan nitrogen tanaman akan mudah rebah dan mudah terserang hama penyakit. Ada beberapa kejelekan dari pupuk nitrogen ini jika diberi melebihi batas, di antaranya sebagai berikut: 1. Tanaman menjadi rebah karena ruas bagian bawah menjadi lemah.

2. Daya tahan tanaman terhadap penyakit menurun karena kondisi tanaman sangat rendah, sedangkan tumbuhnya sangat subur. 3. Buah terlambat matang karena masih merangsang pertumbuhan cabang, ranting, dan daun, sedangkan pembentukan buah terabaikan. 4. Kualitas hasil panen kurang baik. Rasio atau perbandingan daun dan akar sangat ditentukan oleh konsentrasi nitrogen (N) di dalam tanah. Semakin rendah konsentrasinya, akan menyebabkan turunnya rasio daun dan akar. Hal ini erat kaitannya dengan jumlah N yang diserap oleh akar karena akan segera dipergunakan untuk pembentukan asam amino di dalam akar bersama sama dengan karbohidrat yang turun dari daun membentuk protein melalui proses pembelahan dan pembesaran sel yang pada akhirnya akan dipergunakan untuk proses pembentukan akar. Karena itu, bila kadar N dalam tanah rendah, akar akan tumbuh relatif lebih cepat, lebih besar serta lebih pesat ketimbang pertumbuhan daunnya. Sebaliknya bila konsentrasi N di dalam tanah terlalu tinggi, maka sebagian besar akan diserap oleh akar untuk diangkut ke daun bersama karbohidrat. Dalam daun tersebut, karbohidrat yang terbawa dari akar ditambah dengan karbohidrat yang sudah ada pada daun akan membentuk protein untuk proses pembentukan pucuk. Karena pertumbuhan vegetatif begitu pesat, maka karbohidrat yang diangkut ke akar menjadi lebih sedikit. Hal ini menyebabkan akar akan kekurangan karbohidrat yang dengan sendirinya pertumbuhan akar akan berjalan lebih lambat dibandingkan pertumbuhan daun. Selain pupuk, jarak tanam juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pemupukan yang dilakukan akan dapat diserap dengan baik oleh tanaman saat jarak tanam tidak terlalu dekat. Akibat jarak tanam yang terlalu rapat maka persaingan unsur hara akan terjadi. Namun tanaman kangkung bukan tanaman yang sangat sensitif terhadap kekurangan unsur hara. Selain itu kondisi tanah yang mengandung humus juga menyebabkan adanya cadangan makanan. Meskipun persentase pertumbuhan tanaman adalah yang paling kecil, namun bedengan dengan jarak tanam rapat yakni 20 x 20 masih mampu hidup dengan baik.

Pada pengamatan terakhir dilengkapi dengan berat basah dan berat kering. Pada jaringan tanaman, pertumbuhan yang baik dapat dibandingkan dengan berat basah dan berat kering. Berat kering yang tinggi diasumsikan sebagai pertumbuhan yang baik karena jumlah jaringan pada tubuh tanaman memberikan berat sebagai tanda bahwa jaringan tubuhnya berkembang. Rekomendasi yang dapat diberikan yaitu pada budidaya kangkung sebaiknya diberi pupuk starter pada hari pembibitan menggunakan pupuk kandang, urea, KCl, dan SP-36. Kemudian dilanjutkan dengan pupuk susulan yakni pada 15 HST dengan pupuk urea dan KCl. Perawatan dilakukan dengan penyiraman saat hujan tidak turun dan pengendalian OPT.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 1. Perlakuan yang memberikan hasil terbaik adalah bedengan 20 x 20 cm namun pertumbuhan terbaik ada pada bedengan 20 x 30. 2. Dalam pemupukan ada lima hal yang harus diperhatikan yaitu tepat dosis, tepat waktu, tepat macam/jenis, tepat tempat, dan tepat cara. 3. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti intensitas cahaya, unsur hara, kemudian air dan jarak tanam serta OPT.

5.2 Saran Sebaiknya dalam pengamatan diberikan tabel pengamatan agar data yang didapat akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga, W. 1999. Pola Pertumbuhan Produksi Beberapa Jenis Sayuran di Indonesia. Jurnal Hortikultura 9(2): 258-265 Danarti dan S. Najiyati. 1994. Budidaya dan Analisa Usaha Tani. Jakarta : Penebar Swadaya. Dirjen POM. 1995. Farkamope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hasibuan, B. 2010. Pupuk dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara. Fakultas Pertanian. Medan Heru, P dan Yovita, H. 2003. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk Hobi dan Bisnis. Jakarta : Gramedia. Syamsir, E. (2008). Prinsip Pengeringan (Dehidrasi) Pangan. http://id.shvoong.com/exact-sciences/1799733-prinsip-pengeringandehidrasi - pangan/. Diakses tanggal 28 Mei 2011.

Winarno, F.G. (1984). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai