OLEH:
SUMIATI (E1A 012 053)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur kita ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan TaufikNya sehingga penulis mampu menyelesaikan Tugas Mata
Kuliah Ekologi Hewan dengan Judul Respon dan Adaptasi Makrofauna Terhadap
Lingkungannya, dengan tepat waktu.
Kedua kalinya shalawat serta salam kita curahkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW, kepada para sahabat beliau, keluarga-keluarga beliau yang telah berjuang
dalam membela agama Allah yaitu Islam.
Semoga Makalah ini bermanfaat dan berguna bagi penulis pribadi dan kepada
pembaca yang budiman pada umumnya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca yang budiman. Mohon maaf apabila dalam pembuatan Makalah ini terdapat
banyak kekurangan dan untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi perbaikan selanjutnya.
Terimakasih
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Penulis
Daftar isi
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
Abstrak.......................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................2
Latar Belakang....................................................................................................3
Rumusan Masalah...............................................................................................3
Tujuan..................................................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA..................................................................................3
A. Kajian Empiris.............................................................................................3
B. Kajian Teori..................................................................................................4
BAB III METODE PENULISAN ..........................................................................4
A. Jenis Penulisan ............................................................................................4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................5
A. Pengertian Makrofauna...............................................................................5
B. Respon dan Adaptasi Makrofauna Terhadap Kondisi Lingkungannya 6
C. Diversitas Makrofauna Terhadap Kondisi Lingkungannya....................7
BAB V PENUTUP....................................................................................................11
A. Kesimpulan...................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12
ABSTRAK
Makrofauna tanah mempunyai peran yang sangat beragam di dalam habitatnya. Pada
ekosistem binaan, keberadaannya dapat bersifat positif (menguntungkan) maupun negatif
(merugikan) bagi sistem budidaya. Tingkat keanekaragaman makrofauna tanah dipengaruhi
oleh kualitas lingkungan hidup yang ada. Organisme sebagai bioindikator kualitas tanah
bersifat sensitif terhadap perubahan, mempunyai respon spesifik dan ditemukan melimpah di
dalam tanah. Salah satu makrofauna yang memiliki daya adaptasi yang luas adalah spesies
Pontoscolex corethrurus.
Kata kunci: Makrofauna, lingkungan, respon, adaptasi
ABSTRACT
Soil macrofauna have a very diverse role in their habitat. On the target ecosystem,
its existence can be either positive (beneficial) and negative (adverse) for cultivation system.
The level of soil macrofauna diversity is influenced by the quality of the existing
environment. Organisms as bio-indicators of soil quality is sensitive to change, have a
specific response and are found abundantly in the soil. One of macrofauna which has wide
adaptability is Pontoscolex corethrurus species.
Keywords: macrofauna, environmental, response, adaptation
BAB I
4
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Makrofauna tanah mempunyai peran yang sangat beragam di dalam habitatnya.
Pada ekosistem binaan, keberadaannya dapat bersifat positif (menguntungkan) maupun
negatif (merugikan) bagi sistem budidaya. Pada satu sisi makrofauna tanah berperan
menjaga kesuburan tanah melalui perombakan bahan organik, distribusi hara, peningkatan
aerasi tanah dan sebagainya, tetapi pada sisi lain juga dapat berperan sebagai hama
berbagai jenis tanaman budidaya. Dinamika populasi berbagai jenis makrofauna tanah
menentukan perannya dalam mendukung produktivitas ekosistem binaan. Dinamika
populasi makrofauna tanah tergantung pada faktor lingkungan yang mendukungnya, baik
berupa sumber makanan, kompetitor, predator maupun keadaan lingkungan fisikakimianya (Sugiyarto, dkk, 2007:1).
Makrofauna tanah merupakan kelompok fauna bagian dari biodiversitas tanah
yang berukuran 2 mm sampai 20 mm (Gorny dan Leszek, 1993). Makrofauna tanah
merupakan bagian dari biodiversitas tanah yang berperan penting dalam perbaikan sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah melalui proses imobilisasi dan humifikasi. Dalam
dekomposisi bahan organik, makrofauna tanah lebih banyak berperan dalam proses
fragmentasi (comminusi) serta memberikan fasilitas lingkungan (mikrohabitat) yang lebih
baik bagi proses dekomposisi lebih lanjut yang dilakukan oleh kelompok mesofauna dan
mikrofauna tanah serta berbagai jenis bakteri dan fungi (Lavelle et al., 1994 dalam
Sugiyarto, ). Peran makrofauna tanah lainnya adalah dalam perombakan materi tumbuhan
dan hewan yang mati, pengangkutan materi organik dari permukaan ke dalam tanah,
perbaikan struktur tanah, dan proses pembentukan tanah. Dengan demikian makrofauna
tanah berperan aktif untuk menjaga kesuburan tanah atau kesehatan tanah (Hakim, 1986 ;
Adianto, 1993 ; Foth, 1994 dalam Sugiyarto, 2008:1).
B. Rumusan Masalah
makrofauna
terhadap
kondisi
lingkungannya.
3. Untuk mengetahui diversitas makrofauna terhadap kondisi lingkungannya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Empiris
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas pengelolaan
lahan menyebabkan biodiversitas makrofauna tanah semakin menurun. Biodiversitas
makrofauna tanah pada sistem hutan campuran (0,30) berubah menjadi masingmasing 0,16 dan 0,09 pada sistem hutan monokultur sengon dan agroforestri berbasis
sengon (Tabel 1). Selain itu pemanfaatan lahan hutan untuk budidaya, terutama dalam
sistem agroforestri memunculkan dominansi jenis-jenis makrofauna tanah yang
berstatus sebagai hama (misalnya uret dan rayap). Hal ini menunjukkan bahwa
pengelolaan lahan hutan dengan sistem agroforeestri justru tampak memberikan
tekanan terhadap biodiversitas makrofauna tanah, bahkan lebih besar pengaruhnya
jika dibanding sistem monokultur sengon. Fenomena ini dimungkinkan karena adanya
peningkatan intensitas pengelolaan tanah oleh para petani, termasuk pemberian input
berupa pupuk dan pestisida sehingga mengganggu kehidupan makrofauna tanah
(Sugiyarto, 2008:2).
B. Kajian Teoritis
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Makrofauna
Fauna tanah merupakan hewan yang hidup di tanah, baik hidup dalam
permukaan tanah maupun yang terdapat dalm permukaan tanah (Irwan, 1992).
Kelompok hewan tanah sangat banyak dan beraneka ragam mulai dari Protozoa,
7
Kualitas tanah umumnya ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah. Untuk
menentukan kualitas tanah secara kimia perlu dilalukan analisa kimia yang biayanya
relatif mahal. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas
tanah dengan biaya relatif murah, tetapi cepat dan akurat, adalah dengan mengunakan
organisme dalam tanah sebagai bioindikator. Paoletti et al. (1991) dalam Maftuah,
Eni., (2005:1) mendemonstrasikan bahwa fauna tanah dan mikroorganisme dapat
digunakan sebagai bioindikator kualitas tanah akibat perubahan lingkungan di
Australia.
Organisme sebagai bioindikator kualitas tanah bersifat sensitif terhadap
perubahan, mempunyai respon spesifik dan ditemukan melimpah di dalam tanah
(Primack, 1998 dalam Maftuah, Eni., (2005:1). Salah satu organisme tanah adalah
fauna yang termasuk dalam kelompok makrofauna tanah (ukuran > 2 mm) terdiri dari
milipida, isopoda, insekta, moluska dan cacing tanah (Wood, 1989) dalam Maftuah,
Eni., (2005:1). Makrofauna tanah sangat besar peranannya dalam proses dekomposisi,
aliran karbon, redistribusi unsur hara, siklus unsur hara, bioturbasi dan pembentukan
struktur tanah. Biomasa cacing tanah telah diketahui merupakan bioindikator yang
baik untuk mendeteksi perubahan pH, keberadaan horison organik, kelembaban tanah
dan kualitas humus. Rayap berperan dalam pembentukan struktur tanah dan
dekomposisi bahan organik (Anderson, 1994) dalam Maftuah, Eni., (2005:1).
Fauna tanah memerlukan persyaratan tertentu untuk menjamin kelangsungan
hidupnya. Struktur dan komposisi makrofauna tanah sangat tergantung pada kondisi
lingkungannya. Makrofauna tanah lebih menyukai keadaan lembab dan masam lemah
sampai netral (Notohadiprawiro, 1998). Hakim dkk (1986) dan makalew (2001)
dalam Handayani (2009: 25) menjelaskan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi aktivitas organisme tanah yaitu, iklim (curah hujan, suhu), tanah
(kemasaman, kelembaban, suhu tanah, hara), dan vegetasi (hutan, padang rumput)
serta cahaya matahari.
Dalam skripsi yang ditulis oleh Handayani (2009) menyatakan bahwa
makrofauna tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi bahan organik
tanah dalam penyediaan unsur hara. Makrofauna tanah akan meremah remah
substansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut dikeluarkan dalam bentuk
9
kotoran. Butiran kotoran tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran pula, sebab
kotoran organisme perombak ini juga akan ditumbuhi bakteri. Bahan-bahan ini akan
dirombak oleh mikroorganisme, terutama bakteri, untuk diuraikan lebih lanjut dengan
bantuan enzim spesifik sehingga terjadi proses mineralisasi (Arief, 2001 dalam
Handayani, 2009: 25). Secara umum, keberadaan keanekaragaman hewan tanah pada
tanah yang tidak terganggu seperti padang rumput, karena siklus hara berlangsung
secara kontinu. Terdapat adanya suatu peningkatan nyata pada siklus hara, terutama
nitrogen pada lahan-lahan yang ditambahkan mesofauna tanah sebesar 20 - 50 %
(Coleman dan Crossley 1996 dalam Handayani, 2009: 25).
Makrofauna tanah yang disebut saprofagus diantaranya adalah cacing tanah,
termite, semut, dan millipede atau kaki seribu. Makrofauna ini tidak mempunyai
peran melapuk bahan organik untuk dirinya sendiri saja, tetapi juga melapuk untuk
merangsang serangan mikrobia hasil remahan makroorganisme tersebut (Handayani,
2009: 25).
Kondisi tanah asam yang miskin hara dengan ciri bahan organik yang
berserabut akan didominasi oleh termite kecil, cacing enchytracid, dan collembolan
yang berasosiasi dengan cendawan. Pada kondisi agak netral dengan bahan organik
yang masak dan unsur hara tinggi, akan dijumpai organisme tanah golongan
invertebrata dan kaki seribu yang berasosiasi dengan bakteri. Sedangkan pada tanah
dengan pH netral, yang mendominasi adalah cacing (Handayanto, 1996 dalam
Handayani, 2009: 25-26).
C. Diversitas Makrofauna Terhadap Kondisi Lingkungannya
Berdasarkan hasil penelitian Maftuah, Eni., (2005) menyatakan bahwa
diversitas makrofauna tanah yang aktif di permukaan dan di dalam tanah pada musim
hujan dan kemarau tertinggi pada lahan yang ditanami hortikultura (Gambar 1a dan
b). Hal tersebut disebabkan karena adanya pengelolaan lahan yaitu pemberian abu,
kapur serta pupuk kandang pada penanaman hortikultura, sehingga memperbaiki
kualitas tanah sekaligus lingkungan hidup organisme tanah. Menurut Baker (1998),
populasi, biomasa dan diversitas makrofauna tanah dipengaruhi oleh praktek
penggelolaan lahan dan penggunaannya. Sebaliknya, pada lahan terlantar karena
kualitas lahannya tergolong masih rendah menyebabkan hanya makrofauna tanah
10
tertentu yang mampu bertahan hidup, sehingga diversitas makrofauna tanah baik yang
aktif di permukaan tanah maupun di dalam tanah juga sangat rendah.
Kondisi Lingkungan
Rata-rata suhu tanah pada beberapa penggunaan lahan gambut relatif sama.
Meskipun demikian pada lahan yang ditanami karet mempunyai suhu tanah terendah
(Gambar 2). Lahan yang ditanami karet tanah hampir seluruhnya tertutup oleh kanopi,
baik oleh tanaman karet maupun tanaman di bawah tegakan karet (rumput-rumputan).
Penutupan kanopi tersebut akan mengurangi evaporasi dan menjaga suhu tanah.
11
Salah satu makrofauna yang memiliki daya adaptasi yang luas adalah spesies
Pontoscolex corethrurus. Dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Setyaningsih, dkk ,
2014 menyatakan bahwa Pontoscolex corethrurus merupakan spesies cacing yang
memiliki daya adaptasi luas, dan toleran terhadap berbagai kondisi lingkungan, maka
cacing tersebut berpotensi untuk dikembangkan sebagai bioteknologi tanah dalam
konservasi dan memperbaiki kesuburan tanah tropika di Indonesia.
12
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian pustaka serta hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Tanah merupakan suatu bagian dari ekosistem terrestrial yang di dalamnya dihuni
oleh banyak organisme yang disebut sebagai biodiversitas tanah.
b. Fauna tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah sehinggakehidupannya sangat
ditentukan oleh faktor fisik dan kimia tanah sertalingkungan di sekitarnya
c. Makrofauna tanah merupakan kelompok hewan hewan besar yang merupakan
biodiversitas tanah yang berperan penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah.
d. Organisme sebagai bioindikator kualitas tanah bersifat sensitif terhadap perubahan,
mempunyai respon spesifik dan ditemukan melimpah di dalam tanah
13
e. Salah satu organisme tanah adalah fauna yang termasuk dalam kelompok makrofauna
tanah (ukuran > 2 mm) terdiri dari milipida, isopoda, insekta, moluska dan cacing
tanah.
f. Diversitas makrofauna tanah yang aktif di permukaan dan di dalam tanah pada
musim hujan dan kemarau tertinggi pada lahan yang ditanami hortikultura
14
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Eko P. 2009. Studi Keanekaragaman Mesofauna Dan Makrofauna Tanah Pada
Areal Bekas Tambang Timah Di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan BangkaBelitung. (Skripsi).
Pertanian Bogor.
Irwanto. 2006. Model Kawasan Hutan Kabupaten Gunung Kidul. Laporan Praktikum
Sekolah Pascasarjana UGM, Jurusan Ilmu-ilmu Pertanian, Program Studi Ilmu
Kehutanan. Yogyakarta.
Maftuah E. 2005. Potensi Makrofauna Tanah Sebagai Bioindikator Kualitas Tanah Gambut.
(Bioscientiae) Volume 2, Nomor 1, Januari 2005, Halaman 1-14. Malang: Program
Studi Biologi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat.
Sugiyarto, dkk., 2007. Preferensi Berbagai Jenis Makrofauna Tanah Terhadap Sisa
Bahan Organik Tanaman pada Intensitas Cahaya Berbeda. B I O D I V E R S I T A S
Volume 7, Nomor 4. Malang: Program Pascasarjana Universitas Brawijaya.
Sugiyarto, Konservasi Makrofauna Tanah Dalam Sistem Agroforestri. Program Studi
Biosains Pascasarjana UNS, Jurusan Biologi FMIPA UNS, Puslitbang Bioteknologi
dan Biodiversitas LPPM UNS Surakarta
Setyaningsih, dkk. 2014. Respon Cacing Penggali Tanah Ponthoscolex Corethrurus
Terhadap Berbagai Kualitas Seresah. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No
2: 58-69, 2014. Malang: Universitas Brawijaya Malang.
15