JUDUL:
BIOKONSERVASI DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Disusu Oleh:
Siti Umi
(24020114120036)
Aisya Prameswari H
( 24020114120046)
Stefanus Fajar
Anis Alfianti
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
AGUSTUS, 2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan hidayah-ya, sehingga penulis
dapat
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................1
B. PERUMUSAN MASALAH............................................................................2
C. TUJUAN PENELITIAN.................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
2.1 Biologi Konservasi.........................................................................................3
2.1.1 Devinisi Biologi Konservasi...................................................................3
2.1.2 Pentingnya Biologi Konservasi...............................................................3
2.1.3 Prinsip-Prinsip Etika Biologi Konservasi...............................................4
2.2 Keanekaragaman Hayati................................................................................6
2.2.1 Devinisi Keanekaragaman Hayati...........................................................6
2.2.2 Tingkatan Keanekaragaman hayati.........................................................7
2.2.3 Manfaat Keanekaragaman Hayati........................................................11
2.2.4 Hilangnya Keanekaragaman Hayati......................................................13
2.2.5 Dampak hilangnya spesies terhadap manusia.......................................14
2.2.6 Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati di Indonesia.....................15
BAB IV..................................................................................................................17
4.1
Kesimpulan..............................................................................................17
4.2 Saran.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keanekaragaman hayati adalah perbedaan diantara makhluk hidup yang
berbeda jenis, spesiesnya, dan perbedaan ekosistemnya. keanekaragaman hayati
terjadi karena adanya perbedaan sifat, seperti ukuran, bentuk, warna, fungsi organ,
tempat hidup (ekosistem) dan lain lain (Azhari, 1997).
Keanekaragaman hayati sangat penting bagi kelangsungan dan kelestarian
makhluk hidup. Keanekaragaman dapat terjadi akibat proses evolusi dan adaptasi.
Evolusi adalah perubahan yang terjadi dalam waktu lama yang akan membentuk
makhluk hidup yang berbeda dengan asalnya sehingga akan menimbulkan spesies
baru. Sedangkan adaptasi adalah proses penyesuaian diri terhadap lingkungan
yang berbeda akan menghasilkan makhluk hidup yang berbeda pula (Bertens,
1997).
Seiring dengan perkembangan teknologi industri, banyak lahan-lahan
pertanian dan perkebuanan yang subur dibangun diatasnya pabrik-pabrik industri
dan juga perkotaan. Perkembangan zaman juga diikuti dengan semakin banyaknya
jumlah penduduk yang mendiami negeri kita tercinta ini. Akibatnya, lahan
pertanian dan perkebunan pun semakin sempit, yang mana dikarenakan adanya
pembukaan lahan untuk memenuhi kebutuhan sandang pangan dan papan kita.
Selain itu juga banyaknya lahan-lahan yang mulai tercemar dengan limbah dan
tingginya kandungan bahan-bahan kimia yang ada di dalam tanah kita. Banyak
sekali lahan-lahan perkebunan yang dulunya masih hijau bisa dikatakan vegetasi
yang ada masih cukup sekarang menjadi daerah yang kering dan gundul (Haba,
2005). Ini semua tidak lepas dari tindakan manusia itu sendiri yang kurang
bertanggung jawab. Pada dasarnya semua yang kita lakukan akan kembali kepada
kita semua kelak. Dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas, sudah pasti menjadi
penyebab mengapa banyak sekali terjadi bencana alam seperti halnya lonsor,
banjir, dll (Soerjani, 1996). Penebangan hutan yang tidak mengikuti prosedur
tebang pilih menjadi hal yang paling mendasar yang menyebabkan daerah hutan
kita yang seharusnya lebat dengan pepohonan menjadi kering kerontang. Dari hal
tersebut, banyak sekali yang merasakan danpaknya baik secara langsung maupun
tidak. Banyak hewan-hewan yang turun ke daerah pemukiman penduduk, hal ini
karena mereka tidak lagi memiliki tempat tinggal yang cocok untuk diri mereka.
Mereka juga kekurangan makanan, sehingga banyak dari mereka yang menyerang
pertanian kita. Jika kita sadar, manusia sering dirugikan karena akibat ulahnya
sendiri. Tidah hanya hewan yang dirugikan, namun di sini yang paling dirugikan
adalah alam semesta ini. Sehingga jangan heran jika banyak sekali bencana banjir,
longsor, dll yang terjadi di daerah sekitar kita ini. Hal tersebut menimbulkan
degradasi habitat sehingga mengakibatkan hilangnya beberapa keanekaragaman
hayati (Keraf , 2002).
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi keanekaragaman hayati dan Biokenservasi?
2. Bagaimana mekanisme hilanghnya keanekaragaman hayati?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui definisi keanekaragaman hayati dan biokonservasi
2. Mengetahui mekanisme hilangnya keanekaragaman hayati dan upaya
pencegahan hilangnya keanekaragaman hayati
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biologi Konservasi
2.1.1 Devinisi Biologi Konservasi
Biologi Konservasi merupakan gabungan dari berbagai bidang ilmu sebagai
tanggapan terhadap adanya kritis keanekaragaman hayati. Secara umum biologi
konservasi bertujuan untuk mempelajari dampak yang ditimbulkan dari aktivitas
manusia, mengembangkan cara untuk mencegah adanya kepunahan spesies, dan
untuk mengembalikan spesies tersebut ke dalam ekosistemnya (Primack, 1998).
Biologi Konservasi adalah ilmu lintas-disiplin (terpadu) yang dikembangkan
untuk menghadapi berbagai tantangan demi melindungi spesies dan ekosistem.
Terdapat tiga tujuan: pertama, menyelidiki dampak manusia terhadap keberadaan
dan
kelangsungan
hidup
spesies,
komunitas,
dan
ekosistem;
kedua,
dan
fungsi
ekosistem
terkait;
dan
ketiga,
mempelajari
serta
merupakan
cabang
ilmu
biologi
yang
mempelajari
alam
dan
hal
yang
sangat
berharga
dan
menarik
dari
sebagian
dari
keanekaragaman
hayati
spesies
itu
spesies berkurang, salah satu spesies punah atau sebuah ekosistem yang kompleks
menghilang. Konsep ini meliputi hubungan antar makhluk hidup dan prosesprosesnya (Haba, 2005).
Peringkat negara dengan keanekaragaman dan endemisme tertinggi di dunia
Nilai
Nilai
Keanekaragaman
Endemisme
Brazil
30
18
48
Indonesia
18
22
40
Kolombia
Australia
Mexico
26
5
8
10
16
7
36
21
15
Madagaskar
12
14
Peru
Cina
Filipina
India
Ekuador
9
7
0
4
5
3
2
8
4
0
12
9
8
8
5
Venezuela
Negara
Nilai Total
(Soerjani, 1996)
2.2.2 Tingkatan Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati biasanya dipertimbangkan pada tiga tingkatan:
keragaman genetik, keragaman spesies dan keragaman ekosistem.
1. Keragaman Genetik
Kenaekaragaman genetik merupakan variasi genetik dalam suatu spesies, baik
diantara populasi-populasi yang terpisah secara geografis maupun diantara
individu-individu dalam suatu populasi (Indrawan, 2012).
Keragaman genetik mengacu pada variasi gen di dalam spesies. Ini meliputi
variasi genetik antara populasi yang berbeda dari spesies yang sama, seperti 4
jenis rosella pipi putih, Platycercus eximius. Hal tersebut juga meliputi variasi
genetik dalam populasi yang sama, dimana tampak relatif tinggi pada eukaliptus
yang tersebar luas seperti Eucalyptus cloeziana, E. delegatensis, dan E. saligna.
Keragaman genetik dapat diukur dengan menggunakan variasi berdasarkan DNA
dan tehnik lainnya (Keraf , 2002).
Variasi genetik baru terbentuk dalam populasi suatu organisme yang dapat
bereproduksi secara seksual melalui kombinasi ulang dan pada individu melalui
mutasi gen serta kromosom. Kumpulan variasi genetik yang berada pada populasi
yang bereproduksi terbentuk melalui seleksi. Seleksi tersebut mengarah kepada
salah satu gen tertentu yang disukai dan menyebabkan perubahan frekuensi gengen pada kumpulan tersebut.
Perbedaan yang besar dalam jumlah dan penyebaran dari variasi genetik ini
dapat terjadi sebagian karena banyaknya keragaman dan kerumitan dari habitathabitat yang ada, serta berbedanya langkah-langkah yang dilakukan tiap
organisme untuk dapat hidup. Jumlah yang diperkirakan adalah terdapat kurang
lebih 10,000,000,000 gen berbeda yang tersebar pada biota-biota di dunia,
walaupun tidak semuanya memberikan kontribusi yang sama pada keragaman
genetik. Secara khusus, gen-gen yang mengontrol dasar proses biokimia
dipertahankan secara kuat oleh berbagai kelompok spesies (atau taksa) dan
umumnya memperlihatkan perbedaan yang kecil.
ini
pada
umumnya
ditampilkan
dalam
bentuk
pohon yang
10
global, diperkirakan 1.7 juta spesies telah dijelaskan; saat ini diperkirakan jumlah
total spesies yang ada berkisar antara lima juta hingga hampir mencapai 100 juta
spesies. Di Australia, dengan perkiraan jumlah total spesies lokal (kecuali bakteri
dan virus) 475,000, kira-kira setengahnya telah diketahui, hanya seperempatnya
telah dijelaskan secara formal. Estimasi jumlah spesies ini diharapkan dapat
meningkat melalui studi terhadap beberapa kelompok yang jarang diperhatikan;
seperti mikroorganisme, fungi, nematoda, hama dan serangga.
Pada skala yang lebih besar keragaman spesies tidak tersebar secara merata
di seluruh dunia. Satu pola yang paling jelas dalam penyebaran spesies di dunia
adalah sebagian besar kekayaan spesies terpusat pada wilayah katulistiwa dan
cenderung menurun ke arah kutub. Secara umum, terdapat lebih banyak spesies
per unit area di wilayah tropis dibandingkan dengan wilayah sub-tropis dan lebih
banyak spesies di wilayah sub-tropis dibandingkan wilayah di daerah kutub.
Sebagai tambahan, keragaman di ekosistem darat pada umumnya berkurang
sengan bertambahnya ketinggian. Faktor lain yang dipercaya mempengaruhi
keragaman di darat adalah curah hujan dan tingkat nutrien. Pada ekosistem laut,
kekayaan spesies cenderung terpusat pada lempeng benua, walaupun komunitas
laut dalam juga cukup tinggi (Haba, 2005).
3. Keragaman Ekosistem
Keanekaragaman komunitas atau ekosistem berpacu pada komunitas biologi
yang berbeda serta asosiasinya dalam lingkungan fisik masing-masing (Indrawan,
2012). Keragaman ekosistem memetakan perbedaan yang cukup besar antara tipe
ekosistem, keragaman habitat dan proses ekologi yang terjadi pada tiap-tiap
ekosistem. Lebih sulit untuk menjelaskan keragaman ekosistem dibandingkan
dengan keragaman spesies atau genetik dikarenakan oleh batasan dari komunitas
(hubungan antar spesies) dan karena ekosistem lebih mudah berubah. Karena
konsep ekosistem adalah dinamis dan beragam, hal ini dapat diterapkan pada
berbagai skala, walaupun untuk kepentingan pengelolaan pada umumnya
dikelompokkan menjadi kelompok besar komunitas yang serupa, seperti hutan
sub-tropis atau terumbu karang. Elemen kunci dalam mempertimbangkan
11
ekositem adalah pada kondisi alaminya, proses ekologi seperti aliran energi dan
siklus air dipertahankan (Keraf , 2002).
Pengklasifikasian ekosistem di Bumi yang sangat beragam menjadi sistem
yang dapat dikelola adalah tantangan besar bagi ilmu pengetahuan, dan sangatlah
penting untuk mengelola dan menjaga biosfer ini. Pada tingkat global, sebagian
besar sistem klasifikasi telah mencoba untuk mengambil jalan tengah antara
kerumitan ekologi dari komunitas dan sederhananya klasifikasi habitat yang
umum.
Umumnya sistem-sistem ini menggunakan kombinasi dari definisi tipe
habitat berdasarkan iklim; sebagai contoh, hutan tropis yang lembab, atau padang
rumput sub-tropis. Beberapa sistem juga menggunakan biogeografi global untuk
memperhitungkan perbedaan-perbedaan biota antar wilayah dunia yang mungkin
memiliki iklim dan karakteristik fisik serupa (Bertens, 1997).
Australia
dengan
wilayah-wilayahnya
memetakan
sejumlah
besar
lingkungan daratan dan perairan, mulai dari daerah es kutub hingga padang
rumput subtropis dan hutan tropis, dari terumbu karang hingga laut dalam. Tiaptiap wilayahnya memperlihatkan ragam habitat dan interaksi yang besar antara
maupun di dalam komponen biotik dan abiotiknya. Sebagai contoh, padang
rumput spinifex di wilayah subtropis memetakan komunitas baik dengan maupun
tanpa pepohonan. Pada tiap spinifex itu sendiri terdapat bermacam habitat mikro.
Spesies-spesies berbeda terlibat dalam proses-proses ekologi seperti pada
penyebaran biji (contoh, oleh spesies-spesies semut) dan daur ulang nutrien yang
terdapat pada tiap habitat mikro. Pengukuran dari keragaman ekosistem masih
berada pada tahap awal. Akan tetapi, keragaman ekosistem merupakan elemen
penting dari keseluruhan keanekaragaman hayati dan seharusnya dapat tercermin
pada setiap pendugaan keanekaragaman hayati (Haba, 2005).
2.2.3 Manfaat Keanekaragaman Hayati
Meurut Bertens (1997) Keanekaragaman hayati dapat memberikan
manfaat, baik secara ekonomi, ilmu pengetahuan, sosial dan budaya.
12
makanan
dan
untuk
kegiatan
industri.
Dua pertiga wilayah Indonesia adalah perairan yang dapat dijadikan sumber
daya alam yang bernilai ekonomi. Laut, sungai, dan tambak merupakan
sumber-sumber
perikanan
yang
berpotensi
ekonomi.
Beberapa
jenis
13
memanen hasil hutan maupun pertanian merupakan kebiasaan yang khas bagi
masyarakat
yang
tinggal
di
pegunungan
atau
dataran
tinggi.
Masyarakat tersebut yang hidup berdekatan dengan laut, sungai, dan hutan
memiliki aturan tertentu dalam upaya memanfaatkan tumbuhandan hewan.
Masyarakat memiliki kepercayaan tersendiri mengenai alam. Dengan adanya
aturan-aturan
tersebut,
keanekaragaman
hayati
akan
terus
terjaga
kelestariannya.
2.2.4 Hilangnya Keanekaragaman Hayati
Menurut Keraf (2002), saat ini tidak sedikit hutan yang rusak, akibatnya
kehidupan hewan di dalamnya akan terganggu.
1. Hilangnya Habitat
Salah satu faktor yang sangat menentukan keberadaan keanekaragaman hayati
adalah habitat. Hutan merupakan habitat asli tempat hidup makhluk hidup.
Penebangan serta perusakan hutan secara terus-menerus terganggunya
ekosistem makhluk hidup dan pada akhirnya keanekaragaman hayati akan
berkurang dan hilang.
2. Degradasi Habitat
Polusi merupakan perubahan lingkungan yang menimbulkan pengaruh negatif
terhadap kesehatan dan kehidupan makhluk hidup.
3. Spesies-Spesies Pendatang
Kehadiran spesies pendatang dapat mengalahkan atau mendominasi spesies
asli. Pada abad ke-19 pembangunan Kanal Erie telah menyebabkan masuknya
belut laut ke Danau Agung.
4. Eksploitaso Secara Berlebihan
14
Eksploitasi sumber daya alam dikatakan berlebihan jika jumlah sumber daya
alam yang diambil lebih besar dibandingkan dengan kemamuan memperbarui
diri sumber daya alam yang diambil.
penyakit
Lyme.
Begitu
juga
pada
ekosistem
dengan
15
dari burung memiliki banyak spesies yang tidak layak sebagai tuan rumah bagi
virus.
Betapa berharganya keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia, jasa
ekosistem adalah cara untuk menggambarkan semua layanan yang kita dapatkan
dari dunia alam yang sering kita anggap remeh. Itu bisa berupa air, tanah formasi
dan perlindungan, kerusakan polusi dan penyerapan, stabilitas iklim dan
pemulihan dari bencana alam. Ekosistem menyelamatkan nyawa manusia karena
manusia panen 50,000-70,000 spesies tanaman untuk obat tradisional di seluruh
dunia. Ekosistem mempertahankan keamanan pangan yaitu sekitar 100 juta ton
metrik kehidupan air, termasuk ikan, moluska dan krustasea yang diambil dari
alam setiap tahun untuk kehidupan manusia. Daging dari hewan liar membentuk
kontribusi yang penting untuk sumber pangan dan mata pencaharian di banyak
negara, terutama yang memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi dan kerawanan
pangan.
2.2.6 Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Dalam usaha menjaga kelestarian sumber daya hayati agar tidak punah
adalah dengan cara menjaga keutuhan lingkungan tempat hidup makhluk hidup.
Jika sebagian besar masyarakat Indonesia melakukan aktivitas eksploitasi sumber
daya hayati secara terus-menerus tanpa diimbangi dengan usaha pelestarian maka
dalam waktu yang relatif singkat sumber daya hayati akan punah (Azhari, 1997).
1. Cagar Alam
Cagar alam adalah kawasan perlindungan alam yang memiliki tumbuhan, hewan,
dan ekosistem yang khas sehingga perlu dilindungi. Perkembangan dan
pertumbuhan hewan dan tumbuhan, berlangsung secara alami. Sesuai dengan
fungsinya cagar alam dapat dimanfaatkan untuk penelitian, pengembangan ilmu
pengetahuan, dan wisata.
Terdapat dua jenis cagar alam yaitu cagar alam darat dan cagar alam laut. Di
Indonesia cagar alam darat antara lain : Cagar Alam Morowali di Sulawesi tengah,
Cagar Alam Nusa Kambangandi Jawa Tengah, Cagar Alam Gunung Papandayan
16
di Jawa Barat, Cagar Alam Dolok Sipirok di Sumatera Utara, Cagar Alam Hutan
Pinus Janthoi di NAD (Aceh). Sedangkan cagar alam laut antara lain : Cagar
Alam Kepulauan Aru Tenggara di Maluku, Cagar Alam Pulau Anak Krakatau di
Lampung, dan Cagar Alam Kepulauan Karimata di Kalimantan Barat.
2. Suaka Margasatwa
Suaka Margasatwa adalah kawasan suaka alam yang memiliki ciri khas berupa
keanekaragaman dan keunikan jenis satwa, dan untuk kelangsungan hidup satwa
dapat
dilakuakn
pembinaan
terhadap
habitatnya.
Di
Indonesia
suaka
penelitian,
pengembangan
ilmu
pengetahuan,
dan
wisata.
Terdapat dua jenis taman nasional, yaitu taman nasional darat dan taman nasional
laut. Taman nasional darat antara lain ; Taman Nasional Leuser di Sumatera Utara,
Taman Nasional Ujung Kulon di Banten, Taman Nasional Meru Betiri di Jawa
Timur, dan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di Riau. Sedangkan taman nasional
laut antara lain ; Taman Nasional Kepulauan Seribu di DKI Jakarta, Taman
Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur, dan Taman Nasional Bunaken di
Sulawesi Utara.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keanekaragaman hayati adalah perbedaan diantara makhluk hidup yang
berbeda jenis, spesiesnya, dan perbedaan ekosistemnya. keanekaragaman hayati
terjadi karena adanya perbedaan sifat, seperti ukuran, bentuk, warna, fungsi organ,
tempat hidup (ekosistem) dan lain lain. Biologi Konservasi adalah ilmu lintasdisiplin (terpadu) yang dikembangkan untuk menghadapi berbagai tantangan demi
melindungi spesies dan ekosistem. Terdapat tiga tujuan: pertama, menyelidiki
dampak manusia terhadap keberadaan dan kelangsungan hidup spesies,
komunitas, dan ekosistem; kedua, mengembangkan pendekatan praktis untuk
mencegah kepunahan spesies, menjaga variasi genetik dalam spesies, serta
melindungi dan memperbaiki komunitas biologi dan fungsi ekosistem terkait; dan
ketiga, mempelajari serta mendokumentasi seluruh aspek keanekaragaman hayati
di bumi.
Hilangnya keanekaragaman hayati dapat disebabkan oleh beberapa factor yaitu:
1.Hilangnya Habitat
2. Degradasi Habitat
3. Spesies-Spesies Pendatang
5. Eksploitaso Secara Berlebihan
18
4.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Azhari Samlawi, Etika Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan, Jakarta:
DIKTI, 1997.
Bertens, K. Etika, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997.
Haba, John. Illegal Logging, Penyebab dan Dampaknya. Jakarta: PMB-LIPI.
2005.
Indrawan, Richard B. Primack dan Jatna Supriatna. 2012. Biologi Konservasi.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
Keraf, A. Sonny. Etika Lingkungan, Jakarta: Kompas, 2002.
Richard B. Primack. 1998. A Primer of Conservation Biology. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta.
Soerjani, Mohamad, Pembangunan dan Lingkungan, Jakarta: Institut Pendidikan
dan Pengembangan Lingkungan (IPPL), 1996.
20
21
22